Anda di halaman 1dari 4

Nama: Miftahul Huda

NIM: 11191120000006

Kelas: Ilmu Politik 3A

Pemikiran Martin Luther dan John Calvin

Martin Luther:

Ada dua alasan mengapa reformasi gereja terjadi di Jerman. Alasan pertama ialah
Jerman masih berupa negara yang agraris, sangat tertinggal dibanding Italia dan Inggris yang
sudah lebih maju dalam hal manufaktur dan industri. Karena masih terbelakang ajaran yang
bersifat konservatif mengakar pada masyarakat Jerman, seringkali benda-benda suci dan
tokoh-tokoh kristen diyakini sebagai bagian dari ajaran kristen, tak lupa dengan surat penebus
dosa yang diperjualbelikan oleh otoritas gereja saat itu. Alasan kedua ialah kondisi
masyarakat Jerman saat itu ialah petani yang jelas paling menderita akibat kekuasaan gereja,
tanah serta properti mereka seringkali dirampas oleh gereja tanpa sebab yang jelas. Atas dasar
dua alasan itulah reformasi gereja mulai muncul, salah satu tokoh yang mencanangkan
pembaruan tersebut ialah Martin Luther.

Marthin Luther lahir pada tahun 1483, ia berasal dari keluarga petani. Ayahnya
berharap ia menjadi ahli hukum tapi pada nyatanya ia menjadi pastor di usia muda.
Selanjutnya ia mendalami teologi di Universitas Wittenberg. Pada saat ini pemikiranya
tentang pembaruan keagamaan dimulai. Ia melihat banyak sekali penyimpangan yang
dilakukan oleh otoritas gereja, salah satunya ialah surat penghapusan dosa atau indulgencies.
Luther menolak hal tersebut karena ia beranggapan bahwa memberi makan orang miskin
serta memberi uang kepada yang membutuhkan harus diutamakan dibanding surat penghapus
dosa. Selanjutnya ia juga berpendapat bahwa gereja dan pastor tidak berhak atas
pengampunan dosa melainkan tuhan itu sendiri yang berhak atas dasar amal soleh individu.

Luther juga menentang doktrin sakralisasi gereja, pastor sebagai mediator antara
manusia dengan tuhan lalu penyembahan benda mati dan tokoh keramat yang menimbulkan
kepercayaan yang tidak logis. Hal tersebut membuat masyarakat saat itu sangat bergantung
pada kekuatan supramatural, Luther menganggap bahwa sakramen digunakan untuk
membantu keimanan bukan untuk mencapai jalan tuhan. Desakralisasi ini selanjutnya melihat
bahwa manusia itu memiliki derajat yang sama di mata tuhan, karena pada saat itu pendeta
dianggap istimewa dibanding masyarakat biasa. Desakralisasi ini menentang sistem hierarki
gereja yang bertentangan dengan prinsip persamaan sesama manusia di mata tuhan. Luther
juga menghendaki alkitab diterjemahkan kedalam bahasa Jerman agar masyarakat bisa
membaca dan memahami alkitab itu sendiri.

Luther menuntut pemisahan kepentingan politik dengan kepentingan agama. Ia


melihat bahwa kekuasaan Paus tidak universal atau menyeluruh karena masih mengakui
kekuasaan para pangeran dan penguasa. Karena pemikiran inilah para penguasa mendukung
Luther, selain karena motif agama juga karena motif ekonomi. Para penguasa merasa
keberatan atas pajak dan ingin memisahkan diri dari Imperium Roma. Hal inilah yang
membuat gerakan reformasi sukses pada awal kemunculannya.

John Calvin:

Tokoh lain yang berpengaruh dalam reformasi gereja selain Martin Luther ialah John
Calvin. Ia telah berhasil meletakan dasar teologis, filosofis, dan intelektual yang mendukung
kesuksesan reformasi protestan. Calvin lahir di Noyon, Picardy, Perancis pada tahun 1509.
Calvin belajar di Universitas Paris dan mempelajari hukum di Orleans, disinilah Calvin
dipengaruhi oleh pemikiran Luther.

Pemikiran Calvin tentang takdir tak jauh berbeda dengan Agustinus. Ia menganggap
bahwa semua manusia itu berdosa secara alamiah dan disebabkan oleh dosa adam. Manusia
telah hina dan terkutuk sejak lahir tetapi manusia bisa selamat apabila mendapat rahmat
tuhan, maka dari itu manusia dituntut untuk berbuat baik dalam hidupnya demi mendapat
rahmat dari tuhan. Lalu manusia harus memerangi hawa nafsu, menurut Calvin dalam hal ini
bukan dengan cara monastik seperti menjadi biarawan melainkan menjalankan akteisme
duniawi yaitu umat kristen bisa menjadi pastor tidak harus terisolasi melainkan bisa di mana
saja terlebih di lingkungan masyarakatnya.

Selanjutya Calvin juga menolak sakramen-sakramen suci dalam kristen. Ia


menganggap menurut doktrin takdir sakramen tersebut tidak bisa memberikan keselamatan.
Doktrin desakralisasi ini telah menghapus segala keperctaan magis non agama yang telah
mengakar selama berabad-abad. Menurut Weber doktrin anti sakramen ini akan memperkuat
paham individualisme, dimana manusia bisa langsung berhadapan dengan tuhan tapa
perantara pastor dan gereja.
Report Wacthing Film:

Film yang berjudul Luther ini mengisahkan seorang pendeta abad ke-16 bernama
Martin Luther yang merupakan salah satu tokoh dari reformasi gereja. Pada film ini
dijelaskan mengapa Luther mencetuskan pembaruan dalam hal agama dan perjuangannya
agar reformasi tersebut dapat terwujud.

Film ini dimulai dengan kegagalan Martin Luther dalam misa pertamanya, ayahnya
yang datang cukup kecewa atas hal tersebut. Lalu orang-orang gereja mengirim Luther untuk
pergi ke Roma. Kepergiannya ke Roma adalah awal mula mengapa ia menentang otoritas
gereja. Ia melihat Roma tidak sebaik yang ia kira, perjudian serta perzinahan yang bahkan
dilakuakn oleh pemuka adalah hal yang wajar di Roma. Pada momen tersebutlah ia juga
melakukan indulegencies yaitu surat untuk menebus serta menghapus dosa. Ia melihat bahwa
otoritas gereja telah memanfaatkan ajaran kisten untuk mendapatkan keuntungan seperti surat
penghapus dosa. Hal inilah yang membuat muncul pertanyaan besar apakah ajaran kristen
saat itu sudah melenceng jauh dari ajaran yang seharusnya.

Sekembalinya ia dari Roma ia bercerita kepada sang pendeta tentang keadaan Roma
saat itu terlebih praktik surat penghapus dosa, karena hal ini sang pendeta pun mengirimkan
Luther untuk belajar teologi di Universitas Wittenberg, ia berharap nantinya ia akan
mendapat jawaban atas perntanyaan besar tadi. Selama ia belajar disana, ia seringkali
berdebat dengan dosen serta mengkritik dan mempertanyakan hal-hal yang menyimpang
dalam ajaran kristen pada saat itu. Langkah selanjutnya ialah ia menulis dan menempelkan 95
thesisnya di depan pintu gereja untuk mereformasi keagamaan, lalu ia mulai diperbincangkan
seluruh kota dan tulisannya mulai dibukukan oleh pendukungnya.

Konflik pun mulai berlanjut, Luther bukan tanpa rintangan dalam mewujudkan
reformasi gereja, seringkali ia coba dilarang menyampaikan pemikirannya tersebut oleh
sekretaris pangeran itu sendiri. Terlebih saat tulisannya mulai dibaca oleh paus, ia mendapat
panggilan untuk mengklarifikasi hal tersebut serta buku-buku tadi dibakar agar pemikiran
Luther ini tidak menyebar. Maka diadakanlah Sidang Worms, pada sidang ini Luther
menolak untuk menarik kembali thesisnya dan menolak untuk minta maaf. Setelah sidang ini
dilaksanakan terjadi kerusuhan yang berawal dari pemberontakan para pendukung garis keras
Luther yang mencoba melawan gereja. Kerusuhan ini membuat pertumpahan darah terjadi di
Jerman. Pada akhirnya di pertemuan Ausburg usaha dari Luther pun berhasil, para pangeran
menolak untuk tunduk pada Roma dan karena hal inilah yang membuat terbukanya
kebebasan dalam hal beriman.

Refrensi:

Schmandt, Henry J. Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Kuno sampai Zaman
Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.

Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran


Negara, Masyarakat dan Kekuasaan. Jakarta: Gramedia. 2001.

Anda mungkin juga menyukai