Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMU TASAWUF DAN KONSEP DASAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf


Dosen Pengampu: Mohamad Ali Hisyam, Ph.D

Disusun Oleh :

1. Eka Agristina (190721100001)


2. Ratih Herawati (190721100043)
3. Rizqyka Candra Dewi (190721100106)
4. Chusnul Hotimah (190721100150)

EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan rahmat,
taufiq dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Akhlaq
Tasawuf yang berjudul “ILMU TASAWUF DAN KONSEP DASAR”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing kami
dalam kegiatan belajar mengajar.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang telah
mendukung kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik serta saran yang dapat
kami koreksi agar kedepannya kami lebih baik lagi dan Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Demikian makalah ini Kami susun, apabila ada kekurangan dalam peyusunan
kata, atau kata yang tidak berkenan di hati pembaca kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya, karena manusia tak luput dari kesalahan.

Bangkalan, 14 Oktober 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... ii

Daftar Isi ......................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................ 1

1.3 Tujuan................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tasawuf.............................................................. 4
2.2 Sejarah Kemunculan Tasawuf............................................. 6

2.3 Konsep Dasar Tasawuf........................................................ 8

2.4 Manfaat Mempelajari Tasawuf............................................ 10


BAB III PENUTUP
12
3.1 Kesimpulan......................................................................................
3.2 Saran.................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

LAMPIRAN.................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Islam mengajarkan umatnya mengenai berbagai macam hal,
terutama mengajarkan tentang akhlak. Akhlak mempunyai peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari. Moral yang terbimbing akan melahirkan etika
yang terarah dan lurus. Oleh karena itu, pendidian yang mengarah kepada
pembinaan akhlak sangat perlu diberikan dalam pengajaran dan pendidikan
baik yang formal, nonformal maupun informal.
Akhlaq yang mengajarkan kita untuk tetap berkehidupan sederhana
termasuk kedalam akhlak tasawuf dimana pengajaran-pengajarannya selalu
mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan duniawi. Percaya
bahwa kehidupan akhirat kekal abadi dan duniawi hanyalah semu dan bersifat
fana’ (rusak). Dimana orang-orang pilihan Allah ialah orang-orang yang
beriman yang dijanjikan mendapat kebahagiaan, kenikmatan di surga. Oleh
karena itu, bertasawuf sangat penting dipelajari dan diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian tasawuf ?
2. Bagaimana sejarah kemunculan tasawuf ?
3. Apa konsep dasar Tasawuf ?
4. Apa saja manfaat mempelajari tasawuf ?
1.3 Tujuan
1. Agar memahami pengertian tasawuf
2. Agar memahami sejarah kemunculan tasawuf
3. Agar memahami konsep dasar Tasawuf
4. Agar memahami manfaat mempelajari tasawuf

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tasawuf


Beberapa kalangan Sufi berpendapat bahwasanya kata tasawuf berasal
dari akar kata ash-shafa’, atau ash-shaff al-awwal, atau dari shuffah Masjid
Nabawi, namun semua ini dikritik karena tidak didukung oleh kaidah-kaidah
bahasa.1
Secara etimologi kata tasawuf berasal dari bahasa Arab yaitu tashawwafa,
yatashawwafu, tashawwufan.2 Selain itu, tasawuf juga banyak diartikan oleh
para ahli, sebagian menyatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuf yang
artinya bulu domba. 3 Arti dari bulu domba itu sendiri ialah untuk
menggambarkan sebuah kesederhanaan. Penganut tasawuf tidak memakai
pakaian yang terbuat dari kain sutra serta dalam kehidupan sehari - hari
mereka selalu menonjolkan sikap sederhana, yang mana mereka tidak suka
riya’ maupun sombong karena mereka tahu bahwa hal tersebut sangat di benci
oleh Allah SWT.
Kata tasawuf juga berasal dari kata shaff yang berati barisan.4 Barisan
tersebut maksudnya adalah barisan dalam jamaah shalat. Penganut tasawuf
beranggapan bahwa saat shalat jamaah berada di barisan yang paling depan
akan mendapatkan kemuliaan dan pahala dari Allah SWT. Maka dari itu
apabila shalat berjamaah barisan terdepan selalu terisi penuh dan diikuti
dengan yang belakangnya.
Selain kata shuf dan shaff, tasawuf juga bersal dari kata shafa yang
berarti jernih, yang mana jernih menggambarkan para penganut tasawuf
memiliki hati yang jernih atau suci. 5 Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa mereka (penganut tasawuf) mensucikan diri dihadapan

1
Muhammad Fauqi Hajjaj. “Tasawuf Islam dan Akhlaq”.Cetakan pertama.(Jakarta: Bumi
Aksara.2011).hlm.12
2
Samsul Munir Amin. “Ilmu Tasawuf”.Cetakan IV.(Jakarta: Amzah.2017).hlm.2
3
Ibid. hlm.3
4
Ibid. hlm.3
5
Ibid. hlm.3

2
Allah SWT dengan melatih diri untuk menjauhi segala larangan yang dilarang
oleh Allah SWT supaya mencapai kebersihan dan kesucian hatinya. Mereka
melakukan hal tersebut dikarenakan agar dapat selalu dekat dengan Allah
SWT dan terhindar dari segala pengaruh yang terdapat di duniawi seperti sifat
sombong, iri maupun dengki.
Para ahli juga mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuffah yang
artinya serambi Masjid Nabawi yang ditempati oleh sebagian sahabat
Rasulullah SAW.6 Para sahabat Rasulullah SAW sering berpindah - pindah
untuk menimba ilmu bersama Rasulullah SAW dan menghuni masjid Nabawi.
Saat itu para sahabat Rasulullah SAW jauh dari kata mampu. Mereka tidak
memiliki harta maupun tempat tinggal, maka dari itu serambi masjid Nabawi
digunakan untuk beristirahat para sahabat saat lelah. Meskipun dalam kondisi
tidak mampu, dalam perjalanan menimba ilmu para sahabat tetap
berkonsentrasi beribadah kepada Allah SAW serta meninggalkan sesuatu
yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat.
Dari pemaparan diatas, yang paling disetujui yaitu kata tasawuf yang
berasal dari kata shuf yang artinya bulu domba. J. Spencer Trimingham -
seorang orientalis - dalam bukunya yang berjudul The Sufi Orders in Islam,
berpendapat bahwa term sufi pertama kalinya diterapkan pada asketik muslim
yang berpakaian wol kasar. Dari kata shuf lahir kata tasawuf yang artinya
mistisme.7
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tasawuf merupakan suatu ajaran yang
mana selalu berorientasi pada hal yang berhubungan dengan akhirat sehingga
selalu melakukan usaha dengan menjaga kesucian jiwa, mengutamakan
kebenaran serta berpola hidup sederhana.
Selain dilihat dari sudut pandang secara etimologi, tasawuf juga dapat
diartikan melalui sudut pandang terminologi. Pengertian tasawuf memang
tidak dapat diartikan secara global, dilihat dari berbagai pendapat yang telah
dikemukakan oleh para ahli. Berikut pengertian tasawuf dari pendapat para

6
Ibid.hlm.3
7
Ibid.hlm.4

3
ahli sebagai berikut8:
1) Ma’ruf Al-Karkhi ( w. 200 H)
“Tasawuf menekankan hal - hal yang hakiki dan mengabaikan segala
apa yang ada pada makhluk. Barangsiapa yang belum bersungguh -
sungguh dengan kefakiran, berarti belum bersungguh - sungguh dalam
bertasawuf.”
2) Abu Hamzah
“Tanda sufi yang benar adalah berpikir setelah ia kaya, merendahkan
diri setelah ia bermegah-megah, dan menyembunyikan diri setelah ia
terkenal. Sementara itu, tanda sufi yang palsu adalah kaya setelah ia
berpikir, bermegah-megah setelah ia merendahkan diri, dan tersohor
setelah ia bersembunyi.”
3) Al - Junaidi
“Tasawuf ialah membersihkan hati dari yang mengganggu perasaan,
berjuang menanggalkan pengaruh insting, memadamkan kelemahan,
menjauhi seruan hawa nafsu, mendekati sifat - sifat suci kerohanian,
bergantung pada ilmu - ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan
lebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua manusia, memegang
teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat, serta mengikuti contoh
Rasulullah dalam hal syariat.”
4) Syaikh Ahmad bin Muhammad Zain bin Musthafa Al - Fathani
“Para sufi memakai pakaian yang terbuat dari bulu. Mereka tidak
mau menyerupai kebanyakan orang yang selalu bermegah-megah dengan
pakaian yang serba indah. Mereka merasa cukup dengan berpakaian
seperti itu, karena sekedar menutup aurat.”

8
Ibid.hlm.6

4
5) Syaikh Abu Muhammad Sahi bin Abdullah At - Tustari
“Sufi ialah orang bersih dari kotoran, penuh pemikiran, dan hanya
memusatkan semata - mata pada Allah. Baginya, antara harta benda dan
tanah liat bernilai sama.”
6) Ibnu Khaldun
“Tasawuf semacam ilmu syariat yang timbul kemudian di dalam
agama. Asalnya adalah tekun beribadah, memutuskan pertalian terhadap
segala sesuatu kecuali Allah, hanya menghadap-Nya, dan menolak
perhiasan dunia. Selain itu, membenci perkara yang selalu memperdaya
orang banyak, sekaligus menjauhi kelezatan harta, dan kemegahannya.
Tambahan pula, tasawuf juga berarti menyendiri menuju jalan Tuhan
dalam khalwat dan ibadah.”
Banyak pendapat para ahli tentang definisi tasawuf menyebabkan
sulitnya mendefinisikan tasawuf secara lengkap. Akan tetapi, terlepas
dari pengertian tasawuf yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa
pandangan secara umum tentang definisi tasawuf dapat diartikan sebagai
salah satu upaya untuk melatih diri dengan berbagai kegiatan yang
bermanfaat yang dapat membebaskan diri dari berbagai pengaruh
kehidupan dunia sehingga seseorang tersebut dekat dengan Allah SWT.
Tasawuf merupakan jalan yang harus ditempuh untuk seseorang
yang sedang mencari keselamatan di akhirat, dengan selalu menjaga hati
dari sifat-sifat yang kotor, menjaga nafsu syahwat dan selalu menjauhi
apa yang dilarang oleh Allah SWT.

5
2.2 Sejarah Kemunculan Tasawuf
Dalam sejarah kemunculannya, tasawuf dalam pandangan Islam telah ada
sejak zaman Rasulullah SAW tepatnya sekitar abad ke-2 atau awal abad ke-3
Hijriyah. Tidak mengherankan jika kehidupan tasawuf tumbuh dan
berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya agama Islam,
bahkan sebelum Rasulullah SAW diangkat menjadi rasul. 9 Dapat dikatakan
demikian karena Nabi Muhammad SAW telah mencerminkan sikap
kesederhanaan dalam menjalani kehidupan sehari - hari. Selain itu, Rasulullah
SAW juga lebih mengutamakan ibadah kepada Allah SWT dengan
menghabiskan waktunya hanya untuk beribadah. Bahkan tidak jarang beliau
melakukan pengasingan diri selama berbulan - bulan hingga akhirnya
Rasulullah SAW menerima wahyu pertamanya dan diangkat sebagai rasul
Allah SWT.
Meskipun Rasulullah SAW telah diangkat menjadi nabi sebagai utusan
Allah SWT, keadaan dan cara hidup beliau masih ditandai oleh jiwa dan
suasana kerakyatan,10selain itu Rasulullah juga masih mencerminkan sikap
sederhanaannya. Dalam buku akhlak tasawuf dijelaskan bahwasanya dulu
Rasulullah SAW sedikit sekali waktu yang digunakan untuk tidur, sebab
beliau menghabiskan waktunya hanya untuk bertawajjuh kepada Allah SWT
dengan memperbanyak zikir kepada-Nya.11 Sekalipun Rasulullah SAW tidur,
beliau tidak pernah menggunakan kasur sebagai alas tidurnya, tetapi
Rasulullah SAW hanya memanfaatkan daun kurma sebagai alas tidurnya.
Hingga sahabat Ibnu Mas’ud meriwayatkan, ia pernah masuk ke rumah
Rasulullah SAW dan didapatinya beliau sedang berbaring di atas sepotong
anyaman daun kurma yang memberi bekas di pipinya. Dengan sedih Ibnu
Mas’ud bertanya, “Ya Rasulullah, apakah tidak lebih baik aku mencari bantal
untukmu?” Rasulullah menjawab, “Tidak ada hajatku untuk itu, Aku dan
dunia adalah laksana seseorang yang sedang bepergian, sebentar berteduh di

9
Ibid.hlm.88
10
Ahmad Bangun Nasution.” Akhlak Tasawuf (Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasiannya”).Cetakan
II.(Jakarta: Rajawali Pers, 2015). hlm.17
11
Ibid.hlm.17

6
saat matahari sangat terik di bawah naungan sebuah pohon kayu yang
rindang, untuk kemudian berangkat dari sana ke arah tujuannya.”12
Dalam hidupnya Rasulullah SAW tidak menonjolkan atau mencerminkan
gaya hidup yang serba mewah. Dalam berpakaian pun beliau mengenakan
pakaian sederhana dan seadanya. Kehidupan beliau yang sangat sederhana
dan meninggalkan kehidupan mewah bertujuan memberi contoh bagi para
sahabatnya.13 Akhirnya para sahabat pun juga menerapkan kehidupan sufi,
meskipun dengan seluruh kekurangan yang ada, para sahabat tetap semangat
untuk beribadah. Hal seperti itu tampak dalam kehidupan para sahabat beliau,
semisal Abu Hurairah, Abu Darda’, Salman Al-Farisi, Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Umar dan sebagainya.14
Dapat dicontoh seperti kehidupan Abu Hurairah misalnya dalam sejarah
disebutkan bahwa beliau tidak mempunyai rumah, hanya tidur di emperan
Masjidil Haram Makkah, pakaiannya hanya satu melekat di badan, makannya
tidak pernah kenyang, bahkan sering tidak makan. 15 Hingga pada suatu
ketika, beliau terlihat kelaparan, hingga beliau bertanya pada Abu Bakar yang
kebetulan lewat di depannya. Ia bertanya ayat apa yang harus dibacanya dari
al-Qur’an untuk menahan laparnya, kemudian Abu Bakar tidak menjawab
pertanyaan tersebut dan langsung pergi meninggalakannya. Dan kemudian
datanglah Rasulullah SAW yang langsung mengajak Abu Hurairah pergi ke
rumahnya. Tatkala itu Rasulullah SAW langsung mengeluarkan sebuah bejana
susu dan disuruh minumnya Abu Hurairah, sampai kenyang sehingga tidak
dapat menghabiskannya.16
Seperti itulah kehidupan para sahabat nabi, dan gaya hidup seperti itu
diikuti oleh para Thabi’in sampai turun temurun hingga sekarang. Pada abad -
abad berikutnya ilmu tasawuf semakin berkembang sejalan dengan
perkembangan agama Islam di berbagai belahan bumi.17

12
Samsul Munir Amin.Op.Cit.hlm.89
13
Ibid.hlm.89
14
Ahmad Bangun Nasution.Op.Cit.hlm.17
15
Ibid.hlm.17
16
Ibid.hlm.18
17
Ibid.hlm.19

7
Selain pemaparan kemunculan tasawuf di atas, sebagian para ahli juga
mengemukakan pendapatnya tentang kemunculan tasawuf. Pendapat mereka
tasawuf muncul disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai
berikut18:
1. Tasawuf lahir karena pengaruh dari paham Kristen yang menjauhi dunia
dan hidup mengasingkan diri dari biara - biara. Sikap hidup yang
menjauhi dunia dan keramaian dunia ini memang terlihat jelas dalam
perilaku para sufi dengan paham zuhud yang mereka anut.
2. Tasawuf lahir karena pengaruh filsafat Phytagoras yang berpendapat
bahwa roh manusia kekal dan berada di dunia sebagai orang asing.
3. Munculnya tasawuf dalam Islam sebagai pengaruh dari filsafat emanasi
Plotinus yang membawa paham wujud memancar dari zat Tuhan.
Masuknya ke dalam materi menyebabkan roh menjadi kotor. Untuk
kembali kepada Tuhan, roh harus dibersihkan terlebih dahulu dengan
sikap meninggalkan dunia dan mendekatkan diri kepada Tuhan seerat
mungkin.
4. Tasawuf lahir atas pengaruh nirwana. Menurut ajaran Buddha bahwa
seseorang meninggalkan dunia dan melakukan kontemplasi.
5. Tasawuf lahir karena pengaruh ajaran Hinduisme yang mendorong
manusia meninggalkan dunia dan berupaya mendekatkan diri kepada
Tuhan.

2.3 Konsep Dasar Tasawuf


Untuk menjalankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, muncul
pertanyaan-pertanyaan tentang landasan atau dasar seseorang dalam berbuat
suatu hal termasuk dalam ajaran tasawuf. Berikut beberapa landasan
dasar-dasar tasawuf dalam al-qur’an dan hadist dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut yaitu:19

18
Ahmad Bangun Nasution.” Akhlak Tasawuf (Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasiannya”).Cetakan
II.(Jakarta: Rajawali Pers, 2015). hlm.4
19
Haji Marhaban, “Konsep Qur’ani dalam Pemikiran Tasawuf Ibnu Qayim Al-Jauziyah”,Jurnal At-Tibyan
Vol. 3. No. 1. 2018, Institut Agama Islam Negeri Langsa.hlm.113

8
a) Konsep Qur’ani dalam tasawuf
1. Ayat Al-qur’an Tentang Tawawuf Secara Eksplisit
Yang dimaksud eksplisit ialah makna atau maksud yang diajukan
secara langsung dan jelas.Konsep secara eksplisit ini memiliki ciri-ciri
aliran tasawuf sebagai berikut:
a. Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah.
b. Bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan
bersikap tegas terhadap orang-orang kafir.
c. Berjihad di jalan Allah.
d. Tidak takut kepada celaan pencela.
2. Ayat Al-qur’an Tentang Tawawuf Secara Implisit
Yang dimaksud implisit ialah makna atau maksud yang diajukan
tidak secara langsung dan sembunyi-sembunyi. Makna eksplisit
mengacu pada informasi sedangkan makan implisit mengacu pada
emosi.
Imam Sahal Tusturi seorang ahli tasawuf mengemukakan prinsip
tasawuf ada enam yaitu:
a. Berpedoman kepada kitab Allah (Alqur’an)
b. Mengikuti sunnah Rasulullah (Hadist)
c. Makan makanan yang halal
d. Tidak menyakiti manusia (termasuk binatang)
e. Menjauhkan diri dari dosa
f. Melaksanakan ketetapan hukum (yaitu segala peraturan agama
Islam)
Tasawuf mengajak akhlak mulia yang dianjurkan dalam Islam.
Akhlaq yang mulia itu dijadiakn sebagai landasan untuk menyucikan
jiwanya dengan cara berhias diri dengan keutamaan akhlaknya yang
berupa tawadhu’ (rendah hati) dan qana’ah (merelakan diri),
menjauhkan diri dari perkara yang berat, perdebatan maupun
kemarahan.20

20
Badrudin.“Akhlak Tasawuf”.Cetakan ke II.(Pegantungan Serang: IAIB Press.2015)hlm.67-68

9
2.4 Manfaat Mempelajari Tasawuf
a) Membersihkan Hati dalam Berinteraksi dengan Allah
Esensi tasawuf adalah tazkiyah an-nafs yang artinya
membersihkan jiwa dari kotoran - kotoran.21 Maksudnya ialah apabila
kita akan mengahadap kepada Allah SWT bukan hanya memakai
pakaian yang bersih dan tempat yang suci, akan tetapi hati kita juga harus
bersih sehingga dalam beribadah kepada Allah SWT akan menemukan
kedamaian hati serta ketenangan jiwa dan kemudian kita mendapatkan
pahala dari Allah SWT.
b) Membersihkan Diri dari Pengaruh Materi
Pada dasarnya kebutuhan manusia bukan hanya pada pemenuhan
materi, melainkan juga pemenuhan spiritual.22 Manusia membutuhkan
segala sesuatu dalam menunjang kehidupannya. Sebagai makhluk
hidup kita wajib memenuhi kebutuhan hidup kita seperti makan, membeli
pakaian dan sebagainya. Akan tetapi, semua itu juga harus dibekali
dengan ilmu tasawuf. Karena dengan adanya tasawuf kita dapat
mengontrol nafsu kita yang sangat besar. Karena melalui tasawuf
kecintaan kita terhadap kenikmatan duniawi tidaklah besar. Kita pasti
akan beranggapan apa yang ada di dunia hanya sementara dan harta yang
kita miliki di dunia ini hanya sebagai penunjang dalam beribadah.
Dengan pendekatan tasawuf kita akan berusaha membersihkan hati
dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
c) Menerangi Jiwa dari Kegelapan
Benturan dalam mengejar dan mencari materi atau dalam mengejar
urusan duniawi dapat menjadikan seseorang gelap mata.23 Banyak umat
manusia yang gila akan harta di dunia, hingga mereka selalu
menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya misalnya dengan
mengkorupsi uang negara. Dengan banyaknya umat manusia
melakukan korupsi, telah membuktikan bahwa umat manusia benar –

21
Samsul Munir Amin. “Ilmu Tasawuf”.Cetakan IV.(Jakarta: Amzah.2017).hlm.
22
Ibid.hlm.127
23
Ibid.hlm.128

10
benar gila harta sehingga dapat memunculkan sifat riya’ dan takabbur.
Akan tetapi, sifat – sifat tersebut dapat dihilangkan dari diri
seseorang dengan kita memperkuat ajaran agama. Dengan
beristiqomah dalam beribadah serta mempelajari al-Qur’an dan hadist
tentang tasawuf dapat membuat diri kita tidak terlalu mementingkan hal
– hal yang ada di dunia. Sehingga kita mendapat ketentraman hati serta
terhindar dari sifat iri dan dengki.
d) Memperteguh dan Menyuburkan Keyakinan Agama
Kekuatan umat Islam bukan hanya karena kekuatan fisik dan
senjata, melainkan kekuatan mental dan spiritualnya.24 Apabila mental
dan spiritual umat manusia itu sendiri telah rusak hanya karena nafsu
duniawi akan dapat menggoyahkan keimanan mereka terhadap Allah
SWT. Seperti halnya pada masa kejayaan Islam, Islam pada masa itu
runtuh dikarenakan banyaknya umat manusia yang membangga –
banggakan segala harta yang mereka punya serta mengabaikan
nilai-nilai spiritualnya.
Sebenarnya tanpa disadari oleh mannusia bahwa kesenangan
duniawi dapat menyebabkan manusia tenggelam dalam kesesatan.
Akan tetapi, jika kita menerapkan ajaran tasawuf dalam kehidupan, pasti
kita akan dapat mengendalikan nafsu, terhindar dari tindakan tercela
serta dapat menambah keimanan kita terhadap Allah SWT.
e) Mempertinggi Akhlak Manusia
Ajaran tasawuf yang menuntut manusia untuk menjadi pribadi
muslim yang memiliki akhlak mulia dan dapat menghilangkan akhlak
25
tercela. Sebab dengan memiliki akhlak yang baik atau akhlak
mulia kita dapat menjalin hubungan manusia dengan manusia maupun
manusia dengan Tuhannya akan terjalin dengan baik pula. Dan apabila
manusia tidak memiliki akhlak baik tersebut maka tidak jauh beda
manusia dengan hewan yang tidak memiliki akal.

24
Ibid.hlm.128
25
Ibid.hlm.129

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan disusunnya materi tentang Tasawuf ini dapat disimpulkan bahwa
tasawuf merupakan suatu ajaran yang mana selalu berorientasi pada hal yang
berhubungan dengan akhirat sehingga selalu melakukan usaha dengan
menjaga kesucian jiwa, mengutamakan kebenaran serta berpola hidup
sederhana. Tasawuf sendiri bermula sejak zaman Rasulullah SAW tepatnya
sekitar abad ke-2 atau awal abad ke-3 Hijriyah, sebab tasawuf sendiri
dibawakan oleh Rasulullah SAW. Konsep dasar tasawuf bersumber dari
al-Qur’an yang dibedakan menjadi dua macam yaitu secara eksplisit dan
secara implisit. Eksplisit sendiri ialah makna atau maksud yang diajukan
secara langsung dan jelas dan implisit ialah makna atau maksud yang
diajukan tidak secara langsung dan sembunyi-sembunyi. Dalam mempelajari
ilmu tasawuf ini kita juga mendapatkan manfaat diantaranya membersihkan
hati dalam berinteraksi dengan allah, membersihkan diri dari pengaruh materi,
menerangi jiwa dari kegelapan, memperteguh dan menyuburkan keyakinan
agama, dan yang terakhir mempertinggi akhlak manusia.

3.2 Saran
Semoga dengan ini kita bisa bersama mewujudkan tujuan dan cita-cita
bangsa. Untuk pemerintahan Indonesia semoga lebih baik lagi dalam
mengolah wawasan nusantara sehingga mencapai tujuan yang diharapkan
tanpa ada kecurangan maupun banyak penyimpangan yang menyertainya.
Demikianlah makalah yang kami buat semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan
informasi, ejaan, dan penulisan kata. Kami mengharapkan saran dan kritik
untuk dapat lebih baik lagi dalam penulisan makalah.

12
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Hajjaj, Muhammad Fauqi. 2011. Tasawuf Islam danAkhlaq. Cetakan Pertama.
Jakarta: Bumi Aksara.

Amin, Samsul Munir. 2017. Ilmu Tasawuf. Cetakan Ke IV. Jakarta: Hamzah.

Nasution, Ahmad Bangun. 2015. Akhlak Tasawuf Pengenalan, Pemahaman, dan


Pengaplikasiannya. Cetakan Ke II. Jakarta: Rajawali Press.

Badrudin. 2015. Akhlak Tasawuf. Cetakan Ke II. Pegantungan Serang: IAIB


Press.

JURNAL
Marhaban. Jurnal At-Tibyan Vol. 3. No. 1. 2018. Konsep Qur’ani dalam
Pemikiran Tasawuf Ibnu Qayim Al-Jauziyah. Institut Agama Islam Negeri Langsa.

13
LAMPIRAN

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai