Anda di halaman 1dari 22

PENDIDIKAN AKHLAK

AKHLAK TERHADAP RASULLULAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Makalah pada
Mata Kuliah Pendidikan Akhlak

Dosen Pengampu:
Bapak. Moh Gufron Romadoni, S.Pd.,M.M

Disusun Oleh :

Nida Fitriyani ()
Uut Unggul Lestari (61202220033)

JURUSAN PERBANKAN DAN EKONOMI SYARIAH


STEBI GLOBAL MULIA CIKARANG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah”Akhlak kepada ALLAH, Rasulullah, Manusia dan Lingkungan”. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah Pendidikan akhlak yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini,1 Kami jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhny. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik,
dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna.

Bekasi, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
BAB 1 .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Pengertian Akhlak Kepada RASULLULAH ......................................................... 2
B. Macam Macam Akhlak RASULULLAH ............................................................... 3
C. Mencintai dan taat kepada RASULULLAH ................................................... 5
D. Cara berakhlak kepada RASULULLAH........................................................6

BAB III ............................................................................................................................. 17


PENUTUP......................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 18
B. Saran............................................................................................................................18
Daftar Pustaka.................................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW, meskipun beliau
sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat
kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah, membuat
kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah manusia yang
tidak berbeda dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan status “Rasul” yang
disandangkan Allah atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan khusus dalam bersikap
terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada
umumnya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang muncul adalah:
1. Apa Pengertian akhlak terhadap Rasulallah Saw ?
2. Menyebutkan Macam-macam akhlak Rasulallah?
3. Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada Rasulullah Saw ?,
4. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw ?

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Memahami dan memaknai tentang ber akhlak terhadap Rasululloh Saw.
2. Dapat menjelaskan apa saja akhlak yang di contokan Rasululloh Saw.
3. Menjelaskan mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada Rasulullah Saw.
4. Menjelaskan bagaimana cara berakhlak kepada rasulullah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Akhlak Kepada Rasulullah Saw.

Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaq” dalam bentuk jamak,
sedang bentuk mufradnya adalah khuluq yang berarti budi pekerti,perangai,tingkah laku, atau
tabiat. Secara terminology yakni sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Jadi pengertian akhlak seorang muslim terhadap rasul adalah tingkah laku atau
perbuatan yang dilakukan oleh seorang muslim untuk meneladani sifat-sifat Rasul dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari agar selalu mengamalkan akhlak terpuji dalam
kehidupannya. Kita sebagai orang muslim diharuskan berakhlak kepada Rasulullah sebab
dari beliaulah kita dapat mendapatkan warisn yaitu Al-Quran dan As-Sunnah.Orang yang
berpegang teguh pada keduanya dipastikan tidak akan tersesat selamanya. Dalam sebuah
hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa, kita sebagai umat muslim
diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah yang telah beliau wariskan. “Barangsiapa
yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia,
maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya,
dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah).Dalam hadits lain
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi : “Barang siapa menghidupkan salah satu sunnahku
yang telah dimatikan, sesudahku (sesudah aku meninggal dunia), maka bagi orang tersebut
pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya, tanpa dikurangi sedikit pun dari pahala
mereka.” (HR. At-Tirmidzi).

Allah berfirman :
‫ع ِّزيز أُنفُ ِّسكُم مِّن َرسُول كُم َجا َء لَقَد‬
َ ‫علَي ِّه‬ َ ‫علَيكُم َح ِّريص َما‬
َ ‫عنِّتُّم‬ َ ْ ُ ‫َّرحِّ يم وف َر ُء ل ُمؤ ِّمنِّينَ بِّا‬
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya
penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang – orang yang beriman.” (Q.S. at-taubah :
128)
Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai umat islam,
tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya. Untuk
memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup beliau,
sehingga dari situ kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.
Ditinjau dari silsilah keturunannya, nama lengkap Rasulullah adalah Abu Qasim Muhammad
bin ‘abdillah bin ‘abdil Muthathalib bin Khasyim bin Abdi Manaf bin Qushayy bin Khilab
bin Murrah bin Ka’ bin Lu-ayy bin Ghalib bin fihhr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas binMudhar bin Nizar bin Ma’add bin ‘adnan, dan Adnan
adalah salah satu keturunan Nabi Allah Isma’il bin Ibrahim al-Khalil.
Beliau adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada seluruh umat manusia.
Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak boleh didustakan.
Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah, derajatnya paling
tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.

2
Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk, yang diutus
oleh Allah sebagi rahmad bagi alam semesta.
Sebagaimana firman Allah :

َ ‫لِّل َع َلمِّينَ َرح َمة أِّلَّ أَر‬


‫سلنَكَ َو َمآ‬
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad bagi
seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).
Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan kepadanya atas agama-Nya, dan
menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah melindunginya dari kesalahan
dalam menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala mendukung nabi-Nya dengan mukzizat-
mukzizat yang nyata dan ayat-ayat yang jelas, memperbanyak makan untuk beliau,
memperbanyak air. Dan beliau mengabarkan sebagian perkara ghaib.

2. Macam-Macam Akhlak Rasululloh

Ada beberapa akhlak yang dapat di teladani dari Rasulullah saw. Antara lain.

1. Memuliakan yang Lebih Tua serta Menyayangi yang Muda


Salah satu sikap mulia yang di anjurkan Rasulullah saw. Terhadap umatnya adalah
menghormati orang yang lebih tuaserta menyayangi yang kecil. Dengan bersikap seperti ini
maka bangunan masyarakat akan semakin kokoh serta jalinan hubungan kasih saying antar
masing-masing individu didalamnya akan semakin erat.Tentang hal ini Rasulullah bersabda
yang artinya “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua,
menyayangi yang muda,menyeru kepada yang makruf,serta mencegah terjadinya
kemungkaran”.
2. Bersikap Amanah
Sikap amanah ini dimiliki oleh Rasulullah dan dikenal di kalangan anggotanya kaumnya
sebelum predikat tersebut di sematkan oleh Allah Swt. di dada beliau. Melihat urgensi
amanah yang sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat Rasulullah Saw. Seringkali
berwasiat pada umatnya untuk memegang teguh sifat ini. Beliau bahkan menggolongkan
orang-orang yang tidak dapat menjaga amanah yang di pikulkan kepadanya sebagai orang
munafik.
3. Keadilan
Rasulullah adalah orang yang paling adil,paling mampu menahan diri, paling jujur
perkataannya, dan paling besar amanatnya. Sebelum diangkat sebagai seorang nabi beliau
sudah dijuluki masyarakat dengan Al-Amin (orang yang terpercaya). Sebelum Islam, pada
zaman jahiliyah beliau di tunjuk sebagai pengadil.
4. Ketawaduan (Bersikap Rendah Hati)
Kesombongan adalah merupakan salah satu sifat yang paling dibenci oleh
islam,sebaliknya sikap rendah hati adalah salah satu yang paling disukai. Rasulullah adalah
orang yang suka merendah diri tidak gila hormat dan juga jabatan. Dalam sebuah hadist
Qudsi Rasulullah bersabda, Allah Azza Wa jalla berfirman:
“kesombongan adalah selendang-Ku dan keangkuhan merupakan pakaian-Ku. Oleh karna
itu, siapa yang merenggut salah satunya dari sisi-Ku maka akan Aku lemparkan ke dalam
neraka”. (HR, Abu Dawud)

3
5. Kasih Sayang

Rasulullah saw. Adalah pelopor utama dalam hal kasih saying dan cinta kasih. Beliau
sama sekali tidak pernah mencela atau menghina orang lain. Mempersatukan para sahabat
dan tidak pernah mencela mereka. Karna kasih sayangnya yang luar biasanya kepada
umatnya,maka tidak sedikit para sahabat yang senang berdekatan dengan beliau.Beliau juga
senantiasa menanyakan apa yang terjadi diantara manusia,membaguskan yang bagus dan
membenarkannya.

6. Berakhlak Baik/Terpuji
Sifat terpuji merupakan kepribadian seseorang muslim. Rasulullah saw, menasehatkan kita
untuk menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dalam pergaulan dengan siapa pun.
Rasulullah saw bersabda, Allah swt.: “Allah menyayangi orang yang bersikap lapang dada
(toleran), baik ketika menjual,membeli,atau menagih sesuatu (kepada orang lain)” (HR.
Bukhari). Anas bin Malik r.a berkata, “Rasulullah saw berkata, “Rasulullah saw. Merupakan
manusia paling baik akhlaknya.” (HR. Muslim).

7. Menjaga Silaturahmi/Persaudaraan
Rasulullah saw mewasiatkan kepada umatnya untuk menjaga persaudaraan.Sebab
permasalahan social yang timbul itu bersumber dari perselisihan pribadi di antara individu
yang menimbulkan rasa marah, dendam dan permusuhan. Dengan adanya memelihara tali
persaudaraan tersebut maka semua permasalahan dapat dibicarakan dan dicarikan solusi yang
baik. Sesuai dengan sabda beliau yang artinya “muslim yang lain adalah saudara bagi
masing-masing kalian.” Oleh karna itu, berbuat baiklah untuk mereka, damaikanlah apabila
ada perselisihan di antara mereka, minta tolonglah terhadap mereka dalam hal-hal yang tidak
dapat kalian hadapi, serta bantulah mereka dalam menghadapi hal-hal yang tidak mampu
mereka atasi.” (HR.Ahmad)

8. Menunjukan Wajah Berseri-seri


Islam sangat menaruh perhatian terhadap masalah pergaulan antar manusia. Islam
menginginkan antar hubungan di antara manusia berlangsung dengan baik dan penuh rasa
kasih saying. Contohnya apabila bertemu dengan temannya di perjalanan maka menyapanya
dengan sikap ramah, wajah berseri-seri, serta senyum yang merekah di bibir. Tentang anjuran
seperti ini Rasulullah bersabda, “Setiap perbuatan baik merupakan sedekah.Termasuk dalam
kategori sedekah sikapmu menunjukan wajah yang berseri-seri ketika bertemu dengan
saudaramu sesame muslim serta memberikan memberikan air didalam bejanamu kepadanya.”
(HR. Tirmidzi)

9. Suka Memaafkan
Sikap suka memaafkan merupakan akhlak yang terpuji. Apabila orang lain telah
menyakiti kita jangan terlalu lama kita memendam rasa marah tersebut maafkanlah orang
yang bersalah tersebut. Sebab dengan kita member maaf Allah akan menambah kemuliaan
bagi orang tersebut. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw. “Tidak akan berkurang harta
karena bersedekah dan tidak ada seorangpun yang di zalimi kemudian member maaf
melainkan allah akan menambah kemuliaan dirinya.” (HR. Ahmad)

10. Gemar Berinfak


Derajat kedermawaan yang tertingi adalah sikap iitsar, yaitu tidak segan-segan berinfak
kepada orang lain meski dirinya sendiri sebetulnya membutuhkannya. Sikap iitsar dikatakan
sebagai puncak kedermawaan karna biasanya yang disebut dengan kedermawaan

4
sesunguhnya adalah menafkahkan harta yang tidak dibutuhkan. Hal ini tidak begitu berat
dibandingkan dengan sikap menafkahkan sesuatu kepada orang lain di saat dirinya sendiri
sebenarnya sangat membutuhkannya. Berinfak merupakan sarana untuk mensucikan badan
maupun jiwa. Itulah sebab nasihat Rasulullah saw. dalam hal tersebut. Diantaranya sabda
beliau, :Berusaha keraslah menghindari api neraka meski hanya dengan (menyedekahkan)
sebutir kurma.” (HR. Bukhari)

3. Alasan mengapa kita harus mencintai Rasulullah SAW

1. Cinta kepada Rasulullah berarti bukti cinta juga kepada Allah SWT
‫غفُور َّرحِّ يم‬ َّ ‫ٱَّللُ َويَغفِّر لَكُم ذ ُنُوبَكُم ۗ َو‬
َ ُ‫ٱَّلل‬ َ َّ َ‫قُل إِّن كُنتُم تُحِّ بُّون‬
َّ ‫ٱَّلل فَٱتَّبِّعُونِّى يُحبِّبكُ ُم‬

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali
Imron : 31)

2. Allah SWT memilih Rasulullah dari semua makhluk

Watsilah bin Asyqo berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah
memilih Kinanah dari keturunan Ismail dan Allah memilih Quraisy dari keturunan Kinanah.
Allah memilih Bani Hasyim dari Quraisy dan Allah memilih aku dari keluarga Bani Hasyim”
(HR. Muslim dan At-Tirmidhi)

3. Perjuangan Rasulullah SAW sangat besar demi para umatnya

‫علَيكُم‬ َ ‫علَي ِّه َما‬


َ ‫عنِّتُّم َح ِّريص‬ َ ‫بِّٱل ُمؤمِّ نِّينَ َر ُءوف َّرحِّ يم لَقَد َجآ َءكُم َرسُول ِّمن أَنفُ ِّسكُم‬
َ ‫ع ِّزيز‬

Artinya: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Qs. At Taubah: 128)

4. Rasulullah SAW mempunyai akhlak yang sangat mulia

‫عظِّ ٍيم‬ ٍ ُ‫َو ِّإنَّكَ لَعَلَ ٰى ُخل‬


َ ‫ق‬

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Qs. Al Qolam:
4)

Itulah sedikitnya 4 alasan mengapa kita harus mencintai Rasulullah SAW. Tentunya sebagai
umat Rasulullah SAW sepantasnyalah kita menunjukkan rasa cinta kita kepada beliau dengan
pembuktian yang nyata seperti pemaparan di atas.

Jangan lupa juga untuk tetap menjalankan sunnah-sunnahnya agar kelak kita mendapatkan
syafaat sehingga bisa berjumpa dan berkumpul dengan Rasulullah SAW di surgaNya.
Aamiin.

5
4.Cara Berakhlak dan Mencintai Kepada Rasulullah

Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua orang islam
mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani
ajaran Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum
dengan ketetapannya.
Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat
beliau mencintai beliau lebih dari kecintai mereka kepada diri mereka sendiri dan
keluarga mereka, sebagaimana sabda Rasulullah :
‫أجمعين والناس وولَده ووالِّده نفسه من اليه أحب اكون حتى أحدكم ليؤمن‬.
Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya
daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari
Muslim).
Sebagaimana yang terdapat dalam kisah “Umah bin Khaththab r.a., yaiu sebuah hadis dari
sahabat ‘Abdullah bin Hisyam r.a, ia berkata ’ :
“kami mengiringi Nabi dan beliau menggandeng tangan ‘Umar bin Khaththab r.a,’
kemudian Umar berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat
kucintai melebihi apapun selain diriku”, maka Rasulullah menjawab “tidak, demi yang
jiwa ku berada ditangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu”, lalu
Umar berkata “Sungguh sekaranglah saatnya, demiAllah engkau sangat kucintai melebihi
diriku” maka Rasulullah berkata : “sekarang engkau benar wahai Umar”. (H.R. Al-
Bukhori).
Allah swt berfirman:

َ ‫غفُور َوللا ُ ذُنُو َبكُم َو َيغفِّرلَكُم للاُ يُح ِّببكُ ُم فَات َّ ِّبعُونِّى‬
‫للا تُحِّ بُّونَ كُنتُم ِّإن قُل‬ َ ‫َّرحِّ يم‬
Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS 3:31).

Berdasarkan hadis-hadis diatas, maka mencintai Rasulullah adalah wajib dan harus
didahulukan daripada kecintaan kepada segala sesuatu selain kecintaannya kepada Allah,
sebab mencintai Rasulullah adalah mengikuti sekaligus keharusan dalam mencintai Allah.
Mencintai Rasulullah adalah kecintaan karena Allah, ia akan bertambah seiring dengan
kecintaannya kepada Allah.

Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman
kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan
sebagaimana hadist nabi saw: “Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai agama
dan muhammad sebagai nabi dan rasul”.Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa
kita beriman kepada para Rasul itu sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita

6
mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang disampaikannya.Banyak cara yang
dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW

Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-
orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada
Rasul, bahkan Allah SWT akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam
derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah:

Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang
benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya (QS 4:69).
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul SAW Allah SWT
akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah
manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman:

Artinya: Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang (QS 3:31)
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan
mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt.
Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang
yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman:

Artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan


barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka (QS 4:80).

2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah

Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah
mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan
kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah

Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,


keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik (QS 9:24).

3. Mengucapkan sholawat dan salam kepada rasulallah


Shalawat dan Salam Kepada Rasulullah?
Shalawat dan salam kepada Rasulullah (‫ )ﷺ‬adalah kita berdoa kepada Allah untuk Nabi
dengan keselamatan dari setiap cacat/kecelakaan di masa hidupnya dan setelah meninggalnya
maka kita berdoa untuknya keselamatan dari berat/ngerinya hari kiamat dan berdoa semoga
sunnah dan syariatnya tidak dikuasai oleh orang orang yang lalai dan mempermainkan
syariat.

7
a. Makna Shalawat Kepada Rasulullah
Bismillah, sebagaimana firman Allah ta`aala,”
۟ ‫س ِل ُم‬ ۟ ُّ‫صل‬ ۟ ُ‫علَى ٱلنَّبِ ِى ۚ يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬ َٰٓ
‫وا ت َ ْسلِي ًما‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ‫وا‬ َ ‫وا‬ َ َ‫صلُّون‬
َ ُ‫ٱَّلل َو َملَئِ َكت َ ۥهُ ي‬
َ َّ ‫إِ َّن‬
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang
yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” (QS. Az-Zumar 39: 56)
Shalawat adalah untuk mendapatkan/menetapkan sifat positif/kesempurnaan pada Rasulullah
dan mengucapkan salam untuk menghilangkan sikap negatif dan kekurangan dari diri
Rasulullah shallahu alaihi wasallam. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Syekh Ibnu
Utsaimin di Syarhul Mumti`

b. Makna Salam Kepada Rasulullah


Makna salam kepada Rasulullah maksudnya adalah doa untuk Rasulullah shallahu alaihi
wasallam semoga Allah memberikan keselamatan kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam .
As-salaaam mengandung makna selamat dari kekurangan dan kerusakan/kehancuran. Jika
kata Salam digabungkan dengan kata shalawat, sebagaimana ayat di atas, maka shalawat dan
salam kepada Rasulullah shallahu alaihi wasallam mencakup seluruh kebaikan untuk
diberikan kepada Rasulullah shallahu alaihi wasaalam dengan menghilangkan apa yang
bersifat negatif/kekurangan/kerusakan.
Maksud dari As-Salam dalam ayat tersebut, ada yang menjelaskan:
Ia adalah nama Allah sebagaimana yang ada di dalam hadist,” bahwa Allah Dia adalah
assaalaam.” sebagaimana dalam firman Allah ta`ala:

ُ ‫﴿ال َم ِلكُ ْالقُد‬


23 :‫ُّوس الس َََّل ُم ﴾ الحشر‬ ْ

Sehingga maknaya adalah Bahwa Allah menjaga dan melindungi Rasulullah shallahu alaihi
wasallam, seolah kita mengatakan,” Allah atasmu wahai Nabi (Muhammad shallahi alaihi
wasallam) yang mengawasi, menjaga dan memperhatikanmu, dan semisalnya.
Yang lain mengatakan,” assalaam adalam ismu masdhar/kata dasar dengan makna attasliil,
sebgaimana firman Allah ta`ala,”
]56 :‫س ِل ُموا ت َ ْسلِيما ً ﴾ [األحزاب‬ َ ‫صلُّوا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫﴿ َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” (QS. Az-Zumar 39: 56
Artinya: Kita berdoa kepada Allah untuk Nabi dengan keselamatan dari setiap
cacat/kecelakaan di masa hidupnya dan setelah meninggalnya maka kita berdoa untuknya
keselamatan dari berat/ngerinya hari kiamat dan berdoa semoga sunnah dan syariatnya tidak
dikuasai oleh orang orang yang lalai dan mempermainkan syariat.

8
2.Perintah Allah Untuk Bershalawat Kepada Nabi
Kita pun diperintahkan untuk memperbanyak shalawat dan salam kepada Nabi shallahu alaihi
wasallam, mengucapkan salam kepada beliau shallahu alaihi wasallam, Allah akan
menyampaikannya kepada Rasulullah dan mengabulkannya atas izin Allah ta`aala.
Sebagaimana sabda beliau:
َّ ‫مِن أ ُ َّمتِي ال‬
‫سَلَ َم‬ ِ ‫سيَّاحِ يْنَ فِي اْأل َ ْر‬
ْ ‫ض يُ َب ِلغُ ْون ِْي‬ َ ً‫َّلل َمَلَئِ َكة‬
ِ َّ ِ ‫إِ َّن‬
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki malaikat-malaikat yang mengembara di bumi,
mereka menyampaikan salam dari umatku kepadaku”. (HR. an-Nasâi, no. 1282; Ahmad
1/441; dishahîhkan oleh al-Albâni)
Bentuk-Bentuk Salam
Bentuk bentuk salam disebutkan dalam beberapa tempat, antara lain:
1. Bershalawat Saat Masuk Masjid
Apabila ia masuk hendaknya ia masuk dengan kaki kanan kemudian membaca:

َ ‫ اَلل ُه َّم ا ْفت َ ْح لِي أَب َْو‬،‫س ِل ْم‬


. َ‫اب َرحْ َمتِك‬ َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫اَلل ُه َّم‬
َ ‫ص ِل‬
“Ya Allah, semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Muhammad. Ya Allah,
bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku,”
2. Bershalawat Saat Keluar Masjid
Dan juga ketika keluar dari masjid, dengan membaca,”
ْ َ‫ اَلل ُه َّم ِإنِي أ َ ْسأَلُكَ م ِْن ف‬،‫س ِل ْم‬
. َ‫ضلِك‬ َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫اَلل ُه َّم‬
َ ‫ص ِل‬
“Ya Allah, curahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad. Ya Allah, sesungguhnya
aku memohon kepada-Mu berupa karunia-Mu.
3. Bershalawat Ketika Menemui Nabi
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Umar raḍiyallāhu ‘anhum menemui Nabi ṣallāllahu
‘alaihi wa sallam, sedangkan beliau berada di masyrubah (ruangannya yang lebih tinggi)
beliau, lalu Umar berkata,
ُ ‫ أ َ َيدْ ُخ ُل‬،‫علَ ْيكُ ْم‬
‫ع َم ُر؟‬ َ ‫سَلَ ُم‬ ُ ‫ع َليْكَ َيا َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬
َّ ‫ ال‬،‫َّللا‬ َ ‫سَلَ ُم‬
َّ ‫ال‬
lallah as-salāmu ‘alaikum…
“Semoga keselamatan bagi Anda, wahi rasulullah, semoga keselamatan bagi Anda, apakah
Umar boleh masuk” (HR. Abu Dawud (5203), Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini
dalam Shahih Abi Dawud).

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA/ Baca selengkapnya: https://bimbinganislam.com/apa-makna-sholawat-dan-salam-


kepada-rasulullah/ . 18.05.2023

9
4. Bershalawat Ketika Tasyahud
Mengucapkan shalawat dan salam ketika membaca tasyahud sebagaimana tasyahud Ibnu
Mas’ud.
، َ‫صالِحِ ين‬ ِ َّ ‫علَى ِعبَا ِد‬
َّ ‫َّللا ال‬ َ ‫علَ ْينَا َو‬ َ ‫سَلَ ُم‬ َّ ‫ ال‬، ُ‫َّللا َوبَ َركَاتُه‬ ُّ ِ‫علَيْكَ أَيُّ َها النَّب‬
ِ َّ ُ‫ى َو َر ْح َم ة‬ َ ‫سَلَ ُم‬ َّ ‫صلَ َواتُ َوال‬
َّ ‫ ال‬، ُ‫ط ِيبَات‬ ِ َّ ِ ُ‫الت َّ ِحيَّات‬
َّ ‫َّلل َوال‬
َ ‫َّللاُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬
ُ ‫ع ْبدُهُ َو َرسُولُه‬ َّ َّ‫أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإال‬
“At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu wath thayyibaat. Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu
warahmatullaahi wa barokaatuh. As salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin.
Asyhadu al laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh (artinya:
Segala ucapan selamat, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan
kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya.
Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba
Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-
Nya).” (HR. Bukhari no. 6265).

5. Bershalawat Ketika Nama Nabi Disebut


Syaikh Abdul Muhshin bin Hamd Al ‘Abbad hafizhahullah berkata,
“Salafush Shalih, termasuk para ahli hadits, telah biasa menyebut shalawat dan salam kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebut (nama) beliau, dengan dua bentuk yang
ringkas, yaitu:
( ‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّي هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ shalallahu ‘alaihi wa sallam)
َّ ‫علَ ْي ِه الصَلَة ُ َوال‬
‘( ‫سَلَ ُم‬ َ alaihish shalaatu was salaam)
Alhamdulillah, kedua bentuk ini memenuhi kitab-kitab hadits. Bahkan mereka menulis
wasiat-wasiat di dalam karya-karya mereka untuk menjaga hal tersebut dengan bentuk yang
sempurna. Yaitu menggabungkan antara shalawat dan permohonan salam atas Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Fadh-lush Shalah ‘Alan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
hlm. 15, karya Syaikh Abdul Muhshin bin Hamd Al ‘Abbad)
6. Mengucapkan Shalawat Ketika Berziarah di Makam Nabi
Juga diperintahkan ketika berziarah di makam beliau shallahu alaihi wasallam ketika di
Masjid Nabawi.
Apakah Mengucapkan Shalawat dan Salam Boleh Dipisah?
Maka pada hakikatnya bahwa perintah shalawat dan salam kepada beliau adalah perintah
yang beriringan untuk diucapkan, walaupun diperbolehkan untuk memisahkan antara salam
dan shalawat kepada Rasulullah shallahu alaihi wasallam namun menyatukannya adalah

10
bentuk kalimat yang lebih sempurna. Sebagaimana di katakan oleh Mubarokfuuri dalam kitab
Syarhu Misykatul Mashabih,”
.‫ فقد امتثل األمر القرآني‬،‫ اللهم صل وسلم على محمد‬:‫فإذا قال القائل‬:
Bila seseorang mengatakan,” Allahumma shalli wasallim ala Muhammad, maka ia telah
menjalankan perintah yang ada di dalam alquran.”
Sehingga tatkala seseorang membaca shalawat hendaknya juga membaca salam kepada
beliau, sebanyak mungkin, terutama pada tempat dan waktu yang dianjurkan semisal ketika
waktu sore pada jumat dan sebagainya, sebagai tanda cinta kepadanya dan tidak bakhil
dengan apa yang kita miliki untuk mencintai dan mengikuti syariatnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫علَ َّي‬ َ ُ‫ ث ُ َّم لَ ْم ي‬،ُ‫ْال َب ِخي ُل َم ْن ذُك ِْرتُ ِع ْندَه‬
َ ‫ص ِل‬
“Orang yang bakhil adalah orang yang ketika namaku disebut, dia tidak bersjalawat
untukku.” (HR. Ahmad 1736 dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth)

Keutamaan Mengucapkan Shalawat


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫علَ ْي ِه‬
‫ع ْش ًرا‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ً ‫ى َواحِ دَة‬ َ ‫صلَّى‬
َّ َ‫عل‬ َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya
sepuluh kali.” (HR. Muslim no. 408)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ً ‫صَلَة‬ َ ‫ى‬ َ ‫ فَ َم ْن َكانَ أ َ ْكث َ َرهُ ْم‬، ‫ى فِى كُ ِل يَ ْو ِم ُج ُمعَ ٍة‬
َّ َ‫عل‬ َّ َ‫عل‬ ُ ‫صَلَة َ أ ُ َّمتِى ت ُ ْع َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫صَلَةِ فِى كُ ِل يَ ْو ِم ُج ُمعَ ٍة فَإ ِ َّن‬ َ ‫أ َ ْكث ُِروا‬
َّ َ‫عل‬
َّ ‫ى مِنَ ال‬
‫َكانَ أ َ ْق َر َب ُه ْم مِ ِنى َم ْن ِزلَ ًة‬
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan
diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku,
dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.” (HR. Baihaqi dalam Sunan Al
Kubro.
4. Melanjutkan Misi Rasulullah.

Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang
mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak
akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus
dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari
Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh sabda Rasul Saw:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada
larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia
mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu
Umar).Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang
memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.

11
5. Menghormati Pewaris Rasul

Rasulullah saw. bersabda,


‫دِّرهَما َل َْو دِّينَارا ي َُو ِّرثُوا لَم اْلَنبِّيَا َء إِّ َّن اْلَنبِّيَاءِّ َو َرثَةُ العُلَ َما َء إِّ َّن‬، ‫العِّل َم َو َّرثُوا إِّنَّ َما‬، ‫َواف ٍِّر بِّ َحظٍ َخذَ َْأ بِّ ِّه أ َ َخذَ فَ َمن‬
“Para ulama adalah ahli waris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham
(harta). Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Siapa yang mengambilnya sungguh dia telah
mengambil bagian yang banyak (menguntungkan).” (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Abu
Dawud)
Mencintai dan menhormati ulama pada hakikatnya mencintai dan menghormati Nabi
Muhammad saw. karena ulama merupakan ahli waris Nabi (bukan pewaris karena
bermakna ‘orang yang mewariskan’, nauzubillah). Rasulullah tidak memiliki warisan
berupa harta benda dan kekayaan yang berlimpah sebagaimana yang diwariskan oleh para
penguasa, bangsawan, dan orang yang terpandang lain. Namun, yang diwariskan Rasulullah
saw. adalah ilmu yang diwariskan kepada ulama. Karena itu, ulama merupakan penerus ilmu
yang disampaikan Nabi saw. untuk kepentingan umatnya.

Ulama merupakan guru umat karena dari mulutnya keluar fatwa dan dari kitab yang
ditulisnya keluar lautan ilmu yang diperlukan oleh orang yang haus nasihatnya. Fatwa dan
nasihat sangat diperlukan oleh umat agar mereka paham terhadap agamanya, mengerti jalan
hidupnya, mengetahui kitab sucinya, dan mendalami sunah Rasulnya. Kita yang jauh dari
Rasulullah saw., tidak pernah berjumpa dengannya, dan terpisah lama dengan Sang Penerang
Hidup tidak akan menjadi paham ajaran yang kita anut hari ini dan sunah Rasul tanpa jasa-
jasa ulama.
Jasa ulama sangat besar dalam mencerdaskan kita terhadap jalan hidup kita, mengajarkan kita
bagaimana mengamalkan ajaran Islam secara benar, menuntun kita kepada sunah Rasulullah
saw., dan membekali kita dengan ilmu pengetahuan. Mereka adalah penyambung lisan
Rasulullah saw., penerus risalah kenabian Muhammad saw., serta pemberi peringatan mana
yang harus kita lakukan dan mana yang tidak boleh kita kerjakan.
Ulama saat ini pun ada produk ulama-ulama sebelumnya. Tidak ada ulama yang tidak
menjadi murid dari guru dan ustaznya. Kita sendiri, siapa pun kita dan apa pun profesi kita
jika dia sebagai muslim, pasti pernah menjadi murid dari gurunya dan penuntut ilmu dari
ustaznya. Oleh karena itu, setiap kita harus mengenang dan menghormati guru dan ustaz kita
sebagai ulama yang berjasa kepada kita.
Sadar atau tidak sadar kita sangat memerlukan pengajar dan guru kita. Siapa pun orangnya
yang telah memberikan ilmu kepada kita, mengajarkan kebaikan kepada kita, menjelaskan
mana yang benar kapada kita adalah mereka yang telah mengisi kehidupan kita dengan nilai-
nilai luhur yang berguna dalam kehidupan kita. Mareka adalah ulama.
Kata ulama di dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari kata alim yang berarti ‘orang
yang tahu. Kata itu memiliki makna yang luas, yakni orang yang memiliki ilmu pengetahuan,
baik ilmu keagamaan maupun ilmu keduniaan, seperti ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu
humaniora. Semua orang tanpa pembatasaan spesialisasi ilmunya adalah ulama. Namun, di
dalam bahasa Indonesia kata ulama mengalami penyempitan makna sehingga dimaknai

12
sebagai orang yang memiliki pengetahuan keagamaan, khususnya keislaman. Apakah hadis
di awal itu itu hanya terbatas pada orang yang mengetahui ilmu agama? Tidak. Pengertiannya
mencakupi bidang apa saja.
Jika kita memaknai ulama sebagai siapa saja yang memiliki ilmu pengetahuan, berarti kita
wajib menghargai, menghormati, dan memuliakan guru dan ustaz kita. Siapa yang telah
memiliki andil dalam mencerdaskan kita sehingga kita menjadi orang yang memiliki ilmu
pengetahuan dan terpelajar adalah ulama. Oleh karena itu, ulama sangat berperan dalam
mengubah diri kita sehingga kita menjadi orang yang diklasifikasi oleh Allah SWT sebagai
orang terpilih. Allah SWT berfirman,
‫ب ولُوا ُْأ يَتَذَ َّك ُر إِّنَّ َما يَعلَ ُمونَ َل َوالَّذِّينَ يَعلَ ُمونَ الَّذِّينَ يَست َ ِّوي هَل قُل‬
ِّ ‫اْللبَا‬
“Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS
Az-Zumar: 9)
Rasulullah saw. adalah pengajar pertama untuk menyampaikan wahyu Allah SWT yang
diterimanya pertama kali berupa lima ayat surat Al-Alaq ayat 1—5 kepada umat manusia.
Ayat itu memproklamasikan kepada umat manusia bahwa ada kewajiban membaca dan
menulis. Kewajiban itu disampaikan kepada umat manusia bahwa dari membaca dan menulis
manusia akan menjadi tahu sehingga membedakannya dengan orang yang tidak tahu seperti
pada surah Az-Zumar ayat 9 itu. Nabi Muhammad menjadi guru pertama dalam risalah
ilahiah yang mengenalkan Allah SWT sebagai sumber awal dalam membaca dan menulis.
Rasulullah saw. membimbing umat manusia menjadi pintar membaca dan menulis sehingga
memperoleh ilmu pengetahuan.
Dari Rasulullah saw. muncul para sahabat yang menjadi pelanjut untuk mengajar manusia,
membimbing umat, dan mencerdaskan mereka dalam iman dan ilmu. Mereka pun berlanjut
kepada tabiin, pengikut tabin, dan seterusnya sampai kepada masa kita saat ini. Keilmuan
Rasulullah saw. itu bersambung terus hingga ilmu para ulama dicabut oleh Allah dan
kebodohan merajalela karena kehilangan dan kematian para ulama. Itulah pertanda Kiamat
datang.
‫العلم يُرفَﻊَ أن الساعة أﺷراﻁ من‬، َ‫الﺠﻬل ويَﺜبُﺖ‬
“Termasuk tanda-tanda hari Kiamat adalah diangkatnya ilmu dan tetapnya kebodohan.“ (HR
Bukhari)
Lebih lanjut, Rasulullah saw. bersabda,
‫رﺅسَا الناس اتَﺨَذَ الِّم َْع ِّقبُي مَل إذا ىَتح ِّﺀاَمَلُعال ِّﺾبَقِّب َملِّعال ُﺾِّبقَي نِّكَلو ِّدباِّعال من ُهُعِّزَتنَي اَعاَزِّتنا َملِّعال ُﺾِّبقَي ل الله َنِّإ‬
‫ جُﻬَال‬، ‫وَأَﺿَلُوا فَﻀَلُوا عِّلمٍ بِّغَيرِّ فَﺄَفتَوا فَسُﺌِّلوا‬
“Sesungguhnya Allah Taala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-
Nya, tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi
seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya sehingga
mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.“ (HR
Bukhari)
Kematian ulama akan membawa duka kepada umat karena akan kehilangan sumber ilmu.
Jika sumber ilmu itu kering karena kematian ulama, dapat dibayangkan bahwa umat yang
13
akan datang akan jauh dari ilmu. Namun, kita yakin seperti peribahasa, “patah tumbuh hilang
berganti”, yakni pasti akan ada, bahkan akan banyak gantinya. Jika tidak, Kiamat sudah dekat
dengan diangkatnya ilmu oleh Alah SWT dengan kematian seluruh ulama.
Ulama banyak yang telah wafat dan wafatnya ulama adalah sebuah musibah dalam
agama. Harapan kita adalah lahirnya kembali ulama yang meneruskan perjuangannya.
Harapan itu sebagaimana yang dikutip oleh Imam Ghazali dari Khalifah Ali bin Abi Thalib,
“Jika satu ulama wafat, ada sebuah lubang dalam Islam yang tak dapat ditambal, kecuali oleh
generasi penerusnya” (Ihya Ulumiddin I/15).
Kita yakin generasi penerus ulama yang wafat akan muncul. Dulu kita mengenal Buya
Hamka, ulama karismatik yang sangat dihormati dan dihargai oleh bangsa Indonesia, bahkan
dunia luar. Ulama sekelas Buya Hamka memang sulit kita temukan, tetapi hari ini banyak
bermunculan ulama yang disegani dan disenangi umat. Tanpa menyebut nama, ulama kita
hari merupakan pelanjut atau ahli waris Rasulullah yang setia mengemban amanah
Rasulullah saw.

Kekahwatiran kita terhadap kelihangan para ulama tidak perlu kita risaukan.
Bermunculannya lembaga pendidikan pencetak para qari dan qariah telah banyak
memperlihatkan hasilnya. Lahir qari dan qariah muda, bahkan cilik, yang menjadi penerus
para ulama hari ini. Hal itu perlu diberi apresiasi kepada anak-anak kita yang cerdas yang
mampu menghafal 30 jus Al-Qur’an, bahkan sudah memahami maknanya. Apresiasi dari
beberapa kepala daerah dan perguruan tinggi tertentu yang memberikan kemudahan kepada
pemuda kita yang hafiz Al-Qur’an untuk menempuh pendidikan tinggi perlu kita sambut dan
dukung dengan bangga. Nanti akan lahir ulama yang memiliki ilmu pengetahuan keislaman
yang baik dan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cakap. Mereka akan menjadi ilmuan dan
teknokrat yang imani, bertakwa, dan berakhlak mulia. Merekalah yang diharapkan menjadi
pemimpin masa depan bagi negara dan bangsa kita.
Ulama adalah manusia pilihan yang tidak menyombongkan dirinya karena berilmu. Mereka
adalah orang tulus mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada umat. Posisi dan derajat
mereka sangat tinggi di mata Allah SWT. Mereka dengan ilmu pengetahuan yang mereka
miliki berada pada derajat istimewa di hadapan Allah SWT, seperti firman-Nya,
َّ َ‫ت العِّل َم أُوتُوا َوالَّذِّينَ مِّنكُم آ َمنُوا الَّذِّين‬
‫َللاُ يَرفَ ِّﻊ‬ َ ‫َخبِّير ت َع َملُونَ بِّ َما‬
َّ ‫ُْو‬
ٍ ‫َللا دَ َر َجا‬
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS Al-Mujadilah: 11)

14
Allah SWT sendiri mengakui sendiri keistimewaan mereka karena mereka adalah orang yang
sangat takut kepada Allah SWT. Derajat yang dimiliki oleh orang-orang beriman dan berilmu
pengetahuan menjadi bukti bahwa ulama merupakan orang pilihan. Bahkan, derajat mereka
makin tinggi karena mereka adalah hamba yang sangat takut kepada Allah SWT, sesuai
dengan firma-Nya,

َ َّ ‫ٱَّلل إِّ َّن ۗ ٱلعُلَ ٰ ََٰٓمؤُا ِّعبَا ِّد ِّه مِّن‬


‫ٱَّلل يَﺨشَى إِّنَّ َما‬ َ ‫غفُور‬
َ َّ ‫ع ِّزيز‬ َ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (QS
Fathir: 28)
Mengapa ulama itu termasuk orang yang takut kepada Allah SWT di antara hamba-Nya?
Ulama merupakan orang yang memiliki pengetahuan tentang Allah SWT, agama-Nya, kitab-
Nya, sunah Rasul-Nya yang agung sehingga mereka memiliki ketakutan yang sempurna
kepada Allah SWT, ketakwaan yang tinggi, serta ketaatan yang tidak diragukan lagi. Mereka
sadar bahwa ilmu yang mereka miliki itu berasal dari Allah yang diajarkan melalui Rasul-
Nya sehingga mereka menghargai ilmu itu. Dengan ilmu yang mereka miliki kedekatan,
ketakwaan, ketakutan, dan ketaatan mereka makin tinggi sehingga pantas mereka dipandang
oleh Allah SWT sebagai hamba yang paling takut kepada-Nya. Mereka memiliki kepahaman
yang mendalam dan makrifat yang tajam kepada Allah SWT jika dibandingkan dengan
manusia lain sehingga tidak disangsikan lagi ketakutan, ketundukan, dan kecintaannya
kepada Allah SWT.
Manusia memiliki perbedaan dalam derajat ketakutannya kepada Allah, bahkan para ulama
juga demikian. Makin mendalam seorang ulama memahami kekuasaan dan tanda-tanda
kebesaran Allah SWT, hak-hak-Nya, agama-Nya, nama-nama-Nya, dan sifat-sifat-Nya
makin sempurna rasa takutnya jika dibandingkan dengan orang-orang yang lebih rendah
daripadanya. Sebaliknya, makin sedikit ilmu seseorang makin sedikit pula ketakutannya
kepada Allah SWT. Jika ada ulama atau orang yang dipandang memiliki ilmu agama yang
baik terlibat dalam tindak korupsi, itu tandanya ulama yang memiliki derajat ketakutannya
kepada Allah SWT rendah. Walaupun begitu, seluruh mukmin, laki-laki dan perempuan,
seharusnya memiliki rasa takut kepada Allah SWT berdasarkan kadar keilmuan dan derajat
keimanan.

Di dalam kehidupan beragama, kadang-kadang ada juga satu atau dua orang yang
menamakan dirinya ulama, tetapi menimbulkan keresahan dan kegalauan umat. Di bangsa
dan negara kita yang pengamalan agamanya begitu bagus, muncul pemikiran yang dapat
menimbulkan pemikiran dan pandangan yang keluar dari sunah Rasulullah. Islam sebagai
ajaran yang bersifat universal atau _rahmatan lilaalamin_ menjadi sempit karena adanya
keinginan tokoh yang menamakan dirinya ulama untuk menjadikan Islam dalam sekat
nusantara.
Munculnya Islam Nusantara yang akan membatasi Islam secara parsial nusantara tidak akan
terwujud jika tidak didukung, apalagi digagas oleh kalangan tertentu bersama ulama. Ada
pemisahan antara Islam yang berasal dari Arab yang dipandang sarat dengan budaya Arab
dengan kekhasan Islam di nusantara yang ramah berdasar keunggulan budaya Nusantara.
Inilah pandangan dan pemikiran, bahkan rencara yang sesat-menyesatkan.

15
Islam tidak dapat disekat dengan batasan wilayah, bangsa, atau budaya. Islam di Indonesia
sama dengan Islam yang ada di belahan bumi yang lain. Bacaan salatnya berbahasa Arab
yang dapat diikuti oleh siapa pun dan dari latar bangsa, budaya, dan bahasa yang berbeda.
Apa jadinya dengan Islam Nusantara yang akan mengubah, bahkan sudah ada yang
melaksanakan, bacaan salat disesuaikan dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang
lain. Aneh bin ajaib jika ada makmum yang bukan merupakan bagian pengguna bahasa ibu
imam, dia akan bingung dengan bacaan imam dengan bahawa yang tidak dipahami oleh
makmum tertntu. Salat berjemaah akan bubar, kecuali hanya diikuti oleh makmum yang
sebahasa dengan imam. Apakah itu yang dikelompokkan ulama bodoh seperti dalam sabda
Rasulullah saw. berikut.
…‫ جُﻬَال رﺅسَا الناس اتَﺨَذَ عَالِّم يبق لَم إذا حتَى‬، ‫وَأَﺿَلُوا فَﻀَلُوا عِّلمٍ ِّْبِّغَير فَﺄَفتَوا فَسُﺌِّلوا‬
“… Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang
bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka
sesat dan menyesatkan.” (HR Bukhari Muslim)
Padahal, ulama yang pintar dan cerdas masih banyak, tetapi keinginan sekelompok orang
yang didukung oleh penguasa, biasa saja Islam Nusantara berjaya. Mungkinkah penggagas
dari kalangan ulama yang memberi fatwanya seperti dalam hadis Rasulullah,
‫مُهوُرَذحاَف َلُسُرال اوُناَخ دَقَف اَينُدال ا ُول َخاَد َو َناَﻄلُسال اوُﻄَلاَخ اَذِّاَف اَينُّدال اوُلِّخاَدُي َو َناَﻄلُسال ا ُوﻄِّلاَﺨُي مَل اَم ِّلُسُرال ُﺀاَنَمَأ ُﺀاَمَلُعلا‬
‫مُه ُولِّزَتعاَف ِّمِّكاَحلِّل ٍةَياَوِّر ﻲِّفَو‬
“Ulama adalah kepercayaan para rasul selama mereka tidak bergaul dengan penguasa dan
tidak asyik dengan dunia. Jika mereka bergaul dengan penguasa dan asyik dengan dunia,
mereka telah mengkhianati para rasul. Karena itu, jauhilah mereka.” (HR Hakim dari Anas
r.a.)
Penekanannya terletak pada “penguasa yang asyik dengan dunia”. Selama penguasanya tidak
asyik dengan dunia, ulama tidak akan terseret kepada keinginan penguasa yang menyalahi
semangat yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Ulama harus berperan mengingatkan
penguasa kalau tersalah, meluruskannya jika keliru, dan mengarahkannya ke jalan yang lurus.
Jika ulama ada di dalam kekuasaan, kekuasaan itu digunakan sebagai sarana untuk mengajak
kepada kebaikan (makruf) dan mencegah dari kemungkaran. Jangan sampai terjadi seperti
kata pepatah, “Pemancing yang dilarikan ikan”.
Begitu besar jasa para ulama terhadap pencerdasan umat jangan sampai terjadi pelecehan
ulama, usaha mencari-cari kesalahan ulama untuk menistanya, perbuatan hoaks terhadap
ulama yang tidak disenangi, bahkan fitnah yang ditujukan untuk menjatuhkan kemuliaan
ulama. Jangan sampai perbuatan lancang terhadap ulama itu menjadi penyebab kebinasaan
pelaku, bahkan orang yang mencoba-coba menjatuhkan ulama. Bukankah mereka ahli waris
para nabi yang perbuatan yang dilakukan pembenci para nabi dahulu dibinasakan oleh Allah
SWT. Ulama adalah orang tempat bertanya. Ambil manfaat dari ilmunya.

16
6. Menghidupkan Sunnah Rasul

Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau
wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik
kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak
sesat, beliau bersabda:”Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat
selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku” (HR.
Hakim).Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bid’ah
dengan segala bahayanya, beliau bersabda: “Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku,
akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu,kamu semua agar berpegang teguh kepada
sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk
tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu bid’ah
dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu
Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul
menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak seorang muslim terhadap rasul adalah tingkah laku atau perbuatan yang
dilakukan oleh seorang muslim untuk meneladani sifat-sifat Rasul dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari agar selalu mengamalkan akhlak terpuji dalam
kehidupannya. Berikut macam- macam akhlak yang di contohkan rasulalloh yaitu
memuliakan yang lebih tua,bersikap Amanah,adil,tawadhu,kasih sayang,berakhlak
baik,memelihara silaturahmi,menunjukan wajah berseri-seri gemar memaafkan,dan
gemar bersedekah.Ada pula empat alasan mengapa kita harus berakhlak kepada
Rasulullah Saw yaitu pertama, Cinta kepada Rasulullah berarti bukti cinta juga kepada
Allah SWT. Kedua, Allah SWT memilih Rasulullah dari semua makhluk. Ketiga
Perjuangan Rasulullah SAW sangat besar demi para umatnya,ke empat Rasulullah SAW
mempunyai akhlak yang sangat mulia.

Maka dari itu kita sebagai umat islam harus tunduk dan patuh atas segala perintah
dan larangannya.termasuk ada poin dimana kita harus memiliki akhlak terhadap
Rasulallah SWT contohnya yaitu mengikuti dan menta’ati Rasulallah, mencintai dan
memuliakan Rasulallah,mengucap shalawat,melanjutkan misi Rasulallah,menghormati
para pewaris Rasulallah, menghidupkan sunnah Rasulallah. Maka dari itu Akhlak yang
baik adalah tanda kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat. Tidaklah kebaikan-
kebaikan datang atau didapatkan di dunia dan di akhirat kecuali dengan berakhlak dengan
akhlak yang baik. Dan tidaklah keburukan-keburukan ditolak kecuali dengan cara
berakhlak dengan akhlak yang baik.

B. Saran

Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh Mahasiswa.
Demi penyempurnaan makalah ini, Kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif.

18
Daftar Pustaka:

http://berbagiilmu185.blogspot.com/2015/03/berakhlak-kepada-rasulullah.html
https://annafimuja.wordpress.com/2015/01/18/makalah-akhlak-akhlak-kepada-rasulullah/
https://bimbinganislam.com/apa-makna-sholawat-dan-salam-kepada-rasulullah/
http://www.agaffarruskhan.info/akhlak-kepada-nabi-menghormati-ahli-waris-rasulullah-saw-
80/
https://www.ucareindonesia.org/4-alasan-mencintai-rasulullah-saw/

19

Anda mungkin juga menyukai