Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN TASAWUF

Dosen Pengampu:

Dr. Didik Heriadi, S.Ag, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Siti Juhairiyah : 22.12.07.29.0817

2. Siti Musyarofah : 22.12.07.29.0818

3. Putri Dira Ayu : 22.12.07.29.0811

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG

KRAKSAAN - PROBOLINGGO

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan

karunianya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah kami yang berjudul “Aliran-

Aliran Tasawuf”.

Selain itu, kami mengucapkan terimakasih kepada para penulis, yang penulisannya

kami kutip sebagai bahan rujukan. Tak lupa juga kami ucapkan maaf yang sebesar -

besarnya, jika ada kata dan pembahasan yang keliru dari kami. Kami berharap kritik

dan saran yang membangun, demi kesempurnaan materi yang dibahas dalam makalah

ini.

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman kita semua tentang Aliran-Aliran Tasawuf. Kami sadar dalam penulisan

makalah ini banyak terdapat kekurangan. Akan tetapi kami yakin makalah ini dapat

bermanfaat untuk kita semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………... iii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………….……………………. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………...2

1.3 Tujuan………………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN……………………….…………………………....…………….3

2.1 Tasawuf Akhlaki…...………………………………………………………... 3

2.2 Tasawuf Irfani……………………...…………………………………………..5

2.3 Tasawuf Amali.…………..………………………………………………..…. 5

2.4 Tasawuf Falsafi………….…………………………………………….…….. 6

2.5 Tokoh-Tokoh Dalam Aliran Tasawuf………………………………………..8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………….13

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. iv

BAB I

iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih menekankan

pada dimensi atau aspek spiritual dalam islam. Tasawuf adalah ilmu yang mulia

karena berkaitan dengan ma’rifah kepada Allah Ta’ala dan mahabbah kepada-Nya,

dan tasawuf adalah ilmu yang paling utama secara mutlak. Lahirnya tasawuf

bersamaan dengan timbulnya agama islam itu sendiri, maka dari itu ilmu tasawuf

tidak lepas dari pengaruh al-qur’an dan hadits. Inti untuk mencapai tasawuf adalah

beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya, mengamalkan amalan yang

sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua larangan-larangan Allah.

Aliran Tasawuf juga dapat diartikan sebuah upaya yang dilakukan manusia

untuk memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada agama dengan tujuan

mendekatkan diri kepada Allah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf Akhlaki?

2. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf Irfani?

3. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf Amali?

4. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf Falsafi?

5. Siapa saja Tokoh-Tokoh Dalam Aliran Tasawuf?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tasawuf Akhlaki

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tasawuf Irfani

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tasawuf Amali

1
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tasawuf Falsafi

5. Untuk mengetahui siapa saja Tokoh-Tokoh Dalam Aliran Tasawuf

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tasawuf Akhlaki

Kata Tasawuf berasal dari bahasa Arab, Tashowwafa yang artinya bisa

membersihkan atau saling membersihkan. Kemudian kata akhlak merupakan

bentuk jamak dari khuluqun yang bermakna perangai, budi, tabiat, adab, atau

tingkah laku.

Secara istilah Tasawuf Akhlaki adalah ajaran tasawuf yang membahas tentang

kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan pada pengaturan sikap

mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat guna mencapai kebahagiaan

yang optimal.

Manusia harus lebih dahulu mengidentifikasikan eksisitensi dirinya melalui

penyucian jiwa raga yang bermula dari pembentukan pribadi yang bermoral, dan

berakhlak mulia, yang dalam ilmu tasawuf dikenali dengan takhalli, tahalli,

tajalli.

1. Takhalli

Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, sifat-sifat kotor

dan penyakit hati yang merusak. Langkah pertama yang harus ditempuh adalah

mengetahui dan menyadari betapa buruknya sifat-sifat tercela tersebut,

sehingga muncul kesadaran untuk menghindarinya. Apabila hal ini dilakukan

dengan sukses maka seseorang akan memperoleh kebahagiaan. Allah

berfirman:

3
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan

merugilah orang yang mengotorinya.” QS. As-Syams: 9-10.

2. Tahalli

Tahalli adalah menghias diri dengan jalan membiasakan dengan sifat dan

sikap serta perbuatan yang baik. Berusaha agar dalam setiap gerak dan

perilakunya selalu berjalan diatas ketentuan agama. Langkahnya ialah

membina pribadi agar memiliki akhlak karimah, dan senantiasa konsisten

dengan langkah yang dilakukannya.

3. Tajalli

Setelah seseorang melalui dua tahap teersebut maka tahap ketiga yakni

tajalli, seseorang hatinya terbebaskan dari tabir (hijab), yaitu sifat-sifat

kemanusiaan atau memperoleh Nur yang selama ini tersembunyi (ghaib) atau

fana’ segala selain Allah ketika Nampak (tajalli) wajah-Nya.

Pencapaian tajalli tersebut melalui pendapatan rasa dengan alat al-qalb.

Apabila seseorang telah mencapai tajalli maka dia akan memperoleh ma’rifat.

Ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia ketuhanan dan peraturan-

peraturan-Nya tentang segala yang ada.

2.2 Tasawuf Irfani

Sebagai ilmu praktis, ‘irfan merupakan sebuah suluk atau perjalanan rohani,

yakni bagaimana seorang penempuh-rohani (salik) yang ingin mencapai tujuan

puncak kemanusian, yakni tauhid. Dalam mempraktikkan tasawuf ‘irfani

4
seseorang calon sufi harus mengawali perjalanan dengan melewati tahapan-

tahapan (maqamat) secara berurutan, dan keadaan jiwa (hal) yang akan

dirasakan oleh calon sufi ketika mencapai maqamat itu.

2.3 Tasawuf Amali

Tasawuf Amali yaitu tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam pengertian ini tasawuf amali

berkonotasikan tarekat. Tarekat merupakan jalan yang bersifat spiritual bagi

seorang sufi yang didalamnya berisi amalan ibadah yang bertemakan menyebut

nama Allah dan sifat-sifat-Nya disertai penghayatan yang mendalam. Dalam

tarekat ada tiga unsur yakni: guru (Mursyid), murid dan ajaran. Guru adalah orang

yang mempunyai otoritas dan legalitas kesufian, yang berhak mengawasi

muridnya dalam setiap langkah sesuai dfengan ajaran islam. Dalam buku Tanwir

al-Qulub fi Mu’amalati ‘Allami al-Ghuyub sebagaimana yang dinukil oleh Abu

Bakar Aceh bahwa seorang Mursyid adalah orang yang telah sempurna suluk dan

mendapat ijazah untuk mengajarkan suluk kepada orang lain.

2.4 Tasawuf Falsafi

Tasawuf falsafi yaitu tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi

intuitif dan rasional. Tasawuf falsafi tidak dapat dipandang sebagai filsafat,

karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa (dzauq), dan tidak bisa

dikategorikan pada tasawuf yang murni karena sering diungkapkan dengan

bahasa filsafat.

5
Menurut At-Taftazani ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang samar-

samar karena sering menggunakan ungkapan yang samar-samar yang

mengakibatkan kesalahpahaman pihak luar.

Tasawuf falsafi mengeluarkan beberapa ajaran dan doktrin yang rumit dan

sulit di pahami, karena ajarannya di peroleh dari pengalaman spritual para

tokohnya, lalu ajaran dan doktrin tersebut di tolak oleh tokoh-tokoh sufi lainya.

Ajaran tersebut meliputi:

1. Fana’

Fana’ adalah hilangnya semua keinginan hawa nafsu seseorang, dan

tidak memiliki pamrih dari segala manusia, sehingga ia kehilangan segala

perasaannya atas dunia dan makhluk. Seseorang yang yang mencapai fana’,

ia telah menghilangkan semua kepentingan ketika berbuat sesuatu.

2. Baqa’

Baqa’ adalah kekalnya sifat ketuhanan, akhlak terpuji, dan kebersihan

jiwa dari dosa dan maksiat. Untuk dapat mencapai baqa’ ini dibutuhkan

usaha yang sungguh-sungguh, seperti bertaubat, berdzikir, beribadah, serta

menghiasi diri dengan akhlak terpuji.

3. Al-Ittihad

Menurut Harun Nasution, ittihad adalah sebuah tingkatan dimana

seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Dalam ittihad bisa

terjadi pertukaran antara yang mencintai dan yang dicintai, yaitu antara sufi

dengan Tuhan.

4. Hulul

6
Hulul adalah Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia, di mana

manusia tersebut telah mampu melenyapkan sifat-sifat kemanusiaannya

melalui fana’.

5. Wahdatul wujud

Wahdatul wujud Secara harfiah wahdatul wujud artinya adalah

“kesatuan eksistensi”. Doktrin ini tidak mengakui adanya perbedaan antara

tuhan dengan makhluk, seandainya ada maka hanya kepercayaan bahwa

tuhan itu adalah keseluruhan, sedangkan makhluk adalah bagian dari

keseluruhan tersebut, dan Tuhan memperlihatkan Diri pada apa saja yang ada

di alam ini, karena tak ada satupun di alam ini kecuali wujud Tuhan.

2.6 Tokoh-Tokoh Dalam Aliran Tasawuf

1. Tasawuf Akhlaki

a) Hasan Al-Bashri

Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar. Ia adalah

seorang zahid yang amat masyhur dikalangan tabi’in. ia lahir di Madinah

tahun 21H dan wafat tahun 110H. Dasar pendirian beliau adalah zuhud

terhadap dunia, menolak kemegahan semata-mata menuju Allah, tawakal,

khauf (takut), dan raja’ (pengharapan). Pandangan tasawufnya ialah

anjuran pada tiap orang untuk senantiasa bersedih hati dan takut kalau

tidak mampu melaksanakan perintah Allah dan larangan-Nya.

b) Al-Muhasibi

7
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Al-Harits bin Asad Al-

Muhasibi. Dilahirkan di Basrah, Irak tahun 165H dan wafat tahun 243H.

Al-Muhasibi adalah sufi dan ulama’ besar yang menguasai beberapa

bidang ilmu seperti tasawuf, hadits, fiqih. Ia seorang figur sufi yang selalu

menjaga diri terhadap perbuatan dosa. Pandangannya tentang khauf dan

raja’ menempati posisi penting dalam memebersihkan jiawa. Menurutnya

khauf dan raja’ dapat dilakukan dengan sempurna hanya berpegang teguh

pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

c) Al-Ghazali

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin

Muhammad bin Ta’us at-Thusi as-Syafi’I al-Ghazali, dan mendapatkan

gelar hujjah al- Islam. Ia lahir di Ira n tahun 450H. menurut al-Ghazali

jalan menuju tasawuf dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-

hambatan jiwa dan membersihkan diri dari moral yang tercela. Ia menolak

paham hulul dan ittihad. Untuk itu ia menyodorkan paham baru tentang

ma’rifat, yaiyu pendekatan diri kepada Allah SWT (taqarrub ila Allah)

tanpa diikuti penyatuan dengan-Nya.

2. Tasawuf Irfani

a) Rabi’ah Al-Adawiyah

Nama lengkap Rabiah adalah rabiah bin Ismail Al Adawiyah Al

Bashriyah Al Qaisiyah. Ia diperkirakan lahir pada tahun 95 H / 713 M

disuatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan wafat di kota

itu pada tahun 185/801 M. Ia dilahirkan sebagai putri keempat, orang

8
tuanya menamakan Rabiah. Kedua orang tuannya meninggal ketika ia

masih kecil. Dikarenakan orang tuanya sudah meninggal maka Rabiah

dijadikan sebagai seorang budak yang kemudian dia dimerdekakan oleh

tuannya itu. Setelah dimerdekakan, Rabiah kemudian kehidupannnya

dengan menempuh jalan sufi. Ia menghabiskan waktunya hanya untuk

beribadah kepada Allah SWT.

Rabiah merupakan tokoh tasawuf pertama yang dianggap sebaga

pelopor dotrin cinta tanpa pamrih (kepada Allah). Di dalam sejarah

perkembangan tasawuf, hal ini merupakan konsepsi baru di kalangan

sufi kala itu. Karena itulah ia disebut “The Mother of The Grand

Master” atau Ibu dari para sufi besar.

b) Dzun Nun Al-Mishri

Dzun Nun al-Mishri memiliki nama lengkap Abu al-Faid Tsauban bin

Ibrahim. Dilahirkan di salah satu kawasan di Mesir bernama Ekhmim

pada tahun 180 H (798). Dan wafat pada tahun 246 H (856M). Julukan

Dzu al-Nun diberikan kepadanya berhubungan dengan berbagai

kelebihan yang diberikan Allah kepadanya. Posisi Al-Mushri dalam

tasawuf dilihat penting karena dia lah orang pertama di Mesir

yang membicarakan masalah ahwal dan maqamat para wali. Dia juga

dipandang sebagai bapak faham ma’rifah.

3. Tasawuf Amali

a) Syekh Abdul Qodir Jailani

9
Syekh Abdul Qadir Jailani dilahirkan tahun 470H dan wafat tahun 561H.

Beliau adalah pendiri tarekat Qadariyah, ia berpengaruh dihati masyarakat

yang dituturkan lewat bacaan manaqib pada acara-acara tertentu. Manaqib ini

dibaca dengan tujuan agar mendapat berkah.

b) Ahmad Abu Hasan Ar-Rifa’i

Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Ali bin Abbas, wafat tahun

578H. Ciri tarekat ini adalah penggunaan tabuhan rebana dalam

wiridnya yang diikuti dengan tarian dan permainan debus.

4. Tasawuf Falsafi

a) Abu Yazid Al-Busthami

Nama kecilnya ialah At-Taifur dan wafat pada tahun 261H. [10]

Ajaran tasawuf yang terpenting darinya adalah fana’ dan baqa’. Fana’

adalah hilangnya semua keinginan hawa nafsu seseorang, sedangkan

baqa’ adalah mendirikan sikap-sikap terpuji pada Allah. Ketika

seseorang telah berada dalam fana’ maka ia terbawa kedalam

perenungan terhadap realitas mutlak. Tahap akhirnya ialah lenyapnya

diri secara penuh yang merupakan permulaan diri dari baqa’. Ketika

seseorang telah memiliki keduanya maka seorang sufi telah mencapai

puncak yang diinginkannya, yakni ma’rifat.

b) Al-Hallaj

Nama lengkapnya Husain bin Mansyur bin Muhammad al-Hallaj.

Lahir di Persia tahun 244H. Ajarannya yang paling terkenal adalah al-

hulul yaitu suatu paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-

10
tubuh manusia tertentu dan mengambil tempat (hulul) didalamnya

setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada didalam tubuh itu dilenyapkan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aliran-aliran dalam tasawuf terbagi menjadi empat, yakni aliran tasawuf akhlaki,

irfani, amali dan falsafi.

Tasawuf akhlaki adalah adalah ajaran tasawuf yang membahas tentang

kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan pada pengaturan sikap mental

dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat guna mencapai kebahagiaan yang optimal.

Tasawuf irfani adalah tasawuf yang berusaha menyingkap hakikat kebenaran

(ma’rifat) diperoleh dengan tidak melalui logika atau pemikiran tetapi melalui

pemberian Tuhan.

Tasawuf amali yaitu tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tasawuf falsafi yaitu tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi

intuitif dan rasional.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akbarizan, Taswuf Integratif Pemikiran dan Ajaran Tasawuf di Indonesia

Pekanbaru: Suska Press, 2008

Albani, Muhammad Nashir ad- Din al-, Shalih Sunan Ibn Majah terj. Abu Fahmi dan Iqbal.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2013

Anwar, Rosihon dan Mukhtar Solihin. Ilmu Tasawuf. Bandung Pustaka Setia, 2000

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010

As, Asmaran. “Kontribusi Ilmu Tasawuf Dalam Pembangunan Karakter Bangsa.” Jurnal

Studi Insania Vol. 2, No. 1, April 2014

Ernst, Carl E. Ajaran dan Amaliah Tasawuf ter. Arif Anwar. Yogyakarta: Pustaka Sufi,

2003.

Haira, Bahra Noor. “Doktrin Tasawuf Dalam Perspektif Filsafat.” Jurnal Ilmu

Ushuluddin. Vol 1, no. 1, April 2002

Hamka. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993.

Ilahi, Kurnial. “Studi Tentang Konsep Makamat dan Ahwal Dalam Tasawuf”.

Jurnal Ushuluddin, Vol. IV, no. 4, 2001

Jamil, M Cakrawala Tasawuf Sejarah Pemikiran dan Kontestualitas. Jakarta:

Gaung Persada Press, 2007

1
Lings, Martin. Membedah Tasawuf ter. Akhmad. Jakarta: Pedoman Ilmu, 1991

Haddad, Abdullah bin Alwi al-, 162 Masalah Sufistik terj. Yunus bin Ali al-

Muhdor. Surabaya: Cahaya Ilmu, 2012.

Badrudin, 2015. Akhlak Tasawuf. Serang: IAIB Press

Ghazali, Abu Hamid al-, Ihya Ulumuddin terj. Moh Zuhri, dkk, Semarng: Asy-Syifa, 1990.

Mahmud, Abdul Halim. Tasawuf di Dunia Islam terj. Abdullah Zakiy al-Kaff.

Bandung: Pustaka Setia, 2002

Anda mungkin juga menyukai