Anda di halaman 1dari 14

KAPITA SELEKTA DAKWAH

‘KONSEPSI TENTANG DAKWAH YANG DIKEMUKAKAN OLEH


PARA INTELEKTUAL ISLAM’
Dosen Pengampu : Drs. Sirojuddin, MA

Disusun Oleh :

FIKRI FAKHRUDDIN 1120190023

YOHANDIRA DEVITA 1120190010

FARHAN RAMADHANI 1120190038

LILIS ISNAINI SHOLIHAH 1120190052

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM AS – SYAFI’IYAH

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi allah swt yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. tanpa pertolongan-nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi muhammad saw yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada allah swt atas limpahan nikmat sehat-nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari Mata Kuliah Kapita Selekta Dakwah Dengan Judul
“KONSEPSI TENTANG DAKWAH YANG DIKEMUKAKAN OLEH PARA
INTELEKTUAL ISLAM”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
terima kasih.

wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bekasi, 25 Oktober 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
A. Dakwah Dalam Islam ............................................................................................................... 5
1. Definisi Dakwah .................................................................................................................... 5
2. Metode Dakwah dalam Islam .............................................................................................. 5
3. Jenis-jenis Dakwah dalam Islam ......................................................................................... 6
B. Profil tokoh para Intelektual Islam dan Konsep Dakwah nya ............................................. 7
1. Mustafa Kemal Pasha ........................................................................................................... 7
2. KH. Ahmad Dahlan .............................................................................................................. 8
3. KH. Hasyim Asy’ari............................................................................................................ 10
4. Imam Syahid Hasan Al- Bana............................................................................................ 12
5. Abdurrahman Wahid ......................................................................................................... 12
BAB III................................................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah merupakan istilah yang khusus dalam islam, ia merupakan suatu


kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan ke semua muslim yang mempunyai
kemampuan. Islam memrintahkan kita sebagai umatnya untuk menyampaikan kebenaran
walaupun Cuma satu ayat. Islam mengahruskan adanya dakwah yang terus menerus
dilakukan ditengah umat. Tanpa adanya dakwah maka akan banyak kemudharatan yang
terjadi.

Manusia diciptakan sebagai makhluk yang lalai dan tidak ada yang maksum
terbebas dari dosa kecuali para Nabi dan Rasul. Nasihat adalah pengingat dan petunjuk
untuk meluruskan tingkah laku manusia yang salah. Kegiatan dakwah adalah tugas
utama dari para Nabi dan Rasul, olehkarena itu melanjutkan misi dakwah adalah
tindakan yang mulia karena dengan kita berdakwah kita mencontoh perbuatan Nabi dan
Rasul.

Dakwah tidak dapat dilepaskan dari islam. Dakwah dapat dilakukan oleh siapa
saja yang telah menyatakan keislamannya, di dalam surah al Ashr dicantumkan bahwa
orang-orang yang tidak merugi adalah orang-orang yang beriman, beramal sholih dan
saling menasehati.

Retorika dakwah berkembang seiring dengan perkembangan dakwah islam,


aktifitas dakwah sendiri sejak ada sejak adanya agama islam, karena memang islam yang
mewajibkan umatnya berdakwah bagi yang mampu. Dalam merealisasikan fungsinya,
islam sebagai agama dakwah, Allah mengutus Nabi dan Rasulnya sebagai orator-orator
yang membimbing dan mengajak manusia dimuka bumi untuk takut dan taat kepada
Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi dakwah ?
2. Bagaimana Konsep dakwah oleh para Intelektual Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dakwah Dalam Islam


1. Definisi Dakwah
Dakwah secara bahasa berasal dari kata arab yakni (fiil madhi ) yang berarti
memanggil, menamakan mengundang, menyeru, mengajak, mendoakan yang
didalam nya terkadang terkandung unsur menyampaikan sesuatu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Kata ini berasal dari fi’il ( kata kerja) da’a yad’u yang artinya
memanggil mengajak menyeru dan mendorong ke suatu tujuan.
Penegertian dakwah secara terminologi atau istilah yaitu suatu kegiatan
untuk menyampaikan dan mengajarkan serta menyampaikan dan mempraktikannya
ajaran islam didalam kehidupan sehari-hari. Banyak para ulama yang mempunyai
pendapat yang berbeda mengenai pendapat tentang makna dakwah namun para
ulama sepakat bahwa dakwah diartikan seperti yang diatas.
Dakwah berkaitan sekali dengan retorika karena retorika diartikan sebagai
seni untuk berbicara baik,jela, kuat, teliti, benar dan yang dicapai berdasarkan
bakat alam. Seni dan kepandaian berbicara dibutuhkan dibanyak medan didalam
kehidupan manusia, khusunya dalam berdakwah. Dalam berdakwah seorang dai
juga harus mempunyai retorika yang baik.

2. Metode Dakwah dalam Islam


Dalam dakwah terdapat banyak cara untuk menyampaikan isi pesan
dakwahnya tergantung pada kemauan, kemapuan dan lain-lain. Namun dalam
islam telah ada surat alquran yang sudah menjelaskannya.

َ ْ‫سنَ ِة َو َجا ِد ْل ُه ْم بِالَّتِي ِه َي أَح‬


َّ‫س ُن إِن‬ َ ‫ظ ِة ا ْل َح‬ َ ‫سبِي ِل َربِكَ بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِع‬َ ‫ع إِلَى‬ ُ ‫ا ْد‬
َ‫س ِبي ِل ِه َو ُه َو أ َ ْعلَ ُم ِبا ْل ُم ْهت َ ِدين‬َ ‫ض َّل ع َْن‬ َ ‫َربَّكَ ُه َو أ َ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬

Artinya : “Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Yang secara garis besar telah terbagi menjadi tiga bagian, metode dakwah
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Hikmah atau Bijaksana artinya segala ucap tindakan yang dilakukan
berdasarkan ilmu yang benar karena didasarkan pada rasa keadilan serta
pertimbangan yang seksama sambil memperhatikan situasi dan kondisi medan
serta sasaran dalam mencapai tujuan.
b) Mauizhah hasanah atau nasehat yang baik merupakan tutur kata
pendidikan dan nasehat yang baik. Dakwah dengan cara ini merupakan
dakwah yang paling mudah dilakukan dan sasarannya juga mudah, murah
biyayanya dan cepat sampai pada sasaran. Dakwah ini biasanya dilakukan
dimasjid-masjid, ceramah, tablig penyuluhan dll.
c) Mujadalah billati hiya ahsan (mendiskusikan). Metode ini dilakukan
dengan cara bertukar pikiran dengan baik. Mengindahkan kesopanan atau
kode etik bukan untuk mencari popularitas. Bentuk-bentuknya dapat berupa
panel diskusi, seminar, dialog, lokakarya dll.

3. Jenis-jenis Dakwah dalam Islam


Dilihat dari jenisnya dakwah islam terbagi menjadi dua, yaitu dakwah bil-lisan
dan dakwah bil-haal ( dakwah melalui ucapan atau dakwah melalui perbuatan).

Dakwah bil-lisan biasanya hanya bersifat menyampaikan atau bersifat tabligh.


Dapat berupa ajaran seseorang atau sekelompok orang untuk mengikuti perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sedangkan dakwah bil- haal yaitu suatu dakwah
yang disamping dilakukan dengan lisan dan juga mereka melakukannya dengan
amal perbuatan. Dengan memberikan contoh pula atau senagai teladan bagi mad’u
nya tentunya contoh yang baik. Dakwah bil-lisan bila tidak diikuti dengan
perbuatan atau dicontohkan oleh seorang da’i maka akan kurang bermakna.
Terlebih jika seorang da’i melakukan perbuatan yang terlarang maa terjadilah
bumerang dan cemoohan dari orang lain. Namun demikian bukan berarti dakwah
bil-lisan tidak berarti hanya saja cocok di acara-acara tertentu seperti khotbah
jumat, khotbah idul adha, khotbah idul fitri dan lain-lain.
B. Profil tokoh para Intelektual Islam dan Konsep Dakwah nya

Banyak tokoh-tokoh islam baik pembaharu ataupun pendakwah (da’i) yang menjadi
acuan bagi masyarakat. Dan masyarakat sendiri juga tentu melihat retorika atau gaya
bicara mereka dalam menyampaikan syiar nya. Berikut beberapa profil tokoh
pembaharu dan penyiar atau da’i (yang ada di Indonesia).

1. Mustafa Kemal Pasha


Mustafa Kemal Ataturk lahir diselanik, 12 maret 1881 an meninggal di istana
Dolmahbace, Istanbul,Turki 10 november 1938. Pada masa kesultanan usmani,
sebagian sultan memiliki gaya kepemimpinan Free Rein Leader, dimana tipe ini
membiarkan anggotanya berjalan dengan sedikit kontrol dari pemimpinnya. Gaya
kepemimpinan ini dilakukan oleh para sultan dikarenakan Kesultanan Usmani
memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas menyulitkan para sultan untuk
mengontrol secara baik.

Berbeda dengan kepemimpinan Mustafa Kamal Pasha yang bermodal gaya


kepemimpinan autokratis tipe keras. Gaya kepemimpinannya yang egois dan selalu
memperlakukan bawahanya dengan alat-alat organisasi dan kurang menghargai
pendapat dari bawahannya. Mustafa Kemal menuntut adanya ketaatan penuh dari
bawahannya dalam menegakkan disiplin dan mematuhi setiap kebijakan yang
dikeluarkannya.

Mustafa Kemal merupakan seorang ahli diplomasi yang handal. Hal ini terlihat
pada saat usmani mengalami penurunan harga diri akibat perjanjian serves yang harus
ditanda tangani karena kalah dalam perang dunia 1. Mustafa kemal datang sebagai
arsitek perjanjian lanjutan Laussane yang mampu mengankat harga diri turki dimata
para pemenang perang. Meskipun Turki harus mengganti sistem pemerintahan dari
Kesultanan Usmani menjadi Republik Turki, namun hal tersebut adalah cara Mustafa
Kemal agar Turki diterima dalam pergaulan Internasional dengan citra baru.

Mustafa Kemal mencoba memperkenalkan Turki sebagai negara yang berusaha


mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa barat yang dianggap telah berperadapan
tinggi. Mustafa kemal dalam setiap kebijakannya yang berusaha menyesuaikan Turki
dengan perkembangan Zaman yang dinamis, berusaha membawa Turki agar sejajar
dengan bangsa barat.

Oleh karena ini keberhasilan Mustafa Kemal dalam melaksanakan diplomasi


untuk mensejajarkan Turki dengan bangsa barat sangatlah subjektif. Mustafa kemal
sebagai pemimpin boneka yang diperinytah oleh negara-negara barat untuk mrngikuti
kebijakan yang dibuatnya. Mustafa Kemal tidak mampu mempertahankan tradisi
Islam yang merupakan ciri Khas Turki. Namun, dari pihak agama menilai usaha
modernisasi yang dilakukan mustafa kemal merupakan Usaha sekularisasi.

2. KH. Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 01 Agustus 1868, Nama


kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat
dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik
bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim,
salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama
Islam di Jawa.

Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata modern
sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional. Beliau
mengajarkan kitab suci Al Qur'an dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak
hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur'an semata, melainkan dapat
memahami makna yang ada di dalamnya. Dengan demikian diharapkan akan
membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang diharapkan Qur’an itu sendiri.
Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam
dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami isinya. Sehingga Islam hanya
merupakan suatu dogma yang mati.

Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan dakwah


dengan ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau
mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari
Nabi Muhammad SAW. Beliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur,
penyembahan dan perlakuan yang berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton seperti
keris, kereta kuda, dan tombak. Di samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam
dari percampuran ajaran agama Hindu.

Ketika mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam akan dibunuh dan


dituduh sebagai kiai palsu. Walaupun begitu, beliau tidak mundur. Beliau menyadari
bahwa melakukan suatu pembaruan ajaran agama (mushlih) pastilah menimbulkan
gejolak dan mempunyai risiko. Dengan penuh kesabaran, masyarakat perlahan-lahan
menerima perubaban yang diajarkannya.

Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang diajarkannya. Segala tindak


perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat
umat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi. Usahanya ini ternyata membawa dampak
positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Banyak golongan
intelektual dan pemuda yang tertarik dengan metoda yang dipraktekkan Kiai Dahlan
ini sehingga mereka banyak yang menjadi anggota Muhammadiyah. Dalam
perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi massa
Islam terbesar di Indonesia.

Melihat metoda pembaruan KH Ahmad Dahlan ini, beliaulah ulama Islam


pertama atau mungkin satu-satunya ulama Islam di Indonesia yang melakukan
pendidikan dan perbaikan kehidupan um’mat, tidak dengan pesantren dan tidak
dengan kitab karangan, melainkan dengan organisasi. Sebab selama hidup, beliau
diketahui tidak pernah mendirikan pondok pesantren seperti halnya ulama-ulama yang
lain. Dan sepanjang pengetahuan, beliau juga konon belum pernah mengarang sesuatu
kitab atau buku agama.
Dalam film Sang Pencerah ada beberapa model komunikasi yang digunakan
Ahmad Dahlan, yaitu :

a. Qaulan Baligha, tercermin pada saat Ahmad Dahlan memberikan bagaimana cara
bersujud dan berwudhu.
b. Qaulan Karima, tercermin pada saat ahmad Dahlan bermusyawarah dengan para
ulama dalam menjawab pertanyaan, beliau tetap tenang dan menggunakan bahasa
yang sopan, lembut dan pantas.
c. Qaulan Maisura, beliau selalu menjelaskan atau mengajari mad’u dengan bahasa-
bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh para mad’u.
d. Qaulan Ma’rufa yang terpresentasikan dalam bentuk kepeduliannya terhadap
anak-anak yang belum sekolahlalu beliau mengajak untuk bersekolah di
tempatnya.
e. Qaulan Sadida, beliau selalu jujur dan berbicara apa adanya ketika mengatakan
arah kiblat melenceng.

3. KH. Hasyim Asy’ari


KH Hasyim Asy'ari adalah sosok di balik nama besar Pondok Pesantren
Tebuireng, begitu pula dengan Nahdlatul Ulama (NU), yang merupakan ormas
terbesar di Indonesia. KH Hasyim Asy'ari juga sering disebut sebagai pejuang dan
pembaru karena kontribusinya tidak hanya untuk Islam, tetapi juga untuk Indonesia.
Seperti diketahui, beliau adalah pahlawan nasional yang menjadi tokoh penting dalam
gerakan 10 November di Surabaya.

KH Hasyim Asy'ari lahir di Gedang, Kabupaten Jombang, pada 14 Februari


1871. Beliau adalah putra ketiga dari 11 bersaudara, anak dari pasangan Kiai Asy'ari
dan Nyai Halimah. KH Hasyim Asy'ari merupakan campuran dua darah atau trah,
yaitu darah biru (ningrat, priyayi, keraton), dan darah putih (kalangan tokoh agama,
kiai, santri). Namanya tidak dapat dipisahkan dari riwayat Kerajaan Majapahit dan
Kerajaan Demak. Dari silsilah keturunan ayahnya, nasab KH Hasyim Asy'ari
bersambung kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja'tar Shadiq bin Muhammad Al-
Bagir. Sedangkan dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada pemimpin Kerajaan
Majapahit, Raja Brawijaya VI, yang berputra Karebet atau Jaka Tingkir. KH Hasyim
Asy'ari menikah tujuh kali dan semua istrinya adalah putri dari ulama. Salah satu
putranya, KH Abdul Wahid Hasyim adalah salah satu perumus Piagam Jakarta yang
kemudian menjadi Menteri Agama. Sementara cucunya, Abdurrahman Wahid atau
akrab disapa Gus Dur, menjadi Presiden Indonesia.
1.) KH Hasyim Asy'ari sebagai pejuang Islam

Perjuangan KH Hasyim Asy'ari untuk Islam dimulai ketika mendirikan


Pondok Pesantren Tebuireng pada 1899. Pesantren ini awalnya sangat kecil,
hingga akhirnya berkembang dan menjadi pesantren terbesar di Jawa pada awal
abad ke-20. Kemudian pada 31 Januari 1926, KH Hasyim Asy'ari dan beberapa
ulama mendirikan Nahdatul Ulama (NU). Berdirinya NU dilatarbelakangi oleh
situasi dunia Islam kala itu yang sedang dilanda pertentangan paham. NU hadir
dengan pemikiran lebih moderat sehingga membuat interaksi dan komunikasi
dunia Islam menjadi lebih mudah.

2.) Perjuangan KH Hasyim Asy'ari untuk Indonesia

Perjuangan KH Hasyim Asy'ari untuk Indonesia juga dimulai dengan


mendirikan Pesantren Tebuireng. Seperti diketahui, lokasi pesantren tersebut
hanya berjarak 5 mil dari pabrik gula Cukir, yang didirikan oleh pemerintah
kolonial pada 1835. Pesantren Tebuireng merupakan bentuk perlawanan atas
modernisasi dan industrialisasi penjajah untuk memeras rakyat. Beliau juga
dengan tegas menolak medali kehormatan dari Belanda dan mengeluarkan fatwa
haram bagi rakyat Indonesia yang pergi haji dengan fasilitas dari Belanda. Karena
sikap kerasnya, KH Hasyim Asy'ari pernah akan dibunuh dan pesantrennya
dibakar habis. Sementara pada masa pendudukan Jepang, beliau pernah ditangkap
karena menolak melakukan penghormatan ke arah Tokyo setiap pagi. Perjuangan
KH Hasyim Asy'ari untuk Indonesia berlanjut saat Belanda dengan membonceng
NICA kembali bermaksud menjajah nusantara. KH Hasyim Asy'ari bersama para
ulama mengeluarkan resolusi jihad yang berhasil memunculkan gerakan
perlawanan terhadap Belanda dan sekutu. Salah satunya pertempuran di Surabaya
pada 10 November 1945. KH Hasyim Asy'ari wafat pada 21 Juli 1947, dan pada
1964 beliau ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan nasional.
4. Imam Syahid Hasan Al- Bana
Dakwah dalam arti panggilan, maka dakwah berarti memanggil, Al Quranul Karim
menegaskan bahwa Allah dan Rosul memanggil kita kepada apa apa yang
menghidupkan kita, oleh karena itu dakwah dalam arti panggilan kepada manusia untuk
mengenal, memahami dan mengamalkan perintahnya dalam rangka melaksanakan
tujuan hidup didunia yaitu, menyembah Allah maka kedudukan dakwah dalam ajaran
islam adalah sebagai petunjuk dan juga pedoman. Dakwah dalam arti amr ma’ruf nahi
munkar menurut Imam Syahid Hasan Al Banna adalah :
“Mengajak manusia kepada agama Allah, mengikuti petunjuk Nya memberlakukan
aturan Nya diatas bumi, serta mentauhidkan Allah Swt dalam ibadah, minta
pertolongan dan ketaatan. Berlepas diri dari semua taghut yang ditaati selain Allah,
membenarkan apa yang dinyatakan benar oleh Allah dan menyalahkan apa yang
dinyatakan salah, menyuruh kepada kebaikan, mencegah kemungkaran dan berjihad
dijalan Allah.”
Manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi ini adalah sebagai Khairu
Ummah (sebaik-baiknya umat), dengan diberikannya akal fikiran untuk membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah.
Sebagai Makhluk yang berakal manusia dituntut untuk berbuat baik (ma’ruf). Selain
itu al banna juga memberikan tahapan-tahapan Amal Ma’ruf nahi Munkar bila
dikaitkan dengan strategi pengembangan dakwahnya melalui pembinaan pribadi,
pembinaan keluarga, pembinaan masyarakat

5. Abdurrahman Wahid
Dakwah Islam dapat berperan aktif dalam proses pemberdayaan masyarakat yang ada
di wilayah Indonesia. Perubahan-perubahan mendasar yang terjadi di masyarakat,
sering kali diawali dengan gagasan yang dikembangkan oleh sejumlah tokoh. Tokoh
yang memiliki peran aktif dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah
Abdurrahman Wahid. Lahir di Jombang merupakan sosok intelektual muslim yang
mendunia dalam konsep dakwah, kendati berasal dari kultur tradisional yang kuat.
Salah satu corak dakwah Abdurrahman Wahid adalah pluralisme, yang kemudian
melahirkan konsep dakwah yang bersifat moderat. Hal ini dikarenakan pandangannya
terhadap kehidupan keagamaan yang ada di Indonesia yang memiliki berbagai macam
agama, bahasa, ras, dan kebudayaan.
Masalah dakwah yang cukup penting adalah menyangkut perbedaan paham yang sering
membuat hubungan sosial antarpemeluk agama terganggu, bahkan dalam taraf tertentu
bisa menimbulkan kerawanan sosial. Masalah perbedaan seperti ini, bagi Abdurrahman
Wahid tidak hanya terjadi dalam internal Islam saja, melainkan juga dalam tataran
kehidupan antarumat beragama. Menurut Abdurrahman Wahid, masalah perbedaan
dalam agama terjadi karena interpretasi manusia akan teks suci atau devinite text yang
dipercaya sebagai ungkapan langsung dari Tuhan kepada manusia, sementara
prakteknya di masyarakat tidak ada tafsir tunggal yang dijadikan pedoman. Lebih lanjut
Abdurrahman Wahid mengurai bahwa perbedaan bisa terjadi karena banyak faktor,
antara lain budaya, ekonomi, politik, pendidikan atau perbedaan tingkat peradaban
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah berkaitan sekali dengan retorika karena retorika diartikan sebagai seni
untuk berbicara, yang mana sangat memiliki peran besar dalam berdakwah. Dakwah
memiliki substansi yang sangat mendalam yaitu mengenai seruan hal-hal kebaikan.
Kedua hal tersebut memiliki keterhubungan di dalamnya.
Secara garis besar dalam pembahasan yang termuat dalam makalah ini berbicara
terkait gaya atau rol model yang dilahirkan oleh para intelektual/ cendikiawan islam
mengenai konsep dakwah. Dalam hasil-hasil konsep tersebut memiliki sebuah
kencendrungan yang berbeda mengenai realisasi konsep dakwahnya. Namun, konsep
dakwah yang dilahirkan oleh para intelektual islam selalu menjadi rujukan yang ideal
untuk menjadi sebuah patokan dalam berdakwah.

Anda mungkin juga menyukai