Bagian Kedua
TEORI-TEORI
SOSIOLOGI KONFLIK
BAB I
Teori Sosiologi Konflik
Klasisk
BAB II
Teori Sosiologi Konflik Kontemporer
BAB III
Teori Sosiologi Konflik
Eklektik
BAB IV
Teori Sosiologi Konflik
Multidisipliner
2
BAB I
Teori-Teori Sosiologi Konflik Klasik
POKOK BAHASAN
Dinamika Masyarakat
Latar Lahirnya Sosiologi Konflik
Konflik Kelompok
dan Perjuangan Kelas Perpektif
Ibn Khaldun dan Karl Mark
Stratifikasi Sosial
Konflik Kesadaran Kolektif
dan Gerakan Sosial
Sosialisasi
dan Konflik Alamiah
Refleksi
Atas Sosiologi Konflik
3
DINAMIKA MASYARAKAT
Latar Sosiologi Konflik
Sosiologi konflik lahir dari konteks masyarakat yang
mengalami pergeseran-pergeseran nilai dan struktural dan dinamika
kekuasaan dalam negara. Konteks sosiohistoris inilah yang
membentuk pemikiran dalam sosiologi konflik. Istilah sosiologi
konflik pertama digunakan oleh George Simmel dalam American
Journal of Sociology tahun 1903 dalam artikelnya yang berjudul
The Sociology of Conflict: I. Bryan S. Turner melalui Classicial
Sociology secara tidak langsung juga memberi penghargaan kepada
Simmel sebagai penggagas sosiologi konflik. 1 Sedangkan para
ilmuan social klasik lainnya tidak menspesifikasi karya mereka
sebagai sosiologi konflik, namun merupakan bangunan akademis
ilmu social secara umum. Banyak diantara mereka bahkan
merupakan ilmuan yang membahas filsafat, matematika, astronomi,
kedokteran, dan sejarah, seperti Ibnu Khaldun yang merupakan ahli
astronomi, sejarah, filsafat, dan sosiologi. Sehingga bisa disebutkan
dalam buku ini, George Simmel adalah Bapak dari sosiologi
konflik.
Tokoh-tokoh sosiologi konflik klasik, seperti Ibnu Khaldun
(1332-1406), Karl Marx (1818-1883), Emile Durkheim (1879-
1912), Max Weber (1864-1920), dan George Simmel (1858-1918)
mempunyai peran dasar dalam meletakan mainstream teori sosial
secara umum dan mempengaruhi sosiologi konflik kontemporer
pada khususnya. Dalam bagian kedua buku ini akan diuraikan
secara singkat garis pemikiran sosiologi konflik. Bagian ini
memetakan empat tema sosiologi konflik klasik yaitu konflik
kelompok dan kelas, konflik dan statifikasi social, kesadaran
kolektif dan gerakan social, dan sosialisasi dan konflik alamiah.
Sebelumnya buku ini membahas secara umum latar belakang
1
Bryan Turner, Classical Sociology, London : Sange Publications, 1999,
hal.147
4
3
Bryan Turner, Op.Cit., hal. 222
12
4
Wallace & Wolf, Reading in Contemporary Sociological Theory from
Modernity to Postmodernity, New Jesey : Prentice Hall, 1995, hal. 79
5
Ralf Dahrendolf, Op. Cit., hal.8
13
STRATIFIKASI SOSIAL
Teori Konflik Max Waber
Marx Weber terlahir di tahun 1864 dari keluarga kaya
(borjuis) di Jerman. Ia menikmati kemewahan posisi sosial ayahnya
yang menjadi anggota penting parlemen di Jerman dari Partai
Liberal Jerman. Walaupun demikian, ia mengalami pengalaman
pahit dari hubungan pernikahan ayah dan ibunya. Weber sendiri
merupakan pendiri Partai Demokrat Jerman (Deutshce
Democratishe Partie). Hal ini menunjukan ketertarikannya pada
dunia politik di Jerman pada waktu itu. Latar belakang aktivitas
dan lingkungan ini akan member pengaruh besar terhadap sosiologi
konflik Weber.
Max Weber sejalan dengan filsafat Marx yang melihat ada
kepentingan alamiah dalam setiap diri manusia. Kepentingan
alamiah inilah yang mendorong manusia untuk terus bergerak
mencapai kekayaan (wealth) serta menciptakan tujuan-tujuan
penting dan niali-nilai dalam masyarakat. Namun Weber tidak
sepakat dengan apa yang dipikirkan Marx tentang determinisme
ekonomi. Bahkan Weber menyebut Marx sebagai sosiologi
dogmatis, dan menyebutn sosiologinya sebagai sosiologi empiris.6
Selanjutnya menurut Turner, perbedaan teoretis antara Weber dan
Marx ini juga terlihat dari komitmen metedologi Weber yang
mengikuti individualism, sosiologi sebagai perspektif interpretative
pada tindakan sosial. Sedangkan Marx mengacu pada epistemology
realis, strukturalisme, dan materialism sejarah sebagai ilmu
pengetahuan dari cara produksi7
Weber menciptakan tipe ideal tindakan sosial untuk
memahami pola dalam sejarah dan masyarakat kontemporer. Ia
menciptakan tipe ideal tindakan, hubungan sosial, dan kekuasaan
(power). Weber mengklasifikasikan tindakan individu kedalam
6
Karl Lowith, Max Waber and Karl Marx, London and New York :
Routledge, 1993, hal. 121
7
Bryan Turner, Op.Cit., hal. 50
14
8
Wallace & Wolf, Op. Cit. Hal. 81-82
16
9
Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern : Suatu
Analisis Karya Tulis Marx, Dhurkheim dan Max Waber, Jakarta, UI Press, 1986,
hal. 108
17
11
Ibid. hal.90-92
12
Ibid.
19
13
Ibid. hal.147-149
14
George Simmel, On Individuality and Social Form, Cicago :
Univercity of Cicago Press, 1971, hal. 24
20
17
Wallace & Wolf, Op.Cit., 185
22
18
Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological Theory,
Homewood Illionis, The Dorsey Press, 1978, hal. 128
23
REFLEKSI KRITIS
Atas Sosiologi Konflik Klasik
Ibnu Khaldun dan Karl Marx berhasil memperlihatkan
konflik kelompok sosial dan kelas. Konflik ini mempengaruhi
dinamika masyarakat dalam sejarah masyarakat. Walaupun kritik
terhadap pemikiran mereka juga muncul. Seperti pembagian
struktur sosial Marx yang determinisme ekonomi Max Weber
berhasil member analisis mengenai stratifikasi yang lebih luas
dalam dimensi ekonomi, status, dan politik. Weber
memeperlihatkan konflik adalah manifestasi tindakan manusia
yang ingin meraih posisi-posisi dalam setiap stratifikasi sosial
tersebut. Sehingga setiap relasi sosial dipengaruhi dan dibentuk
oleh tindakan merai posisi dalam stratifikasi sosial. Emile
Durkheim member analisis pada fakta sosial an bunuh diri. Banyak
kalangan menyebutnya sebagai peletak batu pertama
berkembangnya tradisi sosiologi fungsional structural yang
mengabaikan fakta konflik. Walaupun demikian analisisnya
mengenai bentuk soldaritas dan bunuh diri sangatlah relevan untuk
menganalisis gerakan sosial dan konflik. Sedangkan Simmel bisa
dikategorikan sebagai pelopor sosiologi konflik melalui analisis
akademisnya mengenai sosialisasi dan fungsi konflik dalam
masyarakat.
Sebenarnya ada beberapa ilmuan klasik lainnya yang ikut
meletakkan fondasi sosiologi konfli, seperti Vilvredo Pareto dan
Italia melalui „governings‟ elitnya, Thortein Veblen (1857-192)
dari Amerika melalui konflik kelompok ekonomi, Joseph
Schumpeter dari Austria (1883-1950) melalui teori legitimasinya
dan Rober Park melalui konflik sebagai prinsip kehidupan sosial.
Turner menilai sosiologi merupakan bagian dari gerakan-
gerakan intelektual yang merespon sosiologi klasik terhadap
revolusi industry dan revolusi Prancis di Eropa. Respon ini disaring
oleh tiga doktrin utama yang berkembang pada waktu itu, yaitu:
sosialisme, konservatisme, dan liberalism. Walaupun demikian,
24
19
Briyan Turner, Op. Cit., hal. 91
25
BAB II
TEORI SOSIOLOGI KONFLIK
KONTEMPORER
MAZHAB POSITIVIS
Teori Koersi Struktur Sosial Ralf Dahrendorf
Fungsi Positif Konflik Lewis Coser
Tindakan Kosrsif dan Fase Konflik Ottoman J. Bartos
MAZHAB HUMANISME
Interpretasi Simbolis dan Konflik Blumer dan Herbert Mead
Konstruksi Sosial Konflik Peter L. Berger dan Luckman
MAZHAB KRITIS
Dominasi Struktural dan KomunikasiJurgen Habermas
Dominasi dan Oligarki EliteCharles W.Mills
Reproduksi dominasi Sistem Posisi Pierre Bordeo
26
MAZHAB POSITIVIS
PROLOG
20
Ibid., hal. 66
21
Ibid., hal. 67
29
22
Ralf Dahrendolf, Op. Cit., hal. 164-165
23
Ibid. hal. 166
24
Wallaace & Wolf, Op. Cit., hal. 145
30
25
Ralf Dahrendolf, Op. Cit., hal. 166-167
26
Jonathan Turner, Op.cit., hal. 144
27
Ralf Dahrendolf, Op. Cit., hal. 173
31
28
Ibid., hal. 177
29
Ibid., hal. 178-179
30
Ibid., hal. 472
32
31
Anthony Giddens, Op. Cit. hal.11
33
32
Wallace dan Wolf, Op.Cit., hal. 154
34
34
Wallace & Wolf, Op. Cit.,1995: 156
35
Lewis Coser, Social Conflict and The Theory Social Change, Britist
Journal of Sociology.8;3, 1957, hal.37
36
36
Wallace dan Wolf, Op Cit., hal. 159
37
37
Wehr & J.O.Bartos, Using Conflict Theory, New York : Cambridge
Univercity Press, 2002, hal. 3
38
Ibid., hal. 13-26
38
39
Ibid., hal. 26-28
39
TINDAKAN KOERSIF
Lower High
Coerciveness Coerciveness
40
Ibid., hal. 72-78
40
41
Ibid., hal. 78
42
Ibid., hal. 111-114)
41
MAZHAB HUMANISME
PROLOG
43
Wallace & Wolf, Op.Cit.188-196
44
44
George Ritzer, Modern Sociological Theory, New York : The
McGrow-Hill Companis, 2000, hal. 357
46
45
Thomas Luckman & Peter L. Berger, The Social Construction of
Reality : A Treaty of Sociology of Knowledge, New York : Anchor Books, 1966,
hal. 150-151
48
46
John P. Lederach, Preparing for Peace : Conflict Transformation
Across Culture, Syracus, NY : Ciracus Univercity Press, 1996, hal. 9-10
50
MAZHAB KRITIS
PROLOG
47
Jurgen Habermas, On The Pragmatic of Communication,
Massacusetts, Thr MITT Press, 1998, hal. 2
55
48
Waeny Freundlieb D. Hudson, & John Rundell, Criticall Theory After
Habermas, Encounters and Departures, Bodson : Brill, 2004, hal. 3
56
49
T. Woodhouse, O. Rombostam & H. Miall, Contemporary Conflict
Resolution : the Prevention, Management, and Transformation of Dealy
Conflict, New York : Polity, 2006, hal. 298
57
BAB III
SOSIOLOGI KONFLIK EKLEKTIK
53
Roger Simon, Gagasan Politik Gramsci, Yogjakarta : Pustaka Pelajar
bekerjasama dengan Insistet, 1999, hal. 37
54
Lihat dalam Wallace & Wolf, Op.Cit., hal. 103, Bandingkan dengan
Lowith, Max Waber and Karl Marx, London and New York : Routlegde,1993
55
C. Wrigh Mialls, The Power Elites, New York : Oxford Univercity,
1956, hal. 243-268
66
56
Syamsu Suryadi, Indonesia dan Komunikasi Politik, dalam Maswadi
Rouf dan Mappa Nasrun (ed), Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1993, hal. 72
67
57
Emmanuel Subangun, Politik Kekuasaan Pasca Pemilu, Yogjakarta,
1999, hal. 46
68
BABIV
SOSIOLOGI KONFLIK MULTIDISIPLINER
PROLOG
58
Johan Galtung, Leaving The Twentieth Century, Entering The Twenty-
First : Some Basic Conflict Formation dalam Searching Peace, the Road to
Trancend Method, USA : Pluto Press, 2000, hal. 51-52
59
T. Woodhouse, O. Rombostam & H. Miall, Op.Cit., hal. 10
71
KONTRADIKSI
SIKAP PERILAKU
Gambar 3.1
62
Harold R. Isaacs, Basic Group Identity : the idol of the Trible, dalam
Etnicity Theory and Experience, Nathan Glazer and Daniel P. Moyniham (ed),
Cambridge :Harvard univercity Press, 1975, hal. 29-52
75
BAB V
Refleksi Kritis Atas Sosiologi Konflik
Sosiologi konflik berkembang memalui tokoh-tokoh
sosio;ogi kontemporer seperti Ralf Dahrendorf (soklis konflik),
Lewis Coser (fungsi konflik dan perubahan sosial), John Bartos dan
pail wehr („incompatoble goal‟ dan tondakan konflik), J.Habermas
(Mahzab kritis; teori tindakan komunilatif), C.Wright Millis
(Dominasi dan olirgaki Elite). Analisis konflik multidisipliner dari
Johan Galtung pun memberi pengaruh yang besar dalam sosiologi
konflik dan umumnya pada studi konflik multidisipliner.
Sosiologi konflik mempunyai asumsi dasar bahwa
masyarakat selalu dalam kondisi bertentangan, pertikaian, dan
perubahan. Semua itu adalah sebagai bagaian dari terlibatnya
kekuatan-kekuatan masyarakat dalam saling berebut sumber daya
langka dalam menggunakan nilai-nilai dan ide (ideology) ebagai
alat untuk meraihnya. Kita melihat optomosme radikal tentang
perubahan struktur kelas kapitalisme marx dan peimisme
konserfative weber dalam perhatiannya tentang rasionalisasi telah
membentuk tema taj terpecahkan dalam sosiologi modern.
Sosiologi konflik terbagi menjadi tiga perspektif mengikuto
mahzab ilmu sosial, sospologi ilmu positifis, sosiologi konflik
humanis, dan sosiologi konflik kritis. Tradisi sosiologi konflik
positivis mempertimbangkan konflik jadi tak terhindarkan dan
aspek permanen kehidupan sosial; dan mereka juga menolak ide
bahwa keimpulan ilmuan sosial sarat nilai. Sebaliknya,
pendukungnya tertarik dalam pendirian ilmu sosial dengan ukuran
sama objektovitas sebagai ilmu alam. Kelompok kedua ini masih
dipengaruhi oleh Marx, Max weber dan Simmel. Seperto Lewis
coser yang dipengaruhi pemikiran realos George simmel
(1956,1967) dengan fingsi-fungsi konfliknya, Rafl dahrendorf
yang banyak terpengaruh oleh maex weber dan Marx (1958/1959)
dalam konflik dialektis yang ia kembangkan.
77