Di susun oleh :
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A.Latar Belakang..............................................................................................4
B.Rumusan Masalah.........................................................................................5
C.Tujuan...................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6
B. Pengertian Budaya.......................................................................................7
A.Kesimpulan...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena kehidupan masyarakat dilihat dari aspek agama dan budaya yang
memiliki keterkaitan satu sama lain yang terkadang banyak disalah artikan oleh
sebagian orang yang belum memahami bagaimana menepatkan posisi agama dan
budaya dalam suatu kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan manusia, agama dan
budaya jelas tidak berdiri sendiri,keduanya memiliki hubungan yang sangat erat
dalam dialektikanya; selaras menciptakan dan kemudian saling menegasikan.
Agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh tuhan,dalam
menjalani hidup sedangkan budaya adalah sebagai kebiasaan tata cara hidup
manusia yang diciptakan oleh manusai itu sendiri dari hasil daya cipta,rasa dan
karsanya diberikan oleh tuhan.
Agama dan kebudayaan saling mem- pengaruhi satu sama lain. Agama
mempengaruhi kebudayaan, kelompok masyarakat, dan suku bangsa. Kebudayaan
cenderung berubah-ubah yang berimplikasi pada keaslian agama sehingga
menghasilkan penafsiran berlainan. Salah satu agenda besar dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara adalah menjaga
persatuan dan kesatuan dan membangun kesejahteraan hidup bersama seluruh
warga negara dan umat beragama. Hambatan yang cukup berat untuk mewujudkan
kearah keutuhan dan kesejahteraan adalah masalah kerukunan sosial, termasuk di
dalamnya hubungan antara agama dan kerukunan hidup umat beragama.
Persoalan ini semakin kursial karena terdapat serangkaian kondisi sosial
yang menyuburkan konflik, sehingga terganggu kebersamaan dalam membangun
keadaan yang lebih dinamis dan kondusif. Demikian pula kebanggaan terhadap
4
kerukunan dirasakan selama bertahun-tahun mengalami degradasi, bahkan
menimbulkan kecemasan terjadinya disentegrasi bangsa.
Latar belakang lahirnya agama karena adanya masalah kekuatan yang
dianggap lebih tinggi dari kekuatan yang ada pada dirinya sehingga mereka mencari
lebih dalam dari mana asal kekuatan yang ada pada alam baik berupa gunung laut
langit dan sebagainya, dan ketika mereka tidak dapat mengkajinya maka disembah
karena mereka berpikiran, bahwa kekuatan alam itu memiliki kekuatan yang luar
biasa dan bisa menghidupi beribu-ribu, bahkan berjuta-juta umat manusia sehingga
muncullah agama yang merupakan salah satu usaha manusia untuk mendekatkan
diri pada kekuatan supranatural. Sebelum kita memahami perspektif agama, budaya
dan masyarakat,maka terlebih dahulu kita harus mengetahui penjelasan eksistensi
tentang agama. Agama merupakan suatu kepercayaan tertentu yang dianut sebagian
besar masyarakat merupakan tuntunan hidup, agama menyangkut kepercayaan-
kepercayaan dan berbagai praktiknya, serta benar-benar merupakan masalah sosial
yang pada saat ini senantiasa di temukan dalam setiap masyarakat manusia.1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1.untuk mengetahui hubungan agama dan budaya
2.untuk mengetahui fungsi agama dan budaya di masyarakat
1
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Desember 2014, Hal. 1-3
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian agama
agama berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti tradisi atau A
berarti tidak: GAMA berarti kacau. Sehingga agama berarti tidak kacau. Dapat juga
diartikan suatu peraturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan manusia ke
arah dan tujuan tertentu. Dilihat dari sudut pandang kebudayaan, agama dapat
berarti sebagai hasil dari suatu kebudayaan, dengan kata lain agama diciptakan oleh
manusia dengan akal budinya serta dengan adanya kemajuan dan perkembangan
budaya tersebut serta peradabanya. Bentuk penyembahan Tuhan terhadap umatnya
seperti pujian, tarian, mantra, nyanyian dan yang lainya, itu termasuk unsur
kebudayaan. . Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti
mengikat kembali. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada
Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang
terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal
yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang
sempurna kesuciannya.
Sedangkan menurut Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan
sekaligus seorang linguis, mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal
dari bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara, jalan, The Way,
dan gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-
cara berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan kepada Tuhan.
Selain definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta, agama dalam
bahasa Latin disebut Religion, dalam bahasa-bahasa barat sekarang bisa disebut
Religion dan Religious, dan dalam bahasa Arab disebut Din.
Harun Nasution mengatakan bahwa agama dilihat dari sudut muatan atau isi
yang terkandung di dalamnya merupakan suatu kumpulan tentang tata cara
mengabdi kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu beliau
mengatakan bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi.
6
Tajdab,dkk (1994) menyatakan bahwa agama berasala dari kata a, berate
tidak dan gama, berarti kacau, kocar-kacir. Jadi, agama artinya tidak kacau, tidak
kocar-kacir, dan/atau teratur. Maka, istilah agama merupakan suatu kepercayaan
yang mendatangkan kehidupan yang teratur dan tidak kacau serta mendatangkan
kesejahteraan dan keselamatan hidup manusia. Jadi, agama adalah jalan hidup yang
harus ditempuh oleh manusia dalam kehidupannya di dunia ini supaya lebih teratur
dan mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan.
B. Pengertian Budaya
7
Budaya diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan
mengubah alam.
d) Linton
Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang
merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota
masyarakat tertentu.
e) Parsudi Suparian
Budaya adalah seluruh pengetahuan manusia yang dimanfaatkan untuk mengetahui
serta memahami pengalaman dan lingkungan yang mereka alami.2
Banyak ahli berpendapat bahwa fungsi agama adalah untuk memajukan serta
mempertahankan perilaku-perilaku moral. Para pendukung teori evolusi modern
melihat agama terutama sebagai adaptasi yang berfungsi untuk meningkatkan
kohesi kelompok, dan inilah juga yang dikemukakan oleh Durkheim. Philip
Goldberg yang merangkum berbagai fungsi agama memberi daftar fungsi agama
sebagai berikut:
1 Transmisi atau pewarisan: yakni untuk meneruskan ke setiap generasi suatu
“sense of identity” melalui kebiasaan-kebiasaan, cerita, dan kelanjutan historis yang
dimiliki bersama.
2 Translasi atau penerjemahan: yakni untuk menolong individu-individu
menafsirkan peristiwa-peristiwa kehidupan, mendapatkan suatu rasa bermakna dan
bertujuan, dan memahami hubungan-hubungannya dengan keseluruhan yang lebih
besar (baik dalam arti sosial maupun kosmis).
3 Transaksi: yakni untuk menciptakan dan mempertahankan suatu komunitas yang
sehat, dan memberi penuntun terhadap perilaku-perilaku moral dan hubungan-
hubungan etis.
4 Transformasi: yakni sebagai pengembangan kedewasaan dan pertumbuhan yang
terus- menerus, menolong umat beragama untuk merasa lebih penuh dan komplet.
2
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Desember 2014, Hal. 10-11
8
5 Transendensi: yakni untuk memuaskan kerinduan untuk memperluas batasan-
batasan diri yang dipersepsikan, menjadi lebih sadar terhadap aspek kehidupan yang
lebih sakral, dan mengalami persekutuan/ penyatuan dengan dasar keberadaan yang
mutlak.
Budaya selalu melekat pada manusia. Kapan dan di manapun daerahnya, manusia
selalu punya budaya. Pasalnya, budaya merupakan cara hidup yang berkembang
serta dimiliki bersama oleh kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke
generasi.
Contoh dan fungsi budaya dalam kehidupan masyarakat sendiri banyak ragamnya,
mulai dari tradisi, ritual, hukum, kebiasaan hidup, hingga terbentuknya sistem.
Lebih jauh lagi, fungsi budaya dalam kehidupan masyarakat sangat penting, sebagai
penyeimbang dalam kehidupan. Berikut fungsi agama fdalam kehidupan mayarakat:
Fungsi budaya dalam kehidupan masyarakat yang pertama ialah sebagai identitas.
Kehadiran budaya merupakan ciri khas terhadap kelompok tertentu. Budaya yang
digenggam akan menunjukkan di mana daerah dan identitasnya berasal. Hal-hal
yang biasa menunjukkan asal daerah adalah dialek. Dialek merupakan identitas
yang melekat pada diri seseorang yang menunjukkan dari mana dia berasal.
9
Pedoman Interaksi Sesama Manusia
Setiap daerah pasti memiliki banyak budaya yang digunakan. Hal ini menjadi
pedoman dalam melakukan jenis interaksi sosial secara langsung. Secara sadar
interaksi ini dilakukan oleh masing-masing individu. Bahkan budaya ini telah
menjadi kesepakatan bersama, walaupun tidak terbukukan secara tertulis.
Budaya juga berfungsi sebagai acuan ketika seseorang bertindak, baik untuk
kepentingan pribadi atau masyarakat. Hal ini akan menyangkut tentang hal-hal
penting yang ada di masyarakat. Budaya juga akan menjadi acuan nilai dan moral
yang ada di masyarakat.
Budaya membantu seseorang agar mengetahui hal apa yang harus dilakukan.
Biasanya kita selalu membahas kebiasaan yang dilakukan sebelum melakukan suatu
10
bentuk tindakan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa budaya membantu masyarakat
dalam menjalani kehidupan sehari-baik3.4
Jika kita amati budaya Indonesia, maka tidak dapat tidak budaya itu terdiri dari lima
lapisan. Lapisan itu diwakili oleh budaya agama pribumi, Hindu, Buddha, Islam dan
Kristen (Andito, ed,1998:77-79)
3
Jurnal Hubungan Agama Dan Budaya Pada Masyarakat, Volume 22 No 2, Okto 2020, Hal. 4-12
4
http://www.smh.com.au/lifestyle/losing-my-religion-20130625-2ouww.html
11
Lapisan ketiga adalah agama Buddha, yang telah mewariskan nilai-nilai
yang menjauhi ketamakan dan keserakahan. Bersama dengan itu timbul nilai
pengendalian diri dan mawas diri dengan menjalani delapan tata jalan keutamaan.
12
Arab umumnya yang beratap landai. Atap tiga susun itu menyimbolkan Iman, Islam
dan Ihsan. Masjid ini tanpa kubah, benar-benar has Indonesia yang mengutamakan
keselarasan dengan alam. Masjid Al-Aqsa Menara Kudus di Banten bermenara
dalam bentuk perpaduan antara Islam dan Hindu. Masjid Rao-rao di Batu Sangkar
merupakan perpaduan berbagai corak kesenian dengan hiasan-hiasan mendekati
gaya India sedang atapnya dibuat dengan motif rumah Minangkabau (Philipus Tule
1994:159).Kenyataan adanya legacy tersebut membuktikan bahwa agama-agama di
Indonesia telah membuat manusia makin berbudaya sedang budaya adalah usaha
manusia untuk menjadi manusia.5
5
Jurnal Agama Dan Kebudayaan, Volume 25 No 22, sep 2015, Hal. 14-19
13
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari proses
interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu
agama, tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan
beberapa kondisi yang objektif. Faktor kondisi yang objektif menyebabkan terjadinya
budaya agama yang berbeda-beda, walaupun agama yang mengilhaminya adalah sama.
Agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final dan ultimate. Dan pada
gilirannya agama yang diyakini merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam
hubungan sosial dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana
pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial dan individu dengan
masyarakat yang seharusnya tidak bersifat antagonis.
Hubungan agama, kebudayaan dan masyarakat serta agama berfungsi sebagai alat
pengatur pengontrol dan sekaligus membudayakannya dalam arti mengungkapkan apa yang
ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur
masyarakat, adat istiadat dan lain-lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Hubungan Agama Dan Budaya Pada Masyarakat, Volume 22 No 2, Okto 2020.
http://www.smh.com.au/lifestyle/losing-my-religion-20130625-2ouww.html.
15