Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENGERTIAN TUHAN DAN URGENSINYA


KONSEP FILSAFAT KETUHANAN

DOSEN PENGAMPU:
H.YOHALIN, Drs, M.A

Nama Kelompok:
Fisia Aprililian ( 2270233001 )
Wika Puspita Sari ( 227023302 )
Yoga Rahmad Efrizon ( 2270233014 )
Juhari ( 2270233015 )
Kukuh Prakosa Agustian ( 2270233016 )
Eka Meiliyana ( 2270233019 )
Ihsan Sofwan Idris ( 2270233020 )

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat allah Swt, karena telah
melimpahkan rahmat- Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalh ini bisa
selesai pada waktunya.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman kelompok kami yang telah
berkontribusi memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat di susun baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca.namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersipat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bengkulu, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B.RUMUSAN MASALAH................................................................................................1
C.TUJUAN PENULISAN MAKALAH....................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.SIAPAKAH TUHAN ITU……………………………………………….….................2
B.APA SAJA BUKTI EKSISTENSI TUHAN……….....................................................2
C.BAGAIMANA SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG ISLAM.............3
D.PANDANGAN PARA FILOSOF ISLAM TENTANG TUHAN……….…….………4
E.FILSAFAT KETUHANAN…..……......………...................……….........................5
F.IMAN DAN TAQWA………..............………...................………............................6
BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN...............................................................................................................7
B.SARAN………...................………...................………...................………....................7
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata tuhan di dalam bahasa Indonesia dimaknakan dengan kata ilah atau rabb dalam
bahasa Arab. Ilah dalam bahasa arab berarti sesuatu yang disembah atau diibadahi,
sementara rabb berarti pendidik, pemilik, pembuat kemaslahatan, ditaati, dandisembah.
Makna Tuhan dalam cakupan kata ilah dan rabb di atas, ditemukan secara objektif di dalam
ajaran Islam. Tuhan adalah Allah yang disembah, diibadahi, ditaati, pencipta, pemilik, dan
Zat yang mengajari mahluk-Nya.
Dalam masyarakat yang sudah maju, agama yang dianut bukan lagi animisme, dinamisme,
politeisme, atau henoteisme, tetapi agama monoteisme, agama tauhid. Dasar ajaran agama
monoteisme adalah Tuhan Satu, Tuhan Maha Esa, dengan demikian Tuhan tidak lagi
merupakan Tuhan Nasional akan tetapi Tuhan Internasional, Tuhan semua bangsa di dunia
ini dan bahkan Tuhan alam semesta. Disinilah Islam mengambil posisi sebagai agama tauhid
“La ilaha ilallah”. Dan keyakinan atau keimanan yang merupakan pengembangan dari
kalimat tauhid diatas sering disebut dengan Aqidah.
Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika kita
membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang eksistensi.
Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu
faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas alam.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Tuhan itu ?
2. Apa saja bukti Eksistensi Tuhan ?
3. Bagaimana Sejarah pemikiran Manusia tentang Islam ?
4. Bagaimana pemikiran para filosof muslim tentang tuhan ?
5. Apa itu Filsafat Ketuhanan?
6. Pengertian Iman dan Takwa
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Lebih memperdalam tentang Siapakah Tuhan itu
2. Untuk lebih mengetahui bukti Eksistensi Tuhan
3. Mengkaji sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan
4. Mengetahui pemikiran filosof muslim tentang Tuhan
5. Mengetahui Filsafat Ketuhanan
6. Mengetahui penjelasan iman dan takwa

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Siapakah Tuhan Itu


Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi
semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan
Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling
baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut
mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah
tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-
rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan
kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan
menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana
pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah
Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
yang personal. Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia.
Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-
Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-
Nya.”
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang
disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi. Namun, hal
ini tidak diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut.
B. Apa Saja Bukti Eksistensi Tuhan
1. Metode Pembuktian Ilmiah
Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah metode pembuktian.
Metode ini mengenal hakikat melalui percobaan dan pengamatan, sedang akidah agama
berhubungan dengan alam di luar indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama
didasarkan pada analogi dan induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini
agama batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah.
Sebenarnya sebagian ilmu modern juga batal, sebab juga tidak mempunyai landasan
ilmiah. Metode baru tidak mengingkari wujud sesuatu, walaupun belum diuji secara empiris.
Di samping itu metode ini juga tidak menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat
dengan sesuatu yang telah diamati secara empiris. Hal ini disebut dengan “analogi ilmiah”
dan dianggap sama dengan percobaan empiris.
2
2. Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan
Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak
boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya,
suatu “Akal” yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada”
dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah
dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya
Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan “Percaya adanya makhluk, tetapi menolak
adanya Khaliq” adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya
sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun
ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam
semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta?

C. Bagaimana Sejarah pemikiran Manusia Tentang Islam


Dalam hal ini, Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan terbagi atas 2, yaitu menurut
pemikiran barat dan menurut pemikiran Islam.
Menurut Pemikiran Barat atau manusia primitiv. Proses perkembangan pemikiran manusia
tentang tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut :
 Dinamisme
Paham ini mengaku adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan manusia,
kekuatan ini terbentuk dalam kepercayaan hayati yang ditunjukkan pada benda-benda
(dianggap keramat).
 Animisme
Paham ini mempercayai adanya peranan roh dalam kehidupan manusia, roh dianggap
selalu aktif walaupun sudah mati. Paham ini membagi roh atas dua yaitu roh baik dan roh
jahat.
 Politeisme
Paham ini mempercayai dan menganggap banyak dewa sebagai Tuhan sehingga dewa
tersebut dipuja dan disembah oleh manusia.
 Henoteisme
Dari banyak dewa, selanjutnya manusia menyeleksi satu dewa yang dianggap
mempunyai kekuatan lebih yang kemudian mereka anggap sebagai Tuhan.
 Monoteisme
Paham ini menyertakan satu Tuhan untuk seluruh rakyat.

3
Menurut Pemikiran Umat Islam. Islam mengawali pengenalan tentang Tuhan bersumber pada
tauhid, dalam Islam terdapat beberapa aliran yang bersifat liberal, tradisional dan ada pula
yang bersifat diantara keduanya, corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran
tentang ilmu ketuhanan (ilmu tauhid) yang masing-masing berlainan pandangan tentang
Tuhan, diantara aliran tersebut yaitu (Nasution 1985 : 51-52) :
 Mu’tazilah
Kaum rasionalisme yang menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami
semua ajaran dan keimanan dalam Islam, paham ini menghasilkan kemajuan dibidang ilmu
pengetahuan.
 Qadariah
Paham ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam kehendak dan
berusaha
 Jabariah
Paham ini berteori bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berkehendak
dan berbuat, Tuhan ikut di dalamnya bila manusia berbuat.
 Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah
Paham ini berteori bahwa manusia memiliki kebebasan dalam kehendak dan usaha,
namun Tuhan jugalah yang menentukan.

D. Pandangan Para Filosof Muslim Tentang Tuhan


1. Al Kindi
Sebagai filosof pertama islam, menyatakan bahwa Tuhan sebagai sebab pertama yang
wujudnya menjadi sebab bagi wujud yang lain. Dia mempersepsikan Tuhan sebagai sebab
beranjak dari keyakinan bahwa suatu kejadian tidak bisa terjadi karena dirinya sendiri, tetapi
terjadi karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain itulah yang disebut sebab, sedangkan
kejadian itu sendiri disebut akibat. Kejadian selalu mengandaikan adanya perubahan, setiap
perubahan atau kejadian membutuhkan alasan yang memadai untuk pengaktualannya.Tuhan
dikatakan sebagai sebab pertama, yang menunjukkan betapa Ia adalah sebab paling
fundamental dari semua sebab-sebab lainnya yang berderet panjang. Sebagai sebab pertama,
maka Ia sekaligus adalah sumber, dari mana sesuatu yang lain, yakni alam semesta berasal.
2. Ibnu Sina
Ibnu Sina berpendapat bahwa Akal Pertama mempunyai dua sifat. Sifat wajib
wujudnya sebagai pancaran dari Allah, dan sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari hakekat
dirinya. Dengan demikian ia mempunyai tiga obyek pemikiran. Tuhan, dirinya sebagai wajib
wujudnya dan dirinya sebagai mungkin wujudnya. Dari pemikiran tentang Tuhan, timbul
akal-akal, dari pemikiran tentang dirinya sebagai wajib wujudnya timbul jiwa-jiwa dan dari
pemikiran tentang dirinya sebagai mungkin wujudnya timbul langit-langit.
4
Ibnu Sina dalam membuktikan adanya Tuhan Yang Maha Esa, Dialah Allah, maka ia
tidak perlu mencari dalil dengan salah satu makhluknya, tetapi cukup dalil adanya Wujud
Pertama, yakni Wajibul Wujud. Sedangkan jagad raya ini, yakni mumkinul wujud
memerlukan sesuatu sebab (’illat) yang mengeluarkannya menjadi wujud karena wujudnya
tidak dari zatnya sendiri. Dengan demikian, dalam menetapkan Yang Pertama. Allah kita
tidak memerlukan perenungan selain terhadap wujud itu sendiri, tanpa memerlukan
pembuktian wujud-Nya dengan salah satu makhluk-Nya
3. Al Ghazali
Dalam membuktikan adanya Tuhan, Al-Ghazali juga memegang pendapat Asy’ariyah,
yakni tertumpu pada bukti teleology (kalamiah). Untuk itu dia menyatakan bahwa alam yang
rumit penciptanya dan kokoh aturannya itu pasti bersumber pada sebab yang mengatur dan
menata, sedangkan karya-karya yang kokoh menunjukkan ilmu dan hikmah si pencipta.
Mengenai problema sifat-sifat Allah, Al-Ghazali memegang pendapat yang dianut oleh al-
Asy’ari, sehingga dia tidak menerima pendapat aliran Hasywiyah yang berpegang teguh pada
arti dari suatu teks (ayat al-Qur’an dan sunnah) agar mereka tidak mengosongkan Allah dari
sifat-sifat. Demikian juga Al-Ghazali tidak menerima pendapat Mu’tazilah yang berlebih-
lebihan dalam menyucikan Allah, sehingga mereka harus menafikan sifat-sifat Allah. Yang
paling baik menurut Al-Ghazali adalah tengah-tengah. Menurut Al-Ghazali, Allah adalah
satu-satunya sebab bagi alam. Alam ia ciptakan dengan kehendak dan kekuasaan-Nya, karena
kehendak Allah adalah sebeb bagi segala yang ada, sedang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.
4. Ibnu Thufail
Penciptaan dunia yang berlangsung lambat laun itu mensyaratkan adanya satu
pencipta, sebab dunia tidak bisa maujud dengan sendirinya. juga sang pencipta bersifat
immaterial, sebab materi yang merupakan suatu kejadian dunia di ciptakan oleh satu
pencipta. di pihak lain, anggapan bahwa Tuhan bersifat material akan membaca suatu
kemunduran yang tiada akhir yang adalah musykil. oleh karena itu dunia ini pasti mempunyai
penciptanya yang tidak berwujud benda.dan karena dia bersifat immaterial, maka kita tidak
dapat mengenalinya lewat indra kita ataupun lewat imajinasi, sebab imajinisasi hanya
menggambarkan hal-hal di tangkap oleh indra.
Kekekalan dunia berarti kekekalan geraknya juga, dan gerak sebagaimana di katakan
oleh aristoteles, membutuhkan penggerak atau penyebab efesien dari gerak itu.jika penyebab
efesien ini berupa sebuah benda, maka kekuatannya tentu terbatas dan karenanya tidak
mampu menghasilkan suatu pengaruh yang tak terbatas.oleh sebab itu penyebab efesien dari
gerak kekal harus bersifat immaterial. ia tidak boleh di hubungkan dengan materi ataupun di
pisahkan darinya, ada di dalam materi itu atau tanpa materi itu, sebab penyatuan dan
pemisahan, keterkandungan atau keterlepasan merupakan tanda-tanda material, sedang
penyebab efesien itu, sesungguhnya lepas dari itu semua.

4
E. Filsafat Ketuhanan
Filsafat adalah study tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang
tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektika. Untuk studi filsafat, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Sedangkan Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan
akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama
tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di
dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan
pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk
menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-
kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
Dalam filsafat Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi
semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan
Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Menurut al-Qur’an terdapat 99 nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling
baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut
mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah
tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-
rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Filsafat ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua konsep ketuhanan yang
berdasar al-Qur’an dan hadits secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak pakar
ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi
berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.
1. Filsafat ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Menurut para mufasir (ahli agama), melalui hadis al-Qur’an (Al-’Alaq [96]:1-5), Tuhan
menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal
termasuk diantaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah wahyu
Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan “penuturan Allah
tentang diri-Nya”
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman)
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)" (Al-A’raf [7]:172).

5
Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji
keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi.
Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia
memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat
keberadaan Tuhan. Al-Qur’an menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8

artinya : Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada
Tuhannya dengan kembali kepada-Nya. Kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya
kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah "Bersenang-senanglah dengan
kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka" Surah Az-
Zumar [39]:8.dan Surah Luqman [31]:32.

Artinya : Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka
sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada
yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar. (Surah
Luqman [31]:32).
2. Filsafat Tuhan berdasar spekulasi
Spekulasi adalah membuat suatu keputusan dengan pengetahuan dan pengalaman yang
kita miliki dan keyakinan untuk mendapatkan yang diinginkan, dengan pemikiran yang
matang walaupun kadang hasil yang diterima tidak sesuai harapan. Sebagian ulama berbeda
pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut belum sampai mengubah
Al-Qur’an. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan juga
bermunculan mulai dari berfikir rasional hingga agnostisisme (ada teorinya) dan lainnya dan
juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh
ulama terutama ulama syariat.
“Contoh Filsafat Ketuhanan”
Paragdigma studi islam dan fenomena penghinaan agama.
“Kasus 'Tuhan Membusuk' di UIN Sunan Ampel Surabaya”
Senin, 1 September 2014 - 07:39 WIB
SURABAYA (SALAM-ONLINE): Spanduk bertuliskan ‘Tuhan Membusuk’ muncul di
Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya. Spanduk yang dinilai oleh MUI Jawa Timur
sebagai penistaan terhadap Islam itu, diedarkan oleh sekelompok mahasiswa. Beredarnya
gambar sekelompok mahasiswa yang membawa spanduk bertuliskan ‘Tuhan Membusuk’ di
Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya itu dibenarkan oleh para mahasiswanya. Menurut Van,
mahasiswa fakultas Ushuluddin, peristiwa itu terjadi di kampusnya dalam kegiatan Orientasi
Studi Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR).
5
“Jadi gini, terkait tema OSCAAR yang tentang ‘Tuhan Membusuk’ itu sudah saya dapatkan
jauh-jauh hari sebelum OSCAAR berlangsung. Nah, tadi malah ada yang posting foto
tersebut. Langsung saya klarifikasikan ke teman saya, karena saya beberapa hari ini tidak di
kampus, ternyata teman saya membenarkannya, kalau tema OSCAAR tahun ini emang itu,”
jelasnya kepada redaksi muslimdaily, Sabtu (30/08).
Disampaikan oleh Van, berdasarkan klarifikasi dari seorang teman, spanduk tersebut sempat
terlihat di depan Fakultas Ushuluddin. “Pihak Dekan juga sudah menginstruksikan untuk
menurunkannya,” tuturnya.
“Dia sempat melihat spanduknya di depan fakultas. Dekan juga sempat menginstruksikan
untuk menurunkannya, tetapi nggak tahu kelanjutannya,” ujarnya.
Van menambahkan, dia dan teman-temannya kaget menyaksikan hal tersebut. Dia juga
menyesalkan peristiwa seperti itu terjadi di kampusnya. Namun, sampai saat ini dia belum
mengetahui siapa yang membuat spanduk tersebut. Ia masih berusaha mendapatkan
klarifikasi dari pihak panitia. (muslimdaily).

5
F. Iman dan Takwa
A. Pengertian Iman
Iman menurut bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah
membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan
dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan
dengan amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna
apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya
tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna.
Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya: “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab
yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat
sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.
B. Wujud Iman
Di dalam Islam, wujud iman seseorang diasaskan penegakannya kepada rukun iman.
Keimanan itu diwujudkan ke dalam kepercayaan hati, pengakuan, dan perilakunya. Pada
tingkatan perilaku inilah wujud iman tersebut dapat terlihat. Iman kepada Allah ialah
membenarkan dengan yakin sepenuhnya tanpa sedikitpun keraguan akan adanya Allah dan
keesaan-Nya. Oleh sebab itu, maka setiap Muslim wajib mempercayai hal-hal berikut:
1. Allah itu esa pada zat
Keesaan Allah pada zat-Nya ialah mengiktikadkan bahwa zat Allah itu tunggal, tiada
terbilang, dan tiada tersusun dari beberapa bagian sebagaimana makhluk-Nya. Zatnya itu
bukan benda, bukan pula terjadi dari beberapa elemen material. Manusia tidak dituntut untuk
mengetahui secara detail tentang Zat Allah.
2. Allah itu esa pada sifat
Keesaan Allah pada sifat-Nya ialah mengiktikadkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai
Allah pada sifat-Nya dan hanya Allah sendirilah yang mempunyai sifat keutamaan dan
kesempurnaan.
6
3. Allah itu esa pada wujud
Keesaan Allah pada wujud-Nya ialah mengiktikadkan bahwa hanya Allah yang wajib
wujud-Nya, sedang wujud selain Allah adalah mungkin, artinya hanya Allah yang tetap ada
tanpa awal dan tanpa akhir sementara yang lain-Nya berpermulaan dan akan dan binasa,
kecuali yang dikekalkan-Nya.
4. Allah itu esa pada af’al (perbuatan-Nya)
Keesaan Allah pada af’al ialah mengiktikadkan bahwa Allah yang menjadikan alam, yang
menghidupkan dan mematikan, yang memberi rizeki, yang menyenangkan, dan yang
menyukarkan, yang menyempitkan dan memewahkan. Dia lah yang menghasilkan
terwujudnya segala sesuatu ini.
5. Allah itu esa pada menerima ibadat hamba-Nya
Keesaan Allah pada menerima ibadat hamba-Nya ialah mengiktikadkan bahwa hanya Allah
yang berhak menerima ibadat hamba. Dialah yang berhak disembah, diibadati, baik dengan
doa maupun dengan amaliah yang lain yang termasuk ibadah.
6. Allah itu esa dalam menyelesaikan segala hajat dan keperluan makhluk
Allah tidak berhajat kepada apa dan siapa pun. Oleh sebab itu, ketika seorang hamba
menginginkan sesuatu yang berada di lua kemampuan makhluk, maka ia harus menujukan
permohonannya kepada Allah.
7. Allah itu esa dalam membataskan batasan-batasan hukum
Allah lah yang berhak menghalalkan dan mengharamkan sesuatu, baik melalui firman-Nya di
dalam Alquran maupun melalui Nabi-Nya di dalam Sunnah.

C. Proses Terbentuknya Iman


Iman merupakan kepercayaan yang kukuh di dalam hati terhadap sesuatu iman dalam
syari’at Islam adalah mengikrarkan asas keimanan itu dengan lisan, syahadatain,
membenarkannya dengan hati, dan merealisasikan tuntutan-tuntutan keimanan itu dengan
anggota tubuh. Proses terbentuknya iman itu dilalui dengan kesadaran untuk
mengikrarkan sesuatu karena keyakinan yang kuat di dalam hati.
Ikrar itu lahir dari desakan, kesadaran, dan keyakinan hati. Sehingga, hal itu
membentuk keyakinan yang disebut dengan iman. Keyakinan yang kuat itu akan melahirkan
ketundukan dan kepatuhan untuk melaksanakan segala perintah yang diasaskan oleh asas-
asas keyakinan dan kesadaran terhadap iman. Iman tidak muncul dengan sendirinnya tanpa
ada sesuatu yang mempengaruhi seseorang untuk beriman. Pengaruh yang paling penting
adalah kesadaran yang dilandasi ilmu dan pengetahuan seseorang tentang sesuat yang
diimaninya. Seseorang yang beriman tanpa memiliki landasan ilmu untuk mempertahankan
dan memupuk keimanannya, maka iman seperti itu tidak akan kukuh dan rentan terhadap
agresi kepercayaan yang ditawarkan oleh keyakinan agama lain. Nabi Muhammad
menjelaskan bahwa iman dapat bertambah dan berkurang.
6
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang
dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Filsafat
Ketuhanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus
dilaksanakan secara intensif.
Dalam membahas ketuhanan, setidaknya ada 5 hal yang harus dicakup antara lain,
wujud, dzat, nama, pebuatan dan Sifat-sifat Tuhan. Serta didalamnya terdapat beberapa hasil
pemikiran filosof muslim yang turut menyampaikan gagasanya mengenai wujud tuhan yakni
Ibnu Sina, Al Kindi, Ibnu Thufail dan Al Ghazali. Pengetahuan tentang Tuhan dan kesetiaan
terhadap aturan-aturan-Nya merupakan dasar bagi tiap agama, baik agama langit atau pun
bumi.
Filsafat adalah study tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang
tepat untuk solusi tertentu.

B.SARAN
Demikian makalah yang telah kami buat dengan sedemikian rupa. Mungkin masih
banyaknya kesalahan yang ada mulai dari penyusuanan kata maupun penyuntingan kalimat,
karena keterbatsan kami. Saran dan kritik bapak dosen yang membangun sangat dibutuhkan
semi perbaikan makalah selanjutnya dan semoga makalah ini bermanfaat untuk kami dan
bagi semuanya. Amin

7
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. M Rasjidi, 1978, Filsafat Agama, Cetakankeempat, Jakarta :BulanBintang


http://rezkyfausi.blogspot.co.id/2012/12/konsep-ketuhanan-dalam-islam.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Islam
file:///D:/MAKALAH%20KONSEP%20KETUHANAN%20DALAM%20ISLAM
%20%20Tugasku4u.htm
Pringgabaya, Konsep Ketuhananhttp://pringgabaya.blogspot.com/2011/01/konsep-
ketuhanan.html (diakses pada 24 September 2011)
Prof. Dr. Musa Asy’arie, FILSAFAT ISLAM Sunnah nabi dalam berfikir, Yogyakarta :
LESFI, 2013
Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A, Filosof dan Filsafatnya, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004
http://alifanotes.blogspot.co.id/2015/07/filsafat-ketuhanan.html
http://www.salam-online.com/2014/08/mahasiswa-spanduk-tuhan-membusuk-jadi-tema-
orientasi-studi-di-uin-sunan-ampel.html.

Anda mungkin juga menyukai