Fenomenologi Agama
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Fenomenologi Agama
Oleh :
Stefani ( )
Alqa(2013130145)
Rifa Nurwansyah(2013130007)
BANDUNG
2014
[Type text]
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 4
1.3. Tujuan ............................................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
2.1. Pengertian Agama ....................................................................................................................... 5
2.1.1. Agama Wahyu ........................................................................................................................ 6
2.1.2. Agama Non Wahyu ................................................................................................................. 6
2.2. Pengertian Kebudayaan ............................................................................................................... 6
2.3. Agama dan Kebudayaan .............................................................................................................. 8
2.4. Penerapan Hubungan agama dan kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari............................ 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................................... 10
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 11
2
[Type text]
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang fenomenologi agama yang berjudul Agama dan Budaya. Penulis
berharap dengan hadirnya makalah ini dapat menambah wawasan bagi kita umumnya para pembaca
tentang hubungan antara agama dan kebudayaan dari fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat.
Demikian makalah ini penulis persembahkan kepada para pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi para pembaca. Penulis membuka hati kepada para pembaca yang ingin
memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini. Sekian dan terima kasih.
Penulis
3
[Type text]
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengatahui pengertian dan klasifikasi secara umum dari agama.
2. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara agama dengan kebudayaan.
4
[Type text]
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Agama
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata”a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau.
Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Agama itu timbul sebagai jawaban
manusia atas penampakan realitas tertinggi secara misterius yang menakutkan tapi sekaligus
mempesonakan Dalam pertemuan itu manusia tidak berdiam diri, ia harus atau terdesak secara
batiniah untuk merespons.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada
Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Untuk mencari dan mengetahui pengertian agama yang sesungguhnya dan dapat diterima oleh
semua pihak atau penganut agama yang berbeda keyakinan sulit sekali ditemukan, karena setiap
penganut agama tersebut akan memberikan pengertian sesuai dengan sudut pandang dari aspek mana
yang dianggap urgen. Dengan demikian untuk mencari kesamaan dalam mendefinisikan agama
merupakan suatu yang tidak mungkin ditemukan.
Sementara itu mantan Menteri Agama di era 70-an, Mukti Ali beranggapan bahwa yang paling
sulit memberikan pengertian adalah tentang agama. Pernyataannya tersebut didasari pada tiga alasan
yakni: pertama, pengalaman agama adalah soal batin, subyektif, dan
sangat individualsifatnya. Kedua, setiap pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat
erat, sehingga kata agama itu sulit didefinisikan. Ketiga, konsep tentang agama dipengaruhi oleh tujuan
dari orang yang memberikan definisi tersebut.
Sementara itu, Mircea Eliade seperti yang dikemukakan K.Bertens dalam salah satu tulisannya di
Ulumul Qur’an mengatakan bahwa agama adalah dealektika (hubungan timbal balik) antara yang sacral
dan yang profane. Sedangkan Harun Nasution memberikan definisi tentang agama ialah ikatan-ikatan
yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan tersebut mempunyai pengaruh yang besar sekali
dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata cara
hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam al-Qur’an agama sering
disebut dengan istilah ad-din. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga
mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah
din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi.
Pada umumnya agama diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu agama wahyu (revealed
religion) dan agama non wahyu (nonrevealed religion).
5
[Type text]
6
[Type text]
masyarakat penduduknya. Bahkan menurut Prof. Dr. Kasmiran Wuryo, tradisi masyarakat merupakan
bentuk norma yang terbentuk dari bawah, sehingga sulit untuk diketahui sumber asalnya (Wuryo, 1982:
38). Oleh karena itu, tampaknya tradisi sudah terbentuk sebagai norma yang dibakukan dalam
kehidupan masyarakat.
Kata kebudayaan dalam bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, kata ini
bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Maka dengan demikian kebudayaan dapat
diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Maka kebudayaan adalah segala hasil dari cipta,
karsa dan rasa (Koentjaraningrat, 19: 80).
Beberapa pengertian kebudayaan menurut para ahli antara lain sebagai berikut. Budaya
menurut E.B. Tylor, kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, tata cara dan kemampuan apa saja lainnya, kebiasaan yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Leslie White, kebudayaan adalah suatu kumpulan gejala-gejala yang terorganisasi yang terdiri
dari tindakan-tindakan (pola-pola perilaku), benda-benda (alat-alat; atau benda-benda yang dibuat
dengan alat), ide-ide (kepercayaan dan pengetahuan) dan perasaan-perasaan (sikap, ‘nilai-nilai’ yang
semuanya tergantung pada penggunaan simbol-simbol (Lawang, 1985: 109-110).
Kemudian ada lagi yang mendefisikan kebudayaan adalah suatu yang lahir karena adanya
pergaulan manusia. Ia merupakan suatu kumpulan yang termasuk di dalamnya adat istiadat, ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, akhlak, hukum dan tiap-tiap kesanggupan serta kelakuan manusia
yang dijelmakan oleh manusia sebagai anggota dalam suatu pergaulan masyarakat. Dalam pengertian ini
kebudayaan termasuk way of life dan way of thinking manusia.
Secara sederhana, kebudayaan merupakan hasil cipta (serta akal budi) manusia untuk
memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Atau, kebudayaan
adalah keseluruhan kemampuan (pikiran, kata, dan tindakan) manusia yang digunakan untuk
memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya. Kebudayaan berkembang sesuai
atau karena adanya adaptasi dengan lingkungan hidup dan kehidupan serta sikon manusia berada.
7
[Type text]
8
[Type text]
kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, tapi berkembang terus mengikuti perkembangan jaman.
Demikian pula agama, selalu bisa berkembang di berbagai kebudayaan dan peradaban dunia.
Tapi hal pokok bagi semua agama adalah bahwa agama berfungsi sebagai alat pengatur dan
sekaligus membudayakannya dalam arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk-bentuk
budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Jadi ada
pluraisme budaya berdasarkan kriteria agama. Hal ini terjadi karena manusia sebagai homoreligiosus
merupakan insan yang berbudidaya dan dapat berkreasi dalam kebebasan menciptakan barbagai objek
realitas dan tata nilai baru berdasarkan inspirasi agama.
9
[Type text]
3.1. Kesimpulan
Secara sederhana, kebudayaaan merupakan hasil cipta(serta akal budi) manusia untuk
memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan manusia. Atau,
kebudayaan adalah keseluruhan kemampuan(pikiran, kata,dan tindakan) manusia yang digunakan untuk
memahami manusia yang digunakan untuk memahami dan berinteraksi dengan lingkungan sesuai
sikonnya. Sedangkan agama merupakan suatu ketetapan yang dibuat oleh Tuhan Yang Maha Esa, tanpa
adanya campur tangan manusia, agama dapat diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan
Tuhan dan sesama. Agama dan Budaya tidak dapat disamakan, walaupun agama dan budaya saling
mempengaruhi
10
[Type text]
DAFTAR PUSTAKA
Endang, Saifuddin Anshari. 1980. Agama dan Kebudayaan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Rusdi, Muchtar. 2009. Harmonisasi Agama dan Budaya Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama Jakarta.
http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2069571-klasifikasi agama/#ixzz2N8oVylab
11