Anda di halaman 1dari 18

Nama : Fajar Manase H.

Panggabean

Nola Fitaloka Tarigan

Raka Sharmaraya

Tingkat/Jurusan : II/Teologi

Kelompok : Tiga

Mata Kuliah : Sejarah Gereja Umum II

Dosen Pengampu : Berthalyna Br. Tarigan, M.Th Perbaikan

Reformasi Radikal

(Mahasiswa menjelaskan sejarah reformasi radikal, tokoh-tokoh, paham-pahamnya,


serta dampaknya bagi gereja dan dunia)

I. Pedahuluan
Timbulnya pembaharuan gereja oleh para reformator disebabkan adanya perbedaan
teologi serta praktek gereja dengan ajaran Alkitab seperti yang dikemukakan oleh
Martin Luther dan Calvin. Yaitu penjualan surat-surat penghapusan siksa dan dosa, dan
keselamatan yang diperoleh manusia dengan bentuk beramal atau berbuat baik, tidak
cukup hanya mengandalkan iman dan kasih karunia Allah. Para reformator juga
mengkritik pejabat gereja yang jauh dari kesucian atau kesalehan, hidup dalam
kemewahan maupun perbuatan amoral. Namun ada beberapa kalangan yang
menganggap bahwa reformasi yang dilakukan Luther dan Calvin setengah-setengah dan
sangat lamban. Juga adanya perbedaan pandangan teologi para reformator dengan
kalangan reformasi radikal, salah satunya tentang baptisan. Oleh karena itu lahir aliran
reformasi radikal yaitu kaum Anabaptis. Gereja belum sepenuhnya direformasikan,
inilah yang menyebabkan lahir suatu gerakan yang disebut dengan Reformasi Radikal.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Reformasi Radikal
Kata reformasi berasal dari bahasa Inggris yaitu re yang artinya kembali dan
form yang artinya bentuk jadi secara harafiah reformasi berarti kembali kepada
bentuk semula.1 Menurut KBBI, reformasi adalah perubahan secara drastis untuk
perbaikan (sosial, politik, atau agama) disuatu negara atau masyarakat. 2 Dalam
sejarah gereja, reformasi adalah gerekan untuk mengadakan pembaharuan dalam
kekristenan barat yang dimulai sejak abad ke-14 hingga abad ke-17.3 Kata
reformasi yang kemudian dipakai untuk menunjuk khususnya kepada Luther,
Zwingli dan Calvin yang pada waktu itu dipergunakan secara umum untuk
menunjuk semua usul dan tindakan yang bertujuan untuk memulihkan keadaan
gereja serta meniadakan penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di gereja4.
Dalam KBBI, radikal dapat diartikan sampai ke akar-akarnya sekali, dengan
sempurna dan juga dapat diartikan sebagai haluan politik yang amat keras
menuntut perubahan undang-undang, ketatanegaraan.5 Jadi reformasi radikal
adalah suatu paham atau gerakan yang mengkehendaki reformasi tidak hanya
bersifat modifikasi terhadap aspek-aspek tertentu dalam kehidupan bergereja,
melainkan perombakan menyeluruh.6 Reformasi radikal merupakan gerakan yang
muncul di Eropa pada abad ke-16 yang berusaha melakukan pembaharuan gereja
secara radikal. Mereka menilai reformasi yang dilakukan oleh para reformator
gereja (Luther, Zwingli dan Calvin) terlalu lamban.7 Menurut mereka
permbaharuan gereja bukanlah pekerjaan manusia melainkan pekerjaan Tuhan
yang harus dilaksanakan dengan lembut.8
2.2. Latar Belakang Reformasi Radikal
Pada tahun 1525 kaum petani Jerman bergabung sambil menuntut perubahan-
perubahan dalam susunan masyarakat dimana mereka merasa terdesak oleh
golongan-golongan atas. Akibatnya, hak petani untuk menggunakan tanah dan
hutan milik mereka bersama dicabut. Lagi pula mereka merasa diperas oleh
pungutan-pungutan yang dituntut kaum bangsawan dan gereja. bagi mereka,
tulisan-tulisan Luther menawarkan tempat bertumpu dalam menawarkan
ketidakpuasan mereka. Para petani memasang telinga baik-baik ketika Luther
berbicara tentang “kebebasan”. Mereka menafsirkan “kebebasan” itu sebagai

1
Jhon M. Echols dan Hasan Shadiyi, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2006),
224
2
...., KBBI, (Jakarta: Balaai Pustaka,1996),
3
F. D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 391
4
C. De Jonge, Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1996), 68
5
....., Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2006), 56
6
Jan Sinar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 60
7
F. D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 393
8
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: Gunung Mulai, 2011), 4
kebebasan dari kewajiban-kewajiban yang tidak wajar terhadap tuan-tuannya.
Dalam hal ini mereka salah menafsir maksud Luther. Ditambah lagi sebagian
petani terpengaruh oleh Munzer, sehingga memeluk ideologi yang jauh lebih
fanatik. Munzer menegaskan bahwa “kemiskinan” itu terutama kemiskinan akan
harta benda, kemelaratan. Lalu ia menarik kesimpulan: hanya orang-orang
miskinlah yang dapat menerima Roh, Terang batiniah itu. Mereka orang-orang
berbahagia, yang berkenan kepada Allah, menurut Matius 5:3. Sebaliknya, orang-
orang kaya, justru karena kaya, adalah orang-orang fasik.9Mereka selaku orang-
orang miskin, adalah orang-orang pilihan Allah yang harus membasmi orang-
orang kaya yang fasik itu. Lalu mereka mengadakan revolusi, membakar,
merampok dan membunuh dimana-mana. Akhirnya, pada bulan Mei 1525,
gerakan itu berhasil ditumpas. Penguasa-penguasa membalas dendam secara
bengis. Munzer yang telah bertindak sebagai salah seorang pemimpin para petani
ditangkap dan dibunuh, bersama dengan ribuan orang lain.10
Kepada petani-petani, yang menyalahkan bukunya Kebebasan Seorang
Kristen, Luther berkata: Memang, menurut Injil patut tuan-tuan tanah dan raja-
raja mengusahakan kepentingan rakyat dan tidak menghisap mereka. Tetapi lain
kebebasan seorang Kristen, lain kebebasan di bidang sosial. Kebebasan seorang
Kristen ialah kebebasan dari tuntutan hukum Taurat, tetapi itu belum berarti
bahwa seorang Kristen harus bebas dari kerja rodi dan sebagainya. “Seorang
budak bisa saja menjadi seorang Kristen, dan mempunyai kebebasan Kristen”.
Hal ini tidaklah berarti bahwa menurut Luther seorang budak tidak boleh
mencita-citakan kebebasan, atau bahwa seorang Kristen tidak boleh
memperjuangkan keadialan sosial. Luther sendiri dengan kata-kata yang tajam
mendesak para pengusaha agar bertindak adil.11
Di era reformasi muncul golongan-golongan baru yang mencampurkan ide-ide
Luther dengan pemikiran sekta-sekta pada abad pertengahan. Kelompok-
kelompok ini kadang-kadang disebut “sayap kiri dari reformasi” atau “reformasi
radikal.” Namun, mereka tidak termasuk dalam lingkungan reformasi protestan,

9
Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2015), 174-175
10
Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, 175-176
11
Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, 176
melainkan merupakan aliran Kristen tersendiri, disamping reformasi maupun
gereja Roma.12
Luther dalam melakukan reformasinya masih terikat dengan pemerintahan raja
Friedrich. Sedangkan Calvin yang lebih radikal di dalam reformasinya masih
terikat dengan dewan kota Zenewa. Kelompok radikal menganggap bahwa Luther
dan Calvin hanya memperkuat gereja negara. Dan kelompok radikal menganggap
Luther dan Calvin sudah tidak alkitabiah lagi di dalam alirannya seperti: baptisan
anak, ibadah yang suci dan gereja harus terpisah dengan negara.
Gerakan ini berusaha melakukan pembaharuan gereja secara radikal. Mereka
menilai upaya pembaharuan yang dilakukan para reformator gereja (Luther,
Zwingli dan Calvin) terlalu lamban.13 Kelompok reformasi radikal menginginkan
gereja swadaya, yang diperintah oleh Roh Kudus. Isu yang memicu konflik ialah
baptisan anak. Kelompok yang menentang ini mengemukakan bahwa alkitab
menunjukkan baptisan dewasa dan ingin berpegang pada itu. Pandangan
reformasi radikal tentang baptisan dewasa bertolak dari Markus 16 : 16 “Siapa
yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan.” Jadi, percaya dulu barulah
dibaptis.14Pada tanggal 21 Januari 1525, kelompok reformasi radikal bertemu dan
membaptis satu sama lain, dikemudian hari mereka dijuluki Anabaptis “
pembaptis ulang” oleh orang-orang yang tidak senang kepada mereka.15
Para Anabaptis menentang gereja negara yang dipaksakan kepada semua
orang. Bagi mereka iman kristen itu bebas dan dianut atas kemauan sendiri,
bukan dipaksakan. Gereja adalah persekutuan sukarela dari murid-murid yang
terikat oleh satu tujuan. Para reformator sadar bahwa tidak semua warga adalah
Kristen sejati, tetapi mereka melihat sebagai orang terpilih ialah sekelompok
orang di dalam gereja negara itu.Jumlahnya dan siapa orangnya tidak diketahui
dengan pasti. Para Anabaptis tidak setuju. Mereka berpendapat bahwa gereja itu
seharusnya hanya terdiri dari orang-orang yang percaya sesungguhnya, murid-
murid yang terikat pada tujuan bersama. Gereja yang sungguh adalah kelompok

12
Ibid, 173-174
13
F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja,(Jakarta: BPK-GM, 2011),393.
14
J. L. Ch. Abineno, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 178
15
A. Kenneth Curtis,dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: Gunung
Mulia,2013),79
murid-murid yang nyata, yang sudah memisahkan diri dari dunia termasuk gereja
negara.16
Kelompok reformasi radikal mempunyai pengertian lain tentang wujud gereja
dan tentang hubungan gereja dan negara daripada GKR dan Protestan. Yang
merupakan dasar gereja menurut mereka, adalah kesuciaan anggota-anggotanya,
bukan rahmat Allah atas orang-orang berdosa. Mereka mencita-citakan jemaat
kecil, terasing dari hidup kemasyarakatan dan kenegaraan. Menurut mereka, tidak
mungkin perjanjian Allah seluas bangsa, perjanjian itu hanya meliputi orang-
orang percaya saja. Tetapi menurut Luther dan Calvin, dasar gereja bukanlah
kesuciaan anggota-anggotanya, melainkan rahmat Allah dan pemberitaan-Nya
dalam Firman dan sakramen.17
2.3. Aliran Reformasi Radikal
Aliran Anabaptis berasal dari bahasa Yunani ana dan baptiso yang berarti
membaptis kembali. Kata ini merupakan nama sindiran yang diberikan oleh
lawan-lawannya, karena mereka menolak baptisan anak sebagai baptisan yang
benar.18 Nama ini diberikan kepada gerakan ini karena ciri yang paling menonjol
adalah bahwa mereka membaptis orang-orang dewasa.19 Pengertian Anabaptis
adalah pembaptisan ulang. Seolah-olah ada baptisan ulang. Padahal, maksud dari
baptisan ulang disini adalah orang-orang yang tadinya sudah menerima baptisan
sewaktu kecil (anak-anak). Namun, ketika ia sudah dewasa dan hidup dalam
pertobatan, orang tersebut akan dibaptis lagi. Karena dianggap anak kecil tidak
bisa mempertanggungjawabkan apa yang diimaninya. Masih bisa berubah-ubah.20
Mereka menegaskan bahwa jemaat Kristen hanya boleh terdiri dari orang-orang
percaya saja. Oleh karena itu, mereka menolak pembaptisan anak-anak.21
Gerakan ini bermula di Swiss, kemudian menjalar ke Jerman dan negeri-negari
lain disekitarnya. Semula mereka mengikuti tokoh reformasi Swiss, Ulrich
Zwingli, namun dalam waktu singkat memisahkan diri dari gereja dan upaya
reformasi yang dipimpinnya. Sama seperti gerakan pemberontakan petani,
gerakan ini juga berusaha menciptakan persekutuan orang-orang suci dan

16
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 161
17
J. L. Ch. Abineno, Harta Dalam Bejana, 178-179
18
F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 16
19
C. De Jonge & Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995),
38
20
Jonar S., Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2014), 373
21
Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, 177
mendirikan orang-orang suci dan mendirikan kerajaan Kristus di bumi. Namun
dalam mewujudkan cita-cita itu mereka lama-kelamaan menjelma menjadi
gerakan pemberontakan dan menghalalkan kekerasan.22 Para Anabaptis ingin
berbuat lebih banyak daripada hanya mereformasi gereja, mereka ingin kembali
pada keadaan yang digambarkan oleh Alkitab, bukannya suatu lembaga yang
berkuasa, mereka menginginkan persekutuan, sebuah keluarga beriman, yang
diciptakan Allah, yang bekerja dalam hati manusia. Para Anabaptis menyarankan
perpisahan gereja dan negara, karena mereka melihat gereja sebagai sesuatu yang
berbeda dari masyarakat umum. Mereka tidak ingin kekuasaan politik memaksa
nurani orang percaya.23
Pada tanggal 21 Januari 1525, kelompok yang dipimpin Grebel berkumpul
mengadakan penelaahan Alkitab, lalu seorang pesertanya, Cajacob meminta agar
Grebel melayankan baptisan yang benar atas dirinya dan sesuai dengan Alkitab.
Oleh karena seorang pejabat gereja yang dibaptis, sehingga dilayankan baptisan
tersebut, peristiwa itu dikalngan memonit, dipahami sebagai hari lahirnya
Anabaptis24
Bagi mereka iman Kristen itu bebas dan dianut atas kemauan sendiri, bukan
dipaksakan. Mereka berpendapat bahwa gereja itu seharusnya hanya terdiri dari
orang-orang percaya sesungguhnya, murid-murid yang nyata, yang sudah
memisahkan diri dari dunia (termasuk gereja negara). Sikap para radikal yang
menentang baptisan anak makin mengeras dan sesudah 1525, mereka membaptis
ulang para pengikut-pengikutnya. Sehingga dewan kota mengusir mereka semua
yang dibaptis ulang, dan tahun berikutnya hukuman mati diberlakukan untuk
pembaptis ulang. Sejumlah pemimpin Anabaptis bertemu pada bulan Februari
pada tahun 1527 di Schleitheim. Mereka mengeluarkan 7 pasal pernyataan iman,
ketujuh pasal itu bukanlah pernyataan iman yang luas dan lengkap, tetapi
mencakup pokok-pokok perselisihan utam antara pihak Anabaptis dengan pihak
reformasi serta pokok-pokok yang tadinya merupakan bahan perselisihan antara
para Anabaptis sendiri. Ketujuh pasal itu ialah :

22
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2005) , 35
23
A. Kenneth Curtis, dkk., 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 79
24
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 107-108
1. Baptisan bukan untuk anak-anak, tetapi bagi mereka yang secara sadar
memilih menjadi Kristen.
2. Orang percaya yang sudah dibaptis tetapi berbuat dosa lagi dan tidak mau
mengoreksi diri akan dikucilkan dari persekutuan
3. Upacara memecahkan roti adalah perjamuan persekutuan untuk
memperingati Yesus Kristus dan hanya murid yang sudah dibaptis boelh
berpartisipasi.
4. Orang percaya harus memecahkan diri dari dunia yang jahat ini, termasuk
dari gereja-gereja Negara Katolik Roma maupun Protestan.
5. Gembala-gembala dipilih dari antara laki-laki yang memiliki nama baik di
dunia ini. Gaji mereka harus dijamin oleh kawanannya.
6. Pedang (jabatan pemerintah) diperintahkan oleh Allah untuk dipakai oleh
pejabat duniawi untuk menghukum orang jahat. Di gereja, datu-satunya
senjata yang dipakai adalah ekskomunikasi. Yesus Kristus melarang
penggunaan kekerasan, oleh sebab itu orang Kristen tidak dapat menerima
menjadi pejabat.
7. Bagi orang Kristen bersumpah itu salah.25
2.4. Pokok Ajaran Reformasi Radikal
2.4.1. Alkitab26
Alkitab dipandang sebagai sumber kebenaran dan pemilik kewibawaan
tertinggi, serta menggunakan Alkitab bukan terutama untuk membangun
sistem teologi, melainkan untuk membebaskan manusia dari dosa. Dalam
pengertian ini mereka menganut sikap yang “praktis” terhadap Alkitab,
yaitu membuatnya berfungsi di dalam keselamatan dan penyucian
manusia, ketimbang meletakkan banyak tekanan atas sistem pemikiran
atau masuk ke dalam masalah-masalah teologi yang spekulatif. Dengan
kata lain, Alkitab terutama digunakan untuk memberitakan injil
keselamatan dan mengajak pendengarnya kepada pertobatan dan hidup
baru, seraya memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus.
2.4.2. Gereja

25
Tony Lane, Runtut Pijar, 161-162
26
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja,(Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2016), 144
Gereja dipahami sebagai persekutuan dari pribadi-pribadi yang telah
diselamatakan Allah melalui pengorbanan dan penebusan Kristus. Orang
atau jiwa yang telah bertobat dan dilahirkan kembali, dan yang sudah
dibaptis dengan cara diselamkan, merekalah yang layak menjadi anggota
gereja. Di dalam gereja boleh ada berbagai jabatan gereja, tetapi semua
jabatan termasuk tata cara pemilihan, penangkatan dan penahbisan, harus
berpedoman dan mengacu kepada Alkitab.

2.4.3. Baptisan
Baptisan harus dilakukan dengan cara selam dan hanya dilayankan bagi
orang dewasa yang sudah mampu memahami dan menyatakan imannya,
karena memang begitulah dinyatakan di dalam Alkitab. Baptisan
dilakukan di dalam nama Allah Tritunggal : Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Disamping melambangkan kasih karunia Allah yang menganugerahkan
kelahiran kembali serta hidup baru, baptisan juga melambangkan iman
dan ketaatan kepada Kristus.27
2.4.4. Penetapan-penetapan (Ordinances) di Dalam Perjanjian Baru
Kaum Mennonit tidak menggunakan istilah sakramen, melainkan
penetapan. Salah satu alasannya adalah : sesuai dengan semboyan imamat
am orang percaya (yang mereka ambil dari Luther), bukan hanya pendeta
yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi, malainkan juga warga
jemaat. Alasan lainya adalah istilah sakramen tidak terdapat di dalam
Alkitab dan berasal dari perbendaharaan bahasa sehari-hari yang artinya
bisa lebih ataupun lain dari yang dimaksudkan gereja.28
2.4.5. Kuasa Roh Kudus
Karena masing-masing orang boleh membaca dan menafsirkan Alkitab
sesuai kebebasan hati nuraninya, maka bisa terjadi perbedaan pemahaman.
Untuk mencegah masing-masing membuat pemahamannya sendiri,
Alkitab harus dibaca dan dipahami di dalam perhimpunan jemaat bila
orang Kristen berhimpun, Firman diberitakan, sebagian mendengar,

27
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 140-141
28
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 145-146
sebagian bernubuat dan sebagian mempertimbangkan isinya, disitulah
Roh Kudus akan memimpin kepada pengertian yang sama. Kuasa Roh
Kudus juga diandalkan dalam berbagai pertemuan dan perundingan.
2.4.6. Nir (tidak menggunakan) Kekerasan
Kaum Mennonit menolak penggunaan kekerasan dalam kehidupan
pribadi dan juga menolak dinas militer dalam segala bentuknya.
Penolakan ini didasarkan kepada nats Perjanjian Baru, dan berdasarkan
amanat Kristus untuk menjadikan semua bangsa murid (Mat. 28:19)
berdasarkan ini juga kaum Mennonit menolak dinas kepolisian dan
pengadilan. Itu berarti bahwa kaum Mennonit menentang pemerintah,
pemerintah tetap diakui sebagai yang ditetapkan oleh Allah untuk
menegakkan hukum dan keadilan terhadap pelaku-pelaku kejahatan dalam
masyarakat. Tapi tugas itu tidak ditetapkan bagi orang-orang kudus.
2.4.7. Larangan Bersumpah
Larangan ini didasarkan pada amanat Kristus pada Mat. 5:33-37 dan
23:16-12 dan Yak. 5:12. Ini sejalan dengan larangan untuk menuntut
seseorang secara hukum atau menyeretnya kedepan pengadilan atau
memenjarakannya (bnd.1 Kor 6:1-7). Karena itu kalau kaum Mennonit
diminta untuk bersumpah, yang boleh ia lakukan hanyalah afirmasi
(mengiakan atau membenarkan).29
2.5. Tokoh-tokoh Reformasi Radikal
2.5.1. Thomas Muenzer30
Muenzer adalah seorang penginjil keliling dari suatu gerakan revolusi
sosial. Cita-citanya adalah menghancurkan orde masyarakat yang ada dan
menggantinya dengan suatu orde masyarakat sama rasa, sama rata yang di
dalamnya tidak ada imam, raja, bangsawan dan milik pribadi. Muenzer
dilahirkan di Stolberg, daerah pegunungan Harz pada tahun 1489. Ia
belajar di Leipzig dan di Frankfrut. Mungkin juga ia bertemu Luther
dalam perdebatan agama di Leipzig. Pada tahun 1520, melalui perantaraan
Luther, ia diangkat menjadi pengkhotbah salah satu gereja di kota industri
Zwickau. Dan pada zaman ini ia pengagum Luther. Di kota ini Muenzer

29
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 145-147
30
F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK- Gunung
Mulai, 2011), 140
mulai berkhotbah yang isinya pembaharuan, baik dalam kehidupan
keagamaan maupun kehidupan kemasyarakatan. Khotbah-khotbahnya
bersifat menghasut rakyat untuk memberontak sehingga ia diusir dari
sana.
Pada tahun 1522 Muenzer muncul di Wittenberg. Ternayata Muenzer
bukan lagi pengikut Luther. Ia sudah mengembangkan teologinya sendiri.
Pandangan teolog Muenzer dipengaruhi oleh pandangan Eckhart tentang
kemiskinan, yang artinya bukan sebagai kemiskinan rohani, melainkan
kemiskinan harta benda, kemelaratan. Hanya orang-orang miskin seperti
inilah yang dapat menerima Roh, Terang Batiniah. Merekalah orang-
orang yang berbahagia yang berkenan pada Allah menurut Matius 5:3.
Orang-orang kaya adalah orang-orang fasik. Kemudian dia berpendapat
bahwa orang-orang miskin yang saleh haruslah membasmi orang-orang
kaya yang fasik dan mendirikan kerajaan Allah di bumi. Muenzer
menyerang Luther dengan tegas lewat tulisan-tulisannya. Pada tahun 1523
Muenzer menjadi pendeta jemaat di Alstadt. Ia berpen dapat bahwa Luther
lebih buruk dari pada Paus. Luther menyebut Muenzer sebagai “Iblis dari
Alstadt”. Pada tahun 1524, Muenzer diusir dari Alstadt dan pergi ke
Muhlhausen. Disini ia berkhotbah untuk mengajak rakyat memberontak,
menghancurkan struktur masyarakat. Sekali lagi ia diusir ke Jerman
Selatan, tetapi beberapa bulan kemudian ia kembali lagi ke Muhlhausen.
Ia menghubungkan tuntutan-tuntutannya dengan tuntutan petani Jerman
yang ditindas oleh para bangsawan Jerman, sehingga mereka menjadi
sangat fanatik. Mereka mengadakan revolusi, membakar, merampok, dan
membunuh dimana-mana. Muenzer menjadi salah seorang pemimpin
pemberontakan petani itu. Raja Jerman menindas pemberontakan petani
itu dengan kejam sehingga pemberontakan itu berhasil ditumpas pada
musim panas 1525. Kemudian Muenzer ditangkap dan dibunuh bersama
ribuan orang lainnya pada tahun 1525.
2.5.2. Menno Simons
Menno Simons lahir di Friesland, Belanda Utara, pada tahun 1496-
1497. Pada tahun 1524 ia menjadi imam, tetapi kemudian ia mulai
meragukan doktrin transsubstansiasi. Ia lalu membaca Alkitab dan sampai
pada kesimpulan bahwa ajaran Roma salah, tetapi ia tidak meninggalkan
tugasnya. Ia berkata: “kedengarannya sangat janggal bagi saya, suatu
baptisan kedua kali. Kuselidiki Alkitab dengan tekun dan memikirkannya
dalam-dalam, tetapi tidak ada yang kudapat mengenai baptisan anak”. Ia
kemudian berpaling pada bapa-bapa gereja dan para reformator, tetapi
tidak menemukan pembelaan berdasarkan Alkitab mengenai baptisan
anak. Ia kemudian menarik kesimpulan bahwa “kita sudah diperdaya
dengan baptisan anak ini”, tetapi ia tidak berbuat apa-apa. Sampai pada
waktu ia belum pernah berhubungan dengan para Anabaptis.
Menno melihat dampak dari Muenzer serta penganiayaan terhadap
saudara-saudara Anabaptis yang sudah tak berpimpinan. Hati kecilnya
mencela dirinya, karena ia hidup berpura-pura setia kepada Roma hanya
di luar. Ia mulai berkhotbah menurut keyakinannya dan sesudah 9 bulan,
pada tahun 1536, ia pergi dari tempat tinggalnya dan menjadi
pengkhotbah Anabaptis. Menno menjadi pemimpin Anabaptisme di
Belanda dan Jerman Utara. Ia membentuk jemaat-jemaat yang berdiri
sendiri dengan pemimpin-pemimpinnya sendiri. Sejak tahun 1545 gerakan
ini disebut Mennonit.
Menno adalah contoh yang menunjukkan betapa berbahayanya
mengabaikan tradisi ketika menafsirkan Alkitab. Ia mengatakan bahwa
Yesus Kristus “tidak menjadi daging dari Maria, tetapi di dalam Maria.”
Dengan kata lain, walaupun membenarkan Yesus Kristus benar-benar
manusia tetapi ia tidak percaya bahwa kemanusiaannya datang dari Maria
yang hanya merupakan tuan rumah. Pandangan ini sudah ditolak pada
abad kedua sebagai pandangan menyesatkan. Sikap Menno membuktikan
kebenaran pribahasa bahwa barangsiapa mengabaikan sejarah, pasti akan
mengulangi kesalahan-kesalahan yang dulu-dulu. Gereja Mennonit dalam
hal ini tidak setuju dengan Menno.31
Pada tanggal 30 Januari 1536 Menno Simmon bicara terbuka
menyatakan diri meninggalkan jabatan imam Katholik dan beralih pada
kaum Anabaptis, tapi bukan yang menganut garis keras, melainkan yang
cinta damai dan menolak kekerasan. Pada tahun 1537 ia ditahbiskan
menjadi pendeta Anabaptis dan segera diangkat jadi pemimpin kaum

31
Tony Lane, Runtut Pijar, 162-163
Anabaptis di Belanda, yang ia lakoni selama 25 tahun sambil mendalami
Alkitab, menulis buku dan traktat sampai akhir hayatnya. Sudah sejak
masa kepemimpinan Menno kaum Anabaptis di Belanda menghadapi
banyak pergumulan. Bukan hanya menghadai tekanan GKR melainkan
juga menghadapi penganut reformasi Luther dan Calvin yang semakin
kuat di negeri itu. Kaum Mennonit memang sependapat dengan kaum
Lutheran dan Calvinis mengenai banyak hal pokok dari ajaran reformasi,
tetapi kemudian menarik implikasi yang berbeda dengan pokok-pokok
ajaran tersebut. Bagi kaum Mennonit, pembenaran oleh iman berarti
bahwa hanya pribadi-pribadi yang sudah cukup dewasa untuk memiliki
iman yang sadar dan yang dapat mengambil keputusan bagi dirinyalah
yang dapat dibaptis.32
2.5.3. Andreas Carlstatd33
Andreas adalah seorang tokoh reformasi gereja di Jerman, sahabat
Martin Luther tapi kemudian menjadi musuh Luther. Carlstatd adalah
nama tempat kelahirannya. Nama sebenarnya ialah Andreas Von
Bodenstein. Ia belajar di Universitas Erfurt dan Collogne setelah itu ia
menjadi mahaguru di Universitas Wittenberg. Disini ia mengajarkan
teologi skolastik namun karena pengaruh Luther, ia menolak teologi
tersebut dan menganut teologi Agustinus secara konsekuen. Ia
berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kehendak bebas setelah
manusia jatuh ke dalam dosa. Ia juga menolak selibat kebiaraan dan
ekaristi.
Pada hari natal 1521, ia merayakan perjamuan kudus reformasi
pertama. Ia tampil dengan memakai pakaian biasa. Roti dan anggur ia
bagi-bagikan kepada semua anggota jemaat biasa. Ia menganggap bahwa
Luther terlalu lamban dalam menjalankan pembaharuan gereja. masih
banyak unsur papisme yang dibiarkan Luther di dalam gereja yang perlu
dihapuskan. Carlstatd melakukan tindakan-tindakan pembaharuan radikal,
seperti :
1. Menyerang puasa. Ia bersama rakyat berdemonstrasi dengan
memakan daging dan telor pada hari puasa di tengah-tengah umum.

32
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja,112
33
F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, 54-55
2. Ia mnolak semua gelar dan kehormatan bagi dirinya karena yang
harus mendapat penghormatan hanyalah Kristus (Mat. 23:8)
3. Ia menasehatkan mahasiswanya supaya bertani dan makan
makanan dari hasil keringatnya sendiri (Kej. 3:19).
4. Ia tidak mau memakai jubah imam dan jubah mahagurunya. Ia
memakai pakaian rakyat biasa dan kemudia digantikannya dengan
pakaian seorang petani.
5. Ia menentang baptisan anak
Pada tahun 1523 Carlstatd berhenti sebgai mahaguru di Wittenberg dan
menjadi seorang petani. Ia mengadakan hubungan rahasia dengan Thomas
Muenzer sekalipun ia tidak menyetuhjui sepenuhnya gerakan Muenzer. Ia
juga menulis karangan yang menguraikan pandangan tentang perjamuan
kudus. Ia berpendapat bahwa kata inilah bukan menunjuk kepada roti dan
anggur, melainkan kepada Kristus sendiri. Luther tidak menyetujui
tindakan-tindakan radikal yang dilakukan Carlstatd. Luther menyebut
Carlstatd sebagai Yudas yang baru. Atas permintaan Luther kepada raja
Saksen, Carlstatd diusir pada tahun 1524. Pada tahun 1525 ia kembali lagi
ke Wittenberg dan raja melarangnya untuk mengajar dan pada tahun 1528
Carlstatd diusir lagi dari wilayah kerajaan Saksen. Carlstatd mengembara
di wilayah Jerman dengan keadaan yang menyedihkan. Pada akhirnya,
Carlstatd pergi menuju Zurich dan pada tahun 1534 ia diangkat menjadi
mahaguru di Universitas Basel. Ia tinggal di Basel sampai meninggal pada
tahun 1541.
2.5.4. Hubmaier Balthasar34
Hubmaier dilahirkan di Freidburg, dekat Augsburg pada tahun 1481. Ia
belajar teologi di bawah bimbingan Dr. Johan Eck dari Freidburg dan
Ingolsradt. Hubmaier adalah salah seorang pemimpin gerakan Anabaptis
pada abad ke-16. Ia menjadi imam di Cathedral Regensburg dan dikenal
sebagai pengkhotbah yang terkemuka. Hubmaier kemudia menjadi imam
Wahlshut. Waktu menjadi imam, ia mengadakan kunjunagan kepada
Erasmus di Basel dan kepada Zwingli di Zurich. Sekembalinya dari Swiss,
Hunmaier mempropagandakan proklamasi. Hubmaier dalam perdebatan

34
F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, 97-98
tentang perjamuan kudus pada tahun 1523 membela ajaran-ajaran
Zwingli. Namun poko perceraiannya dengan Zwingli adalah soal baptisan
anak. Ia berpendapat bahwa para reformator mengadakan pembaharuan
gereja, tapi tidak sempurna. Pembaharuan yang mereka laksanakan hanya
setengah jalan. Salah satunya ialah baptisan anak. Hal ini menyebabkan
Hubmaier meninggalkan Zwingli dan beralih ke kaum Anabaptis.
Menurut Hubmaier, baptisan anak adalah ciptaan paus, si antikristus.
Baptisan anak tidak memiliki dasar di dalam Alkitab. Di dalam baptisan
dituntut suatu pertobatan pribadi yang tidak dapat dituntut dari seorang
anak kecil.
Baptisan bagi Hubmaier berarti jaminan iman dan ketaatan hingga
mati. Jaminan seperti itu tak dapat dibuat dan diharapkan dari seorang
anak kecil. Oleh karena itu, baptisan anak-anak tidak mempunyai arti apa-
apa. Baptisan anak tidak sah. Sebagai pengganti baptisan anak, Hubmaier
memperkenalkan praktek penahbisan (penyerahan) anak di hadapan umat.
Hubmaier sendiri dibaptiskan kembali dan kemudian dia membaptiskan
orang lain lagi pada paskah 1525. Ia menghapuskan misa, mengeluarkan
altar, salib, gambar, patung dari dalam gereja.
Hubmaier kemudia kembali dengan golongan Anabaptis di Zurich dan
dengan Thomas Muenzer. Gagalnya pemberontakan kaum petani
menyebabkan Hubmaier melarikan diri ke Moravia. Di Moravia,
Hubmaier menerbitkan sejumlah tulisannya yang dicetaknya sendiri dalam
percetakannya yang dibawa ke Moravia dari Swiss. Pada tahun 1525, raja
Lois dari Hungaria meninggal dan Moravia jatuh ke dalam tangan raja
Fredinand dari Austria. Hubmaier ditangkap dan dipenjarakan besama
istrinya dengan tuduhan terlibat dalam pemberontakan petani dan
golongan anarkis. Hubmaier dijatuhi hukuman mati dengan jalan dibakar.
Istrinya 3 hari kemudian ditenggelamkan di danau Danube.
2.5.5. Conrad Grebel35
Conrad Grebel dilahirkan pada tahun 1498 di Gruningen. Ayahnya
bernama Jacob Grebel, seorang pengusaha besi yang sukses sehingga

35
F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, 87-88
menjadi seorang yang kaya raya. Disamping itu, Jacob menduduki jabatan
yang penting yaitu sebagai anggota dewan kota Zurich.
Pada tahun 1521, Grebel dan beberapa orang temannya belajar bahasa
Yunani dan Ibrani kepada Zwingli . Hubungannya dengan Zwingli
menyebabkan Grebel bergaul dengan tokoh-tokoh humanis di Swiss.
Grebel hidup sebagai seorang humanis dan memainkan peranan yang
penting dalam pemerintahan di kota Zurich.
Pada tahun 1522, Grebel mengalami pertobatan dan beralih dari
seorang humanis menjadi penganut reformasi bersama dengan Zwingli. Ia
sangat menghormati dan membela Zwingli sampai diadakannya
perdebatan tentang patung dan ekaristi pada akhir tahun 1523 di Zurich.
Pada perdebatan ini Grebel berselisih dengan Zwingli. Menurut Zwingli,
keputusan tentang penghapusan patung dari dalam gereja dan perayaan
ekaristi diserahkan kepada keputusan Dewan Kota. Grebel menolak keras
pendapat Zwingli tersebut. Ia menyatakan bahwa tidak perlu
menyerahkannya kepada Dewan Kota karena yang berkuasa bukanlah
Dewan Kota, melainkan Alkitab.
Grebel dan kawan-kawannya tidak puas dengan reformasi yang sangat
lamban yang dijalankan oleh Zwingli. Mereka juga tidak puas dengan
sikap Zwingli. Pada Desember 1524, Grebel berdebat dengan Zwingli
tentang baptisan anak. Mereka menolak baptisan anak karena tidak ada
dasanya di dalam Alkitab. Golongan radikal mendirikan sebuah
persekutuan dengan nama persaudaraan dalam Kristus atau dikenal juga
persaudaraan Swiss. Baptisan yang benar adalah baptisan dewasa bukan
baptisan anak. Pada Februari 1525, persaudaraan Swiss berkumpul dan
saling membaptis diantara mereka. Grebel dibaptis oleh George Cajacob
kemudian George dibaptis oleh Grebel.
Pada November 1525, diadakan perdebatan tentang baptisan di Dewan
Kota Zurich. Pada perdebatan ini Zwingli menyatakan persaudaraan Swiss
sesat. Grebel, Manez dan Blaurock dipenjarkan, namun pada malam hari
mereka dapat melarikan diri melalui jendala yang tak terkunci. Grebel
meninggal pada Agustus 1526.
2.6. Dampak Reformasi Radikal36
Dampak dari reformasi radikal adalah :
1. Mampu menyerang GKR dan reformator lainnya.
Kelompok radikal mampu menyerang GKR dengan menjadikan
masyarkat menengah ke bawah sebagai pemberontak terhadap GKR.
Mereka tidak mau membayar uang pajak sehingga GKR menjadi melemah
di sudut ekonomi dan para bangsawan kehilangan penghasilannya.
Kelompok ini juga menyerang para reformator dengan tambahan wawasan
teologi Muenzer mengenai umat pilihan yang artinya sebagai umat pilihan
Allah harus mengosongkan diri, supaya tempat yang kosong itu dapat diisi
oleh Roh Tuhan. Kekosongan diri juga berarti kekosongan mateial, alias
tidak mempunyai harta. Muenzer juga menyarang Luther dengan menyebut
Luther sebagai “saudara babi gemuk” karena tidak mendukung
perjuangannya
2. Disenangi oleh masyarakat menengah kebawah
Dampak dari aliran ini juga membuat banyak pengikutnya dari golongan
menengah ke bawah karena masyarakat menengah ke bawah ingin
mendapat keadilan dalam kondisi krusial dan ekonomi yaitu kebebasan dari
kewajiban-kewajiban membayar pajak. Mereka ingin tidak perbedaan orang
kaya dan orang miskin. Dengan melihat keadilan ini, masyarakat menengah
ke bawah banyak yang ikut menjadi anggota reformasi radikal.
3. Mudah mengembang dan tersebar keseluruh dunia
Kelompok ini mudah berkembang karena hidup di dalam kelompok-
kelompok yang dapat mempengaruhi setiap hidup masyarakat biasa dengan
menekankan kesalehan oleh sebab itulah reformasi radikal mudah
berkembang di Strassburg, Jerman, Zurich, Swiss, Morovia, Belanda, Italia,
dan lain-lain.
III. Kesimpulan
Beberapa kalangan menilai bahwa pembaharuan gereja yang dilakukan oleh para
reformator (Luther, Zwingli dan Calvin) setengah-setengah dan terlalu lamban.
Diantaranya Luther masih terikat dengan pemerintahan raja Friedrich dan masih
mempertahankan ornamen-ornamen GKR (patung, altar, salib, gambar dan lain-lain),

36
Jan S. Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung:Jurnal Info Media, 2007), 62
Calvin dan Zwingli terikat dengan Dewan Kota Jenewa. Kaum reformasi radikal
menilai bahwa masih ada keterikatan antara gereja dan negara. Mereka ingin gereja
yang bebas dari keterikatan dengan negara. Kaum reformasi radikal menolak baptisan
anak yang dinilai tidak memiliki dasar Alkitab sebab seorang bayi belum memiliki akal
sadar untuk menerima Yesus dan menyatakan imannya pada Yesus. Mereka percaya
baptisan dewasa dengan dasar Alkitab Mrk. 16:16. Seseorang yang akan dibaptis
haruslah mereka yang sadar akan imannya. Oleh karena itu, mereka dipanggil dengan
nama Anabaptis yang secara harafiah berarti baptisan ulang. Namun Anabaptis
bukanlah membaptis ulang, melainkan mereka hanya mengakui baptisan dewasa.
Menurut Anabaptis, gereja adalah orang-orang suci yang sadar akan imannya kepada
Yesus. Gerakan radikal salah menafsir akan karya Luther, “Kebebasan Orang Kristen.”
Yang dianggap kebebasan akan segala kewajiban dari para bangsawan. Namun yang
dimaksud Luther dari kebebasan tersebut adalah kebebasan dari Hukum Taurat.
Muenzer yang menajadi salah seorang pelopor Anabaptis menafsir Mat. 5:3. Dia
beranggapan bahwa kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan harta benda,
kemelaratan (hal duniawi), padahal yang dimaksud pada ayat tersebut kemiskinan
dalam hal rohani. Kaum Anabaptis beranggapan bahwa hanya mereka yang masuk
kedalam Kerajaan Sorga sedangkan kaum bangsawan atau tuan-tuan tidak berhak
masuk kedalam Kerajaan Sorga.
IV. Daftar Pustaka

...., KBBI, Jakarta: Balaai Pustaka,1996


....., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006
Abineno, J. L. Ch., Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2005
Aritonang, Jan S., Garis Besar Sejarah Reformasi, Bandung: Jurnal Info Media, 2007
Curtis, A. Kenneth, dkk., 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Echols, Jhon M. dan Hasan Shadiyi, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka,
2006
End, Thomas Van Den, Harta dalam Bejana, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2015
Jonge, C. De & Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1995
Jonge, C. De, Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 1996
Lane, Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016
McGrath, Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta: Gunung Mulai, 2011
S., Jonar, Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: ANDI, 2014
Wellem, F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja,Jakarta: BPK-
Gunung Mulai, 2011
Wellem, F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011

Anda mungkin juga menyukai