Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KETUHANAN DALAM AGAMA HINDU

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah: Agama Hindu
Dosen Pengampu: Drs. Nyoman Dania, M.Pd.H

OLEH:

Ni Kadek Nova Diana Putri (2217011005)


Ketut Dian Suryasih (2215091031)

ROMBEL 19
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan materi “Ketuhanan Dalam Agama Hindu” ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah MPK Agama Hindu. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dan
kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan
makalah ini. Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk pembaca, dan untuk kami sendiri, khususnya.

Singaraja, 7 Juni 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuam ..................................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1 Konsep Ketuhanan Dalam Agama Hindu ................................................ 3
2.2 Hubungan Dewa Dan Tuhan Serta Peran Dan Fungsi Dewa ................... 6
2.3 Pengaruh Tuhan Pada Praktik Keagamaan, Ritual, Dan Kehidupan
Sehari-Hari Para Penganutnya ....................................................................... 7
BAB 3. PENUTUP ............................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 10
3.2 Saran....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuhan merupakan aspek esensial dalam setiap agama. Oleh karena itu, ilmu
tentang Tuhan menjadi tema menarik dalam studi agama-agama, baik kalasik
maupun kontemporer. Apalagi studi agama menempatkan agama menjadi inti dari
kebudayaan yang dipraktekkan dalam dunia sosial. Agama merupakan fenomena
sosial kultural sebagai ekspresi religiusitas masyarakat beragama. Agama dalam
konteks sosial telah mengambil bagian dalam menentukan batas-batas identitas
individu dan masyarakat. Agama telah mengambil bagian pada saat yang paling
penting pada pengalaman kehidupan manusia. Hal ini berarti bahawa agama bukan
hanya mengikat individu dengan Yang Illahi, tetapi juga manusia yang satu dengan
lainnya sehingga agama memang berhimpitan dengan kehidupan sosial.
Hinduisme mewadahi beragam subagama sehingga di dalamnya terdapat
beragam keyakinan dan kepercayaan. Keberagaman ini justru menantang, seperti
dikatakan Stevenson & Haberman (2001:1) bahwa perkenalan dengan Hinduisme
merupakan sesuatu yang menantang karena Hindu memiliki ciri-ciri yang berbeda
dengan tradisi agama besar lainnya di dunia terutama berkaitan dengan otoritas
pendiri ajaran, titik awal sejarah, dan teks utama.
Menurut R. Antoine dalam Ali (2010:15), sangatlah sulit untuk
mendefinisikan Hinduisme, karena “Hinduisme bukanlah satu agama dengan
syahadat tunggal yang harus dipatuhi oleh semua orang. Hinduisme lebih
merupakan sebuah federasi berbagai pendekatan terhadap realitas yang berada
dibalaik kehidupan”. Selain pluralitas doktrin, aliran serta latihan, ada dua unsur
yang membuat elaborasi definisi menjadi sulit. Pertama, Hinduisme tidak memiliki
pendiri seperti dalam agama Budhisme, Kristen, dan Islam, kedua, Hinduisme tidak
memiliki tubuh otoritas yang merumuskan batas-batas dogma.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep ketuhanan dalam Agama Hindu?
2. Apa peran dan fungsi dewa-dewi dalam Agama Hindu, dan bagaimana
hubungan mereka dengan konsep tentang Tuhan yang tunggal dan tak
berbentuk?
3. Bagaimana pemahaman tentang Tuhan dalam Agama Hindu berpengaruh
pada praktik keagamaan, ritual, dan kehidupan sehari-hari para
penganutnya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep ketuhanan dalam Agama Hindu.
2. Untuk mengetahui apa saja peran dan fungsi dewa-dewi dalam Agama
Hindu, dan bagaimana hubungan mereka dengan konsep tentang Tuhan
yang tunggal dan tak berbentuk.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman tentang Tuhan dalam Agama
Hindu berpengaruh pada praktik keagamaan, ritual, dan kehidupan sehari-
hari para penganutnya.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Ketuhanan Dalam Agama Hindu


Hindu menganut paham monoteisme, mengakui satu Tuhan sebagai yang
Esa. Di dalam sumber yang sama Rgveda juga ditemukan konsepsi Tuhan yang
tunggal sebagai berikut “Ekam Sat Wiprah Bahudha Vadanti” hanya satu Tuhan,
tapi para bijaksana menyebutnya dengan banyak nama. Lebih lanjut hal yang sama
ditemukan dalam sloka “Ekatwa Anekatwa, Swalaksana Bhatara” artinya yang satu
itu Tuhan dan yang banyak itu pula Tuhan, semua adalah Tuhan. Keyakinan akan
ke-Esa-an Tuhan dalam agama Hindu dinyatakan dengan dua cara pandang, yaitu
Tuhan yang memiliki sifat-sifat Nirguna Brahman (Tuhan tidak berwujud, dan
merupakan jiwa suci) dan Tuhan yang bersifat Saguna Brahman (Tuhan diberi
nama, bentuk, dan atribut lainnya).
Sebagai Nirguna Brahman Tuhan dinyatakan tak berwujud, tidak
terpikirkan dan abstrak. Sementara itu, menurut pandangan Saguna Brahman,
Tuhan berwujud, berkepribadian, dan disimbolkan dengan berbagai atribut yang
satu sama lain kadang-kadang berbeda, sehingga mengesankan Tuhan itu bersifat
jamak. Dalam agama Hindu, Tuhan yang Tunggal (Esa) dipersonifikasi menjadi
Tuhan yang memiliki sifat-sifat maskulin dan femenim, lingga dan yoni, akasa-
prethiwi, dan cetana-acetana. Malahan dalam simbolisasi, Tuhan kadang
dipersonifikasi setengah purusa dan setengah predana, setidaknya hal itu dapat
dipahami melalui konsepsi Ardanareswari. Dalam aksara dan yoga konsepsi Tuhan
dalam yang dua disimbolkan dengan aksara Ang dan Ah.
Tuhan yang satu kemudian dikembangkan ke dalam konsepsi tiga, dalam
fungsinya sebagai Pencipta disebut Dewa Brahma dengan saktinya Saraswati.
Sebagai Pemelihara, Ia disebut Wisnu dengan saktinya Sri dan Tuhan dalam
manifertasi sebagai Pelebur disebut Siwa dengan saktinya Durga. Ketiga
manifestasi Tuhan dalam fungsi berbeda-beda itu disebut dengan satu istilah, yaitu
Tri Murti, yang disimbolkan dan dipuja di Pura Desa untuk Dewa Brahma, di Pura
Puseh untuk memuja Dewa Wisnu, dan di Pura Dalem untuk memuja Dewa Siwa.
Konsepsi ini dilaksanakan di hampir lebih dari 2.400 desa adat yang tersebar di

3
Bali, dan desa-desa bercorak Bali di seluruh pelosok tanah air. Jadi, Tuhan yang
tunggal menginspirasi Tuhan dalam tiga fungsi utama, yaitu Dewa Brahma, Wisnu,
dan Siwa sekaligus sebagai pengakuan atas sebuah siklus lahir (Brahma), hidup
(Wisnu), dan mati (Siwa) atau dalam bahasa agama Hindu proses itu disebut uttpeti,
stithti dan pralina.
Pada konsep ketuhanan agama hindu terbagi menjadi dua konsep, yaitu:
1. Pandangan dalam Filsafat Ketuhanan
Pandangan filsafat dengan pandangan agama tentang Tuhan Yang Maha Esa
tentunya berbeda dan kadang berseberangan. Namun, agama dan filsafat
saling membutuhkan karena membahas masalah metafisika hanya saja
pendekatannya berbeda (Bakthiar, 1997: 13). Berikut beberapa pandangan
dalam filsafat ketuhanan:
a. Animisme
Keyakinan akan adanya roh bahwa segala sesuatu di alam semesta
didiami dan dikuasai oleh roh yang berbeda-beda.
b. Dinamisme
Keyakinan terhadap adanya kekuatan-kekuatan alam.
c. Totemisme
Keyakinan akan adanya binatang keramat yang sangat dihormati.
d. Polytheisme
Keyakinan akan adanya bayak Tuhan, wujud Tuhan berbeda-beda
dengan keyakinan manusia.
e. Henoteisme
Keyakinan terhadap dewa yang tertinggi pada suatu massa dan
digantikan dewa yang lain sebagai dewa tertinggi.
f. Panteisme/Monisme
Keyakinan bahwa di mana-mana serba Tuhan atau setiap aspek alam
semesta digambarkan dikuasai Tuhan.
g. Monoteisme
Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Tuhan yang satu). Ada
dua bentuk monoteisme, yang transenden yang memandang Tuhan
jauh diluar ciptaan-Nya tidak terjangkau akal, maha luhur.

4
Sedangkan yang satunya adalah yang immanent, memandang Tuhan
berada diluar sekaligus didalam ciptaan-Nya.
h. Ateisme
Keyakinan yang menyatakan tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.

2. Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu


a. Konsep Monoteisme
Konsep monoteisme dalam weda terdapat dalam filsafat Adwaita
Wedanta (tiada duanya), yaitu percaya pada Tuhan yang satu.
Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan adalah pusat segala
kehidupan di alam semesta dan dalam Hindu, Tuhan disebut
Brahman. Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal dan tidak
berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam
semesta. Brahman berada di mana-mana diseluruh alam semesta.
Brahman hanya satu, namun tanda kebesarannya diwujudkan dalam
banyaknya dewa-dewi misalnya Wisnu, Siwa, Laksmi, Parwati,
Saraswati, dan lain-lain. Konsep Ida Sang Hyang Widi Wasa
merupakan bentuk monoteisme asli orang Bali. Trimurti, yang
terdiri dari dewa Brahma, Siwa, Wisnu yang merupakan perwujudan
dari kekuasaan Tuhan Yang Esa. Brahma sebagai dewa pencipta
alam semesta, wisnu sebagai dewa pemelihara alam semesta dan
dewa siwa sebagai dewa pelebur dunia.
b. Konsep panteisme
Dalam Upanisad, konsep panteisme terdapat dalam pandangan
bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat
tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaan-
Nya, dan terdapat dalam setiap benda apapun. Konsep panteisme
disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Upanisad menyebutkan
bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, tidak
berada di surga atau dunia tertinggi melainkan ada pada setiap
ciptaan-Nya.
c. Konsep Totemisme

5
Konsep totemisme terdapat dalam pengkultusan sapi. Sapi dianggap
binatang suci orang Hindu. Terdapat larangan membunuh sapi
karena sapi adalah ibu seluruh dunia (Darmayasa, 2008:22). Sapi
dikatakan ibu seluruh dunia karena sapi mampu menghidupi dunia
ini, segala yang ada dalam sapi dapat digunakan. Sapi juga wahana
atau kendaraan dewa Siwa yang bernama Nandini.

2.2 Hubungan Dewa Dan Tuhan Serta Peran Dan Fungsi Dewa

Didalam Weda dijelaskan “Ekam sat vipra bahuda vadanti” yang artinya
Tuhan itu satu, namun orang bijaksana (Maharsi) menyebutnya dengan berbagai
nama. Tuhan dan Dewa sejatinya adalah sama. Dewa dianggap sebagai sinar suci
dari tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang menyinari dan menerangi alam
semesta, yang artinya dewa dianggap sebagai manifestasi tuhan dalam berbagai
nama dan wujud guna memberikan perlindungan kepada ciptaannya. Tuhan sebagai
matahari: Matahari dianggap sebagai simbol kehidupan dan kekuatan di alam
semesta. Dalam agama Hindu, Tuhan dipahami sebagai sumber kehidupan,
kebijaksanaan, dan kekuatan yang memberi makan dan memelihara segala sesuatu
di alam semesta.

Matahari, dengan sinarnya yang memberikan cahaya, panas, dan energi,


dianggap sebagai perwujudan dari aspek keagungan dan kekuasaan Tuhan.
Matahari juga melambangkan pengetahuan, pencerahan, dan kejelasan pikiran yang
diberikan oleh Tuhan kepada umat manusia. Sedangkan Dewa sebagai sinar: Dalam
konteks ini, dewa-dewi dianggap sebagai sinar suci yang merupakan sumber energi
dan cahaya. Sinar tersebut melambangkan manifestasi kekuatan Tuhan yang
mencerminkan berbagai aspek dan atribut-Nya.

Setiap dewa-dewi dianggap sebagai perwujudan dari sinar tertentu yang


mewakili karakteristik, kekuatan, atau peran spesifik dalam alam semesta dan
kehidupan manusia. Dalam konteks ini, konsep tentang Tuhan sebagai matahari dan
dewa sebagai sinarnya menunjukkan hubungan yang erat antara sumber yang utama
(Tuhan) dan manifestasinya yang bervariasi (dewa-dewi). Tuhan dianggap sebagai
sumber kehidupan dan kekuatan yang lebih besar, sedangkan dewa-dewi dianggap

6
sebagai aspek-aspek atau perwujudan yang lebih terbatas dari Tuhan yang
menyampaikan cahaya, energi, dan pengaruh-Nya kepada umat manusia.

Secara etimologis kata “Dewa” (Deva) berasal dari bahasa sansekertha, kata
“Div” berarti bersinar atau berkilau. Dalam agama Hindu, dewa berperan sebagai
perantara antara umat manusia dan Tuhan yang tak terlihat. Mereka dianggap
sebagai sumber kekuatan, pengetahuan, kebijaksanaan, dan keberanian. Dewa juga
mewakili berbagai aspek kehidupan dan alam semesta, seperti dewa pencipta, dewa
pemelihara, dewa penghancur, dewa kebijaksanaan, dewi kecantikan, dewi
kekuatan, dan banyak lagi. Setiap dewa-dewi memiliki peran dan fungsi spesifik
yang mencerminkan karakteristik dan kekuatan mereka. Dewa adalah simbol atau
perwujudan dari energi dan aspek-aspek Tuhan yang tidak terbatas.

Mereka merupakan sarana melalui mana umat Hindu dapat mencapai dan
berkomunikasi dengan Tuhan yang tak terlihat.Dewa sebagai manifestasi tuhan
muncul dalam berbagai wujud dan bentuk. Terdapat Sembilan manifestasi Tuhan
sebagai Dewa yang disebut Dewata Nawa Sanga. Dewata Nawa Sanga adalah
sembilan dewa sebagai wujud manifestasi tuhan sebagai penguasa arah mata angin.
Kesembilan Dewa tersebut diantaranya adalah Dewa Wisnu (Utara), Dewa Sambhu
(Timur laut), Dewa Iswara (Timur), Maheswara (Tenggara), Dewa Brahma
(Selatan), Dewa Rudra (Barat daya), Dewa Mahadewa (Barat), Dewa Sangkara
(Barat laut), Dewa Siwa (Tengah).

2.3 Pengaruh Tuhan Pada Praktik Keagamaan, Ritual, Dan Kehidupan


Sehari-Hari Para Penganutnya

Pemahaman tentang Tuhan dalam agama Hindu memiliki pengaruh yang


signifikan terhadap praktik keagamaan, ritual, dan kehidupan sehari-hari para
penganutnya. Berikut adalah pembahasan lebih lanjut tentang pengaruh tersebut:

1. Praktik Keagamaan:
Pemahaman tentang Tuhan dalam agama Hindu membentuk dasar praktik
keagamaan umat Hindu. Keyakinan akan adanya Tuhan yang tunggal dan
tak berbentuk, yang menguasai dan menciptakan alam semesta, menjadi

7
motivasi utama dalam melaksanakan praktik keagamaan. Para penganut
Hindu berupaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa,
meditasi, dan pengabdian spiritual. Pemahaman tentang kehadiran dan
kekuatan Tuhan juga mempengaruhi pemilihan tempat suci, seperti kuil,
tempat ziarah, atau sungai suci yang dianggap sebagai tempat di mana
kehadiran Tuhan terasa lebih kuat.

2. Ritual Keagamaan:
Pemahaman tentang Tuhan dalam agama Hindu mempengaruhi
pelaksanaan ritual keagamaan yang khas. Ritual-ritual tersebut mencakup
upacara persembahan, puja, homa (ritual api suci), bhajan (pengabdian
melalui nyanyian keagamaan), dan lain-lain. Pemahaman tentang atribut
dan karakteristik Tuhan, serta hubungan dewa-dewi dengan Tuhan,
memandu pemilihan dewa atau dewi yang akan dipuja dalam setiap ritual.
Setiap ritual memiliki tujuan khusus, seperti memohon berkah,
keselamatan, keberuntungan, atau pembebasan dari penderitaan, yang
berkaitan dengan pemahaman akan kuasa dan belas kasih Tuhan.

3. Etika dan Moralitas:


Pemahaman tentang Tuhan dalam agama Hindu juga memberikan arahan
moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari para penganutnya. Konsep
karma, yaitu hukum aksi dan reaksi, dipahami sebagai kebijaksanaan Tuhan
yang terkait dengan kehidupan manusia. Pemahaman ini mendorong praktik
kebajikan, integritas, kejujuran, pengorbanan, dan penghormatan terhadap
sesama manusia dan alam semesta. Para penganut Hindu percaya bahwa
tindakan mereka akan mempengaruhi takdir mereka di kehidupan ini dan
masa depan.

4. Perayaan Hari Raya:


Pemahaman tentang Tuhan (Ida sang Hyang Widhi Wasa) dalam agama
Hindu mempengaruhi perayaan hari-hari suci umat Hindu seperti Hari Raya
Galungan, Hari Raya Nyepi, Hari Raya Siwaratri, dll. Merupakan

8
kesempatan bagi umat Hindu untuk merayakan dan menghormati tuhan
dengan melakukan persembahyangan. Selain itu dalam perayaan hari raya
juga melibatkan tari-tarian, gamelan, dan nyanyian suci yang ditujukan
untuk memuja Tuhan.

9
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa Hindu tidak menganut paham monotheisme,
politeisme, atheisme tetapi panteisme yang bersifat universal sehingga Hindu bisa
menyatu dengan unsur daerah manapun tanpa adanya perselisihan. sehingga
penyebaran agama Hindu tidak pernah sekalipun dilakukan melaluikekerasan.
Hindu tetap menyembah satu Tuhan yang disebut Brahman/Ida SangHyang Widhi
hanya saja karena sifat dan kemahakuasaan Beliau sangat sulituntuk bisa dipahami
akal manusia yang masih sangat terbatas sehinggamanusia lebih cenderung untuk
menyembah Dewa-Dewa yang sebenarnyasama artinya dengan dengan
menyembah Tuhan.

Tuhan dalam agama Hindu memiliki pengaruh yang mendalam pada praktik
keagamaan, ritual, etika, dan perayaan sehari-hari para penganutnya. Pemahaman
ini membentuk landasan keyakinan dan bertindak sebagai panduan spiritual dalam
menjalani kehidupan. Konsep tentang Tuhan memotivasi umat Hindu untuk
mengabdikan diri, merayakan kehadiran Tuhan, dan mencari kebijaksanaan-Nya
dalam semua aspek kehidupan mereka.

3.2 Saran
Sebagai penulis dari makalah ini tentu banyak sekali kekurangan yang
terdapat pada makalah ini. Akan tetapi saya menyarankan bahwa pemahaman yang
ada pada makalah ini bias menjadi pedoman dan acuan bagi kaum muda dan pelajar
hingga masyarakat dapat memahami bahwa kita harus mengetahui bagaimana
agama Hindu itu muncul dan berkembang di Indonesia dan bagaimana agama
Hindu mempercayai Tuhan sebagai sosok yang dipuja atau disembah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ajeg. (2021, Mei 31). Tuhan Dalam Agama Hindu. Retrieved from
https://ajeg.org/tuhan-dalam-agama-hindu/
Danurdana, A. (2022, Februari 22). Dewa Dewi Dalam Agama Hindu Beserta
Tugasnya, Brahma Menciptakan Semesta. Retrieved from
https://www.celebrities.id/read/dewa-dewi-dalam-agama-hindu-wk793d
Kusniarti, A. S. (2021, Desember 29). Tuhan Satu Dan Banyak Nama, Berikut
Penjelasan Dalam Kakawin Arjuna Wiwaha. Retrieved from
https://bali.tribunnews.com/2021/12/29/tuhan-satu-dengan-banyak-nama-
berikut-penjelasan-dalam-kakawin-arjuna-wiwaha
Ma'ruf, G. I. (2013). KONSEP KETUHANAN DALAM AGAMA HINDU.
Sudiantari, K. Y. (2023, Maret 14). Konsep Ketuhanan Dalam Agama Hiindu.
Retrieved from
https://www.kompasiana.com/15_yunisudiantari3013/640c7f1d3555e44b3
7728662/konsep-ketuhanan-dalam-agama-hindu?page=3&page_images=1
Triguna, I. Y. (2018). KONSEP KETUHANAN DAN KEMANUSIAAN DALAM
HINDU. 71-74.

11

Anda mungkin juga menyukai