Diajukan untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah sosiologi agama yang diampu oleh dosen:
Alpizar Dr., M.Si
Disusun oleh:
Fadillah (12230324928)
Renji arjuna(12230312571)
kelompok 2
STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULIDDIN
Dengan ini mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Dengan rahmat ,kesempatan
dan hidayahnya kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“Agama Religi dan Ad-diin”.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas “SOSIOLOGI AGAMA”
Penyusunan makalah ini kami sesuaikan dengan referensi yang kami dapat kami
menyadari bahwa penulisan serta isi dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan.oleh kerna
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca makalah ini untuk menyempurnakan
penulisan serta isi makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan bermanfaat untuk lebih mengetahui tentang pengertian dan ruang lingkup dari Sosiologi
Agama
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A. Pengertian Agama, Religi dan Ad-diin....................................................................
B. Perbedaan dan persamaan Agama, Religi dan Ad-diin...........................................
C. Bentuk-bentuk Agama, Religi dan Ad-diin.............................................................
KEPUSTAKAAN................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama, Religi, dan Ad-din dapat berkaitan dengan sejarah panjang manusia dan
kebutuhan manusia untuk mencari dan menjelaskan makna hidup, fenomena alam, dan
hubungan dengan kekuatan yang lebih besar.
Agama sering dianggap sebagai sebuah sistem kepercayaan dan praktik yang
bersifat supernatural, yang memberikan panduan moral dan etika, dan membantu manusia
mencapai pemahaman tentang diri dan keberadaan mereka. Religi, dalam arti yang sama,
mengacu pada penyembahan, kepercayaan, atau sistem spiritual yang dipegang oleh
sekelompok individu atau masyarakat.
Sementara itu, ad-din adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti "agama" atau
"ketundukan" dalam konteks Islam. Dalam Islam, ad-din mengacu pada hubungan
manusia dengan Allah dan praktek-praktek agama yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian-pengertian dari Agama, Religi dan Ad-diin?
Agama, Religi, dan Ad-diin sangat bervariasi di seluruh dunia. Setiap wilayah atau
negara dapat memiliki agama-agama utama yang berbeda atau keragaman praktik
keagamaan yang melibatkan berbagai agama. Agama-agama seperti Kristen, Islam,
Hindu, Buddha, dan Yahudi adalah contoh agama-agama utama yang memiliki pengikut
besar di banyak bagian dunia.
Agama dan ad-diin juga dapat memainkan peran penting dalam budaya,
pemahaman sejarah, dan hubungan sosial. Mereka dapat membentuk identitas individu
dan kelompok, mempengaruhi kebijakan publik, dan berperan dalam mengorganisir dan
mengatur masyarakat. Agama, religi, dan ad-diin adalah subyek yang kompleks dan
memiliki makna yang beragam bagi setiap individu. Hal ini juga berkaitan dengan
kebebasan beragama sebagai hak asasi manusia yang diakui secara internasional.1
Agama yang dalam bahasa Sangsekerta berarti tidak kacau (a = tidak dan gama =
kacau) dipakai untuk menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya dalam kerangka
kepatuhan terhadap aturan untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera, damai, selamat
dan tentram. Dengan demikiran prinsip dan misi agama pada hakekatnya adalah
berusaha mewujudkan kehidupan yang tidak kacau. Walaupun demikian, konsep
kedamaian dan kesejahteraan boleh jadi hanya bersifat sementara dan duniawiyah saja,
sedangkan prinsip kesejahteraan yang abadi boleh jadi tidak menjadi prioritas
keberagamaan.2
1
Bernard Raho SVD, Agama Dalam Perpektif Sosiologi. Jakarta: OBOR, 2013.
2
Ishomudin, Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
3
Adnan, Gunawan. 2020. Sosiologi Agama; Memahami Teori dan Pendekatan. Banda Aceh; Ar-
rainiry Press.
Aplikasi hubungan dengan eksistensi yang transendent melahirkan berbagai
konsep agama dan aktualisasinya. Di Indonesia berkembang pemikiran bahwa setiap
sesuatu me-miliki “roh” yang didalamnya tersimpan kekuatan magic dan mistik yang luar
biasa. Konsep animisme menjadi wujud adanya hubungan antara manusia dengan
eksistensi yang transendent dan sudah barang tentu sangat abstrak dan cenderung tidak
dapat dijelaskan realitasnya baik dari segi dogmatik maupun dari segi nalar – kemudian
berkembang menjadi dinamisme.
b. Religi
Pada terminologi lain ditemukan kata-kata “Religion” untuk menggambarkan hal yang
sama dengan agama. Dalam An English Reader’s Dictionary terdapat tiga kemungkinan
kata yang berkait dengan Religion, yaitu Religi, Religion dan Religious atau
Releigiusitas.5
Kedua; Religi digambarkan sebagai sebuah konsep atau aturan yang mendasari
pri-laku Religi atau ritus-ritus tersebut. Dengan demikian Religi atau ritus dalam agama
tertentu tidak akan mungkin ada jika konsep atau aturan agamanya tidak ada. Dalam An
English Reader’s Dictionary karangan A.S. Homby dan E.C Pamwell, disebutkan bahwa
“Religion is a system of faith and worship based on such belief” (sistem kepercayaan dan
penyembahan yang dibangun berdasarkan keyakinan tertentu). Maka Religion dalam
pandangan seperti ini hanya memuat dua unsur yaitu :
4
Hendropuspito, D. 1983 Sosiologi Agama Yogyakarta: Yayasan Kansius-BPK Gunung Mulia
5
Mujtaba, Saifuddin.2007. Muhammad’s Love Message. Yogyakarta : Pustaka Marwa
Faith (kepercayaan – artinya adanya persepsi yang sadar tentang eksistensi kekuatan
diluar manusia yang memperngaruhi kelangsungan hidup mereka).
Worship (peribadatan/penyembahan – perlu adanya perwujudan ritus yang kongkrit
sebagai penghambaan dan ketertundukkan manusia terhadap kekuatan tersebut, misalnya
dalam bentuk sesaji, kurban dll.).
Dalam pemikiran yang cukup sederhana – ternyata untuk membuat sesuatu itu
menjadi agama hanya diperlukan dua komponen yaitu komponen kepercayaan (faith) dan
penyem-bahan (worship). Prinsip minimal pembentukan agama tersebut menyisakan
permasalahan yang cukup rumit yaitu mampukah agama tersebut mewujudkan pribadi
yang sejahtera, damai dan selamat terutama untuk untuk kehidupan akhirat yang justru
menjadi tujuan utama beragama. Sebab tidak jarang kita menemukan sekte atau aliran
yang hampir menjadi sebuah agama, tetapi mereka justru menyesatkan dan mencelakakan
pemeluknya.
Oleh sebab itu dalam pandangan saya – agama yang dibentuk berdasarkan prinsip
mini-malis tersebut perlu diwaspadai, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dr. Nurcholis
Madjid – “Kepercayaan yang benar akan melahirkan kedamaian, kesejahteraan dunia dan
akhirat, sedangkan kepercayaan yang salah akan menyesatkan hidup, merusak dan
membahayakan bagi pertumbuhan kebudayaan dan manusia serta anti terhadap
keselamatan hidup.
c. Ad-diin
“Ad-Diin”. Kata Ad-Diin dengan mudah dapat kita temukan di dalam al Qur’an,
karena kata tersebut adalah kesatuan tentang ajaran agama Islam. Dalam kajian ilmu
keislaman pada masa salaf, semua jenis ilmu agama yang bersumber pada al Qur’an dan
Hadits dinamakan dengan “Tafaqquh fid-Diin” – baik itu menyangkut kepercayaan
(aqoid), peribadatan dan hukum-hukumnya (ubudiyah dan syari’ah) dan konsep-konsep
keagamaan lainnya/Muamalah siyasiyah) sebagaimana disebutkan dalam QS. At Taubah
:122.7
Aturan-aturan agama (Qs Asy Syuura : 13 dan 21 dan Qs. Al Haj : 78)
Ketaatan, kepatuhan dan keihlasan sebagaimana tersebut dalam Qs. Az Zumar : 3 dan
11, Al Bayyinah : 5)
Hari kiamat atau hari Agama atau hari pembalasan (Al Fatihah : 4, Ash Shoffaat : 20,
Ash Shod : 78; Adz Dzaariat : 13; al Waaqiah : 56; al Mudatsir : 46; Al Ma’arij : 26; al
Infithar : 9, 10 dan 17 dan Al Muthoffifin : 11).
Ketiga unsur pengertian tersebut memilki keterkaitan yang sangat erat, Allah
dengan sifat rahman dan rahim-Nya menurunkan aturan-aturan agama untuk dijadikan
pedoman mengarungi kehidupan dunia. Pedoman tersebut memerlukan ketaatan dan
kepatuhan serta keihlasan yang maksimal dari manusia itu sendiri agar terwujud sisi ideal
moral yang diinginkan oleh setiap aturan. Sebetulnya Allah tidak membutuhkan ketaatan
atau kepatuhan dari manusia, sebab Allah sudah memberikan kebebasan memilih bagi
manusia – apakah manusia mau beriman atau tidak (Qs. Al Kahfi : 29), juga tidak ada
paksaan dalam agama, karena telah nyata perbedaan antara jalan kebenaran dan kesesatan
(Qs. Al Baqoroh : 256). Kepatuhan dan ketaatan tersebut dibutuhkan untuk mewujudkan
hasil yang maksimal dari aktifitas dan pengamalan terhadap ketentuan tersebut. Setiap
hukum dan peraturan memerlukan kesadaran dan keihlasan dari pelaku untuk
menghasilkan atau mewujudkan maksud diadakannya hukum tersebut yaitu keselamatan,
ketentraman, keteraturan dan kebenaran.8
الِّدْيُن ُهَو َو ْض ٌع ِالَهٌّي َس اِئٌق ِلَذ ِو ي ْالُع ُقْو ِل ِباْح ِتَياِرِهْم ِاَلي الَّص َالِح ِفي اْلَح اِل َو ْالَفَّالِح ِفي اْلَم ًاِل
(“Agama adalah ketentuan-ketentuan Allah yang diberikan kepada manusia yang berakal
untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan keselamatan hidup di
akhirat”)10
8
Ali, Abdullah. Sosiologi Islam. STAIN Cirebon: IPB Press, 2005
9
Bryan S.TURNER, SOSIOLOGI AGAMA(the new blackwell companion to the sosiology of
religion).Celeban timur;PUSTAKA PELAJAR, cet I ;2013
Mandiri, 2004
Dari pengertian tersebut terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu:
Bahwa Ad Dien itu adalah aturan-aturan Allah – artinya segala bentuk hukum dari agama
itu bersumber dari Allah, Nabi Muhammad SAW hanya menyampaikan risalah tersebut
kepada manusia tanpa dikurangi atau ditambahi sedikitpun.
Diberikan kepada manusia yang berakal. Memahami konsep manusia yang berakal dapat
dibedakan menjadi 2 bagian yaitu berakal dalam konteks syar’iyah dan berakal dalam
konstek kesadaran berfikir.11
Jika ia mampu menggunakan akal secara benar untuk memahami dan menjalankan aturan
Allah tersebut, maka ia akan mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan
keselamatan hidup di akhirat. Artinya bahwa akal yang benar akan membawa pada
pilihan yang benar terhadap apa yang diberikan oleh Allah – dan hal tersebut menjadi
modal untuk memperoleh kebahagiaan.13
11
Dr.Zuly Qadir, Sosiologi Agama ( esai-esai agama di ruang publik).Celeban Timur; pustaka
pelajar,April 2011
12
Muhyiddin Abdusshomad, Tahlil dalam Perspektif Al-Qur’an dan As-Sunah (Kajian Kitab
Kuning). Malang: Pustaka Bayan, 2005.
13
Thomas F. O’dea, Sosiologi Agama(suatu pengenalan awal). Jakarta, PT RajaGrafindo
Persada, 1995
Kebahagiaan hidup di dunia berdimensi sangat luas dan abstrak. Standar keba-
hagiaan tidak dapat diukur dengan seberapa banyak ia mempunyai harta benda melain-
kan lebih mengarah kepada kenyamanan, ketentraman dan kemampuan mengendalikan
diri. Rasulullah mengatakan :”bukanlah kaya itu karena ia memiliki harta benda, melain
kan adanya kelapangan hati”. Oleh sebab itu, agama tidak menjanjikan langsung melim-
pahnya harta kekayaan melainkan kemantapan bathin yang berujung pada komit-men dan
keuletan berusaha. Bagi mereka dunia adalah tempat persinggahan sementara dan
permainan yang melenakan (Qs. Ali Imron : 185, Al An’am : 32 dan Hadid : 20), oleh
sebab itu kekayaan yang paling sempurna adalah ketenangan dalam menjalankan agama
itu sendiri (Qs. Al Maidah : 3).
Pengertian Millah sebagai jalan hidup atau style sebuah masyarakat juga nampak
pada penggunaan kata millah dengan bentuk lain sebagaimana tersebut pada Qs. Al
Baqoroh : 120, Al A’raf : 87-88, Ibrahim : 13 al Kahfi : 20. Secara khusus dalam Qs. Al
Baqoroh : 120 – kata-kata Millah dikaitkan dengan gaya hidup atau bahkan keyakinan
kaum Yahudi dan Nasrani yang datang sebelum Nabi Muhammad menyampaikan risalah
Islam.14
a. Persamaan
Agama, Religi atau Ad-Diin memiliki kesamaan pandangan dalam 3 hal walaupun pada
titik tertentu, aplikasi dan realitas spiritualnya berbeda. Ketiga hal tersebut adalah :
1. Pengakuan adanya yang Maha Kuat – yang berada diluar jangkauan manusia (immaterial
atau transendent) dalam bahasa Islam disebut dengan Allah (Tuhan).
2. Adanya kehidupan sebagai tempat pembalasan amal manusia, baik itu langsung maupun
tidak langsung, misalnya Surga dan Neraka (Islam) atau Nirwana dan Hukum Karma
(Hindu-Budha).
3. Adanya peribadan atau ritual yang merupakan perwujudan hubungan antara manusia
dengan yang Maha Kuat – tentu dengan berbagai bentuk dan tata caranya.
b. Perbedaan
1. Tata nilai yang dikembangkan oleh Ad-Diin (agama samawi) berasal dari Wahyu Allah,
sedangkan Agama dan Religi berasal dari refleksi manusia terhadap peristiwa yang
terjadi dilingkungannya.
2. Kebenaran yang dibawa oleh Ad Dien bersifat mutlak/absolut – karena ia datang dari
Allah (Qs. Al Baqoroh : 147 dan Ali Imron : 60) , sedangkan Agama dan Religi bersifat
Dzanny (spekulatif/sementara) – karena ia datang dari manusia yang lemah, tak berilmu
dan hanya persangkaan saja ( Qs. Al Baqoroh : 78-79).
3. Ad-Diin menjamin bagi pengikutnya dengan “keselamatan dan kebahagiaan” (Qs. Ali
Imron : 85), sedangkan Agama dan Religion tidak menjaminnya bahkan di antaranya ada
yang berujung dengan kebodohan, kesengsaraan bathin dan kesesatan hidup (Qs. Al
Baqoroh : 170 dan Al Anbiya’ : 52-54).
4. Ad-Diin mengajak pada pemeluknya untuk menghambakan kepada Pencipta sekalian,
sedangkan agama dan Religion terkadang mendorong pada penghambaan kepada sesama
makhluk dan belenggu-belenggu Thogut lainnya.
14
Muniron dkk. 2010. Studi Islam. Jember :STAIN Jember Press.
1. Islam (ad-Diin): Salah satu agama besar yang memahami ad-Diin sebagai
keyakinan dalam satu Allah (tawhid) dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad
sebagaimana tercantum dalam Al-Quran.
2. Kristen: Kristen adalah agama yang didasarkan pada ajaran Yesus Kristus dan
Alkitab, terutama Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
3. Hinduisme: Hinduisme adalah agama kuno India yang memiliki berbagai aliran,
keyakinan, dan praktik spiritual, termasuk reinkarnasi dan karma.
5. Yudaisme: Yudaisme adalah agama tertua yang mengikuti Taurat dan Kitab Suci
Ibrani, serta memiliki banyak cabang, termasuk Ortodoks, Konservatif, dan Reform.
9. Agama-agama baru: Beberapa agama dan aliran kepercayaan baru terus muncul
seiring berjalannya waktu, seperti New Age, Wicca, dan lainnya.
Setiap agama dan sistem kepercayaan memiliki karakteristik unik, praktik, dan
ajaran yang berbeda, dan banyak di antaranya memegang peran penting dalam budaya
dan masyarakat di berbagai belahan dunia.15
15
Mariasusai Dhafamoni, Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1995.
BAB III
KESIMPULAN
KEPUSTAKAAN
Adnan, Gunawan. 2020. Sosiologi Agama; Memahami Teori dan Pendekatan. Banda Aceh; Ar-
rainiry Press.
Bernard Raho SVD, Agama Dalam Perpektif Sosiologi. Jakarta: OBOR, 2013.
Dr.Zuly Qadir, Sosiologi Agama ( esai-esai agama di ruang publik).Celeban Timur; pustaka
pelajar,April 2011
Muhyiddin Abdusshomad, Tahlil dalam Perspektif Al-Qur’an dan As-Sunah (Kajian Kitab
Kuning). Malang: Pustaka Bayan, 2005.