Anda di halaman 1dari 14

KONSEP KETUHANAN DAN KERASULAN

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama 1

Dosen Pengampu: Miftahudin, M.pd

Oleh:

Nama: Kemal Firdaus

NIM: 11022000012

Kelas: 1A Akuntansi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BINA BANGSA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini
yaitu kesemptan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah yang berjudul
‘Konsep Ketuhanan dan Kerasulan’.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi


kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas


mata kuliah Agama Islam 1. Pada makalah ini akan saya bahas mengenai Konsep
Ketuhanan dan Kerasulan. Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi setiap pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB 1 PENADAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................1
D. Manfaat Makalah...................................................................................1
E. Metode Penyusunan Makalah................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Konsep Ketuhanan.................................................................................3
1) Pengertian Tuhan.............................................................................3
2) Awal Mula Pemikiran Manusia Tentang Tuhan..............................3
3) Ajaran Islam Tentang Keesaan Tuhan.............................................4
4) Sifat Esa Bagi Allah.........................................................................5
B. Konsep Kerasulan..................................................................................6
1) Pengertian Nabi dan Rasul...............................................................6
2) Perbedaaan Nabi dan Rasul .............................................................7
3) Hukum Beriman Kepada Nabi dan Rasul........................................7
4) Rasul Ulul Azmi...............................................................................7
5) Akhlak Rasul....................................................................................8
6) Peran Rasul......................................................................................8

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................10

A. Kesimpulan............................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep ketuhanan mencakup pemahaman muslim tentang Tuhannya.


Pemahaman ini sangat penting, karena konsep ini merupakan cara seorang
muslim mengenal tuhannya yang akan mempengaruhi tingkat keimanannya.
Seorang muslim yang benar-benar meyakini kebeadaan tuhannya akan selalu
mengingat dan menunaikan segala perintahnya dan mejauhi semua larangannya

Konsep kerasulan juga sama pentingnya. Rasul adalah utusan tuhan yang
menjadi perantara untuk menyampaikan firman-firmannya. Dengan mempercayai
dan meyakini dengan sepenuh hati,seorang muslim akan selalu mengikuti sunah-
sunahnya. Oleh karena itu, kehidupan umat islam akan selalu diberikan
kebahagian baik di dunia maupun di akhirat nanti.

B. Rumusan Masalah
1) Siapa itu Tuhan?
2) Bagaimana awal mula pemikiran manusia tentang Tuhan?
3) Bagaimana ajaran islam tentang Tuhan?
4) Apa yang dimaksud sifat esa Tuhan?
5) Apa pengertian dari Nabi dn Rasul?
6) Apa perbedaan Nabi dan Rasul?
7) Bagaimana hukum beriman kepada Nabi dan Rasul?
8) Apa yang dimaksud dengan Ulul Azmi?
9) Apa saja ahklak yang dimiliki oleh Rasul?
10) Apa saja peran Rasul itu?
C. Tujuan

Untuk mengetahui tentang aspek-aspek seputar konsep ketuhanan dan


konsep kerasulan.

D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun untuk menambah wawasan keislaman bagi penulis
dan pembaca tentang sebuah konsep ketuhanan dan konsep kerasulan yang sangat
penting untuk kita pelajari dan kita pahami. Selain itu juga makalah ini juga
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama 1 serta sebagai
suatu referensi bagi pembaca.
E. Metode Penyususnan Makalah

3
Metode yang saya gunakan dalam meyususn makalah ini adalah dengan
analisis pustaka, yaitu dengan mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan
berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen,catatan buku,
maupun internet sebagai sumber informasi.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Konsep Ketuhanan
1) Pengertian Tuhan

Lafal Ilahi yang artinya Tuhan, menyatakan berbagai obyek yang


dibesarkan dari dipentingkan manusia, misalnya dalam sura Al-Furqan : 43 yang
artinya: ‘Apakah engkau melihat orang yang meng-ilahkan keinginan-keinginan
pribadinya?

Dalam surah Al-Qoshos : 38, lafal ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya
sendiri, yang artinya : “Dan Fir’aun berkata, wahai para pembesar aku tidak
menyangka bahwa kalian mempunyai ilah selain diriku”.

Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkrit maupun abstrak/gaib.
Al-Qur’an menegskan ilah bisa dalam bentuk mufrad maupun jama’(ilah, ilahain,
ilahuna). Ilah ialah sesuatu yang dipentingkan, dipuja, dimintai, diagungkan,
diharapkan memberikan kemaslahatan dan termasuk yang ditakuti karena
mendatangkan bahaya

Di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah : 163 menegaskan, ”Dan Tuhanmu,


Tuhan yang maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.” Ilah yang dituju ayat diatas adalah Allah SWT, yang menurut ulama’
ilmu kalam Ilah di sini bermakna al Ma’bud, artinya satu-satunya yang
diibadati/disembah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Thoha : 14, yang artinya:
“Sesungguhnya Aku Allah, Tidak ada Tuhan selain Aku (Allah), maka
beribadahlah hanya kepada-Ku (Allah), dan dirikanlah salat untuk mengingat-
Ku”.1

2) Awal Mula Pemikiran Manusia Tentang Tuhan


a. Pemikiran Barat

Yang dimaksud dengan konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia


adalah hasil pemikiran tentang tuhan baik melalui pengalaman lahiriah maupun
batiniah dari penelitian rasional, maupun pengalaman batin.

Max Muller berpendapat bahwa konsep pemikiran barat tentang Tuhan


mengalami evolusi yang dialami dengan Dinamisme, Animisme, Politisme,
Henoteisme, dan puncak tertingginya Monoteisme (nisbi). Pemikiran tentang
1
Wahyudin, dkk, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Grasindo, 2009), 26.

5
tuhan sebagaimana diatas, hasil pendekatannya adalah budaya, Arnold Toynbe
mengatakan: “Monoteisme bukan hasil akhir dan proses pemikiran tentang Tuhan,
sebab orang yang sudah maju dalam intelektualitasnya sangat mungkin justru
berputar mundur kebelakang dalam bertuhan, yakni animistis”.2

b. Pemikiran Islam

Pemikiran tentang Tuhan dalam Islam melahirkan ilmu kalam, ilmu tauhid
atau ilmu ushuluddin dikalangan umat islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad
SAW. Aliran-aliran tersebut ada yang bersifat liberal, tradisional dan ada aliran
diantara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini mewarnai sejarah pemikiran ilmu
ketuhanan (teologi) dalam Islam, aliran-aliran tersebut adalah :

 Muktazilah, adalah kelompok rasionalis dikalangan orang islam, yang


sangat menekankan penggunaan akal dalam memahami semua ajaran
islam. Dalam menganalisis masalah ketuhanan, mereka memakai bantuan
ilmu logika guna mempertahankan keimanan.
 Qodariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki
kebebasan berkehendak dan berbuat. Manusia berhak menentukan dirinya
kafir atau mukmin sehingga mereka harus bertanggung jawab pada
dirinya. Jadi, tidak ada intervensi Tuhan dalam perbuatan manusia.
 Jabariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa kehendak dan
perbuatannya manusia ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini tak
ubahnya seperti wayang, ikhtiar dan doa yang dilakukan manusia tidak ada
gunanya.
 Asy’ariyah dan Maturidiyah, adalah kelompok yang mengambil jalan
tengah antara Qodariyah dan Jabariyah. Manusia wajib berusaha
semaksimal mungkin. Akan tetapi, Tuhannlah yang menentukan hasilnya.3

3) Ajaran Islam Tentang Keesaan Tuhan

Konsep esa dalam Islam sangat jelas bersinar, berpijar terang benderang.
Satu (tak terbagi). Tidak beranak (tidak menciptakan tandingan bagi diriNya),
tidak diperanakan (tidak ada penciptaNya), bergantung kepadanya segala sesuatu
(tidak membutuhkan apapun), tidak ada yang serupa dengannya (berbeda dengan
ciptaan).

Jika ada konsep esa yang satunya masih bisa dibagi jadi beberapa satu,
maka itu bukan esa. Jika masih beranak, maka kelahiran menggugurkan
keesaannya. Jika masih diperanakan berarti sudah ada satu yang pertama, dan

2
Ibid., 28.
3
Ibid., 29.

6
tidak lagi esa. Jika masih ketergantungan berarti ada yang lain yang membantu,
dan itu bukan esa. Jika ada yang serupa dengannya maka satu itu jadi dua, tiga,
bahkan lebih.

Keesaan yang dikarang-karang untuk membenarkan ketidakesaan


memerlukan penjelasan susah payah, berbelit, namun tetap irasional. Penjelasan
semacam itu yang malah membuat seseorang mengankat dirinya sebagaiTuhan,
karena Tuhan mesti tunduk pada perhitungannya, pada perasaannya, pada
pemikirannya, pada seleranya. Itulah yang menyebabkan orang tidak benar-benar
mengesakan Tuhan namun sibuk mengaku monotheis akan menganggap bahwa
iman tak mampu dijangkau akal. Padahal, bagaimana bisa kita menganggap
bahwa iman tak terjangkau dengan akal, bersamaan dengan pernyataan bahwa
iman tak terjangkau akal? Bukannkan pernyataan bahwa iman tak terjangkau akal
adalah kesimpulan akal? Inilah yang saya maksud dengan mengangkat diri
sebagai Tuhan. Karena mengatur Tuhan sesuai keinginan.

Keesaan dalam Islam adalah keesaan yang dinyatakan sendiri oleh Allah,
tuhan semesta alam, dan bisa diterima akal manusia. Karena manusialah yang
perlu beriman padaNya, maka konsep ketuhananNya pun harus dipahami oleh
manusianya.

Dalam keesaan tuhan ajaran islam, tidak membutuhkan kontradiksi.


Ketiadaan kontradiksi adalah syarat kebenaran. Tidak ada konsep konsep esa
dalam islam yang menggunakan kata hubung ‘dan’ atau ‘atau’ atas pribadi Tuhan.
Karena dua kata itu menandakan keberadaan pribadi yang lain.

Keesaan Tuhan adalah hal paling sederhana yang perlu diakui seorang
manusia untuk bisa selamat dikehidupan selanjutnya. Karena itu keesaan pastilah
sesuatu yang sederhana dan mudah dimengerti. Tidak mungkin hal sepenting
penentu keselmatan kehidupan di akhirat adalah hal yang sukar dipahami, apalagi
mengandung kontradiksi.4

4) Sifat Esa Bagi Allah

Dalam Islam yang disifati atau yang dikatakan Maha Esa itu hanyalah
Allah SWT sendiri-Nya, lain tidak. Supaya jelas hal itu, akan diterangkan
dibawah ini dengan ringkas.

 Pertama, Allah Maha Esa pada Dzat-Nya (diri-Nya). Dengan arti, tidak
terususn dari dzat-Nya dari benda, bagian, dan suku-suku yang menjadi
satu, yang tentu menerima pula dibagi-bagi atau dirasa dengan salah

4
A. Yaksi, Calon Mualaf: Sebuah Pengantar Masuk Islam (Jakarta: Ksatria Media, 2018), 17.

7
perasaan (pancaindra). Dia bukan tubuh atau bertubuh yang bersifat
bergerak atau diam, serta bertempat pada sesuatu dan sebagainya.
 Kedua, Allah Maha Esa pada diri-Nya, dengan arti, tidak ada sesuatu yang
lain sebagaimana Dzat-Nya.
 Ketiga, Allah Maha Esa pada sifat-Nya. Artinya tidak ada sesuatu diluar
Allah SWT yang memiliki sifat seperti sifat Allah SWT, dan tidak pula
satu-satu sifat-Nya itu terpecah-pecah atau berbilang, misal dua qudrat-
Nya atau dua ilmu-Nya.
 Keempat, Allah Maha Esa pada perbuatan-Nya,artinya tidaklah ada
sesuatu yang lain daripada Allah SWT akan kuasa menjadikan sesusatu
apa atau memberi bekas pada mengadakan, meniadakan, menyakitkan,
menyembuhkan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya, melainkan
semua itu pada Allah SWT dan perbuatan Allah SWT belaka.
 Kelima, Allah Maha Esa pada sifat ketuhanan, seakli-kali tidak ada
pertuhanan yang lain Daripada-Nya karena hanya dialah, sendiri-Nya,
yangmenjadikan langit dan bumi, serta segala isi keduanya, zhahir dan
batin.5
B. Konsep Kerasulan
1) Pengertian Nabi dan Rasul

Nabi menurut bahasa adalah orang yang diberi berita atau menerima
berita. Menurut istilah agama, nabi ialah seseorang yang menerima wahyu dari
Tuhan berkenaan dengan syariat islam.

Rasul menurut bahasa adalah utusan atau orang yang dikirim untuk suatu
tugas. Menurut istilah agama,rasul ialah seseorang yang merima wahyu dari
Tuhan berkenaaan dengan syariat agama dan ditugaskan untuk menyampaikannya
kepada orang banyak. Menurut pendapat ini, bahwa setiap rasul adalah nabi, tetapi
setiap nabi belum tentu rasul.

Pengiriman nabi dan rasul kepada umat manusia sangat diperlukan, karena
akal manusia terbatas untuk mengetahui rahasia kehidupan, baik kehidupan dunia,
maupun kehidupan akhirat.

Untuk dapat melaksanakan penyembahan kepada Allah dengan benar dan


tepat perlu ada pedoman pelaksanannya. Maka perlu diutus para rasul untuk
mengajarkan bagaimana mengerjakan ibadah dalam arti yang seluas-luasnya.

Selain itu untuk menghindari agar manusia tidak merasa teraniaya


(dizalimi) di akhirat nanti, perlu dijelaskan mengenai perbuatan baik yang harus
dikerjakan dan perbuatan buruk yang harus ditinggalkan.
5
Hamka, Ayahku (Depok: Gema Insani, 2020), 420.

8
Dalam QS. An-Nisa’/4: 165, Allah berfirman, yang artinya:

“Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi


peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah
setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”6
2) Perbedaan Nabi dan Rasul

Nabi dan rasul adalah manusia pilihan yang diutus oleh Allah SWT ke
dunia dan sama-sama menerima wahyu dari Allah SWT. Bedanya, nabi tidak
wajib menyampaikan wak menyampaikan ajarahyu kepada umat, sedangkan rasul
wajib menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada umat yang dipimpinnya.
Setiap rasul pastilah nabi, tapi tidak semua nabi adalah rasul.7

3) Hukum Beriman Kepada Nabi dan Rasul

Iman kepada nabi dan rasul berarti percaya bahwa Allah SWT, telah
mengutus para nabi dan rasul untuk menyampaikan ajaran kepada umatnya sesuai
tuntunan Allah SWT. Ajaran itu wajib kita imani serta taati agar kita selamat
didunia dan akhirat. Beriman kepada rasul hukumnya wajib.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-fath: 13,yang artinya:

“Dan barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
maka sesungguhnya kami sediakan buat orang-orang kafir itu neraka
yang menyala-nyala.”

Setiap nabi dan rasul bertugas melanjutkan ajaran rasul sebelumnya.


Begitulah seterusnya dari mulai Nabi Adam a.s, sampai nabi terakhir, Nabi
Muhammad Saw.8

4) Rasul Ulul Azmi

Syaikh Dr. Sayyid Thantawi dalam tafsirnya “At-Tafsirul Wasith”


mengatakan Ulul Azmi adalah para rasul yang memegang beban yang lebih berat
dalam menegakkan kalimat Allah daripada yang lainnya. Adapun rasul yang
termasuk dalam Ulul Azmi sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam
tafsirnya yakni:

 Nabi Nuh as.


 Nabi Ibrahim as.

6
Drs. H. Masan AF, M.Pd, Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak (Semarang: Toha Putra,
n.d.), 101.
7
Tim Genta Hidayah, Juz ’Amma (Sidoarjo: Genta Hidayah, 2020), 176.
8
Nabi Rasul (Jakarta Selatan: PT. Mizan Publika, n.d.), 2.

9
 Nabi Musa as.
 Nabi Isa as.
 Nabi Muhammad saw.9

5) Akhlak Rasul
 Siddiq (benar)

Siddiq adalah sifat yang mulia yang menghiasi akhlak seseorang yang
beriman kepada Allah dan kepada perkara-perkara yang ghaib. Sifat mustahilnya :
Kizib (dusta).

 Amanah (dapat dipercaya)

Jika suatu urusan diserahkan kepadanya, niscaya urusan itu akan


dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sifat mustahilnya : Khianat (tidak dapat
dipercaya).

 Tabligh (menyampaikan)

Segala firman Allah SWT yang ditunjukan oleh manusia, pasti


disampaikan. Sifat mustahilnya : Kitman (menyembunyikan).

 Fathonah (cerdas)

Dalam menyampaikan ayat Al-Quran dan kemudian menjelaskannya


dalam puluhan ribu hadis memerlukan kecerdasaan yang luar biasa. Sifat
mustahilnya : Baladah (bodoh).10

6) Peran Rasul
 Menyeru manusia mentauhidkan Allah sebagai Tuhan Yang Esa.
 Mengajar perkara ghaib seperti surga dan neraka.
 Menyampaikan berita gembira tentang balasan surga untuk yang taat.
 Menyampaikan berita dukacita tentang balasan neraka untuk yang ingkar.
 Menyeru kepada kebaikan untuk kesejahteraan manusia.
 Memperbaiki akhlak manusia supaya berakhlak mahmudah.
 Mengajar manusia cara beribadat yang betul seperti cara salat.11

9
Eko Nani Fitriono, S.Th.I., M.P.I, Panduan Lengkap Mengajar Taman Pendidikan Al-Qur’an
(Malang: Ahlimedia Book, 2020), 54.
10
Lugina Jannatika, dkk, “Konsep Ketuhanan Dan Kerasulan,” Universitas Jendral Achmad Yani
(Cimahi, 2019), accessed December 25, 2020, https://id.scribd.com/document/409943564/3-
Konsep-Ketuhanan-dan-Kerasulan-Makalah-1-docx.
11
Fajar Rizky, “Tugas Agama Islam (Konsep Kerasulan),” Stikom Artha Buana (Kupang, 2013),
accessed December 25, 2020, http://rizkyfajar09.blogspot.com/2013/11/tugas-agama-islam-
konsep-kerasulan.html?m=1.

10
11
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep ketuhanan dan kerasulan adalah hal pokok bagi seorang muslim.
Beriman kepada Allah merupakan salah satu kewajiban seorang muslim agar lebih
mengenal Allah, Tuhan semesta alam. Begitupun kepada Rasulnya, seorang
muslim yang memahami aspek kerasulan dengan sepenuh hati akan senantiasa
menjalankan sunah-sunah Rasul. Dengan demikian kehidupan seorang muslim
akan terarah dan merasa tentram sehingga dapat mencapai kehidupan bahagia di
dunia maupun di akhirat kelak.

B. Saran

Penyusun menyadari bahwa belum adanya kesempurnaan dalam


menyusun makalah ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang mendukung sangat
penulis harapkan, agar tidak terjadi kesalahan yang serupa dalam penyusunan
makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

A. Yaksi. Calon Mualaf: Sebuah Pengantar Masuk Islam. Jakarta: Ksatria Media,
2018.

Drs. H. Masan AF, M.Pd. Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak. Semarang:
Toha Putra, n.d.

Eko Nani Fitriono, S.Th.I., M.P.I. Panduan Lengkap Mengajar Taman


Pendidikan Al-Qur’an. Malang: Ahlimedia Book, 2020.

Fajar Rizky. “Tugas Agama Islam (Konsep Kerasulan).” Stikom Artha Buana.
Kupang, 2013. Accessed December 25, 2020.
http://rizkyfajar09.blogspot.com/2013/11/tugas-agama-islam-konsep-
kerasulan.html?m=1.

Hamka. Ayahku. Depok: Gema Insani, 2020.

Lugina Jannatika, dkk. “Konsep Ketuhanan Dan Kerasulan.” Universitas Jendral


Achmad Yani. Cimahi, 2019. Accessed December 25, 2020.
https://id.scribd.com/document/409943564/3-Konsep-Ketuhanan-dan-
Kerasulan-Makalah-1-docx.

Tim Genta Hidayah. Juz ’Amma. Sidoarjo: Genta Hidayah, 2020.

Wahyudin, dkk. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Grasindo, 2009.

Nabi Rasul. Jakarta Selatan: PT. Mizan Publika, n.d.

13

Anda mungkin juga menyukai