Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ketuhanan

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama di semester satu Prodi
Pendidikan Guru PAUD

Oleh :

Weli Qotrotun Nada / 4230023010

Dosen Pembimbing
Dr. Muhammad Syaikhon, S.HI.,
M.HI. Nanang Rokhman Saleh, S.Ag.,
M.Th.I

PROGRAM STUDI PG PAUD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NAHDLATUL
ULAMA SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia- Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “ Konsep Ketuhanan Dalam
Islam “ dapat selesai dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan terima kasih
kepada :

1.

2.

3.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih belum sempurna.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak dan
semoga makalah ini bermanfaat. Aamiin.

Surabaya, Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................1

C. Tujuan.........................................................................................................1

D. Manfaat.......................................................................................................2

II. PEMBAHASAN

A. Konsep ketuhanan......................................................................................3

B. Filsafat ketuhanan......................................................................................4

C. Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan..................................................5

D. Ketuhanan menurut islam...........................................................................6

E. Dalil pembuktian adanya tuhan.................................................................7

F. Bagaimana pembuktian wujud tuhan..........................................................8

G. Bagaimana tuhan menurut agama agama lain….........................................9

III. PENUTUP

Kesimpulan...................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang

Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam semesta beserta isinya yang meliputi
manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-Nya, manusia merupakan makhluk Tuhan
yang paling mulia karena manusia diberi akal dan budi pekerti untuk dapat menentukan mana
yang baik dan yang buruk bagi dirinya. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial
yaitu makhluk yang saling membutuhkan untuk bergaul, berorganisasi, hidup bersama dan
berdampingan dengan manusia lainnya. Sebagai wujud konkrit dari hidup bersama dan
berdampingan, maka sudah menjadi hal yang wajar apabila antara seorang pria dan seorang
wanita timbul suatu ikatan yaitu ikatan perkawinan.

B. Rumusan Masalah

1. Konsep ketuhanan
2. Filsafat ketuhanan
3. Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan
4. Ketuhanan menurut islam
5. Dalil pembuktian adanya tuhan
6. Bagaimana pembuktian wujud tuhan
7. Bagaimana menurut agama agama lain

C. Tujuan

1. Konsep ketuhanan
2. Filsafat ketuhanan
3. Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan
4. Ketuhanan menurut islam
5. Dalil pembuktian adanya tuhan
6. Bagaimana pembuktian wujud tuhan
7. Bagaimana menurut agama agama lain
D. Manfaat

Ketuhanan yang maha esa merupakan pokok pikiran yang sangat penting bagi
keberlangsungan hidup umat manusia, keberlangsungan hidup bermasyarakat, dan
keberlangsungan hidup bernegara. Ketuhanan yang maha esa memiliki banyak fungsi dalam
kehidupan bermasyarakat, seperti sebagai pijakan dasar etika, sumber motivasi, sumber rasa
aman dan tenang, pendorong terhadap kesatuan, sumber pembelajaran, sumber inspirasi,
pendorong terhadap toleransi, sumber dukungan emosional, sumber kontrol sosial, dan
sumber pemersatu masyarakat. Oleh karena itu, sangat diharapkan agar masing-masing
individu dapat memahami dan menghargai makna dan arti ketuhanan yang maha esa dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASA

A. KONSEP KETUHANAN

Konsep ketuhanan telah dikenal sejak manusia ada di dunia. Dasar dari konsep
ketuhanan ini ialah adanya sesuatu yang maha gaib. Konsep ketuhanan yang paling awal
ialah animisme dan dinamisme. Kedua konsep ini mulai ada sejak zaman manusia purba
dan sifatnya sangat sederhana. Segala sesuatu yang sifatnya gaib dikatikan dengan
keberadaan Tuhan. Kemudian, konsep ketuhanan berkembang seiring terbentuknya
struktur masyarakat pada manusia. Konsep Tuhan ikut berkembang dengan terbentuknya
hierarki ketuhanan. Pada masa ini, terbenuklah politeisme yang meyakini bahwa Tuhan
tidak tunggal. Dalam konsep ini, Tuhan memiliki keluarga atau masyarakat seperti pada
masyarakat manusia. Dari politeisme berkembang konsep ketuhanan lain,
yaitu henoteisme. Dalam henotesime, Tuhan diyakini memiliki struktur pemerintahan
dengan pemerintah tertinggi oleh Dewa. Perkembangan selanjutnya dari henoteisme
memunculkan monoteisme dengan konsep bahwa Tuhan adalah sesuatu yang esa.
Tidak ada kesepahaman mengenai konsep ketuhanan. Konsep ketuhanan
dalam agama samawi meliputi definisi monoteistis tentang Tuhan dalam agama Yahudi,
pandangan Kristen tentang Tritunggal, dan konsep Tuhan dalam Islam. Agama-
agama dharma juga memiliki pandangan berbeda-beda mengenai Tuhan. Konsep
ketuhanan dalam agama Hindu tergantung pada wilayah, sekte, kasta, dan beragam, mulai
dari panenteistis, monoteistis, politeistis, bahkan ateistis. Keberadaan sosok ilahi juga
diakui oleh Gautama Buddha, terutama Śakra dan Brahma

 Monoteisme dan henoteisme


Penganut monoteisme mengklaim bahwa Tuhan hanya ada satu, dan beberapa ajaran
monoteistis mengklaim bahwa Tuhan sejati adalah Tuhan yang dipuja oleh semua agama
dengan nama yang berbeda-beda. Pandangan bahwa seluruh pemuja Tuhan (dalam agama
yang berbeda-beda) sesungguhnya memuja satu Tuhan yang sama entah disadari atau
tidak disadari oleh umat tersebut terutama diajarkan dalam agama Hindu dan Sikh.
Agama samawi atau dikenal juga sebagai rumpun agama abrahamis (karena
meyakini Abraham/Ibrahim sebagai nabi) atau agama langit dimaksudkan untuk
menunjuk agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Agama-agama ini dikenal sebagai agama
monoteistis karena hanya menekankan keberadaan satu Tuhan. Yahudi dan Islam bahkan
menolak visualisasi Tuhan karena menurut mereka tidak ada sesuatu yang dapat
menyerupai Tuhan. Meskipun serumpun, agama-agama ini menggunakan
sebutan/panggilan yang berbeda yang disebabkan oleh perbedaan bahasa dan rentang
sejarahnya. Adapun nama yang sering disebutkan yaitu: Yahweh dalam agama Yahudi;
Bapa atau Yesus dalam Kristen; Allah dalam Islam.
Agama Kristen mengenal konsep Tritunggal, yang maksudnya Tuhan memiliki tiga
pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Konsep ini terutama dipakai dalam Gereja
Katolik dan Gereja Ortodoks. Konsep ini merupakan paham monoteistis yang dipakai
sejak Konsili Nicea I pada tahun 325 M. Kata "Tritunggal" sendiri tidak ada dalam Alkitab.
Di dalam Ulangan 6:4 ditulis bahwa Tuhan itu Esa. Keesaan ini pada bahasa aslinya
(ekhad) adalah "kesatuan dari berbagai satuan". Contohnya, pada Kejadian 2:24 ditulis
"keduanya (manusia dan istrinya) menjadi satu (ekhad) daging" berarti kesatuan dari 2
manusia. Di Kejadian 1:26 Allah menyebut diri-Nya dengan kata ganti "Kita",
mengandung kejamakan dalam sifat Tuhan. Pengertiannya adalah satu substansi
ketuhanan, tetapi terdiri dari tiga pribadi.
Di samping monoteisme yang menolak keberadaan dewa-dewi, ada
ajaran henoteisme yang meyakini dan memuja satu Tuhan, tetapi juga meyakini
keberadaan dewa-dewi lainnya dan bahkan dapat turut memuja mereka. Variasi istilah
tersebut adalah "monoteisme inklusdan "politeisme monarkis", dipakai untuk
membedakan ragam dari fenomena tersebut. Henoteisme mirip namun kurang eksklusif
daripada monolatri (pemujaan satu Tuhan) karena monolator hanya memuja satu Tuhan
(menolak keberadaan dewa-dewi untuk disembah), sedangkan penganut henoteisme dapat
memuja dewa-dewi dari panteon yang mereka yakini, tergantung keadaan, meskipun
biasanya mereka hanya akan memuja satu Tuhan saja sepanjang hidup mereka (kecuali
ada konversi tertentu). Dalam beberapa agama, pemilihan Tuhan Mahakuasa dalam
kerangka henoteistis dapat saja terjadi, tergantung alasan kultural, geografis, historis,
bahkan politis.
 Teisme, deisme, dan panteisme

Teisme pada umumnya mengajarkan bahwa Tuhan ada secara realistis, objektif, dan
independen. Tuhan diyakini sebagai pencipta dan pengatur segala hal; mahakuasa dan
kekal abadi; personal dan berinteraksi dengan alam semesta melalui pengalaman religius
dan doa-doa umat-Nya. Teisme menegaskan bahwa Tuhan sukar dipahami oleh manusia
sekaligus kekal selamanya; maka, Tuhan bersifat tak terbatas sekaligus ada untuk
mengurus kejadian di dunia. Meski demikian, tidak seluruh penganut teisme mengakui
dalil tersebut. Teologi Katolik menyatakan bahwa Tuhan Mahakuasa sehingga tidak akan
terikat pada waktu. Banyak penganut teisme percaya bahwa Tuhan Mahakuasa, Mahatahu,
dan Maha penyayang, meskipun keyakinan ini memicu timbulnya pertanyaan mengenai
tanggung jawab Tuhan terhadap adanya kejahatan dan penderitaan di dunia. Beberapa
penganut teisme menganggap Tuhan menahan diri meskipun memiliki kuasa, tahu apa
yang akan terjadi, dan penuh kasih sayang. Sebaliknya, menurut teisme terbuka, karena
adanya sifat asasi waktu, atribut Mahatahu tidak berarti bahwa Tuhan juga dapat
memprediksikan masa depan. "Teisme" kadang kala digunakan untuk mengacu kepada
kepercayaan terhadap adanya Tuhan dan dewa/dewi secara umum,
contohnya monoteisme dan politeisme.
Deisme mengajarkan bahwa Tuhan sukar dipahami oleh akal manusia. Menurut
penganut deisme, Tuhan itu ada, tetapi tidak ikut campur dalam urusan kejadian di dunia
setelah Ia selesai menciptakan alam semesta. Menurut pandangan ini, Tuhan tidak
memiliki sifat-sifat kemanusiaan, tidak serta-merta menjawab doa umat-Nya dan tidak
menunjukkan mukjizat. Secara umum, deisme meyakini bahwa Tuhan memberi kebebasan
kepada manusia dan tidak mau tahu mengenai apa yang diperbuat manusia. Dua cabang
deisme, pandeisme dan panendeisme mengkombinasikan deisme dengan panteisme dan
panenteisme. Pandeisme dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa Tuhan menciptakan
alam semesta kemudian mengabaikannya, sebagaimana panteisme menjelaskan asal mula
dan maksud keberadaan alam semesta.
Panteisme mengajarkan bahwa Tuhan adalah alam semesta dan alam semesta itu
Tuhan, sedangkan panenteisme menyatakan bahwa Tuhan meliputi alam semesta, tetapi
alam semesta bukanlah Tuhan. Konsep ini merupakan pandangan dalam ajaran Gereja
Katolik Liberal, Theosophy, beberapa mazhab agama Hindu, Sikhisme, beberapa
divisi Neopaganisme dan Taoisme. Kabbalah, mistisisme Yahudi, melukiskan pandangan
Tuhan yang panteistis/panenteistis yang diterima secara luas oleh aliran Yahudi Hasidik,
khususnya dari pendiri mereka, Baal Shem Tov namun hanya sebagai tambahan terhadap
pandangan Yahudi mengenai Tuhan personal, tidak dalam pandangan panteistis murni
yang menolak batas-batas persona Tuhan.

B. FILSAFAT KETUHANAN

Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi,
yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut
agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan
wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para
manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini
bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, tetapi mencari
pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran
tentang Tuhan.

Agama: Studi tentang tabiat Allah dan kepercayaan

Ide tentang Allah pada orang beragama secara umum biasanya dijelaskan dalam tabiat
Allah; "Yang Maha Tinggi" (Anselmus mengatakan: "Allah adalah sesuatu yang lebih
besar dari padanya tidak dapat dipikirkan manusia) Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa,
Yang Maha Baik dan sebagainya. Menurut Anselmus, ajaran-ajaran kristiani bisa
dikembangkan dengan rasional, jadi tanpa bantuan otoritas lain (Kitab Suci, wahyu, ajaran
Bapa Gereja).] Bahkan ia bisa menjelaskan eksistensi Allah dengan suatu argumen yang
bisa diterima bahkan juga oleh mereka yang tidak beriman. Eksistensi Allah dimulai dari
pikiran manusia yang menerima begitu saja ajaran agama, tetapi juga menanyakannya dari
siapa dan mengapa dirinya ada, alam alam, dan Allah sendiri bisa diterima adanya.

Beberapa sikap orang beriman dalam mencari pencerahan akan adanya Allah:

 Manusia yang menerima begitu saja dikarenakan ajaran turun-temurun dari


para pendahulunya, manusia ditekankan harus percaya, bahkan tanpa bertanya.
 Manusia mulai bertanya mengapa dirinya ada? Mengapa alam ada?
 Kemudian menanyakan Allah terkait; siapa, isinya, dan mengapa Dia ada?
C. Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan

Pemikiran Barat Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia


adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah
maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam
literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya
proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mulamula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian
dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses
perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai
berikut: Dinamisme Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui
adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang
berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada
manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan
yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia),
tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau
diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius.
Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya. Animisme
Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda
yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai
sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap
sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila
kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif
dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh
dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang
sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
Politeisme Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan,
karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain
kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan
bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yangmembidangi
masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya. Henoteisme Politeisme
tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari
dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan
yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif
(tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun
manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu
bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional). Monoteisme Kepercayaan
dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya
mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme
ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan
teisme. Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh
Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang
menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa
orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang
Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang
khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain. Dengan
lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi
reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang
evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka
menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi
atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-
macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam
penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif
adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul
Yusuf, 1993:26- 27)

Pemikiran Umat Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat
di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan
metodologi dalam memahami AlQuran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual
sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain
memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang
bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai
sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut yaitu:
a. Mu’tazilah

yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian


akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang islam yang
berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan
kafir (manzilah bainal manzilatain). Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai
bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan
keimanan. Hasil dari paham Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad
kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya
menurun dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks.
Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah
pecahan dari Khawarij.

b. Qodariah

yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan


berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal
itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

c. Jabariah

yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan
dan dipaksa oleh Tuhan.

d. Asy’ariyah dan Maturidiyah

Yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan Jabariah Semua aliran itu mewarnai
kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat islam periode masa lalu. Pada
prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam.
Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliranaliran tersebut
sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam.
Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu
mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi
oleh kepentingan politik tertentu. Di antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah aliran
Mu’tazilah dan Qadariah
D. KETUHANAN MENURUT ISLAM

Aspek yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah perhatian terhadap aspek lainnya.
Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan
tawakkal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan
dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan. Pendidikan modern telah
mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan pengaruhnya telah merasuki jiwa
generasi penerus bangsa. Jika tidak pandai membina jiwa generasi mendatang, dengan
menanamkan nila-nilai keimanan dalam nalar, pikir, dan akal budi mereka, maka mereka
tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka yang
kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber
lain. Apabila hal ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas
yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari akaran spiritualitas Islam.
Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal
dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dan berinteraksi dengan Allah dan
dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka, mana yang lebih dahulu berperan,
kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter
Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan
membentuk pola pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena
dalam segi akidah, Islam hanya menerima yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima
sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus. Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam
tercermin dalam aturan muamalah dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi
persoalan yang dihadapi. Selain itu, Islam agama ibadah. Ajaran tentang ibadah
didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, dan dibersihkan dari
hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang sendiri. Agama seorang muslim tidak
sempurna jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan pengalaman
ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal budi bagi iman, ibarat pentingnya mata bagi
orang yang sedang berjalan.
E. DALIL PEMBUKTIAN ADANYA TUHAN

‫دى‬²‫ه‬
‫ْ˚لق‬ ‫ْ ىـطى كل‬ ‫ر ْ˚ ’˚ ْبن ا ´ اْا ل‬
ْ˚ ´ ‫„ء‬
‫˚هث‬ ‫ى‬ ‫ش‬ ْ˚ ‫ذ‬
‫ْ˚ مخ‬ ´
‫ع‬

Yakni, Tuhan adalah Dia Yang telah menganugerahkan kepada tiap sesuatu
penciptaan/kelahiran yang sesuai dengan keadaannya, kemudian menunjukinya jalan untuk
mencapai kesempurnaannya yang diinginkan (20:50).

Kini jika memperhatikan makna ayat tersebut kita menelaah bentuk ciptaan mulai dari
manusia hingga binatang-binatang daratan dan lautan serta burung-burung maka timbul
ingatan akan kekuasaan Ilahi. Yakni, bentuk ciptaan setiap benda tampak sesuai dengan
keadaannya. Para pembaca dipersilahkan memikirkannya sendiri, sebab masalah ini sangat
luas.

ْ‫ ركا ˚ ْ˚ل ˚ ˚م ˚ ْ˚ن‬² ˚ْ ´ ‫او‬


‫لى‬
‫هى‬² ‫´ ت‬ ¸‫نا‬
ْ˚
¸
‫’ب‬

Yakni seluruh rangkaian sebab dan akibat berakhir pada Tuhan engkau (53:42).

Rincian dalil ini ialah, berdasarkan penelaahan cermat akan diketahui bahwa seluruh
alam semesta ini terjalin dalam rangkaian sebab dan akibat. Dan oleh karena itu, di dunia ini
timbul berbagai macam ilmu. Sebab, karena tiada bagian ciptaan yang terlepas dari tatanan
itu. Sebagian merupakan landasan bagi yang lain, dan sebagian lagi merupakan
pengembangan-pengembangannya. Adalah jelas bahwa suatu sebab timbul karena zat-Nya
sendiri, atau berlandaskan pada sebab yang lain. Kemudian sebab yang lain itu pun
berlandaskan pada sebab yang lain lagi. Dan demikianlah seterusnya. Tidak benar bahwa di
dalam dunia yang terbatas ini rangkaian sebab dan akibat tidak mempunyai kesudahan dan
tiada berhingga, Maka terpaksa diakui bahwa rangkaian ini pasti berakhir pada suatu sebab
terakhir. Jadi, puncak terakhir semuanya itu ialah Tuhan. Perhatikanlah dengan seksama
betapa ayat: “Wa anna ilaa rabbikal-muntahaa” itu dengan kata-katanya yang ringkas telah
menjelaskan dalil tersebut di atas, yang artinya, puncak terakhir segala rangkaian ialah Tuhan
engkau.
F. PEMBUKTIAN WUJUD KETUHANAN

Mencari Tuhan dengan metode empiris seperti itu takkan membuahkan hasil sebab Tuhan itu
memang ghaib, wujudnya sama sekali tak dapat diakses atau diindra. Karena itulah, untuk
membuktikan keberadaan Tuhan bukan dengan melakukan serangkaian tes yang bersifat
indrawi tetapi dengan penarikan kesimpulan yang bersifat rasional.

Bila kita melihat jagat raya ini, kita lihat semuanya punya garis merah yang sama, yaitu semua serba berub

Seperti halnya kita tak tahu kapan tetangga kita dilahirkan, akan tetapi kita tahu pasti bahwa dia punya tang

Selain itu, kita lihat bahwa segala yang ada di dunia ini juga punya sifat dan karakter khusus; benda-benda b
masing-masing.

Segala karakter ini pun saling melengkapi dan membentuk sistem kehidupan yang saling menopang satu sa
begitu rumit terjadi dengan sendirinya dan membentuk sistem yang begitu hebatnya.
Ketika melihat keberadaan dinding dari batu bata di tengah hutan, kita bisa menyimpulkan
dengan pasti bahwa dinding itu dirancang dan dibuat oleh suatu makhluk berkesadaran,
bukan oleh angin, air, panas mentari, pohon-pohon atau gempa bumi. Padahal susunan
dinding batu bata sangat sederhana, tetapi akal kita menolak ketika ada yang mengatakan
bahwa dinding itu tercipta dengan sendirinya. Maka bagaimana mungkin kita sanggup
mengatakan bahwa jagat raya ini ada dengan sendirinya?

Bila demikian, maka sampailah kita pada pertanyaan paling penting, siapakah aktor yang
membuat semuanya ada dari tiada? Siapakah yang merancang dan membentuk seluruh
karakter yang kita lihat di setiap hal di jagat raya ini? Jawabannya tak lain dan tak bukan
adalah Tuhan. Meskipun kita tak pernah melihatnya, tetapi kita tahu dengan pasti bahwa
Tuhan itulah penyebab utama dari segala keberadaan di alam semesta. Keberadaannya
adalah pasti dan tak bisa didebat lagi.

G. TUHAN MENURUT AGAMA LAIN

Menurut ajaran agama Islam, Tuhan dinamakan sebagai Allah SWT dan diyakini
sebagai Dzat Maha Tinggi yang nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha
Tahu, Yang Abadi, Penenetu Takdir dan Hakim untuk alam semesta. Kata Allah
dalam Al Quran merupakan sebutan khusus dan tidak dipunyai oleh kata lain selain-
Nya karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang berhak menyandang nama tersebut .
Keesaan Allah bisa dibuktikan dengan tiga bagian pokok, yaitu kenyataan wujud
yang tampak, rasa yang ada dalam jiwa manusia, dan dalil-dalil logika. Kenyataan
wujud yang terlihat Al Quran memakai seluruh wujud bukti, terlebih keberadaan
alam semesta dengan segala isinya.
BAB III

PENUTU

Dalam konsep Islam, Ketuhanan disebut dengan menyembah Allah


SWT dan meyakini bahwa Allah sebagai Maha Tinggi Yang Nyata dan
Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu
Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitikberatkan
konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa.
DAFTAR PUSAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan

https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ketuhanan

https://www.google.com/search?q=sejarah+pemikiran+manusia+tentang+tuhan&oq=
SEJARA&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUqCwgBEEUYJxg7GIoFMgYIABBFGDkyCwgBEE
U
YJxg7GIoFMggIAhBFGCcYOzIGCAMQRRg7MgoIBBAAGLEDGIAEMgYIBRBFGD
0yBggGEEUYPTIGCAcQRRg90gEJODI4ODRqMGo0qAIAsAIA&sourceid=chrome&ie
=UTF-8

https://www.google.com/search?q=sejarah+pemikiran+manusia+tentang+tuhan&oq=
SEJARA&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUqCwgBEEUYJxg7GIoFMgYIABBFGDkyCwgBEE
U
YJxg7GIoFMggIAhBFGCcYOzIGCAMQRRg7MgoIBBAAGLEDGIAEMgYIBRBFGD
0yBggGEEUYPTIGCAcQRRg90gEJODI4ODRqMGo0qAIAsAIA&sourceid=chrome&ie
=UTF-8

https://www.google.com/search?
q=+al+quran+pembuktian+tuhan&sca_esv=5735886 11&sxsrf=AM9HkKl-wTq8s7-
REQ-ItsTnq- YNngStpg%3A1697366470298&ei=xsErZcPtEZKR4-
EPp4SPIA&ved=0ahUKEwjD6I_s7veBAxWSyDgGHSfCAwQQ4dUDCBA&uact=5&oq
=+al+quran+pembuktian+tuhan&gs_lp=Egxnd3Mtd2l6LXNlcnAiGiBhbCBxdXJhbiBw
Z
W1idWt0aWFuIHR1aGFuMgUQABiiBDIFEAAYogRIpitQpBZYpyFwAHgBkAEAmA
G2AaABsAWqAQMzLjO4AQPIAQD4AQHCAgQQABhHwgIHECMYsAIYJ-
IDBBgAIEGIBgGQBgg&sclient=gws-wiz-serp#ip=1

https://www.google.com/search?q=pembuktian+wujud+tuhan&oq=PEMBUKTIAN+
WU&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUqBwgAEAAYgAQyBwgAEAAYgAQyBggBEEUYOTIH
C
AIQABiABDIHCAMQABiABDIHCAQQABiABDIHCAUQABiABDIICAYQABgWG
B4yCAgHEAAYFhgeMggICBAAGBYYHjIICAkQABgWGB7SAQkxMzg4NGowajm
o AgCwAgA&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://www.google.com/search?q=TUHAN+MENURUT+AGAMA+LAIN&oq=TU
HAN+MENURUT+AGAMA+LAIN&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUyBggAEEUYOTIICAEQ
ABgWGB4yCAgCEAAYFhgeMggIAxAAGBYYHjIICAQQABgWGB4yCAgFEAAYF
h
geMggIBhAAGBYYHjIGCAcQRRg80gEJNTI3OTZqMGo5qAIAsAIA&sourceid=chr
o me&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai