DOSEN PENGAMPU:
Abdullah Zaky M.hum
DISUSUN OLEH:
Kurniawan 12422016
Indah Ayu Lestari 12422040
Syilvi Dwilaili Subagja 12121224
Penulis
Daftar Isi
i
BAB 1
1.1 Pendahuluan
Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan
pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Pertanyaan
pertanyaan umum yang sering dipertanyakan seperti dimana tuhan,siapakah tuhan
itu,apakah benar tuhan itu ada,apakah smua agama mengajarkan kebenaran?
Pemikiran pemikiran seperti ini harus dibimbing agar tidak menjadi sesat dan
menjadi atheis.
Maka dari semua itu akan dibahas di makalah ini.
1
BAB 2
2
2.4 Kerangka Pemikiran
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan
berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS 45 (Al-
Jatsiiyah): 23, yaitu: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya….?” Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai
oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri: “. Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku
tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.”
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun
benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-
Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini),
dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat
mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran
sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut: Al-ilah ialah yang dipuja
Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia.
Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan
logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan
begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka
ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
3
2.5 F. Langkah – langkah Penelitian
Langkah – langkah yang harus digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Tipologi Penelitian
2. Metode pendekatan
yang dilakuakan dalam penelitian ini adalah yuridis normative, yaitu pendekatan yang
menekankan pada hukum positif untuk menemukan hukum yang sesuai untuk
diterapakan guna menyelesaikan tindakan salah tembak.
3. Tahap Penelitian
2.6 Kesimpulan
Yang dimaksud dengan konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah
hasil pemikiran tentang Tuhan baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah dari
Max Muller berpendapat bahwa konsep pemikiran barat tentang Tuhan mengalami
bukan hasil akhir dan proses pemikiran tentang Tuhan, sebab orang yang sudah maju
yakni animistis”.
•Pemikiran Islam
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam, ilmu tauhid
atau ilmu ushuluddin dikalangan umat Islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw.
Aliran-aliran tersebut ada yang bersifat liberal, tradisional dan ada aliran diantara
keduanya. Ketiga corak pemikiran ini mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan
4
(teologi) dalam Islam. Aliran-aliran tersebuut adalah:
mempertahankan keimanan.
atau mukmin sehingga mereka harus bertanggung jawab pada dirinya. Jadi, tidak ada
manusia sudah ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini tak ubahnya seperti
wayang. Ikhtiar dan doa yang dilakukan manusia tidak ada gunanya.
•Islam, menyebutkan nama Tuhan dengan sebutan Allah. Nama allah dapat dilihat
pada surat Al Ikhlas ayat 1 dan 2. Dapat dilihat juga pada surat Al Fatihah ayat 1, Al
Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu Khalik dan
makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah Tuhan yang kekal, abadi,
dan transeden. Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk
adalah
yang diciptakan, berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan,
manusia,jin, malaikat langit dan bumi, surga dan neraka.
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada dan percaya
pula bahwa rahasia-rahasianya yang unik, semuanya memberikan penjelasan bahwa ada
5
Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam
inijuga ada. Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara logika kita harus
percaya tentang adanya penciptaan alam semesta. Pernyataan yang mengatakan
“Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya khalik, adalah suatu pernyataan yang
tidak benar”.
Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa
Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam pengertian lain alam ini
mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin, karena bertentangan dengan
hukum kedua termodinamika. Hukum ini dikenal dengan hukum keterbatasan energi
atau teori pembatasan perubahan energi panas yang membuktikan bahwa adanya alam
ini mungkin azali.
Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih
menjadi tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak
mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas berubah menjadi panas. Perubahan
energi yang ada dengan energi yang tidak ada.
Dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika terus
berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti bahwa
alam bukanlah bersifat azali. Jika alam ini azali sejak dahulu alam sudah kehilangan
energi dan sesuai hukum tersebut tentu tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini.
•Argumentasi Qur’ani
Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang terjemahya “Seluruh
puja dan puji hanyalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”.
Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah Allah Swt. Allah
Swt
sebagai “Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la ayat 2-3, yang terjemahannya
ciptaannya dan memberi petunjuk”. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang
6
menciptakan ciptaannya, yaitu alam semesta, menyempurnakan, menentukan aturan-
aturan dan memberi petunjukterhadap ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan
seisinya tidak terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, ada yang menciptakan dan
mengatur yaitu Allah Swt.
Didalam surat Al-A’raf ayat 54, termaktub yang “Tuhanmu adalah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam hari”. Lafadz Ayyam adalah jamak dari yaum
yang berarti periode. Jadi, sittati ayyam berarti enam periode dan tentunya
membutuhkan proses waktu yang sangat panjang.
Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun Fayakun yang artinya
jadilah maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan Allah berbeda sampai kepada
manusia membutuhkan waktu enam periode. Hal ini agar manusia dapat meneliti dan
mengkaji dengan metode ilmiahnya sehingga muncul atau lahir berbagai macam ilmu
pengetahuan.