Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TRANSFORMASI HADITS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah studi hadits

DISUSUN OLEH

ACHMAD SETIADI

UMI FAKHRATUNISA

WINI SUCI LESTARI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

2019/2020

6
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah studi hadits, dengan judul: “Transformasi Hadits”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Cirebon, September 2019

Penulis

6
DAFTAR ISI
Kata pengantar .................................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bentuk-bentuk Transformasi Hadits ........................................................................... 2


2.2 Metode Transformasi Hadits....................................................................................... 4
2.3 Lambang-lambang Transformasi Hadits..................................................................... 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 6

Daftar Pustaka .....................................................................................................................

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam konteks ini, transformasi hadits di artikan sebagai periwayatan hadist. Namun
istilah ini digunakan dengan alasan bahwa didalamnya tidak hanya mengandung aktifitas
periwayatan, tetapi mencakup proses penerimaan hadits(tahammu al-hadits), dan
periwayatan hadits(ada’al-hadits) sekaligus.
Kata tahammul merupakan bentuk mashdar dari kata tahammala, tahammulan yang
secara etemilogi berarti menerima. Sedangkan menurut pengertian istilah, yang di
maksud tahammul adalah penjelasan mengenai cara-cara para periwayat dalam
mengambil atau menerima hadits dari gurunya.
Sedangkan kata ada’merupakan isim mashdar dari adda,yuaddi,ada’an,yang secara
etimologis berarti menyampaikan atau menunaikan. Sedangkan menurut istilah ada’al-
hadits adalah penjelasan mengenai cara-cara menyampaikan hadits yang diterima oleh
periwayat hadits dari syaikh atau gurunya.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian transformasi hadits adalah penjelsan mengenai
cara-cara menerima atau mendapatkan hadits dan bagaimana cara menyampaikannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja bentuk-bentuk transformasi hadits?
2. Sebutkan metode transformasi hadits?
3. Bagaimana lambang transformasi hadits ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk menjeleskan bentuk-bentuk transformasi hadits
2. Untuk menjelaskan metode transformasi hadits
3. Untuk menjelaskan lambang-lambang transformasi hadits

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Mengetahui bentuk-bentuk transformasi hadits
2. Mengetahui metode transformasi hadits
3. Mengetahui lambang-lambang transformasi hadits

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bentuk-bentuk Transformasi Hadits

Bentuk-bentuk transformasi hadist disebut sebagai shigatyaitulafadh-lafadh


yang digunakan oleh ahli hadist dalam meriwayatkan hadist dengan menyampaikannya
kepada muridnya. Dalam menerima hadist tidak disyaratkan seorang harus muslim dan
baligh. Namun ketika menyampaikannya, disyaratkan harus islam dan baligh. Maka
diterima riwayat seorang muslim yang baligh dari hadist yang diterimanya sebelum
masuk islam atau sebelum baligh, dengan syarat tamyiz atau dapat membedakan (yang
haq dan yang bathil). Sebagian ulama memberikan batasan minimal berumur lima
tahun.

Namun yang benar adalah cukup batasan tamyiz atau dapat membedakan. Jika
ia dapat memahami pembicaraan dan memberikan jawaban dan pendengaran yang
benar, itulah tamyiz dan mumayyiz. Jalan untuk menerima dan menyampaikan hadist
ada delapan, yaitu as-sama’ atau mendengar lafadh syaikh; al-qira’ah atau membaca
kepada syaikh; al-ijazah, al-munawalah, al-kitabah, al-I’lam, al-washiyyah, dan al-
wijadh.

 Bentuk-bentuk transformasi atau mengambil sebuah hadist sebagai berikut :


a. Mendengar (as-sama)
Yaitu, mendengarkan langsung dari guru. Sima’ mencakup pendekatn
dan memberi informasi, menurut ahli hadist, sima’ merupakan shigat riwayat
yang paling tinggi dan paling kuat.
b. Membaca (al-qira’ah)

Yaitu, seorang murid menyuguhkan hadistnya kehadapan gurunya dalam


periwayatannya, bisa seorang murid membacakan hadistnya kepada seorang
guru atau gurunya membacakan hadist dan muridnya mendengarkan denganm
baik.

6
c. Ijazah(al-ijazah)
Ijazah menurut bahasa yaitu, memberikan izin dari seseorang kepada
orang lain. Sedangkan menurut istilah ahli hadist ijazah merupakan pemberian
izin oleh seorang guru kepada muridnya untuk meriwayatkan sebuah hadist
tanpa membaca hadist tersebut. Ijazah ini bisa dilakukan secara lisan dan
tertulis.
d. Memberi(Munawalah)

Al-munawalah menurut bahasa muhadditsin adalah bahwa seorang guru


menyerahkan kita atau lembaran catatan hadist kepada muridnya agar
diriwayatkan dengan sanad darinya.

e. Menulis(al-kitabah)

Yang dimaksud mukatabah adalah seorang muhadist menulis suatu


hadist lalu mengirimkan kepada muridnya. Al-mukatabah yaitu seorang guru
menulis dengan tangannya sendiri lalu meminta orang lain menulis darinya
sebagian hadistnya untuk seorang murid yang berada ditempat lain lalu guru itu
mengirimkannya kepada sang murid bersama orang yang bisa dipercaya.

f. Pemberitahuan(I’lam)

Yaitu, seorang syaikh memberitahu seorang muridnya bahwa hadist ini


atau kitab ini adalah riwayatnya dari si fulan dengan tidak izin untuk
meriwayatkan dari padanya. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum
meriwayatkan dengan cara al-I’lam. Sebagian membolehkan dan sebagin tidak
membolehkan.

g. Wasiat(al-wasiyah)

Yaitu, seorang guru berwasiat sebelum berpergian jauh atau sebelum


meninggal, agar kitab riwayatnya diberi kepada seseorang untuk
meriwayatkannya

6
2.2Metode Transformasi Hadits

Sebelumnya kita telah menyimak bagaimana nabi mengajarkan hadits dan


Sunnahnya, dan bagaimana hal itu diterima oleh sahabat. Para sahabat sebagai muslim
yang langsung dibimbing oleh Nabi mempunyai hak istimewa dan tugas khusus untuk
menyebarluaskan ajaran Nabi. Namun, diperjalanan masa berikutnya, sebagaimana
halnya hadits tersebar merakyat di persada dunia muslim. Pengumpulan dan
pengkodifian hadits menurut pengembaraan yang lebih intensif. Oleh karena itu mesti
dimunculkan metode baru dalam belajar mengajar hadits.

Ada 8 metode yang digunakan dalam proses transformasi hadits

1. Sama' (al-sam'u min lafzhi al-syaikh) : guru menyampaikan hadits kepada murid
secara lisan,singgahnya :‫حدثنا‬،‫حدثني‬،‫سمعنا‬،‫سمعت‬
2. Qira'ah (al-qira'ah 'ala al-syaikh) : guru menyampaikan hadits kepada murid berupa
naskah dengan dibaca oleh murid, singgahnya:‫علىقرأت‬،‫قرأفالن علي‬
3. Ijazah : izin periwayatan untuk orang tertentu/tidak tertentu, tentang sesuatu materi
tertentu/ tidak tertentu:‫لمعينمعينفياجزتلك‬
4. Munawalah: guru menyampaikan hadits kepada murid berupa naskah tanpa dibaca,
singgahnya:‫انبأنا‬،‫انبأني‬،‫ناولنا‬،‫ناولني‬
5. Mukatabah: guru menyampaikan hadits kepada murid dengan menuliskannya
langsung, singgahnya: . ‫اليكتب‬
6. Muwajadah: murid menerima hadits dari guru berupa naskah tanpa bertemu,
singgahnya: . ‫مواجدة‬
7. I'lam: pemberitahuan periwayatan hadits
8. Wasiat: penyampaian hadits pada saat guru akan bepergian atau wafat

6
2.3 Lambang-lambang Transformasi Hadits

Adapun lambang-lambang transformasi hadits sebagai berikut :

a) As-sama' yaitu, lambang-lambang atau lafaz-lafaz penyampaian hadits dengan cara ini adalah
aku telah mendengar dan aku telah menceritakan kepadaku. Jika perawinya banyak, "kami
telah mendengar dan telah menceritakan kepada kami". Ini menunjukkan bahwasanya dia
mendengar dari syekh bersama yang lain. Adapun lafaz: telah berkata kepadaku, lebih tepat
untuk mendengarkan dalam mudzakarah pembelajaran bukan untuk mendengarkan hadits.
b) Al-Qira'ah yaitu, menyampaikan kepada kami melalui bacaan kepadanya. Namun yang
umum menurut ahli hadits adalah dengan menggunakan lafadh akhbarana saja tanpa
tambahan lain.
c) Al-Ijazah yaitu, lafaz-lafaz yang digunakan dalam penyampaian riwayat yang diterima dalam
jalur ijazah adalah ijazah si fulan (beliau telah memberikan ijazah, dan beliau telah
memberikan kepada fulan), haddatsna ijazatan (beliau telah memberikan dan memberitahukan
kepada kami secara ijazah).
d) Al-munawalah yaitu, lafaz-lafaz yang dipakai dalam menyampaikan hadits atau riwayat yang
diterima dengan jalan munawalah ini adalah jika si perawi berkata nawalani wa ajazani,
haddat sana munawalah wa ijazatan atau akhbarana munawalatan.
e) Khitabah yaitu, khitabah yang tidak disertai dengan ijazah, seperti seorang guru menulis
sebagian hadits kepada muridnya dan dikirim tulisan itu kepadanya, tapi tidak diperbolehkan
untuk meriwayatkannya. Disini terdapat perselisihan hukum meriwayatkannya. Sebagian
tidak diperbolehkan dan sebagian yang lain memperbolehkannya jika diketahui bahwa tulisan
tersebut karya guru sendiri.
f) I'lam yaitu, hanya memberitahukan hadits tersebut pada muridnya. Para ulama berbeda
pendapat tentang hukum meriwayatkan dengan cara al-i'lam. Sebagain memperolehkan
sebagian tidak memperbolehkan.
g) Washiyyah yaitu, ketika menyampaikan riwayat dengan wasiat ini perawi mengatakan: Ausha
ilaya fulaanun bi kitaabin (si Fulan telah mewasiatkan kepadaku sebuah kitab).

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

6
DAFTAR PUSTAKA

Soetari, Endang. 2011. Syarah dan Kritik Hadits dengan Metode Takhrij (Teori dan Aplikasi)
: Yayasan Amal Bakti Gombang Layang.Ajaj Al Khatib, Muhammad, Ushul Al-hadits
Pokok-pokok ilmu Hadits.( Jakarta.: Gaya Media Pratama, 2007).Ali Fayyad, Mahmud,
Chumaidy, Zarkasyi.1998.Manhaj Al-Muhadditsin Fil Dhabht As-sunnah.

Anda mungkin juga menyukai