Anda di halaman 1dari 18

Sikap Pemimpin Zalim

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas


mata kuliah Hadist
Dosen Pengampu :
Drs. Ahmad Bastari, MA

Disusun Oleh kelompok 6 :

Muhamad Sodri 1931090306


Sindi selpiyani 1931090389

SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2020 M/1442 H

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. yang


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang “Sikap Pemimpin Zalim” dengan baik. Sebagai bahan
penulisan diambil berdasarkan hasil beberapa sumber di buku dan jurnal yang mendukung
penulisan ini.

Secara khusus, ucapan terima kasih, penyusun sampaikan kepada bapak Drs. Ahmad
Bastari, MA selaku pengampu mata kuliah Hadist yang berkenan memberikan masukan
setelah mencermati, meneliti, dan menelaah makalah ini. Banyak sekali saran Bapak yang
kami jadikan bahan untuk menyempurnakan makalah ini.
Penyusun menyadari pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis senantiasa mengharapkan masukkan dari pembaca demi penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa turut adil dalam mencerdaskan generasi muda
Indonesia.

Bandar Lampung, 17 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................2
A. Bentuk-bentuk Jihad ………………………………………..... 2
B. Definisi Pemimpin Dan Kepemimpinan dalam Islam…………. 3
C. Hadits Berbicara tentang Kepemimpinan……………………… 6
D. Ancaman Nabi SAW terhadap Pemimpin Zalim dan Para
Pendukungnya……………………………………………………… 8

E. Kewajiban Menasehati Pemimpin dan Larangan Membenarkan


Kezaliman Mereka ……………………………............. ……...11

BAB III : PENUTUP.....................................................................................13


A. Kesimpulan..................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kepemimpinan adalah menciptakan pencerahan dalam diri orang lain, yang


mana seorang pemimpin memiliki gagasan, memiliki visi, serta dapat
menggerakkan dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan.Kepemipinan
dalam sebuah organisasi atau dalam sebuah sebuah Negara, yang menjadi dasar
seorang pemimpin adalah individu yang mempunyai kemapuan dan pengetahuan
terhadap suatu illmu pengetahuan.1 Kepemimpinan merupakan motor pengererak
bagi sumber-sumber dan alat-alat manusia dan lainya dalam suatu lembaga, serta
seni atau teknik untuk membuat orang lain mengikuti dan menaati segala
keinginannya.
Demikian pentingnya peranan kepemimpinan, S. Soekanto mengatakan,
kepemimpnan dalam usaha mencapai suatu tujuan organisasi sehingga dikatakan
sukses atau kegagalan yang dialami sebahagian besar ditentukan oleh kualitas
orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi.Pemimpin dalam Islam
dikenal dengan istilah imam, amair atau sultan,ulil amri atau walatul amr.
Sedangkan pemimpin negara dalam sejarah terdahulu biasa digunakan dengan
sebutan khalifah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pemimpin?
2. Pemimpin dalam islam?
3. Bagaimanakah pemimpin yang zalim itu?

1
Umar Sidiq, Kepemimpinan dalam Islam Dialogia, Vol. 12 No. 1 Juni 2014 hal 130

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bentuk-bentuk Jihad

Menurut Ar-Raghib Al-Isfahani—sebagaimana yang dikutip oleh Quraish


Shihab—jihad terdiri dari tiga macam, yaitu: (a) menghadapi musuh yang nyata,
yaitu mereka yang secara jelas-jelas memerangi umat Islam, seperti kaum Quraisy
yang mengerahkan segenap kemampuannya untuk memangka keberlangsungan
komunitas umat Islam, (b) menghadapi setan, dilakukan dengan cara tidak
terpengaruh segala bujuk rayunya yang menyuruh manusia membangkang kepada
Allah Swt, dan (c) melawan hawa nafsu, inilah jihad terbesar dan paling sulit.
Nafsu yang ada pada tiap diri manusia selalu mendorong pemiliknya untuk
melanggar perintah-perintah Allah Swt, dengan tetap setia menjalankan perintah-
Nya, berarti umat Islam berjihad melawan hawa nafsu. Menurut Ibnu Qayyaim,
dilihat dari segi pelaksanaannya, jihad dibagii menjadi tiga bentuk:

Pertama, jihad muthlaq; perang melawan musuh dalam medan pertempuran. Jihad
dalam bentuk perang ini mempunyai persyaratan tertentu, di antaranya perang
harus bersifat defensif, untuk menghilangkan kekacauan serta mewujudkan
keadilan dan kebajikan. Perang tidak dibenarkan bila dilakukan untuk
memaksakan ajaran Islam kepada orang non-Islam, untuk tujuan perbudakan,
penjajahan, dan perampasan harta kekayaan. Juga tidak dibenarkan membunuh
orang yang tidak terlibat dalam peperangan tersebut, seperti wanita, anak kecil,
dan orang-orang tua.

Kedua, jihad hujjah; jihad yang dilakukan dalam berhadapan dengan pemeluk
agama lain dengan mengemukakan argumentasi kuat. Jihad dalam bentuk ini

2
memerlukan seseorang yang punya kemampuan ilmiah tinggi yang bersumber
dari Alquran dan sunnah-sunnah Nabi serta mampu berijtihad.

Ketiga, jihad ‘amm; jihad yang mencakup segala aspek kehidupan, baik bersifat
moral maupun bersifat material, terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain
di tengah-tengah masyarakat. Jihad seperti ini dapat dilakukan dengan
pengorbanan harta, jiwa, tenaga, waktu, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Jihad ini juga bersifat berkesinambungan, tanpa dibatasi oleh lingkup ruang dan
waktu, dan bisa dilakukan terhadap musuh yang nyata, setan atau hawa nafsu.
Jihad melawan hawa nafsu adalah jihad yang paling besar.

Perang Badar, perang terbesar dan yang sangat menentukan bagi


keberlangsungan komunitas Muslim. Kemenang kaum Muslim dalam Perang
Badar, dengan jumlah yang sedikit melawan musuh yang berjumlah sangat
banyak, memang dahsyat. Akan tetapi Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa
Perang Badar adalah perang kecil dan perang besar adalah perang melawan hawa
nafsu. “Kita kembali dari jihad terkecil menuju jihad terbesar, yakni jihad
melawan hawa nafsu.” Dengan demikian, musuh nyata yang harus dihadapi
dengan jihad adalah kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan yang kini
banyak menimpa kaum Muslim sebagai akibat dari keserakahan orang-orang yang
tidak bisa berjihad melawan hawa nafsunya.

B. Definisi Pemimpin Dan Kepemimpinan dalam Islam


Kepemimpinan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan
sukses tidaknya suatu tujuan, sebab ia merupakan faktor penggerak dan
bertanggung jawab atas segala aktivitas dan fasilitas. Anderson mendefinisikan
kepemimpinan sebagai upaya mempengaruhi pemikiran dan tindakan dengan
kekuasaan agar orang lain melakukan sesuatu yang diharapkan hingga tercapainya
tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Pemimpin adalah orang yang memiliki
kemampuan kecakapan serta menggerakkan dan mempengaruhi orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.
Dia juga di tuntut untuk mampu mengantisipasi berbagai situasi dan kondisi
tertentu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan pada

3
perkiraan-perkiraan untuk menampung apa yang terjadi mengenai kelemahan-
kelemahan serta mencapai tujuan dengan sasaran dalam waktu yang ditentukan.
Kepemimpinan adalah menciptakan pencerahan dalam diri orang lain,
yang mana seorang pemimpin memiliki gagasan, memiliki visi, serta dapat
menggerakkan dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan.Kepemipinan
dalam sebuah organisasi atau dalam sebuah sebuah Negara, yang menjadi dasar
seorang pemimpin adalah individu yang mempunyai kemapuan dan pengetahuan
terhadap suatu illmu pengetahuan.2 Kepemimpinan merupakan motor pengererak
bagi sumber-sumber dan alat-alat manusia dan lainya dalam suatu lembaga, serta
seni atau teknik untuk membuat orang lain mengikuti dan menaati segala
keinginannya.
Demikian pentingnya perana n kepemimpinan, S. Soekanto mengatakan,
kepemimpnan dalam usaha mencapai suatu tujuan organisasi sehingga dikatakan
sukses atau kegagalan yang dialami sebahagian besar ditentukan oleh kualitas
orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi.
Pemimpin dalam Islam dikenal dengan istilah imam, amair atau sultan,ulil amri
atau walatul amr. Sedangkan pemimpin negara dalam sejarah terdahulu biasa
digunakan dengan sebutan khalifah.
Firman Allah Swtdalam Al-Qur`an surah Al-Baqarah ayat 30 yang Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Secara
terminologi kepemimpinan diartikan sebagaiproses pengaruh mempengaruhi antar
peribadi atau antar orang dalam situasi tertentu melalui proses komunikasi yang
terarah untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

2
Umar Sidiq, Kepemimpinan dalam Islam Dialogia, Vol. 12 No. 1 Juni 2014 hal 131

4
pemimpinharus memiliki jiwa keperibadian yang tanggung jawab,baik secara fisik
maupun spritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin.3
Dilihat dari segi ajaran Islam arti dari kepemimpinan merupakan kegiatan
menuntun, membimbing, menyadarkan, memandu dan menunjukkan jalan yang di
ridhoi oleh Allah Swt, kegiatan ini dimaksudkan agar dapat menumpuh
kembangkan kemampuan dalam mengerjakan sendiri lingkungan orang-orang
yang dipimpin.4 Kepemimpinan dalam Islam merupakan sebagai wadah atau
tempat untuk mendorong terwujudnya kegiatan tolong-menolong antara sesama,
saudara seagama yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan hadist sebagai
pedoman umat Islam, karena pemeluk agama Islam yang satu bersaudara dengan
yang lain. Meskipun berbeda suku,bangsa, atau keturunannya, kegiatan tolong
menolong tersebut dimaksudkan adalah dalam berbuat kebaikan dalam bentuk
amal sehingga terwujud agama Islam hakiki.
Dalam Islam dianjurkan seorang pemimpin harus memiliki iman dan amal
shaleh,dan batang tubuh tiap-tiap pemimpin yang sehat, dan berkepemimpinan
mendapat keridhoan Allah Swt. Umat Islam sebagai pemimpin, sebagai penguasa
dunia. Kepemimpinan tidak akan terlepas dari tanggung jawab terhadap amanah
yang telah dipercayakan . Jadi dapatlah disederhanakan bahwa kepemimpinan
secara keseluruhan merupakan tindakan menciptakan pencerahan dalam diri orang
lain, yang mana seorang pemimpin memiliki gagasan, memiliki visi, serta dapat
menggerakkan dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan. menjadi dasar
seorang pemimpin adalah individu yang mempunyai kemampuan dan
pengetahuannya terhadap suatu ilmu pengetahuan, serta kepemimpinan juga
disebut sebagai proses-proses pemberian jalan yang mudah dari pekerjaan-
pekerjaan orang teroganisir guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Begitu
halnya posisi seorang pemimpin dalam kegiatan dakwah, kehadirannya sebagai
mengurusi dan memimpin seluruh elemen dan aktivitas juga dituntut agar
mempunyai karakter-karakter khusus sebagai mana yang diharapkan dalam
kepemimpinan Islam.

3
Umar Sidiq, Kepemimpinan dalam Islam Dialogia, Vol. 12 No. 1 Juni 2014 hal 133

5
C. Hadits Berbicara tentang Kepemimpinan

‫السلطان ظل هللا فى االرض يأوي اليو كل مظلوم من عباده فان عدل كان لو‬
‫االجر‬
‫وكان يعني على الرعية الشكر وان جار أو حاف أو ظلم كان عليو الوزر وعلى‬
‫الرعية الصبر واذا جارت الوالة قحطت السماء واذا منعت الزكاة ملكت الدواشي‬
‫واذا ظهر الزنا ظهرالفقر والدسكنة‬
Pemimpin adalah bayangan Alloh Swt. di muka bumi. Kepadanya berlindung
orang-orang yang teraniaya dari hamba-hamba Alloh, jika ia berlaku adil maka
baginya ganjaran, dan bagi rakyat hendaknya bersyukur. Sebaliknya apabila ia
curang (dhalim) maka niscaya dosalah baginya dan rakyatnya hendaknya
bersabar. Apabila para pemimpin curang maka langit tidak akan menurunkan
berkahnya. Apabila zina merajalela, maka kefakiran dan kemiskinan pun akan
merajalela (H.R. Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar).
Dari hadits di atas Yahya mengartikan bahwa kata “bayangan Alloh Swt.”
mengisyaratkan bahwa pemimpin adalah perwakilan Alloh Swt. Di muka bumi
ini. Dan mengisyaratkan bahwa pemimpin harus selalu dekat kepada Alloh. Kata
“rakyat hendaknya bersyukur” menurutnya bahwa wujud pemimpin yang adil
adalah nikmat Alloh Swt. yang patut untuk disyukuri. Dan kata “rakyat
hendaknya bersabar” mengisyaratkan bahwa kelak akan muncul pemimpin yang
tak bisa untuk memimpin.

‫خيˆˆار أئمتكم الˆˆذين تحبˆˆونهم ويحبˆˆونكم وتصˆˆلون عليهم ويصˆˆلون عليكم وشˆˆرار‬
‫أئمتكم الذين‬
‫تبغضونهم ويبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونكم‬
Sebaik-baik pemimpin diantara kalian adalah pemimpin yang kalian cintai dan
mencintai kalian, kalian mendoakannya dan merekapun mendoakan kalian, dan
seburuk-buruknya pemimpin diantara kalian adalah pemimpin yang kalian benci

6
dan merekapun membenci kalian, kalian melaknatnya dan merekapun melaknat
kalian (H.R. Muslim dari „Auf bin Malik).4
Hadits ini mengisyaratkan bahwa salah satu ciri pemimpin yang baik
adalah dicintai dan didoakan rakyatnya, serta ciri pemimpin yang buruk adalah
dibenci dan dilaknat oleh rakyatnya. Rosululloh Saw. Adalah tauladan bagi umat
Islam dalam segala aspek kehidupan, khususnya dalam hal kepemimpinan ini
beliau adalah sosok yang mencontohkan kepemimpinan paripurna dimana
kepentingan umat adalah prioritas utama beliau. Maka sangat tepatlah apabila kita
sangat mengidealkan visi dan model kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.

‫حدثنا عبدهللا بن مسلمة عن مالك عن عبدهللا بن دينار عن عبدهللا بن عمر ان‬


‫رسول هللا صلى هللا قال أال كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو فاالمير الذي على‬
‫الناس‬
‫راع عليهم وىو مسئول عنهم والرجل راع على اىل بيتو وىو مسئول عنهم‬
‫والدرأة راعية علىبيت بعلها وولده وىي مسئولة عنهم والعبد راع على مال سيده‬
‫وىو مسئول عنو فكلكم‬
‫راع وكلكم مسئول عن رعيتو )اخرجو البخارى ومسلم‬
Telah menceritakanku Abdulloh ibn Maslamah dari Malik dari Abdulloh ibn
Dinar dari Abdulloh ibn Umar bahwasanya Rosululloh Saw. bersabda: Setiap
kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya, seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan
akan dimintai pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang
suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai
pertanggungjawaban perihal keluarga yang dipimpinnya, seorang isteri adalah
pemimpin atas rumah tangga suami dan anaknya dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas tugasnya, seorang pembantu adalah
bertanggungjawab atas harta tuannya dan akan ditanya dari tanggungjawabnya,
dan kamu sekalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban
perihal kepemimpinannya. (H.R. Bukhari dan Muslim).
4
Ahmad Sunarto, Terjemah Riyadhus Sholihin Jilid I (Jakarta: Pustaka Amani,1999), 604.

7
Pada dasarnya hadits diatas berbicara tentang etika kepemimpinan dalam
Islam. Etika yang paling pokok dalam kepemimpinan adalah tanggung jawab.
Semua orang yang hidup di dunia ini disebut pemimpin. Karenanya sebagai
pemimpin mereka memegang tanggungjawab, sekurang-kurangnya terhadap
dirinya sendiri. Seorang suami bertanggungjawab terhadap isterinya, anak-
anaknya dan seorang majikan bertanggungjawab kepada pekerjanya, seorang
atasan bertanggungjawab kepada bawahannya, seorang presiden, gubernur, bupati
bertanggungjawab kepada rakyat yang dipimpinnya.
Akan tetapi, tanggungjawab disini bukan semata-mata bermakna
melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan tidak menyisakan dampak (atsar)
bagi yang dipimpin. Melainkan lebih dari itu, yang dimaksud tanggungjawab
disini adalah lebih berarti sebuah upaya pemimpin untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pihak yang dipimpin. Karena kata ra‟a sendiri secara bahasa
bermakna gembala dan kata ra-„in berarti penggembala. Ibarat penggembala,
maka pemimpin harus merawat, memberi makan dan mencarikan tempat berteduh
binatang gembalanya.

D. Ancaman Nabi SAW terhadap Pemimpin Zalim dan Para


Pendukungnya

Mengatur kemaslahatan umat merupakan tanggung jawab terbesar seorang


pemimpin. Kemakmuran atau kesengsaraan suatu masyarakat sangat tergantung
pada peran yang ia mainkan. Ketika seorang pemimpin berlaku adil sesuai dengan
petunjuk Syariat Islam maka masyarakat pun akan sejahtera. Demikian
sebaliknya, ketika pemimpin tersebut berlaku zalim dan tidak jujur dalam
menjalankan amanahnya maka rakyat pun akan berujung pada kesengsaraan.

Oleh karena itu, pada hari kiamat kelak, pemimpin yang adil akan dijanjikan
dengan berbagai macam keutamaan oleh Allah ta’ala. Sementara pemimpin zalim
dan tidak jujur dalam menjalankan amanahnya akan diancam dengan berbagai
macam ancaman. Di antara bentuk ancaman tersebut adalah sebagai berikut:

8
1. Menjadi Manusia yang Paling Dibenci oleh Allah Ta’ala

Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah saw bersabda:

َ ‫اس إِلَى هَّللا ِ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َوأَ ْدنَاهُ ْم ِم ْنˆهُ َمجْ لِ ًسˆا إِ َمˆˆا ٌم َعˆˆا ِد ٌل َوأَ ْبغ‬
ِ َّ‫َض الن‬
‫اس‬ ِ َّ‫إِ َّن أَ َحبَّ الن‬
‫إِلَى هَّللا ِ َوأَ ْب َع َدهُ ْم ِم ْنهُ َمجْ لِسًا إِ َما ٌم َجائِ ٌر‬

“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan
paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil.
Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya
dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi)

2. Allah Menelantarkannya pada Hari Kiamat dan Tidak Mengampuni


Dosa-Dosanya

Sebuah riwayat dari Abu Hurairah radiyallahu anhu menyebutkan bahwa


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ٌ‫ˆو َم ْالقِيَا َمˆ ِة َوالَ يُˆ َز ِّكي ِه ْم َوالَ يَ ْنظُˆ ُر إِلَ ْي ِه ْم َولَهُ ْم َعˆ َذاب‬
ْ ˆَ‫ثَالَثَةٌ الَ يُ َكلِّ ُمهُ ُم هَّللا ُ ي‬
‫ك َك َّذابٌ َو َعائِ ٌل ُم ْستَ ْكبِ ٌر‬ ٍ ‫أَلِي ٌم َش ْي ٌخ َز‬
ٌ ِ‫ان َو َمل‬

“Tiga orang yang Allah enggan berbicara dengan mereka pada hari kiamat
kelak. (Dia) tidak sudi memandang muka mereka, (Dia) tidak akan membersihkan
mereka daripada dosa (dan noda). Dan bagi mereka disiapkan siksa yang sangat
pedih. (Mereka ialah ): Orang tua yang berzina, Penguasa yang suka berdusta
dan fakir miskin yang takabur.” (HR. Muslim)

3. Akan Dimasukkan ke Dalam Neraka serta Diharamkan Syurga


Baginya

9
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ٍ ‫أَيُّ َما َر‬


ِ َّ‫اع َغشَّ َر ِعيَّتَهُ فَهُ َو فِي الن‬
‫ار‬
“Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR.
Ahmad)

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

.‫ متفˆˆق عليˆˆه‬.َ‫ح إِاَّل َحˆ َّر َم هللاُ َعلَ ْيˆ ِه ال َجنَّة‬ ٍ ˆ‫ص‬ ْ ‫َم ِن ا ْستَرْ عَاهُ هللاُ َر ِعيَّةً ثُ َّم لَ ْم يُ ِح‬
ْ ُ‫طهَˆˆا بِن‬
.َ‫َاس لِ َر ِعيَّتِ ِه إِاَّل َح َّر َم هللاُ َعلَ ْي ِه ْال َجنَّة‬
ِ ‫وت َوهُ َو غ‬ ُ ‫وت ِحينَ يَ ُم‬ ُ ‫ يَ ُم‬: ‫وفي لفظ‬

“Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia


tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Dalam lafadh yang lain disebutkan, ”Ialu ia mati dimana ketika matinya itu
dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah haramkan surga baginya.”

Tentunya masih banyak riwayat lain yang menyebutkan tentang ancaman


Allah ta’ala terhadap para pemimpin yang menzalimi rakyatnya. Bentuk
ancamannya pun tidak ada yang ringan, hampir seluruhnya mengingatkan akan
besarnya dosa seorang pemimpin ketika dia berbuat zalim kepada rakyatnya.
Apalagi ketika ia rela berbohong di hadapan rakyat demi mempertahankan
jabatannya.

E. Kewajiban Menasehati Pemimpin dan Larangan Membenarkan


Kezaliman Mereka

10
Jauh sebelum empat belas abad yang lalu, Rasulullah SAW telah
mengingatkan umatnya akan adanya para pemimpin yang berbuat zalim dan
berbohong di hadapan rakyat. Kita sebagai umatnya, tidak hanya diperintahkan
untuk bersabar menghadapi keadaan tersebut, namun lebih daripada itu,
Rasulullah SAW juga mengingatkan untuk senantiasa berpegang teguh pada nilai-
nilai kebenaran dan selalu menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

َ ‫ˆˆال هَّلِل ِ َولِ ِكتَابِˆˆ ِه َولِ َر ُسˆˆولِ ِه َوأِل َئِ َّم ِة ْال ُم ْسˆˆلِ ِم‬
‫ين‬ َ َ‫يحةُ قُ ْلنَˆˆا لِ َم ْن ق‬ ِ َّ‫ِّين الن‬
َ ˆˆ‫ص‬ ُ ‫الˆˆد‬
‫َو َعا َّمتِ ِه ْم‬

“Agama itu adalah nasihat.” Kami berkata, “Untuk siapa?” Beliau bersabda,
“Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, Imam kaum muslimin, dan orang-orang
kebanyakan.” (HR. Muslim)

Nasihat secara diam-diam merupakan pilihan awal dalam melawan


kemungkaran. Namun ia bukanlah satu-satunya cara untuk meluruskan kesalahan
penguasa. Ketika nasihat dengan cara tersebut sudah tidak diindahkan, maka
Rasulullah SAW pun memberikan motivasi lain kepada umatnya untuk merubah
kemungkaran penguasa. Motivasi tersebut ialah pahala jihad yang dijanjikan
kepada umatnya yang menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa zalim.

Dari Abu Said Al-Khudri Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu


‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ٍ ‫ان َجائِ ٍر أَ ْو أَ ِم‬


‫ير َجائِ ٍر‬ ٍ َ‫ض ُل ْال ِجهَا ِد َكلِ َمةُ َع ْد ٍل ِع ْن َد س ُْلط‬
َ ‫أَ ْف‬

“Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan
penguasa atau pemimpin yang zhalim.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah,
dan Ahmad)

11
Lalu ketika usaha tersebut tidak dihiraukan lagi dan pemimpin tersebut
tetap pada prinsipnya yang menzalimi rakyat, maka Rasulullah SAW
mengingatkan umatnya untuk menjauhi pemimpin tersebut serta jangan sampai
mendekatinya, apalagi membenarkan tindakan zalim yang mereka lakukan. Sebab,
ketika seseorang tetap mendekati pemimpin zalim tersebut dan membenarkan apa
yang dilakukannya maka ia akan terancam keluar dari lingkaran golongan umat
Nabi SAW dan ia tidak akan mendatangi telaganya nanti di hari kiamat.

Dari Ka’ab bin Ujroh radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam keluar mendekati kami, lalu bersabda:

‫ص ˆ َّدقَهُ ْم بِ َكˆ ِذبِه ْم َوأَ َعˆˆانَهُ ْم َعلَى‬ َ ˆ‫ون َعلَ ْي ُك ْم بَ ْعˆ ِدي أُ َم‬
َ َ‫ˆرا ٌء فَ َم ْن َدخَ ˆ َل َعلَ ْي ِه ْم ف‬ ُ ‫إِنَّهُ َس ˆيَ ُك‬
‫ُص ˆ ِّد ْقهُ ْم‬
َ ‫ َو َم ْن لَ ْم ي‬، ‫ض ˆي‬ ِ ْ‫ي َحو‬ َّ َ‫ار ٍد َعل‬
ِ ‫ˆو‬ َ ‫ َولَي‬، ُ‫ت ِم ْن ˆه‬
َ ˆِ‫ْس ب‬ ُ ˆ ‫ فَلَيْسُ ِمنِّي َولَ ْس‬، ‫ظُ ْل ِمه ْم‬
َ ْ‫ي ْال َحو‬
‫ض‬ َّ َ‫ فَه َُو ِمنِّي َوأَنَا ِم ْنهُ َو َسيَ ِر ُد َعل‬، ‫بِ َك ِذبِه ْم َولَ ْم ي ُِع ْنهُ ْم َعلَى ظُ ْل ِم ِه ْم‬

“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk
pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan
mendukung kedhaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan
dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan
barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak
membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kedhaliman
mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya,
dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

12
Kepemimpinan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan sukses
tidaknya suatu tujuan, sebab ia merupakan faktor penggerak dan bertanggung
jawab atas segala aktivitas dan fasilitas. Anderson mendefinisikan kepemimpinan
sebagai upaya mempengaruhi pemikiran dan tindakan dengan kekuasaan agar
orang lain melakukan sesuatu yang diharapkan hingga tercapainya tujuan yang
telah di tentukan sebelumnya. Pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan
kecakapan serta menggerakkan dan mempengaruhi orang lain untuk bersama-
sama melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Dia juga
di tuntut untuk mampu mengantisipasi berbagai situasi dan kondisi tertentu dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan pada perkiraan-perkiraan
untuk menampung apa yang terjadi mengenai kelemahan-kelemahan serta
mencapai tujuan dengan sasaran dalam waktu yang ditentukan.

Mengatur kemaslahatan umat merupakan tanggung jawab terbesar seorang


pemimpin. Kemakmuran atau kesengsaraan suatu masyarakat sangat tergantung
pada peran yang ia mainkan. Ketika seorang pemimpin berlaku adil sesuai dengan
petunjuk Syariat Islam maka masyarakat pun akan sejahtera. Demikian
sebaliknya, ketika pemimpin tersebut berlaku zalim dan tidak jujur dalam
menjalankan amanahnya maka rakyat pun akan berujung pada kesengsaraan. Oleh
karena itu, pada hari kiamat kelak, pemimpin yang adil akan dijanjikan dengan
berbagai macam keutamaan oleh Allah ta’ala. Sementara pemimpin zalim dan
tidak jujur dalam menjalankan amanahnya akan diancam dengan berbagai macam
ancaman.

DAFTAR PUSTAKA

Sastrahidayat ika rochdjatun. 2013. Cahaya ilahi yang hilang. Malang:


universitas brawijaya press.

13
Ahmad Sunarto, Terjemah Riyadhus Sholihin Jilid I (Jakarta: Pustaka
Amani,1999)
Umar Sidiq, Kepemimpinan dalam Islam Dialogia, Vol. 12 No. 1 Juni 2014

14

Anda mungkin juga menyukai