Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Nama Kelompok :
1. Dewi Sartika
2.Serly Halawa
3.Muhammad Yogi setiawan
Kelompok 2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan kami semua kekuatan
serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama yang berjudul “Konsep
Ketuhanan dalam Islam.” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya karya
ilmiah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara
materil dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami menghaturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang
tulus dan ihklas kepada semua pihak. Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kamipun menyadari
bahwa makalah yang telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka pintu yang
selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam karya ilmiah ini terdapat hal-hal
yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………..

BAB 1 … …………………………………………………………………………………………………………………

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………..

1. a.LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………………….
2. B.RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………………
3. C.TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………………………………….

BAB II……………………………………………………………………………………………………….

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………

Konsep Ketuhanan Menurut Islam

1. Surat Al-Anbiya’
2. Surat Al-Maidah
3. Surat Al-Baqarah

1. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan itu

1.PEMIKIRAN BARAT
2.PEMIKIRAN ISLAM
2.TUHAN MENURUT AGAMA AGAMA WAHYU

3.FILSAFAT KETUHANAN ISLAM

4. pembuktian adanya tuhan

1. Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan


2. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
3. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi

BAB III ............................................................................................................

1. A.KESIMPULAN .......................................................................................
2. B.RINGKASAN MATERI.........................................................................
3. C.SARAN....................................................................................................
4. D.DAFTAR PUSAKA…………………………………………………………………..

1.1. Latar Belakang


Makalah ini merupakan pemenuhan tugas Pendidikan Agama Islam yang memang harus
terpenuhi sebagai nilai tambahan yang sudah ditentukan oleh pengajar disamping itu juga
makalah ini sangat bermanfaat bagi pembaca karena pada makalah ini sedikit/banyaknya
terdapat ilmu yang dapat diambil sebagai pengetahuan atau wawasan.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang diberikan kesempurnaan dibandingkan


makhluk lain, maka dari itu ada beberapa manusia yang memang menggunakan akalnya untuk
mengkaji hal-hal yang belum ada sebagai rasa keingintauan seperti halnya pada makalah ini
juga akan mengkaji yaitu diantaranya tentang filsafat Ketuhanan dalam Islam, keimanan dan
ketakwaan, yang berisi dari berbagai sumber, agar makalah ini ada nilai banding dengan
makalah lain.

1.2. Rumusan Masalah


Beberapa pokok yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah sebagai berikut:.

1. Sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan.


2. Tuhan menurut agama agama wahyu
3. Filsafat ketuhanan dalam islam
4. Pembuktian wujud tuhan
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah nilai dan memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

2. Mengetahui bagaimana kosep Ketuhanan dalam Islam.

3. Mengetahui filsafat Ketuhanan dalam Islam

4. Mengkaji siapa Tuhan itu, bukti-bukti Ketuhanan dalam Islam, serta sejarah pemikiran
manusia tentang Tuhan.

BAB II

PEMBAHASAN

2 Konsep Ketuhanan Dalam Islam


Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap
penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret).[1] Eksistensi atau
keberadaan Allah disampaikan oleh Rasul melalui wahyu kepada manusia, tetapi yang diperoleh
melalui proses pemikiran atau perenungan.

2.1 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

2.1.1 Pemikiran Barat

Yang dimaksud dengan konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah hasil pemikiran
tentang Tuhan baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah dari penelitian rasional,
maupun pengalaman batin.

Max Muller berpendapat bahwa konsep pemikiran barat tentang Tuhan mengalami evolusi
yang diawali dengan Dinamisme, Animisme, Politeisme, Henoteisme, dan puncak tertingginya
monoteisme (Nisbi). Pemikiran tentang Tuhan sebagaimana di atas, hasil pendekatannya adalah
budaya, Arnold Toynbe mengatakan: “Monoteisme bukan hasil akhir dan proses pemikiran
tentang Tuhan, sebab orang yang sudah maju dalam intelektualitasnya sangat mungkin justru
berputar mundur dalam bertuhan, yakni animistis”.
2.1.2 Pemikiran Islam

Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam, ilmu tauhid atau ilmu ushuluddin
dikalangan umat Islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Aliran-aliran tersebut ada yang
bersifat liberal, tradisional dan ada aliran diantara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini
mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan (teologi) dalam Islam. Aliran-aliran tersebuut
adalah:

1. Muktazilah, adalah kelompok rasionalis dikalangan orang Islam, yang sangat


menekankan penggunaan akal dalam memahami semua ajaran Islam. Dalam menganalisis
masalah ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika guna mempertahankan keimanan.

2. Qodariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan


berkehendak dan berbuat.[2] Manusia berhak menentukan dirinya kafir atau mukmin sehingga
mereka harus bertanggung jawab pada dirinya. Jadi, tidak ada investasi Tuhan dalam perbuatan
manusia.

3. Jabariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa kehendak dan perbuatan manusia
sudah ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini tak ubahnya seperti wayang. Ikhtiar dan
doa yang dilakukan manusia tidak ada gunanya.

4. Asy’ariyah dan Maturidiyah, adalah kelompok yang mengambil jalan tengah antara
Qodariyah dan Jabariyah. Manusia wajib berusaha semaksimal mungkin. Akan tetapi, Tuhanlah
yang menentukan hasilnya.

2.2 wahyu tentang keimanan kepada Allah dapat dibawa dalam kutipan di bawah ini:

a .Surat Al-Anbiya’ : 25 yang artinya “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum
kamu, melainkan Kami wahyukan kepadaNya, bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.

Sejak diutusnya Nabi Adam AS sampai Muhammad Saw Rasul terakhir. Ajaran Islam yang Allah
Swt wahyukan kepada para utusanNya adalah Tauhidullah atau monotheisine murni.
Sedangkan lafadz kalimat tauhid itu adalah laa ilaha illa Allah. Ada perbedaan ajaran tentang
Tuhan yang ada asalnya dari agama wahyu. Hal semacam itu disebabkan manusia mengubah
ajaran tersebut. Dan hal seperti itu termasuk kebohongan yang besar (dhulmun’adhim).

b. Surat Al-Maidah : 72 “Dan Al masih berkata; Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu, sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka Allah pasti mengharamkan
baginya 5urge dan tempatnya adalah neraka”.
c. Surat Al-Baqarah : 163 “ Dan Tuhamu adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan
kecuali Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”.

Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa Allah Swt adalah Tuhan yang mutlak keesaannya. Lafadz
Allah swt adalah isim jamid, personal nama, atau isim a’dham yang tidak dapat diterjemahkan,
digantikan atau disejajarkan dengan yang lain. Seseorang yang telah mengaku Islam dan telah
mengikrarkan kalimat Syahadat Laa ilaha illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah) berate telah
memiliki keyakinan yang benar, yaitu monoteisme murni/monoteisme mutlak. Sebagai
konsekuensianya, ia harus menempatkan Allah Swt sebagai prioritas utama dalam setiap
aktivitas kehidupan.

2.3 Filsafat Ketuhanan Islam


Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang
berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu
sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan
perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan
bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan
akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.[1]

Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami
perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang
yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat
diketahui bahwa pengertian filsafat dari segi kebahasan atau 6iker66c adalah cinta terhadap
pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas
yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.

Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus
dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah Swt, kecintaan, pengharapan, ikhlas,
kekhawatiran, tidak dalam ridho-Nya, tawakal nilai yang harus ditumbuhkan secara subur
dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan aspek pokok ajaran yang lain dalam Islam.

Ketaatan merupakan karunia yang sangat besar bagi muslim dan sebagian orang yang
menyebut kecerdasan spiritual yang ditindak lanjuti dengan kecerdasan 6iker6. Inti ketaatan
tidak dinilai menurut Allah Swt, bila tidak ada nilai pada aspek 6iker6.

Muslim yang baik memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan spiritual (QS. Ali Imran:
190-191) sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya pada ranah emosi tetapi didukung
kecerdasan 6iker atau ulul albab. Terpadunya dua hal tersebut insya Allah menuju dan berada
pada agama ya ng fitrah. (QS.A-Rum: 30).
Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu kebijaksanaan Islam untuk
menentukan Tuhan, dimana Ia sebagai dasar kepercayaan umat Muslim.

2.4 Pembuktian Wujud Tuhan


Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan

Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu Khalik dan makhluk.
Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah Tuhan yang kekal, abadi, dan transeden.
Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk adalah yang diciptakan,
berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan, manusia, jin, malaikat langit
dan bumi, surga dan neraka.

Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada dan percaya pula
bahwa rahasia-rahasianya yang unik, semuanya memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu
kekuatan yang telah menciptakannya.

Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam ini juga
ada. Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara logika kita harus percaya tentang
adanya penciptaan alam semesta. Pernyataan yang mengatakan “Percaya adanya makhluk,
tetapi menolak adanya khalik, adalah suatu pernyataan yang tidak benar”.

Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan.
Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya, dan pencipta itu tiada lain
adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai pencipta alam semesta dan seluruh isinya ini
adalah Allah Swt.

b. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika

Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam pengertian lain alam ini
mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin, karena bertentangan dengan hukum kedua
termodinamika. Hukum ini dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan
perubahan energi panas yang membuktikan bahwa adanya alam ini mungkin azali.

Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih
menjadi tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak mungkin
berubah dari keadaan yang tidak panas berubah menjadi panas. Perubahan energi yang ada
dengan energi yang tidak ada.

Dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika terus berlangsung,
serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukanlah bersifat
azali. Jika alam ini azali sejak dahulu alam sudah kehilangan energi dan sesuai hukum tersebut
tentu tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini.

c. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi

Astronomi menjelaskan bahwa jumlah bintang di langit saperti banyaknya butiran pasir yang
ada di pantai seluruh dunia. Benda ala yang dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya
dengan bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi, dan menyelesaikan setiap
edaranya selama 20 hari sekali.

Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar dari porosnya
dengan kecepatan 1000 mil perjam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil
setiap setahun sekali. Dan sembilan planet tata surya termasuk bumi, yang mengelilingi
matahari dengan kecepatan yang luar biasa.

Matahari tidak berhenti pada tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama dengan planet-planet
dan asteroid-asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.00 mil perjam.
Disamping itu masih ada ribuan sistem selain sistem tata surya kita dan setiap sistem
mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada
garis edarnya. Galaxy sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan
edarannya sekali dalam 200.000.000 tahun cahaya.

Logika manusia memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti. Berkesimpulan
bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya. Bahkan akan menyimpulkan, bahwa
dibalik semuanya itu pasti ada kekuatan yang maha besar yang membuat dan mengendalikan
semuanya itu, kekuatan maha besar itu adalah Tuhan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Setelah menyelesaikan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep Ketuhanan dapat
diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting oleh manusia
terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Filsafat Ketuhanan dalam Islam
merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara intensif. Kata
iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan, yang secara ethimologi berarti
yakin atau percaya. Sedangkan takwa berasal dari bahasa Arab, yaitu waqa-yuwaqi-wiqayah,
secara ethimologi artinya hati-hati, waspada, mawasdiri, memelihara, dan melindungi.
Pengertian Takwa secara terminologi dijelaskan dalam Al-hadits, yang artinya menjalankan
semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

3.2. Saran

Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu
akan bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki atau memperdalam kajian ini.
DAFTAR PUSAKA

[1] Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990, Hlm. 45.
[2] Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A., Filsafat Islam, PT. Raja Grofinda Bersada, Jakarta, Hlm. 129-130.
[3] Agung, Konsep Ketuhanan Dalam Islam, http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/
konsep-ketuhanan-dalam-islam/, 01 Oktober 2013, Pukul 20.03 WIB.
[4] Asri Anggun S, Konsep Ketuhanan dalam Islam, http://asrianggun2012.blogspot.com /2012/10/
makalah-konsep-ketuhanan.html, 01 Oktober 2013, Pukul 20.42 WIB.
[5] Asri Anggun S, Konsep Ketuhanan dalam Islam, http://asrianggun2012.blogspot.com /2012/10/
makalah-konsep-ketuhanan.html, 01 Oktober 2013, Pukul 21.24 WIB.
[6] Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Direktorat
Perguruan Tinggi Agama Islam, Jakarta, 2001, Hlm. 179.

Anda mungkin juga menyukai