Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan dengan menyebut Asma Allah SWT yang
Maha Besar dan Maha Penyayang. Atas berkat qadrat dan iradat-Nya, serta yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Tak lupa penulis haturkan
shalawat dan salam kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. semoga
syafaatnya mengalir pada kita pada hari akhir kelak.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya untuk
kesalahan dan kekurangan tersebut. Di samping itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menciptakan manusia di muka bumi adalah untuk menjadi kholifah
atau pemimpin di muka bumi. Tidak terlepas dari fitrahnya ini, Allah SWT
menganugrahkan dua potensi penting dalam diri manusia, yaitu akal dan nafsu.
Segala amal dan usaha di dalam hidup kita adalah dorongan dari fikiran
dan nafsu. Di dalam batin lah terletak pertimbangan di antara buruk dan baik,
cantik juga jelek. Apakah kebatinan itu? Apakah kerohanian itu?-inilah yang
senantiasa menjadi pertanyaan dan penyelidikan dari para ahli sejak dahulu hingga
sekarang, dan sampai nanti selama fikiran masih ada pada manusia. setelah
mencari diri di dalam diri, di dalam menghadapi kesukaran tetapi indah, di dalam
menghadapi kesulitan tetapi hendak mencari juga, timbul pulalah bermacam-
macam soal lain. Dan soal yang paling penting, dan ibunya segala soal itu ialah
soal tentang Yang Ada (Yang Maha Esa).
Ahli-ahli yang mencari cara menuju Yang Maha Esa tersebut
menggunakan jalan perasaan, dengan jala Zauq. Berkat kesungguhan hatinya, para
ahli merenung di dalam alam rasa, dan puaslah mereka dengan rasa itu. Para ahli
inilah yang disebut ahli Tasawuf.
Hidup kerohanian, hidup kebatinan atau tasawuf, sudahlah lama umurnya
dan telah ada pada setiap bangsa. Kadang-kaang tasawuf menjadi
tempat pulang dari orang yang telah lelah berjalan. Tasawuf menjadi
tempat lari dari orang yang terdesak. Tetapi pun Tasawuf telah menjadi
penguatkan pribadi bagi orang yang lemah. Dan Tasawuf pun menjadi tempat
berpijak yang teguh bagi orang yang telah kehilangan tempat tegak.
Di dunia modern seperti saat ini, pemuda yang digadang sebagai penerus
bangsa, dan pemimpin bumi selanjutnya, haruslah mengetahui hakikat dirinya
sebagai manusia. Sebagaimana disebutkan diatas mengenai urgensi ilmu Tasawuf,
Ilmu ini menjadi dasar yang penting mengingat sikap hidup remaja-remaja kita
yang kini sebahagian telah lalai dalam melakukan syariat Islam. Oleh karena itu,
dari pemaparan diatas tim penulis akan mengangkat makalah berisi bagian-bagian
dari Ilmu tasawuf yang berupa Tasawuf Akhlaqi dan Tasawuf Amali. Dengan
4
penjelasan bagian-bagian Tasawuf tersebut, diharapkan dapat mengarahkan
pemuda khususnya mahasiswa teralihkan dari jurang kelalaian ke tingkat ingat
kepada Tuhan, sehingga tetap menjadi generasi Islam yang setia menjalankan
syariat Islam, dimana Tasawuf merupakan pemupuk Iman, penyubur amal saleh,
pengontrol jiwa untuk mengingat dan bertaqwa kepada Allah.
5
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak tasauf akhlaqi ?
2. Apa yang dimaksud dengan akhlak tasauf amali?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akhlak tasauf akhlaqi
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akhlak tasauf amali
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tasauf Akhlaqi
Kata Tasauf dalam sejarah islam adalah kata yang tidak pernah
dikenal pada zaman nabi muhammad dan sahabat walaupun praktik akhlak
dan spiritualitas yang bersumber dari Al- Qur’an dan sunnah nabi.
Kata “tasawuf” dalam bahasa Arab adalah bisa “membersihkan” atau
“saling membersihkan”. Kata “membersihkan” merupakan kata kerja yang
membutuhkan objek. Objek tasawuf adalah akhlak manusia.Kemudian kata
“ahlaq” juga berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa bermakna
“pembuatan” atau “penciptaan”. Dalam konteks agama, akhlak bermakna
perangai, budi, tabiat, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghazali, akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan.
Jadi, jika kata “tasawuf” dengan kata “akhlak” disatukan, akan terbentuk sebuah
frase yaitu tasawuf akhlaki. Secara etimologi, tasawuf akhlaki ini bermakna
membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku.1
Struktur ilmu dalam ilmu tasauf terbagi menjadi 3 ada tasauf
akhlaqi, amali dan falsafi tetapi pada makalah ini hanya akan dibahas tasauf
akhlaqi dan tasauf amali. tasauf akhlaqi secara umum memfokuskan tentang
peningkatan moral yakni memperbaiki perilaku dalam menyucikan jiwa untuk
mencapai kesempurnaan rohani. Dalam konsep ini tasauf diawali dengan
pembersihan jiwa dari sifat dan perilaku tercela dilanjutkan dengan penghiasan
diri dengan sikap dan perilaku positif hingga sampai pada memanifestasikan
nur allah dalam diri.2
Dalam dunia tasauf dikenal dengan istilah tasauf akhlaqi yaitu
upaya mendekatkan diri kepada allah swt denga membersihkan diri dari perilaku
tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan terpuji.3
Para ahli tasauf menyusun sistem dengan cara sistematis agar
penempuh laku sufi dapat terhindar dari seluruh halangan dan rintangan dalam
1 Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Tasawuf, PT Rajagrafindo Persada, 2013, hlm. 30-32
2 Schimmel, mystical dimension of islam, h. 298
3 Nata, Akhlak tasauf, h.18.
7
meningkatkan pendekatan diri kepada allah swt yaitu sebagai berikut:
1. Takhalli
Takhalil berarti membersihkan diri dari sifat sifat tercela, dari maksiat lahir
dah maksiat batin. Takhalil juga berarti mengosongkan diri dari akhlak
tercela.salah satu akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan timbulnya
akhlak tercela lainnya adalah ketergantungan pada kenikmatan duniawi.Hal ini
dapat di capai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala
bentuk dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu.4
Menurut kaum sufi,kemaksiatan pada dasarnya dapat di bagi menjadi
dua,yaitu maksiat lahir dan maksiat batin. Maksiat lahir adalah segala. Sifat
tercela yang di kerjakan oleh anggota lahir,seperti tangan,mulut,dan
mata.Maksiat batin adalah segala sifat tercela yang di perbuat oleh anggota batin,
yaitu hati Membersihkan diri dari sifat sifat tercela,oleh kaum sufi di pandang
penting karena sifat sifat ini merupakan. Najis maknawi ( najasah ma
nawiyyah).adanya najis najis ini pada diri seseorang menyebabkannya tidak
dapat dekat dengan Tuhan. Hal ini sebagaimana mempunyai najis dzat ( najasah
dzatiyyah ),yang menyebabkan seseorang tidak dapat beribadah kepada Tuhan.5
Takhalli juga dapat diartikan sebagai mengkosongkan atau membersihkan
diri dari sifat-sifat tercela dan dari kotoran penyakit hati yang merusak. Hal ini
akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dengan segala
bentuk dan berusaha melepaskan dorongan hawa nafsu jahat.
2. Tahalli
Tahalli berarti berhias. Maksutnya adalah membiasakan diri dengan sifat
dan sikap serta pebuatan yang baik. Akan tetapi, perhiasan paling sempurna dan
paling murni bagi hamba adalah berhias dengan sifat-sifat pengambaan.
Penghambaan adalah pengabdian penuh dan sempurna dan sama sekali tidak
menampakan tanda-tanda keTuhanan (Rabbaniyyah). Hamba yang berhias
(tahalli) dengan penghambaan itu menempati kekekalan dalam dirinya sendiri
dan menjadi tiada dalam pengatahuan Allah.
Tahalli secara sistematik dan metodik, meleburkan kesadaran dan pikiran
untuk dipusatkan dalam perenungan kepada Tuhan, dimotivasi bahana kerinduan
8
yang sangat dilakukan seorang sufi setelah melewati proses pembersihan hati
yang ternoda oleh nafsu-nafsu duniawi Tahalli juga merupakan tahap pengisian
jiwa yang telah dikosongkan pada tahap takhalli. Dengan kata lain, sesudah
tahap pembersihan diri dari segala sifat dan sikap mental yang baik dapat dilalui,
usah itu harus berlanjut terus ketahap berikutnya, yaitu tahalli. sabar, zuhud,
twakal, cinta, makrifat, keridhoan, dan sebagainya.
3. Tajalli
Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah di
peroleh jiwa ketika melakukan takhalli dan tahalli tidak berkurang, maka rasa
ketuhanan perlu di hayati lebih lanjut. Kebiasaan yang di lakukan dengan
kesadaran dan rasa cinta dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu
kepadanya.6
Setiap calon sufi perlu mengadakan latihan latihan jiwa (riyadhah) hati
dari sifat sifat keji, melepaskan segala sangkut paut dengan dunia setelah itu
mengisi dirinya dengan sifat sifat terpuji. Segala tindakannya selalu dalam
rangka ibadah , memperbanyak dzikir,dan menghindarkan diri dari segala yang
dapat mengurangi kesucian diri baik lahir maupun bathin. Seluruh hati semata
mata diupayakan untuk memperoleh tajalli dan menerima pancaran nur illahi.
Apabila Tuhan telah menembus hati hambanya dengan nur nya maka
berlimpahruahlah Rahmat dan karunia-Nya. Pada tingkat ini seseorang hamba
akan memperoleh cahaya yang terang benderang,dadanya lapang,dan
terangkatnya tabir rahasia alam malakut.pada saat itu,jelaslah segala hakikat
ketuhanan yang selama ini terhalangi oleh kekotoran jiwa.7
2. Al-Muhasibi
Bernama lengkap Abu ‘Abdillah Al-Harits bin Asad Al-Bashri Al-
Baghdadi Al-Muhasibi. Beliau lahir di Bashrah, Irak, tahun 165 H (781 M) dan
meninggal tahun 243 H (857 M).
Ajaran-Ajaran Tasawufnya:
a. Makrifat
Al-Muhasibi menjelaskan tahapan-tahapan makrifat sebagai berikut:
a) Taat.
b) Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya yang memenuhi
hati.
c) Khazanah-khazanah keilmuan dan keghaiban kepda setiap orang yang telah
menempuh kedua tahap di atas.
d) Tahap keempat adalah apa yang dikatakan oleh sementara sufi dengan fana’
yang menyebabkan baqa’.
b. Khauf dan Raja’
Dalam pandangan Al-Muhasibi, khauf (rasa takut) dan raja’
(pengharapan) menempati posisi penting dalam perjalanan seseorang
membersihkan jiwa. Kahuf dan raja’ dapat dilakukan dengan sempurna hanya
dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah.
3. Al-Ghazali
10
Bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ta’us
Ath-Thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali. Beliau dipanggil Al-Ghazali karena
dilahirkan di kampung Ghazlah, suatu kota di Khurasan, Iran tahun 450 H (1058
M).
C. Tasauf Amali
Tasawuf amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tasawuf amali adalah seperti yang
dipraktekan di dalam kelompok tarekat, dimana dalam kelompok ini terdapat
sejumlah sufi yang mendapat bimbingan dan petujuk dari seorang guru tentang
bacaan dan amalan yang harus di tempuh oleh seorang sufi dalam mencapai
kesempurnaan rohani agar dapat berhubungan langsung dengan Allah. Setiap
kelompk tarekat memiliki metode, cara dan amalan yang berbeda satu sama lain.
Berikut macam-macam maqom yang harus dilalui seorang sufi, yaitu:
1. Al-Maqamat
Untuk mencapai tujuan tasawuf seseorang harus menempuh jalan yang
panjang dan berat, perjalanan panjang dan berat tersebut dapat di pelajari melalui
tahapan-tahapan tertentu atau yang biasa disebut dengan istilah al-Maqamat
(stasiun=tahap-tahap). Perjalanan panjang itu dibagi kepada 7 macam, yaitu: Al-
Taubah, Al-Wara’, Al-Zuhd, Al-Shabr, Al-Tawakkal dan Al-Ridho.
2. Al-Ahwal
Al-Ahwal adalah situasi kejiwaan yang diperoleh seseorang sebagai karunia
Allah, bukan dari usahanya.
Mengenai jumlah dan formasi al-Ahwal ini sebagian besar sufi berpendapat
ada delapan, yaitu: Al-Muraqabah, Al-Khauf, Al-Raja’, Al-Syauq, Al-Uns, Al-
Thoma’ninah, Al-Musyahadah dan Al-Yakin.8
D. Tokoh-Tokoh Tasawuf Amali
1. Rabiah Al-Adawiah
Bernama lengkap Rabi’ah bin Ismail Al-Adawiah Al-Bashriyah Al-Qaisiyah.
Lahir tahun 95 H (713 H) di suatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan
wafat tahun 185 H (801 M).
Rabiah Al-Adawiah dalam perkembangan mistisisme dalam Islam tercatat
sebagai peletak dasar tasawuf berasaskan cinta kepada Allah SWT.
2. Dzu Al-Nun Al-Mishri
12
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Kata “tasawuf” dalam bahasa Arab adalah bisa “membersihkan” atau “saling
membersihkan”. Kata “membersihkan” merupakan kata kerja yang
membutuhkan objek. Objek tasawuf adalah akhlak manusia.Kemudian kata
“ahlaq” juga berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa bermakna
“pembuatan” atau “penciptaan”. Dalam konteks agama, akhlak bermakna
perangai, budi, tabiat, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghazali, akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan.
Jadi, jika kata “tasawuf” dengan kata “akhlak” disatukan, akan terbentuk sebuah
frase yaitu tasawuf akhlaki. Secara etimologi, tasawuf akhlaki ini bermakna
membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku. Struktur
ilmu dalam ilmu tasauf terbagi menjadi 3 ada tasauf akhlaqi, amali dan falsafi
tetapi pada makalah ini hanya akan dibahas tasauf akhlaqi dan tasauf amali.
tasauf akhlaqi secara umum memfokuskan tentang peningkatan moral yakni
memperbaiki perilaku dalam menyucikan jiwa untuk mencapai kesempurnaan
rohani. Dalam konsep ini tasauf diawali dengan pembersihan jiwa dari sifat
dan perilaku tercela dilanjutkan dengan penghiasan diri dengan sikap dan
perilaku positif hingga sampai pada memanifestasikan nur allah dalam diri.
2. Tasawuf akhlaki adalah membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan
tingkah laku. Tokoh-tokohnya yaitu Hasan Al-Bashri, Al-Muhasibi, Al-Qusyairi
dan Al-Ghazali.
3. Tasawuf amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tokoh-tokohnya adalah Rabiah Al-
Adawiyah, Abu Yazid Al-Bustami, Dzu Al-Nun Al-Mishri, dan Abu Manshur
Al-Hallaj
13
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. Akhlaq tasauf. Jakarta: raja grafindo persada, 200Use the "Insert
Citation" button to add citations to this document.
14
15
16
17
18