Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Kritik Terhadap Pembagian Tasawuf

Kepada Akhlaqi Dan Falsafi

Oleh:

Fakhrunissa Febryna Lamatenggo : 20.1.2.2012

Hairan Djafar : 20.1.2.2006

Dosen pengampu :

Amiruddin, M.pd

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN MANADO

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, shalawat serta salam mudah-mudahan

senantiasa Allah karuniakan atas penutup dan Nabi paling mulia, Muhammad SAW juga atas

segenap keluarganya, para shahabat, para Tabi’in dan Tabi’in-tabiin serta para pengikut setia

ya hingga akhir zaman.

Makalah yang berjudul “Kritik Terhadap Pembagian Tasawuf Kepada Akhlaqi Dan

Falsafi” ini, saya susun unuk memenuhi tugas yang diamanahkan kepada kami pada mata

kuliah Pengantar Pendidikan Islam serta sebagai wasilah untuk memperdalam tentang Akhlak

Tasawuf dan pihak lain yang berkenan membacanya, makalah ini bahasanya sangat sederhana

dan fokus pada pokok bahasan sehingga mudah dipahami dan memiliki ruang lingkup yang

terbatas pada judul

diatas.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah mendatang.

Kami berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Amiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................

Kata Pengantar.....................................................................................

Bab 1 pendahuluan..............................................................................

1. Latar belakang.............................................................................

2. Rumusan masalah.......................................................................

Bab 2 pembahasan..............................................................................

Kritikan terhadap pembagian tasawuf dengan aklaqi..................

a.Takhalli..........................................................................................

b.Tahalli...........................................................................................

c.Tajalli.............................................................................................

Kritik terhadap pembagian tasawuf kepada falsafi.....................

Bab 3 penutupan.................................................................................

a. Kesimpulan..................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih menekankan pada dimensi

atau aspek spiritual dalam islam. Tasawuf adalah ilmu yang mulia karena berkaitan dengan

ma’rifah kepada Allah Ta’ala dan mahabbah kepada-Nya. Dan Tasawuf adalah ilmu yang paling

utama secara mutlak. Lahirnya tasawuf bersamaan dengan timbulnya agama Islam itu sendiri,

maka dari itu ilmu tasawuf tidak lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan hadits. Inti untuk mencapai

tasawuf adalah beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya, mengamalkan amalan yang

sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua larangan-larangan Allah.

Kajian Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia. Sejak

masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf Mewarnai kehidupan keagamaan

masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa Tasawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak

terpisahkan dari pengamalan Keagamaan sebagian kaum muslimin Indonesia, terbukti dengan

semakin Meraknya kajian Islam dan juga melalui gerakan Tarekat Muktabarah yang masih

berpengaruh dimasyarakat. Oleh sebab itu, bukanlah suatu hal yang mengherankan, jika hingga

sekarang, warna dan nuansa tasawuf masih tetap merupakan warna yang dominan di dalam corak

Islam Indonesia.

Tasawuf sebagai fenomena ajaran dapat dilihat dari banyaknya orang yang Berminat mempelajari

ilmu tasawuf dari buku-buku tasawuf, banyaknya halaqah, Seminar dan kajian-kajian tentang

tasawuf, baik dilingkungan akademik maupun Non-akademik. Adapun tasawuf sebagai gerakan
moral tentunya mengandung. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang disebut sebagai nilai-

nilai sufistik. Nilai-nilai sufistik disini adalah segala sesuatu yang mengandung makna nuansa

Ajaran tasawuf. Menurut teorinya, ajaran tasawuf tidak saja berkenaan dengan Tasawuf falsafi,

namun juga tasawuf sunni (akhlaki/amali). Tasawuf falsafi adalah Ajaran yang berbicara

mengenai konsepsi tasawuf seperti; ittihat, hulul, wahdahal-wujud, israq atau yang lainnya, lebih

banyak bicara secara teori karena itu disebut pula tasawuf nazari. Sementara tasawuf Sunni adalah

ajaran tasawuf yang lebih menekankan kepada pembentukan akhlak atau amal.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kritik terhadap pembagian tasawuf kepada Akhlaqi

2. Bagaimana kritik terhadap pembagian tasawuf kepada falsafi


BAB 2

PEMBAHASAN

A. Kritik Terhadap Pembagian Tasawuf Kepada Akhlaqi

Tasawuf Akhlaqi ialah tasawuf yang menitik beratkan pada pembinaan akhlak al-Karimah.

Akhlak adalah keadaan yang tertanam dalam jiwa yang menumbuhkan perbuatan, dilakukan

dengan mudah, tanpa dipikir dan direnungkan lebih dahulu. Dengan demikian nampak adanya

perbuatan itu didorong oleh jiwa ada motivasi (niat) kuat dan tulus ikhlas, dilakukan dengan

gampang, tanpa dipikir dan direnungkan, sehingga perbuatan itu nampak otomatis.

Tasawuf Akhlaqi yang ajarannya membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang

diformulasikan pada sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku guna mencapai kebahagiaan

yang optimal. Manusia harus lebih dahulu mengidentifikasi dirinya yang didalam ilmu tasawuf

dikenali dengan takhalli (pengosongan diri dari sifat tercela), tahalli (menghiasi diri dengan

sifat terpuji), dan tajalli (terungkapnya Nur Ghaib bagi hati yang bersih sehingga mampu

menangkap cahaya ketuhanan).

a. Takhalli

Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat sifat tercela, dari maksiat lahir dan maksiat

bathin. Maksiat lahir, melahirkan kejahatan-kejahatan yang merusak seseorang dan

mengacaukan masyarakat. Adapun maksiat bathin lebih berbahaya lagi, karena tidak

kelihatan dan biasanya kurang disadari dan sukar dihilangkan. Maksiat bathin itu

adalah pembangkit maksiat lahir dan selalu menimbulkan kejahatan kejahatan baru
yang diperbuat oleh anggota badan manusia. Dan kedua maksiat itulah yang mengotori

jiwa manusia setiap waktu dan kesempatan yang diperbuat oleh diri sendiri tanpa

disadari. Semua itu merupakan hijab atau dinding yang membatasi diri dengan Tuhan.

Hal ini dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala

bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu.

b. Tahalli

Tahalli adalah upaya menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap,

perilaku dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah jiwa

dikosongkan dari akhlak-akhlak jelek. Pada tahap tahalli, kaum sufi berusaha agar

setiap gerak perilaku selalu berjalan di atas ketentuan agama, baik kewajiban yang

bersifat luar maupun yang bersifat dalam. Aspek luar adalah kewajiban-kewajiban yang

bersifat formal. Seperti shalat, puasa, dan haji. Sedangkan aspek dalam seperti iman,

ketaatan, dan kecintaan kepada Tuhan.

c. Tajalli

Tajalli ialah hilangnya Hijab (penutup) dari sifat-sifat kemanusiaan, jelasnya Nur

(cahaya) yang sebelumnya ghaib, dan musnah segala sesuatu ketika tampaknya wajah

Allah SWT. Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah

diperoleh jiwa ketika melakukan takhalli dan tahalli tidak berkurang, maka rasa

ketuhanan perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilkakukan dengan kesadaran

dan rasa cinta dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya.

Para sufi sependapat bahwa satu-satu nya cara untuk mencapai Tingkat kesempurnaan

kesucian jiwa, yaitu dengan mencintai Allah SWT dan memperdalam rasa cinta
tersebut. Dengan kesucian jiwa, Jalan untuk mencapai Tuhan akan terbuka. Tanpa jalan

ini tidak ada kemungkinan terlaksananya tujuan dan perbuatan yang dilakukanpun

Tidak dianggap sebagai perbuatan baik.

B. Kritik Terhadap Pembagian Tasawuf Kepada Falsafi

Tasawuf falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang Mengenal Tuhan (makrifat) dengan

pendekatan rasio (filsafat) hingga Menuju ketinggkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal

Tuhan saja (makrifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan

wujud). Bisa juga dikatakan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang Kaya dengan pemikiran-

pemikiran filsafat. Di dalam tasawuf falsafi metode Pendekatannya sangat berbeda dengan

tasawuf sunni atau tasawuf salafi. Kalau tasawuf sunni dan salafi lebih menonjol kepada segi

praktis ( ‫)يلمعال‬, sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis ( ‫ ) يرطنال‬Sehingga

dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas Rasio dengan pendekatan-

pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan Ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya

bagi orang awam, atau bahkan Bisa dikatakan mustahil.

Seyyed Hassein Nasr menjelaskan bahwa kehidupan spiritual kaum Sufi berawal dari Nabi

Saw, di mana jiwa Nabi Saw. Disinari cahaya Allah Swt. Berupa Alquran, sehingga tepat sekali

bila dikatakan bahwa wahyu Alquran sebagai sumber tasawuf. Bahkan misalnya Lynn Wilcox,

seorang Tokoh dan Mursyid Sufi sekaligus guru besar psikologi abad ini, dengan Mengutip

pendapat Abu Yazid al-Bustami, secara ekspresif dan ilustratif Dia menyatakan bahwa benih

tasawuf sudah ditanam pada masa Nabi Adam As. Benih-benih ini berkecambah semasa Nabi

Nuh As. Dan Berbunga semasa Nabi Ibrahim As. Anggur pun berbentuk pada masa Nabi Musa
As. Dan buahnya matang pada masa Nabi Isa As. Kemudian di Masa Nabi Muhammad Saw.

Semua itu dibuat menjadi hasil air anggur Yang murni.

Meskipun demikian, sebagian ilmuwan Muslim mengakui sejujurnya Bahwa tasawuf

dipengaruhi pula oleh agama dan budaya lain. Dasar dan Sumber fundamental tasawuf

memang Alquran, Sunnah Nabi, kehidupan Para sahabat dan tabi’in, namun tanpa mengingkari

fakta historis, Wacana-wacana tasawuf dalam perkembangan selanjutnya telah diwarnai

Unsur-unsur luar, terutama tasawuf falsafi yang merupakan pengaruh Persia (Yunani) yang

rasional dan filsafat India yang mistis.

.Menurut Fazlur Rahman, tasawuf falsafi ini juga terkena pengaruh Grego-gnostik dan doktrin-

doktrin Kristen yang dikembangkan oleh Ibn Arabi. Sehingga bagaimana pun juga tidak dapat

dipungkiri dalam Perjalanan selanjutnya sekitar abad ke-VI dan ke-VII Hijriyah, wacana-

Wacana tasawuf banyak yang bernuansa filosofis atau tasawuf-falsafi yang diprakarsai oleh

Suhrawardi (w. 587 H), Ibn Arabi (w. 638 H), Ibn Faridh (w. 632 H), dan lain-lain. Pada fase

ini, konsep-konsep tasawuf berkembang dan diwarnai unsur-unsur diluar Islam, khususnya

filsafat Yunani, sekalipun pijakan fundamental para sufi adalah Alquran dan Sunnah.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tasawuf Akhlaqi yang ajarannya membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang

diformulasikan pada sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku guna mencapai kebahagiaan

yang optimal. Tasawuf Akhlaqi. Tasawuf Akhlaqi mempunyai 3 (tiga) sistem pembinaan akhlak

yaitu, (1). Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari akhlak tercela, (2). Tahalli adalah

membiasakan diri dengan perbuatan baik, (3). Tajalli adalah terungkapnya Nur Ghaib bagi hati

yang bersih sehingga mampu menangkap cahaya ketuhanan.

Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan Antara visi mistis dan visi

rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf Akhlaki atau sunni, tasawuf falsafi menggunakan

terminologi filosofis Dalam pengungkapannya serta berasal dari bermacam-macam ajaran Filsafat

yang telah mempengaruhi para tokohnya. Tasawuf falsafi muncul dengan jelas dalam khazanah

Islam sejak abad keenam hijriyah meskipun para tokohnya baru dikenal seabad kemudian. Sejak

saat itu, tasawuf jenis ini hidup dan berkembang, terutama di kalangan para sufi yang juga filosof,

sampai menjelang akhir-Akhir ini. Adanya pemaduan antara tasawuf dan filsafat dalam ajaran
Tasawuf falsafi menyebabkan ajaran-ajaran tasawuf jenis ini bercampur Dengan sejumlah ajaran

filsafat di luar Islam, seperti Yunani, Persia, India, Dan agama Nasrani. Akan tetapi, orisinalitasnya

sebagai tasawuf tetap tidak hilang.

Anda mungkin juga menyukai