Anda di halaman 1dari 14

Makna Tasawuf Akhlaki-Amali

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah: Akhlak Tasawuf
Dosen: Nurul Hikmah, MPd. I.

Oleh :
Zahwa Karunia Wati
NIM 2011120123
Muhammad Zulfa Saputra
NIM 2011120118
Nor Kamaliah
NIM 2011120158

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN BAHASA
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
TAHUN 2021 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, yang karena izin dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ulumul Qur’an dan Perkembangannya” ini.
Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah saw, beserta keluarga, para sahabat
dan seluruh umatnya sampai akhir zaman. Makalah ini dibuat guna memenuhi salah satu
tugas presentasi mata kuliah “Akhlak Tasawuf”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang Tasawuf Akhlaki-Amali,
Tasawuf Falsafi. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekursangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan pembuatan makalah ini. Semoga memperoleh balasan yang berlipat ganda
dari Allah Yang Maha Kuasa, Amiin.

Palangkaraya, 3 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

A. Latar belakang....................................................................................................1

B. Rumusan masalah...............................................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Tasawuf Akhlaki-Amali .....................................2

B. Tokoh-Tokoh Tasawuf Akhlaki – Amali ..............................................................8

C. Perbedaan dan Persamaan Tasawuf Akhlaki – Amali ...........................................8

BAB III PENUTUP......................................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................................10

B. Saran......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama islam merupakan agama yang didasarkan pada wahyu allah kepada nabi
Muhamad yang turunkan melalui malaikat jibril. Wahyu tersebut berisi tentang ajaran
hubungan antara manusia dengan tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia.
Manusia sebagai makhluk allah yang paling sempurna, mereka diberi akal untuk
berfikir, hati untuk merasakan kasih sayang allah dan tubuhnya yang digunakan untuk
beribadah. Satu hal yang merupakan ukuran darajat seseorang di muka bumi yaitu akhlak.
Akhlak yang baik dapat menecerminkan dari akidah dan syariah yang diyakininya. Baik
buruknya akhlak meruapakan indikasi dari pemahaman seseorang terhadap akidah dan
syariah.
Sedangkan fungsi dari akhlak tasawuf adalah sebagai pemandu perjalanan hidup umat
manusia agar selamat dunia dan akhirat itu dikarenakan Akhlak Tasawuf merupakan salah
satu khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan.
Pada zaman sekarang banyak sekali dari golongan-golangan umat muslim yang
menyimpang dari ajaran agama. Akhlak dalam tasawuf sangat penting dibutuhkan oleh
manusia khususnya bagi seorang muslim. Sebagai seorang muslim harus mengetahui
mengenai ajaran-ajaran sufi sehingga dalam pengamalannya sesuai dengan kaidah agama,
karena pada ajaran-ajaran sufi merupakan pemahaman agama yang berdasarkan pada Al
Qur'an dan Sunnah Nabi SAW,

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan ruang lingkup tasawuf akhlaki-amali?
2. Siapa saja tokoh-tokoh tasawuf akhlaki-amali?
3. Apa saja perbedaan tasawuf akhlaki-amali?
4. Apasaja persamaan tasawuf akhlaki-amali?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis sebagaimana untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup
tasawuf akhlaki-amali, mengetahui tokoh-tokoh tasawuf akhlaki-amali dan
mengetahui perbedaan serta persamaan dari tasawuf akhlaki-amali.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Tasawuf Aklaki-Amali


Tasawuf Akhlaqi adalah suatu ajaran yang menerangkan sisi moral dari seorang hamba
dalam rangka melakukan taqorrub kepada tuhannya, tasawuf akhlaki berfokus pada kegiatan
pensucian jiwa dengan cara mengadakan Riyyadah1 pembersihan diri dari moral yang tidak
baik, karena tuhan tidak menerima siapapun dari hamba-Nya kecuali yang berhati salim
(terselamatkan dari penyakit hati) Isi dari ajaran Tasawuf Akhlaqi adalah, Takhalli, Tahalli,
Tajalli, Munajat, Murroqobah, memperbanyak dzikir dan wirid, mengingat mati, dan
tafakkur.
1. Takhalli
Takhalli atau penarikan diri berati menarik diri dari perbuatan-perbuatan dosa yang
merusak hati. Definisi lain mengatakan bahwa, Takhalli adalah membersihkan diri sifat-sifat
tercela dan juga dari kotoran atau penyakit hati yang merusak. Takhalli juga berarti
mengosongkan diri sikap ketergantungan terhadap kelezatan duniawi.2
Dari definisi takhali di atas, dapat dinyatakan bahwa takhalli ini dapat dicapai dengan
menjauhkan diri dari kemaksiatan, kelezatan atau kemewahan dunia, serta melepaskan diri
dari hawa nafsu yang jahat, yang kesemuanya itu adalah penyakit hati yang dapat merusak.
Menurut kelompok sufi, maksiat dibagi menjadi dua, yakni maksiat lahir dan maksiat batin.
Maksit lahir adalah segala bentuk maksiat yang dilakukan atau dikerjakan oleh anggota badan
yang bersifat lahir. Sedangkan maksiat batin adalah berbagai bentuk dan macam maksiat
yang dilakukan oleh hati, yang merupakan organ batin manusia.
Pada hakekatnya, maksiat batin ini lebih berbahaya dari pada maksiat lahir. Jenis maksiat ini
cenderung tidak tersadari oleh manusia karena jenis maksiat ini adalah jenis maksiat yang
tidak terlihat, tidak seperti maksiat lahir yang cenderung sering tersadari dan terlihat. Bahkan
maksiat batin dapat menjadi motor bagi seorang manusia untuk melakukan maksiat lahir.
Sehingga bila maksiat batin ini belum dibersihkan atau belum dihilangkan, maka maksiat
lahir juga tidak dapat dihilangkan.
Kelompok sufi beranggapan bahwa penyakit-penyakti dan kotoran hati yang sangat
berbahaya tersebut dapa menjadi hijab untuk dapat dekat dengan tuhan. Sehingga agar

1
Bagir, Buku Saku Tasawuf, (Bandung: Pustaka IIMaN,2006) hal 92
2
Totok Jumanto, Kamus Ilmu Tasawuf., (Wonosobo: AMZAH,2005) hal 233

2
mudah menerima pancaran Nur Illahi dan dapat mendekatkan diri dengan tuhan maka hijab
tersebut haruslah dihapuskan dan dihilangkan.3 Yakni, dengan berusaha membersihkan hati
dari penyakit-penyakit hati dan kotoran hati yang dapat merusak. Upaya pembersihan hati ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menghayati segala bentuk ibadah, agar dapat memahaminya secara hakiki
2. Berjuang dan berlatih membebaskan diri dari kekangan hawa nafsu yang jahat dan
menggantinya dengan sifat-sifat yang positif.
3. Menangkal kebiasaan yang buruk dan mengubahnya dengan kebiasaan yang baik.
4. Muhasabah, yakni koreksi terhadap diri sendiri tentang keburukan-keburukan apa saja
yang telah dilakukan dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan.
2. Tahalli
Secara etimologi kata Tahalli berarti berhias. Sehingga Tahalli adalah menghiasi diri
dengan sifat-sifat yang terpuji serta mengisi diri dengan perilaku atau perbuatan yang sejalan
dengan ketentuan agama baik yang bersifat lahir maupun batin. Definisi lain menerangkan
bahwa Tahalli berarti mengisi diri dengan perilaku yang baik dengan taat lahir dan taat batin,
setelah dikosongkan dari perilaku maksiat dan tercela.4 Diterangkan pula bahwa Tahalli
adalah menghias diri dengan jalan membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbuatan
yang baik.
Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap Takhalli.
Dengan kata lain, Tahalli adalah tahap yang harus dilakukan setelah tahap pembersihan diri
dari sifat-sifat, sikap dan perbuatan yang buruk ataupun tidak terpuji, yakni dengan mengisi
hati dan diri yang telah dikosongkan aatu dibersihkan tersebut dengan sifat-sifat, sikap, atau
tindakan yang baik dan terpuji. Dalam hal yang harus dibawahi adalah pengisian jiwa dengan
hal-hal yang baik setalah jiwa dibersihkan dan dikosongkan dari hal-hal yang buruk bukan
berarti hati harus dibersihkan dari hal-hal yang buruk terlebih dahulu, namun ketika jiwa dan
hati dibersihkan dari hal-hal yang bersifat kotor, merusak, dan buruk harus lah diiringi
dengan membiasakan diri melakukan hal-hal yang bersifat baik dan terpuji. Karena hal-hal
yang buruk akan terhapuskan oleh kebaikan.

3
Totok Jumanto& Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf., (Wonosobo: AMZAH,2005) hal 233
4
Mukhtar Hadi, Memahami Ilmu Tasawuf “Sebuah Pengantar Ilmu Tasawuf”,( Yogyakarta: Aura media, 2009)
hal 67

3
Pada dasarnya, jiwa manusia dapatlah dilatih, diubah, dikuasai, dan dibentuk sesuai dengan
kehendak manusia itu sendiri. Dengan kata lain sikap, atau tindakan yang dicerminkan dalam
bentuk perbuatan baik yang bersifat lahir ataupun dapat dilatih, dirubah menjadi sebuah
kebiasaan dan dibentuk menjadi sebuah kepribadian. Sehingga, pengisian jiwa dengan hal-hal
yang baik itu diawali dengan melatih diri dengan melakukan hal-hal yang baik, sehingga
lama kelamaan hal-hal yang baik tersebut akan berubah menjadi kebiasaan, dan apabila
secara berkelanjutan dilakukan hal-hal yang baik tersebut akan terbentuk menjadi suatu
kebiasaan.
3. Tajalli
Tajalli adalah tahap yang dapat ditempuh oleh seorang hamba ketika ia sudah mampu
melalui tahap Takhalli dah Tahalli. Tajalli adalah lenyapnya atau hilangnnya hijab dari sifat
kemanusiaan atau terangnya nur yang selama itu tersembunyi atau fana segala sesuatu selain
Allah, ketika nampak wajah Allah.5
Tahap Tajalli di gapai oleh seorang hamba ketika mereka telah mampu melewati tahap
Takhalli dan Tahalli. Hal ini berarti untuk menempuh tahap Tajalli seorang hamba harus
melakukan suatu usaha serta latihan-latihan kejiwaan atau kerohanian, yakni dengan
membersihkan dirinya dari penyakit-penyakit jiwa seperti berbagai bentuk perbuatan maksiat
dan tercela, kemegahan dan kenikmatan dunia lalu mengisinya dengan perbuatan-perbuatan,
sikap, dan sifat-sifat yang terpuji, memperbanyak dzikir, ingat kepada Allah, memperbanyak
ibadah dan menghiasi diri dengan amalan-amalan mahmudah yang dapat menghilangkan
penyakit jiwa dalam hati atau dir seorang hamba.
Dapat pula diumpamakan pula bahwa, seorang yang mencari tuhan adalah seperti orang
yang bercermin di depan sebuah kaca besar yang kotor. Kotoran dalam cermin itu diibaratkan
sebahai sebuah hijab yang menghalanginya untuk melihat bayangannya dengan jelas, dan
bayangan itu diibaratkan sebagai tuhan. Untuk dapat melihat bayangannya dengan jelas
seseorang tidak perlu memindahkan cerminnya kekanan atau kekiri atau membeli cermin
yang baru. Melainkan, seseorang tersebut hanya harus membersihkan kotoran tersebut untuk
dapat melihat bayangannya dengan jelas. Dengan demikian, jelaslah bahwa untuk dapat
membuka hijab antara manusia dengan Allah seseorang harus mampu membersihkan
kotoran-kotaran yang terdapat dalam jiwanya dan menggantinya dengan perbuatan, sifat dan
sikap yang terpuji dan baik agar hatinya tidak lagi tercemari dan terkotori oleh penyakit-
penyakit jiwa yang dapat menjadi hijab antara seorang hamba dengan Allah.

5
Totok Jumanto& Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf., (Wonosobo: AMZAH,2005) hal 229

4
4. Munajat
Munajat berarti melaporkan segala aktivitas yang dilakukan kehadirat Allah SWT.
Maksudnya adalah dalam munajat seseorang mengeluh dan mengadu kepada Allah tentang
kehidupan yang seorang hamba alami dengan untaian-untaian kalimat yang indah diiringi
dengan pujian-pujian kebesaran nama Allah.6
Munajat biasanya dilakukan dalam suasanya yang hening teriring dengan deraian air mata
dan ungkapan hati yang begitu dalam. Hal ini adalah bentuk dari sebuah do’a yang
diungkapkan dengan rasa penuh keridhoan untuk bertemu dengan Allah SWT. Menurut kaum
sufi, tangis air mata itu menjadi salah satu amal adabiyah atau , suatu riyadhah bagi orang
sufi ketika bermunajat kepada Allah. Para kaum sufi pun berpandangan bahwa tetesan-tetesan
air mata tersebut merupakan suatu tanda penyeselan diri atas kesalahan-kesalahan yang tidak
sesuai dengan kehendak Allah. Sehingga, bermunajat dengan do’a dan penyesalan yang
begitu mendalam atas semua kesalahan yang diiringi dengan tetesan-tetesan air mata
merupakan salah satu cara untuk memperdalam rasa ketuhanan dan mendekatkan diri kepada
Allah.
5. Muraqabah
Muraqabah menurut arti bahasa berasal dari kata raqib yang berarti penjaga atau
pengawal. Muraqabah menurut kalangan sufi mengandung pengertian adanya kesadaran diri
bahwa ia selalu berhadapan dengan Allah dalam keadaan diawasi-Nya.7 Muroqobah juga
dapat diartikan merasakan kesertaan Allah, merasakan keagungan Allah Azza wa Jalla di
setiap waktu dan keadaan serta merasakan kebersamaan-Nya di kala sepi atau pun ramai.
Sikap muroqobah ini akan menghadirkan kesadaran pada diri dan jiwa seseorang bahwa ia
selalu diawasi dan dilihat oleh Allah setiap waktu dan dalam setiap kondisi apapun. Sehingga
dengan adanya kesadaran ini seseorang akan meneliti apa-apa yang mereka telah lakukan
dalam kehidupan sehari-hari, apakah ini sudah sesuai dengan kehendak Allah ataukan malah
menyimpang dari apa yang di tentukan-Nya.
Disamping itu ada satu istilah yang disebut dengan sikap mental muqorobah, yakni sikap
selalu memandang Allah dengan mata hati (Vision of Heart). Sebaliknya, ia pun juga
menyadari bahwa Allah juga melihatnya, mengawasinya, dan memandangnya dengan sangat
penuh perhatian.

6
Mukhtar Hadi, Memahami Ilmu Tasawuf “Sebuah Pengantar Ilmu Tasawuf”,( Yogyakarta: Aura media, 2009)
hal 70
7
Totok Jumanto& Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf., (Wonosobo: AMZAH,2005) hal 150

5
Ketika muroqobah dilakukan untuk menghadirkan kemantapan hati dan ketenangan batin
seseorang dalam praktik mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini dikarenakan, bila sudah
tertanam kesadaran bahwa seseorang selalu melihat Allah dengan hatinya dan ia sadar bahwa
Allah selalu memandangnya dengan penuh perhatian maka seseorang tersebut akan semakin
mantab untuk mengamalkan dan melakukan apa-apa yang diridloi oleh Allah sehingga batin
nya akan semakin terbuka untuk dapat mendekatkan dirinya pada Allah.
Sikap mental muroqobah ini dapat digambarkan dalam sebuah cerita sufi, yakni ketika
seorang muslim yang berjualan baju keliling diajak bersetubuh oleh seorang wanita biarawati
nasrani. Ketika itu laki-laki muslim itu tengah menjajakan barang dagangannya kerumah
biarawati tersebut. Kebetulan saat itu hanya ada mereka berdua, dan tak ada orang lain
disana. Ketika itu pula seorang biarawati itu mengajak laki-laki muslim itu untuk bersetubuh.
Dan laki-laki itupun terpengaruh oleh godaan setan, dia berkata “ia saya mau”. Namun ketika
laki-laki muslim itu dan biarawati itu hampir melakukan persetubuhan, tiba-tiba tersadarlah
dalam hati laki-laki tersebut, jika Allah tak pernah tidur dan selalu mengawasinya dengan
penuh perhatian. Sat itu pula laki-laki muslim itu berkata “saya tak bisa melakukannya, saya
takut dengan Allah karna dia selalu mengawasi saya”. Hingga akhirnya mereka tidak jadi
bersetubuh dan laki-laki muslim itu meninggalkan rumah itu.
6. Muhasabah
Muhasabah seringkali diartikan dengan memikirkan, memperhatikan, dan
memperhitungkan amal dari apa-apa yang ia sudah lakukan dan apa-apa yang ia akan
lakukan. Muhasabah juga didefinisikan dengan meyakini bahwa Allah mengetahui segala
fikiran, perbuatan, dan rahasia dalam hati yang membuat seseotang menjadi hormat, takut,
dan tunduk kepada Allah.8
Di dalam muhasabah, seseorang terus-menerus melakukan analisis terhadap diri dan jiwa
beserta sikap dan keadaannya yang selalau berubah-ubah. Orang tersebut menghisab dirinya
sendiri tanpa menunggu hingga hari hari kebangkitan. Dalam muhasabah hal-hal yang perlu
dipaerhatikan adalah menghisab tentang kebajikan dan kewajiban yang sudah dilaksanakan
dan seberapa banyak maksiat yang sudah dilaksanakan. Apabila kemaksiatan lebih banyak
dilakukan, maka orang tersebut harus menutupnya dengan kebaikan-kebaikan diringi dengan
taubatan nasuha.

8
Totok Jumanto& Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf., (Wonosobo: AMZAH,2005) hal 147

6
Tasawuf ‘Amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan
diri kepada Allah.9 Terdapat beberapa istilah praktis dalam Tasawuf ‘Amali, yakni syari’at,
Thariqat, dan Ma’rifat. Jika tasawuf akhlaki berfokus pada pensucian jiwa, tasawuf amali
lebih menekankan terhadap cara-cara mendekatkan diri kepada Allah SWT, baik melalui
amalan lahiriah maupun batiniah. Apabila dilihat dari sudut amalan dan ilmu yang dipelajari,
terdapat 4 aspek yang harus dipelajari dalam aliran tasawuf amali, yaitu syaria’t, thariqat,
dan ma’rifat.
1. Syari,at10
Syaria’t berasal dari kata syara’, secara etimologi mempunyai arti “jalan-jalan yang bisa
ditempuh air”, maksudnya adalah jalan yang harus ditempuh manusia untuk menuju jalan
Allah SWT.
Secara umum, syaria’at merupakan hukum (segala ketentuan yang ditetapkan Allah
SWT) yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat muslim di dunia, mulai dari urusan
hubungan antar manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia (Habuminallah
Habuminannas), kunci menyelesaikan masalah kehidupan baik dunia dan akhirat, rukun,
syarat, halal-haram, perintah dan larangan, dan sebagainya. Sumber syaria’t sendiri berada
dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Menurut para sufi, syaria’t berhubungan dengan amalan lahiriah yang mengatur segala
urusan muamalat mengenai hubungan antara manusia dengan manusia, tanpa menyentuh
aspek batiniah. Orang-orang sufi berkeyakinan ilmu batin tidak akan bisa diperoleh bila
seseorang tidak melakukan amalan lahiriah secara sempurna. Oleh karena itu, sangat penting
memahami syariat-syariat dalam islam.
2. Thariqat
Thariqat (‫ )طرق‬berarti “metode” atau “jalan”, yang secara konseptual terkait dengan
haqiqah/ hakikat atau kebenaran sejati. Dalam aliran tasawuf atau sufisme, thariqat berarti
jalan yang ditempuh oleh para sufi untuk mencapai tujuan sedekat mungkin dengan Allah
SWT, dengan menerapkan metode pengarahan moral dan jiwa.
Thariqat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal pada syariat. Jadi jalan utamanya
adalah Syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq. Sehingga dapat disimpulkan untuk menuju

9
Totok Jumanto& Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf., (Wonosobo: AMZAH,2005) hal 263
10
Khanza Safitra, Tasawuf Amali, (https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali/amp diakses pada 01 mei
2021: 11.00 WIB)

7
Thariq, seseorang harus melewati syar’. Maksudnya, sebelum mempelajari thariqat para sufi
wajib memahami syariat terlebih dahulu, sebab syariat adalah pangkal dari suatu ibadah.
3. Ma’rifah
Ditinjau dari segi bahasa, Ma’rifat berasal dari kata ‘arafa-yurifu-irfan. Secara umum,
ma’rifat didefinisikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan amalan ibadah
yang merupakan perpaduan dari syariat, thariqat, dan hakikat, dimanan nantinya ilmu ini
digunakan untuk mengenal Allah SWT lebih mendalam melalui sanubari atau mata hati.
Menurut Imam Al-Ghozali, ma’rifah adalah mengenal rahasia-rahasia Allah dan aturan-
aturan-Nya yang melingkupi seluruh yang ada. Seseorang yang sudah sampai pada tahap
ma’rifah, maka ia berada sangat dekat dengan Tuhannya seakan tidak tabir penghalang.
B. Tokoh-Tokoh Tasawuf Akhlaki-Amali
Menurut ilmu sejarah, tasawuf dalam Islam merupakan aliran yang berdiri sendiri, lahir
sekitar akhir abad kedua atau awal abad ketiga Hijriyah. Dimana istilah tasawuf ini pertama
kali digunakan oleh seorang zahid (acsetic) bernama Abu Hasyim Al-Kufi dari Irak, tepatnya
pada tahun 150 Hijriah.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan ilmu tasawuf semakin meluas dan diikuti oleh
kalangan sufi. Mereka percaya bahwa benih-benih tasawuf sebenarnya telah ada sejak zaman
nabi Muhammad SAW. Pengasingan diri nabi SAW di Gua Hira (sebelum beliau diutus
menjadi Rasul) dijadikan acuan utama oleh penganut sufisme untuk berkhalawat.
Dalam ajaran tasawuf akhlaki sendiri, terdapat tokoh-tokoh yang berperan cukup penting
diantaranya adalah Hasan Al- Basri, Al-Muhasbi, Al-Qusyairi, Al-Ghazali. Sedangkan tokoh-
tokoh tasawuf amali yaitu Hasan Al-Basri, dia termasuk tokoh yang sangat penting dalam
ilmu tasawuf akhlaki-amali, kemudia Rabi’ah al-Adawiyah dan Dzun Nun Al-misri.11
C. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN TASAWUF AKHLAKI – AMALI
Perbedaan yang terjadi Antara tasawuf akhlaki – amali: Tasawuf Akhlaqi Tasawuf
Akhlaqi merupakan ajaran akhlaq dalam kehidupan sehari-hari guna memperoleh
kebahagiaan yang optimal. Dengan kata lain tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang
berkonsentrasi pada teori-teori prilaku, akhlaq atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq.
Tasawuf Amali mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah atau tareqat tareqat yang
dipimpin oleh para sufi.

11
Khanza Safitra, Tasawuf Amali, (https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali/amp diakses pada 01 mei
2021: 11.00 WIB)

8
Sedangkan persamaannya yaitu merupakan cabang dari ilmu tasawuf, tasawuf diciptakan
sebagai media untuk mencapai maqashid al-Syar’I (tujuan-tujuan syara’),karena bertasawuf
pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah, sama-sama bertujuan beribadah (pendekatan
diri) kepada Allah secara murni, secara esensial semua bermuara pada penghayatan terhadap
12
ibadah murni (mahdhah) untuk mewujudkan akhlak-alkarimah baik secara maupun sosial.

12
Persamaan dan Perbedaan tasawuf akhlaki dan amali,
https://catatanhidupridhallahalaik94.blogspot.com/2016/09/persamaan-dan-perbedaan-tasawuf-akhlaqi.html
diakses pada 1mei 2021 pukul 08.53

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tasawuf Akhlaki adalah adalah suatu ajaran yang menerangkan sisi moral dari
seorang hamba dalam rangka melakukan taqorrub kepada tuhannya, tasawuf
akhlaki berfokus pada kegiatan pensucian jiwa dengan cara mengadakan Riyyadah
2. Tasawuf Amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara
mendekatkan diri kepada Allah. Terdapat beberapa istilah praktis dalam Tasawuf
‘Amali, yakni syari’at, Thariqat, dan Ma’rifat.
3. Tokoh – tokoh tasawuf aklaki adalah Hasan Al- Basri, Al-Muhasbi, Al-Qusyairi,
dan Al-Ghazali.
4. Tokoh – tokoh tasawuf amali adalah Hasan Al-Basri, Rabi’ah al-Adawiyah dan
Dzun Nun Al-misri.
5. Perbedaan dari tasawuf akhlaki dan amali terletak pada cara pendekatan diri
kepada Allah swt. Tasawuf akhlaki melalui perbaikan diri sedangkan tasawuf
amali memalui tariqat- tariqat
6. Persamaan tasawuf akhlaki dan amali terletak pada tujuan dari tasawuf akhlak dan
amali, keduanya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dengan
melakukan hal-hal baik.
B. SARAN
Tasawuf akhlaki dan tasawuf amali kedua nya memberikan pelangajaran
kepada kita untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Cara yang ditawarkan pun
adalah melakukan hal-hal baik. Baik berupa memperbaiki diri atau dengan tariqat-
tariqat. Melalui pembelajaran ini diharapkan mampu untuk menambah wawasan kita
sebagai mahasiswa terkait bidang akhlak dan tasawuf.

10
DAFTAR PUSTAKA
Bagir, H. (2006). Buku Saku Tasawuf. Bandung: Pustaka IIMaN.
Hadi, Mukhtar.2009. Memahami Ilmu Tasawuf “Sebuah Pengantar Ilmu Tasawuf”.
Yogyakarta: Aura media.
Jumanto, Totok& Samsul Munir Amin. (2005). Kamus Ilmu Tasawuf. Wonosobo: AMZAH.
Muvid, Muhammad Basyrul. (2019). Tipologi Aliran-Aliran Tasawuf. Yogyakarta:
BILDUNG.
Ridhallah, Alaik. Persamaan dan Perbedaan tasawuf akhlaki dan amali,
https://catatanhidupridhallahalaik94.blogspot.com/2016/09/persamaan-dan-perbedaan-
tasawuf-akhlaqi.html dia kses pada 1mei 2021 pukul 08.53.
Safitra,Khanza. Tasawuf Amali. (https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-amali/amp diakses
pada 01 mei 2021: 11.00 WIB).

11

Anda mungkin juga menyukai