Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi allah swt yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. tanpa pertolongan-nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi muhammad saw yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada allah swt atas limpahan nikmat sehat-nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari Mata Kuliah Kapita Selekta Dakwah Dengan Judul
“KONSEPSI TENTANG DAKWAH YANG DIKEMUKAKAN OLEH PARA
INTELEKTUAL ISLAM”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
terima kasih.
Pemakalah
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang lalai dan tidak ada yang maksum
terbebas dari dosa kecuali para Nabi dan Rasul. Nasihat adalah pengingat dan petunjuk
untuk meluruskan tingkah laku manusia yang salah. Kegiatan dakwah adalah tugas
utama dari para Nabi dan Rasul, olehkarena itu melanjutkan misi dakwah adalah
tindakan yang mulia karena dengan kita berdakwah kita mencontoh perbuatan Nabi dan
Rasul.
Dakwah tidak dapat dilepaskan dari islam. Dakwah dapat dilakukan oleh siapa
saja yang telah menyatakan keislamannya, di dalam surah al Ashr dicantumkan bahwa
orang-orang yang tidak merugi adalah orang-orang yang beriman, beramal sholih dan
saling menasehati.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi dakwah ?
2. Bagaimana Konsep dakwah oleh para Intelektual Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya : “Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Yang secara garis besar telah terbagi menjadi tiga bagian, metode dakwah
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Hikmah atau Bijaksana artinya segala ucap tindakan yang dilakukan
berdasarkan ilmu yang benar karena didasarkan pada rasa keadilan serta
pertimbangan yang seksama sambil memperhatikan situasi dan kondisi medan
serta sasaran dalam mencapai tujuan.
b) Mauizhah hasanah atau nasehat yang baik merupakan tutur kata
pendidikan dan nasehat yang baik. Dakwah dengan cara ini merupakan
dakwah yang paling mudah dilakukan dan sasarannya juga mudah, murah
biyayanya dan cepat sampai pada sasaran. Dakwah ini biasanya dilakukan
dimasjid-masjid, ceramah, tablig penyuluhan dll.
c) Mujadalah billati hiya ahsan (mendiskusikan). Metode ini dilakukan
dengan cara bertukar pikiran dengan baik. Mengindahkan kesopanan atau
kode etik bukan untuk mencari popularitas. Bentuk-bentuknya dapat berupa
panel diskusi, seminar, dialog, lokakarya dll.
Banyak tokoh-tokoh islam baik pembaharu ataupun pendakwah (da’i) yang menjadi
acuan bagi masyarakat. Dan masyarakat sendiri juga tentu melihat retorika atau gaya
bicara mereka dalam menyampaikan syiar nya. Berikut beberapa profil tokoh
pembaharu dan penyiar atau da’i (yang ada di Indonesia).
Mustafa Kemal merupakan seorang ahli diplomasi yang handal. Hal ini terlihat
pada saat usmani mengalami penurunan harga diri akibat perjanjian serves yang harus
ditanda tangani karena kalah dalam perang dunia 1. Mustafa kemal datang sebagai
arsitek perjanjian lanjutan Laussane yang mampu mengankat harga diri turki dimata
para pemenang perang. Meskipun Turki harus mengganti sistem pemerintahan dari
Kesultanan Usmani menjadi Republik Turki, namun hal tersebut adalah cara Mustafa
Kemal agar Turki diterima dalam pergaulan Internasional dengan citra baru.
Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata modern
sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional. Beliau
mengajarkan kitab suci Al Qur'an dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak
hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur'an semata, melainkan dapat
memahami makna yang ada di dalamnya. Dengan demikian diharapkan akan
membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang diharapkan Qur’an itu sendiri.
Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam
dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami isinya. Sehingga Islam hanya
merupakan suatu dogma yang mati.
a. Qaulan Baligha, tercermin pada saat Ahmad Dahlan memberikan bagaimana cara
bersujud dan berwudhu.
b. Qaulan Karima, tercermin pada saat ahmad Dahlan bermusyawarah dengan para
ulama dalam menjawab pertanyaan, beliau tetap tenang dan menggunakan bahasa
yang sopan, lembut dan pantas.
c. Qaulan Maisura, beliau selalu menjelaskan atau mengajari mad’u dengan bahasa-
bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh para mad’u.
d. Qaulan Ma’rufa yang terpresentasikan dalam bentuk kepeduliannya terhadap
anak-anak yang belum sekolahlalu beliau mengajak untuk bersekolah di
tempatnya.
e. Qaulan Sadida, beliau selalu jujur dan berbicara apa adanya ketika mengatakan
arah kiblat melenceng.
5. Abdurrahman Wahid
Dakwah Islam dapat berperan aktif dalam proses pemberdayaan masyarakat yang ada
di wilayah Indonesia. Perubahan-perubahan mendasar yang terjadi di masyarakat,
sering kali diawali dengan gagasan yang dikembangkan oleh sejumlah tokoh. Tokoh
yang memiliki peran aktif dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah
Abdurrahman Wahid. Lahir di Jombang merupakan sosok intelektual muslim yang
mendunia dalam konsep dakwah, kendati berasal dari kultur tradisional yang kuat.
Salah satu corak dakwah Abdurrahman Wahid adalah pluralisme, yang kemudian
melahirkan konsep dakwah yang bersifat moderat. Hal ini dikarenakan pandangannya
terhadap kehidupan keagamaan yang ada di Indonesia yang memiliki berbagai macam
agama, bahasa, ras, dan kebudayaan.
Masalah dakwah yang cukup penting adalah menyangkut perbedaan paham yang sering
membuat hubungan sosial antarpemeluk agama terganggu, bahkan dalam taraf tertentu
bisa menimbulkan kerawanan sosial. Masalah perbedaan seperti ini, bagi Abdurrahman
Wahid tidak hanya terjadi dalam internal Islam saja, melainkan juga dalam tataran
kehidupan antarumat beragama. Menurut Abdurrahman Wahid, masalah perbedaan
dalam agama terjadi karena interpretasi manusia akan teks suci atau devinite text yang
dipercaya sebagai ungkapan langsung dari Tuhan kepada manusia, sementara
prakteknya di masyarakat tidak ada tafsir tunggal yang dijadikan pedoman. Lebih lanjut
Abdurrahman Wahid mengurai bahwa perbedaan bisa terjadi karena banyak faktor,
antara lain budaya, ekonomi, politik, pendidikan atau perbedaan tingkat peradaban
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah berkaitan sekali dengan retorika karena retorika diartikan sebagai seni
untuk berbicara, yang mana sangat memiliki peran besar dalam berdakwah. Dakwah
memiliki substansi yang sangat mendalam yaitu mengenai seruan hal-hal kebaikan.
Kedua hal tersebut memiliki keterhubungan di dalamnya.
Secara garis besar dalam pembahasan yang termuat dalam makalah ini berbicara
terkait gaya atau rol model yang dilahirkan oleh para intelektual/ cendikiawan islam
mengenai konsep dakwah. Dalam hasil-hasil konsep tersebut memiliki sebuah
kencendrungan yang berbeda mengenai realisasi konsep dakwahnya. Namun, konsep
dakwah yang dilahirkan oleh para intelektual islam selalu menjadi rujukan yang ideal
untuk menjadi sebuah patokan dalam berdakwah.