MAKALAH
Oleh :
Muhasir
NIM : 1703038021
0
STUDI ISLAM DALAM PENDEKATAN HISTORIS
(Sebuah Konsep Ilmu Pendekatan Keislaman)
Muhasir
1703038021
I. PENDAHULUAN
1
menjadikan agama sebagai objek studi dengan demikian selalu memiliki resiko
terhadap dengan reaksi para pengikut agama, secara bertingkat memeunculkan
rasa pengabdian dan kesediaan untuk berkorban bagi kenyakinannya.1
“Siapa yang tidak memiliki masa lalu (sejarah), ia tidak memiliki masa
depan ,” demikianlah sebuah adagium populer. Artinya, sejarah akan menjadi
faktor penting dalam meretas sebuah kemajuan.2 Sejarah merekfleksikan gerak
pengumulan dialetik antara peradaban islam dan peradaban yang hidup di
sekelilingnya, pada waktu kapan pun. Konsekuensinya, diskursus falsafah,
islam era kontemporer seharusnya bergumul dan berhadapan langsung dengan
riak gelombang pemikiran dan peradaban Barat. Penggunaan istilah-istilah dan
kunci-kunci pemikiran Barat adalah merupakan bangunan yang tak terpisahkan
dari diskursus falsafah islam kontemporer.3
Jika Ikwan al-safa dahulu menganggap penting perlunya penyesuaian
antara Syari’ah Islam dan Filsafat Yunani, maka pada gilirannya sekarang, saya
mengatakan bahwa filsafah islam perlu bergumul, bersentuhan dan berinteraksi
langsung diskursus falsafah yang hidup dalam kebudayaan dan kesadaran
Eropa, yang telah berhasil membedah persoalan-persoalan kemanusiaan
(Antropologi) dan menempatkan sebagai persoalan yang lebih pokok untuk di
telaah dan dikaji, daripada hanya terjebak pada persoalan-persoalan ketuhanan
klasik semata. Dan gagasan pemikiran sepertiitulah yang sekarang perlu kita
upayakan, yakni, penggeseran wilayah pemikiran yang dulunya hanya
memikirkan persoalan-persoalan “teologi” (ketuhanan) klasik kearah
paradigma pemikiran yang lebih menelaah dan mengkaji secara serius
persoalan-persoalan “kemanusiaan” (Antropologi)”4
Pada makalah ini penulis bermaksud membahas mengenai beberapa
kacamata sejarah seperti defenisi pendekatan historis , bagaiman teori-teori
1
Musahadi Ham, Islam Sebagai Sasaran Studi : Identifikasi awal terhadap problem, pola
dan pendekatan studi di indonesia, (Makasar : PPs UIN Alaudin Makasar,2006), 226.
2
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam, dari klasik hingga modrn, (Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2004), 227.
3
Ikhwan As-Shafa, adalah sebuah organisasi rahasia yang aneh dan misterius yang terdiri
dari para filsuf Arab Muslim, yang berpusat di Basra, Irak -yang saat itu merupakan ibukota
Kekhalifahan Abassiyah- di sekitar abad ke-10 Masehi
4
M. Amin Abdullah, “Islamic Studies”, 4.
2
pendekatan ilmu-ilmu keislaman , serta bagaimana pengaruh dan penggunaan
pendekatan historis dalam impikasi dan aplikasi.
II. RUMUSAN MASALAH
IV. PEMBAHASAN
5
Fatah Syukur NC, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang : Rizki Putra, 2012), 1.
3
pelaku dari peristiwa. Melalui pola pendekatan historis, kita akan mengerti
bahwa setiap ajaran agama yang didalamnya tertuang hukum-hukum tidak bisa
terlepas dari seting sosial yang menyelimutinya. Dalam kajian al-Qur’an
semisal kita mengenal ilmu Asbabun Nuzul ()اثباب النزول.6 Dalam kajian ini
sejarah memberikan pendekatan agar hukum-hukum yang berkaitan dengan
Axiologi, Epistemologi dan Ontologi itu harus benar-benar dikaji dalam teori
ilmu sejarahnya, seperti apa al-Quran itu diciptakan dan bagaimana hadist juga
bersetara dengan al-quran ini, sehingga para ilmuwan keisalaman memiliki
kesamaan arti dalam memahami sejarah studi islam, memahami konsep sunnah
hadis, dan masih banyak lagi teori-teori pendekatan keislaman tersebut.
Menurut Musahadi Ham (2000 : 157), setelah menentukan drajat
otentisitas historis hadis, langkah selanjutnya adalah kritek eidetis. Kritik
historis membuka jalan bagi proses pemahaman yang memuat tiga langkah
utama sebagai berikut :7
Pertama, analisis isi, yakni pemahaman terhadap muatan makna hadis
melalui beberapa kajian. Beberapa kajian dimaksud adalah kajian linguitik.
Disini penggunaan prosedur-prosedur gramatikal bahasa Arab mutlak
diperlukan, karena setipa teks hadis harus ditafsirkan dalam bahasa aslinya,
yakni bahasa Arab.
Kedua, analisis realitas historis, setelah pemahaman tekstual terhadap
hadis diperoleh melalui analisis isi, selanjutnya dilakukan upaya untuk
menemukan konteks rasio-historis hadis-hadis. Dalam tahapan ini, makna atau
arti suatu pernyataan dipahami dengan melakukan kajian atas realitas, situasi
umum masyarakat periode Nabi maupun situasi-situasi khususnya.
langkah ini mensyariatkan adanya suatu kajian menegnai situasi makro
yakni situasi kehidupan secara menyeluruh di Arabia pada saat kehadiran Nabi
baik mengenai kultur mereka. Setelah itu kajian mengenai situasi-situasi mikro,
yakni asbab wurud al-hadis.8
6
Muhammad Hambali, Pola Pendekatan Dalam Studi Agama, (Jakarta : Logos Wacana
Ilmu, 1997), 19.
7
Musahadi Ham, Evolusi Konsep Sunnah, implikasinya pada perkembangan hukum islam,
(Semarang : Aneka Ilmu, 2000), 157.
8
Musahadi Ham, Evolusi Konsep, 158.
4
Historis adalah asal usul, sililah,kisah,riwayat dan peristiwa. Historis
merupakan suatu ilmu yang di dalam nya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, dan latar belakang peristiwa
tersebut. Pendekatan kesejahteraan ini sangat penting dan di butuhkan dalam
memahami agama , karena agama itu sendiri turun dari sesuatu yang kongkrit
dan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. 9
Melalui pendekatan sosial ini masyarakat di ajak untuk memasuki
keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa
.Seseorang yang ingin memahami Al-Qur’an secara benar misalnya , yang
bersangkutan harus mempelajari turunnya Al-Qur’an atau kejadian yang
mengiringi turunnya Al-Qur’an. Sebagai contoh pendekatan ini pada zaman
kholifah Ar-Rosyidan adalah sebagai berikut : 10
1. Abu Bakar. Situasi yang membahayakan umat di madinah setelh wafatnya
Nabi Muhammad saw. Dan munculnya Abu bakar sebagai calon yang
secara umum di terima, beliau adalah orang Quraisy. Terpilihnya Abu bakar
menunjukkan kesadaran politik yang baik dalam umat dan cepatnya
pemilihan itu di rampungkan menunjukkan bentuk kuat bahwa mereka
bertekat untuk bersatu dan melanjutkan tugas nabi Muhammad saw.
2. Umar bin khottob. Tindakan pertama yang di lakukan umar bin khottob
adalah mengubah kebijakan Abu bakar terhadap para mantan pemberontak
dalam peperangan riddah.
Pendekatan sejarah ini amat di butuhkan dalam memahami agama
karena agama itu sendiri turun dlam situasi kongkrit , bahkan berkaitan dengan
kondisi social masyarakat, dalam hubungan ini , Kuntowijoyo telah melakukan
studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini islam menurut
pendekatan sejarah ketika ia mempelajari Al-Qur’an sampai pada kesimpulan
bahwa pada dasarnya kandungan Al-Qur’an itu terbagi menjadi dua bagian;
a) Berisi konsep-konsep;
9
Syaidatul Fadilah, The Islamic Approach in History, Jurnal Vision, Volume 6 Number
1, 2017, Maret 2017, 22.
10
Lihat Jaenullah, Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Dalam Perspektif
Sejarah, Diakses 8 November 2017, https://jejen79.wordpress.com/2014/11/24/perkembangan-
pemikiran-dan-peradaban-islam-dalam-perspektif-sejarah/,
5
b) Berisi kisah sejarah dan perumpamaan.
Dalam bagian pertama dikenal banyak konsep , baik yang bersifat abstrak
maupun kongkrit. Konsep tentang Allah, konsep tentang malaikat,tentang
akhirat , fenomena kongkret dan dapat di amati, misalnya konsep orang
kafir,orang lemah,kelas tertindas, orang dzalim , takabbur dan koruptor.
Melalui pendekatan sejarah ini diajarkan untuk memasuki keadaan yang
sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa , maka seseorang
tidak dapat memahami suatu peristiwa ,maka seseorang tidak dapat memahami
agama keluar dari konteks historis, karena pemahaman ini menyesatkan orang
yang memahaminya.11 Pandangan historis ini adalah suatu pandangan umum
tentang pandangan metode pengajaran suksesif sejak dari dulu sampai
sekarang, dan akan diiringi secara sepintas lalu mengenai problematic
metodologi itu. Kebenaran Al-Qur’an dari segi historis telah ditemukannya
jasad Fir’aun sebagaimana oleh Allah dalam surah Yunus ayat 90. Bukti
lainnya adalah kekelehan bangsa romawi atau Persia seperti disebutkan dalam
surah ar-rum ayat 1-6. Kemudian kemenangan kaum muslamin atas orang-
orang kafir yang mencoba menentang islam dinyatakan dalam surah Al-
mujadilah ayat 21.
٢١ يزٞ ي َع ِز
ٌّ ٱّللَ قَ ِو ٱّلله ََل َ ۡغ ِلبَ َن أَن َ۠ا َو هر ه
َ س ِل ۚٓي ِإ َن َ ب َ َ َكت
Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang".
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
11
Arfani Nusi , "Pemikiran Islam Dalam Sejarah Lama" Journal YAQZHAN Volume 2,
Nomor 2, Desember 2016, 178.
6
Abdul Hakim membuat 2 jenis tentang pendekatan-pendekatan Ilmu-ilmu Bantu
Sejarah (sciences auxiliary to history).12
Pertama, Pendekatan Manusia (Human Approach), Penelitian sejarah selalu
berarti penelitian tentang sejarah manusia. Fungsi dan tugas penelitian sejarah ialah
untuk merekonstruksi sejarah masa lampau manusia (the human past) sebagaimana
adanya (as it was). Harus disadari sepenuhnya bahwa betapapun cermatnya suatu
penelitian sejarah, dengan tugas rekonstruksi semacam itu seorang sejarawan akan
masih tetap menghadapi sejumlah problem yang tidak mudah, dengan memberikan
aksentuasi ”sejarah manusia” untuk mengingatkan bahwa penelitian dan rekonstruksi
sejarah hendaknya lebih berperspektif pada konsep manusia seutuhnya. Manusia
adalah makhluk rohani dan jasmani. Rohani dengan manifestasinya dalam bentuk
akal, rasa, dan kehendak, yang menjadi sumber eksistensi kemanusiaannya, namun
eksistensi hanya nyata dalam realitas di dalam alam jasmani. Perkembangan rohani
manusia menjadi nampak dalam wadah agama, kebudayaan, peradaban, ilmu
pengetahuan, seni dan teknologi. Manusia juga beraspek individu sekaligus sosial,
unik (partikular) sekaligus umum (general). Keduanya sekaligus merupakan
keutuhan (integritas), kesatuan (entitas), dan keseluruhan (totalitas). Rekonstruksi
sejarah pun hendaknya utuh dan menyeluruh.13
Kedua, Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial, melalui pendekatan ilmu-ilmu sosial
dimungkinkan ilmu sejarah memperoleh pemahaman yang lebih utuh mengenai
makna-makna peristiwa sejarah. Thomas C. Cochran, misalnya, telah menerapkan
konsep peranan sosial (social role) dalam melaksanakan eksplorasi dan eksplanasi
mengenai berbagai sikap, motivasi serta peranan tokoh masyarakat Amerika pada
Abad XIX. Konsep mobilitas sosial (social mobility) telah membuktikan sangat
berguna dalam studi berbagai segi masyarakat masa lampau.14
Umat Islam di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Islam masuk ke
negeri ini dengan jalan damai sesuai dengan misi Islam sebagai agama rahmatan li
al-‘ālamīn.15 Ada lima teori masuknya Islam ke Nusantara, terutama jika dilihat dari
12
Atang Abdul Hakim, Ilmu-ilmu Dasar Dalam Studi Islam, (Bandung : Rosda Karya,
2000 ), 12-14.
13
Atang Abdul Hakim, Ilmu-ilmu Dasar Dalam Studi Islam, 26-27.
14
Atang Abdul Hakim, Ilmu-ilmu Dasar Dalam Studi Islam, 30.
15
Achmad Syafrizal, “Sejarah Islam Nusantara” Islamuna Jurnal Studi Islam Volume 2
Nomor 2 Desember 2015, 235. Diakses 03 November 2017.
7
aspek tempat asal pembawanya, yaitu teori Arab, teori Cina, teori Persi, teori India,
dan teori Turki. Adapun strategi penyebaran Islam di Nusantara dilakukan melalui
jalur perdagangan, dakwah, perka-winan, pendidikan, dan islamisasi kultural. Tokoh
yang merupakan sentra penyebaran Islam di Nusantara ialah para ulama dan
raja/sultan. Di tanah Jawa, ulama penyebar Islam tergabung dalam wadah Wali
Songo.16
Sejarah juga membuktikan bahwa pendekatan historis ini berlaku di
Indonesia dengan masuknya islam pada abad ke-7M/1H. tetapi baru meluas pada
abad ke-13 M. islam masuk ke Indonesia melalui pusat-pusat perdagangan di pantai
Sumatra utara dan melalui urat nadi perdagangan bagian timur. Beberapa kerajaan
islam sebagai bukti pendekatan historis ini adalah sebagai berikut :17
1) Kerajaan samudera pasai. Menurut catatan sejarah,bahwa islam pertama di
Indonesia adalah kerajaan samudera pasai yang didirikan pada abad ke-10M,
dengan raja pertamanya adalah al-malik Ibrahim bin Mahmud. Pada zaman
kerajaan ini sudah terjadi hubungan antara makala dan pasai, bahkan islam
berkembang di malaka melalui kerajaan samudra pasai.
2) Kerajaan perlak merupakan salah satu kerajaan islam tertua di Indonesia, agama
islam mudah sekali bertapak di perlak tanpa goncangan social dengan penduduk
pribumi karena perlak merupakan daerah yang letaknya sangat strategis di pantai
selat malaka dan bebas dari pengaruh hindu. Ada beberapa pengeliling
dunia yang pernah singgah di perlak pada tahun 1292 M, adalah marcopolo
sedang berkesaan italia , dia mengatakan bahwa ibukota perlak ramai di kunjungi
pendagang islam dari timur tengah dan india.
3) Kerajaan Aceh Darussalam yang di proklamirkan pada pada 12 dzulqo’dah 916
H (1511M), kerajaan ini diperintahkan oleh sultan Mahmud syah, namun
kerajaan ini mengalami kemunduran pada masa kekuasan sultan muzzaffar syah
1055 H(1750 M).
16
Achmad Syafrizal, “Sejarah Islam Nusantara” Islamuna Jurnal, 238.
17
Arfani Nusi , "Pemikiran Islam Dalam Sejarah Lama" 180-181.
8
C. Pengaruh dan penggunaan pendekatan historis dalam implikasi dan aplikasi
1. Pendekatan Sejarah Dalam Perspektif Islam
18
M.Amin Syukur dkk. “Metodologi Studi Islam,” .136
19
M.Amin Syukur dkk. Metodologi Studi Islam, 137.
20
M.Amin Syukur dkk. “Metodologi Studi Islam,” .140
9
sejarah. Singkatnya motor penggerak sejarah menurut Al-Qur’an adalah ide dan
semangat untuk beraktivitas. Dialektika dari dua motor inilah yang akan membentuk
proses dinamika gerak sejarah dalam kehidupan manusia.21
Menurut Islam tujuan dari seluruh gerak sejarah adalah Allah berfirman
dalam Surat Al-Insyiqaq ayat 6 :
٦ س هن إِنَ َك َكا ِد ٌح إِلَى َربِ َك َك ۡد ٗحا فَ هملَ ِقي ِه ِ ۡ يَأَيُّ َها
َ ٱۡلن
“Hai manusia sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh
menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemuinya.”
Ayat ini sekaligus menunjukan bahwa dalam perspektif islam ujung dari
perjalanan sejarah kehidupan manusia adalah Allah. Namun demikian Allah tidak
memiliki posisi geografis dan tidak sama dengan ujung sebuah rute geografis,
Eksistensinya tidak mempunyai batas. Dan dia adalah akhir tujuan, tetapi dia juga
sepanjang jalan.
Dalam pendekatan ini kita bisa melihat lebih jelas tentang keadaan
pertumbuhan dan perkembangan historiografi Islam22 pada periode awal dan juga
perkembangan mutakhirnya dapat dilihat dalam pembahasan berikut ini:
a. Historiografi Islam Pada Periode Awal
Kajian mengenai pertumbuhan dan perkembangan historiografi Islam periode
awal perlu diadakan tinjauan dari dua segi, yaitu dari segi aliran dan metode.
Berdasarkan alirannya, historiografi Islam pada periode awal itu terpola dalam tiga
aliran, yaitu:23
21
M.Amin Syukur dkk. “Metodologi Studi Islam,” .143.
22
Historiografi Islam adalah penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang Islam baik
kelompok maupun perorangan dari berbagai aliran dan didalam masa tertentu. Tujuannya adalah
untuk menunjukkan perkembangan konsep sejarah baik di dalam pemikiran maupun di dalam
pemikiran maupun di dalam pendekatan ilmiah yang dilakukannya disertai dengan uraian mengenai
pertumbuhan, perkembangan dan kemunduran bentuk-bentuk ekspresi yang dipergunakan dalam
penyajian bahan-bahan sejarah. Kebanyakan karya-karya banyak ditulis dalam bahasa Arab,
namun banyak pula yang berbahasa lain seperti Persia dan Turki.
Lihat http://fauzihistory.blogspot.co.id/2009/06/perkembangan-historiografi-islam.html
10
1) Aliran Madinah, mereka mengembangkan penulisan sejarah bertolak dari gaya
penulisan ahli hadis, lalu kemudian mulai berkembang penelitian khusus
tentang kisah peperangan Rasul (al-maragi). Orang pertama yang menyusun
al-maragi dan kemudian disebut sebagai simbol peralihan dari penulisan hadis
kepada pengkajian al-maragi, ialah Aban Ibnu Usman Ibn Affan (w.105 H/723
M) dan yang paling terkenal sebagai penulis al-maragi adalah Muhammad Ibn
Muslim al-Zuhri (w.124 H/742 M), dari penulisan al-maragi kemudian
dikembangkan lagi dan melahirkan penulisan Sirah Nabawiyah (riwayat hidup
Nabi Muhammad SAW).
2) Aliran Iraq. Aliran ini lebih luas dari aliran Madinah dan Yaman, karena
memperhatikan harus sejarah sebelum Islam dan masa Islam sekaligus dan
sangat memperhatikan sejarah para khalifah. Sistem penulisan aliran ini adalah
pengungkapan kisah al-ayyam di masa sebelum Islam, kemudian karena
adanya persaingan antara kabilah untuk mencapai kekuasaan, disini
dikembangkan model penulisan silsilah24.
3) Aliran Yaman, mereka mengembangkan penulisan sejarah pra-Islam. Di
daerah ini jauh sebelum Islam datang telah berkembang budaya penulisan
peristiwa, isinya adalah cerita-cerita khayal dan dongeng-dongeng kesukuan,
sehingga berita-berita israiliyat masuk dan mempengaruhi historiografi Islam.
Para penulis hikayat-hikayat yang banyak dikutip oleh sejarawan muslim
berikutnya yang terpenting di antaranya adalah Ka’ab al-Ahbar (w.32 H).
Ketiga aliran penulisan sejarah tersebut di atas, kemudian melebur dalam
karya-karya penulis sejarah berikutnya, khususnya dalam karya-karya sejarah.
Tiga sejarawan besar Ibn Ishaq (w.207 H/823 M) dengan karyanya Almaragi
dan Muhammad Ibn Said (w.230/845 M) dengan karyanya ‘Abaqat Alkabir.
Sedangkan dari segi metode historiografi Islam periode awal dibagi menjadi
dua bagian yaitu :
24
Penulisan Silsilah Langkah pertama yang sangat menentukan perkembangan penulisan
sejarah di Iraq adalah pembukuan tradisi lisan. Ini pertama kali di lakukan oleh Ubaidillah Ibn Abi
Rafi’ dengan menulis buku yang berisikan nama para sahabat yang bersama Ali bin Abi Talib ikut
dalam perang Jamal, Siffin dan Nahrawan oleh karena itu, dia dipandang sebagai sejarawan pertama
dalam aliran Iraq.
11
b. Historiografi dengan metode riwayah.
Metode ini tumbuh dan berkembang dari masa awal sampai abad ketiga.
Tokoh historiografi dengan riwayat ini adalah Al-‘Abari dengan karyanya Tar’k al-
Rusul wa al-Muluk.
c. Historiografi dengan metode dirayah.
Metode ini tumbuh dan berkembang abad ke empat dan ke lima Hijrah,
pelopornya adalah Al-Mas’udi (w.345 H) dengan karyanya Muruj al-‘Ahab.
Kemudian mengalami perkembangan dari masa ke masa dan mencapai puncaknya
pada diri ibn Khaldun.
Pada pertengahan pendekatan sejarah dalam studi agama secara umum tidak
dilakukan lagi oleh umat Islam. Periode ini merupakan periode kemunduran
peradaban Islam, di mana secara politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan umat Islam
berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, terutama setelah penyerangan
Hulagu Khan dari Mongol yang membumihanguskan kekuatan khilafahan Bani
Abbasiyah di Baghdad pada tahun 1258 M. Hal tersebut menciptakan stagnasi ilmu
pengetahuan Islam yang ditandai dengan minimnya karya ilmiah baru di berbagai
bidang, termasuk sejarah.25
Setelah Al-Muqaddimah, karya Ibn Khaldun, karya ilmiah tentang sejarah
di dunia Islam yang menjadi referensi utama umat Islam hingga kini belum ada yang
menandinginya, padahal dalam Islam, manusia memiliki peran sentral dalam sejarah.
Sementara itu, di negera-negara Eropa dan Amerika yang non-muslim, masa
pertengahan dalam periode sejarah Islam ditandai dengan kemajuan ilmu
pengetahuannya, suatu hal yang menjadikan studi agama di kalangan mereka sangat
berkembang pesat pada abad ke-19 dan 20 M.26
d. Historiografi Islam Modern27
Pada penghujung abad XVIII, Reinainsance menggiring Barat bukan hanya
untuk mengadopsi keilmuan Islam secara menyeluruh, namun mulai
25
Usman Akbar, “Sejarah Islam klasik, Islam Pertengahan, dan Islam modern” The
Hiszbur Tahrir Indonesia, 12 Oktober 2015, 2.
26
Nourouzzaman Shiddiqi, Menguak Sejarah Muslim, Suatu Kritik Metodologis. 19-23.
27
Antutuk, “Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam” Diakses 12 November 2017,
https://enthutuk.wordpress.com/2016/05/13/sejarah-pemikiran-pendidikan-islam/
12
mengembangkannya dalam fase yang sangat realistis dan cepat. Berbagai macam
disiplin ilmu kembali mereka kembangkan, bukan hanya sekedar kajian sejarah
namun sudah mulai mengarah kepada sejarah sosial yang meninjau culture sebuah
kaum.
Ketika Barat telah memasuki era penelitian sejarah sosial yaitu studi tentang
struktur dan proses tindakan timbal balik manusia sebagaimana telah terjadi dalam
kontek sosio-kultural dalam masa lampau yang tercatat, penulisan sejarah di dunia
Islam tampaknya tidak begitu cepat mengikuti perubahan yang terjadi di Barat. Para
sejarawan Arab modern ini masih disibukkan dengan metodologi dan pendekatan
baru yang sebenarnya sudah lama berkembang di Barat. Islam yang awalnya menjadi
leader berubah menjadi follower dalam perkara ini.28
28
Nourouzzaman Shiddiqi, Menguak Sejarah Muslim, Suatu Kritik Metodologis. 19-23.
29
Nourouzzaman Shiddiqi, Menguak Sejarah Muslim, Suatu Kritik Metodologis,
(Yogyakarta : Pusat Latihan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 1984), 61.
13
antara Timur dengan Barat mulai mengembangkan historiografi Islam dengan
metode kajian terhadap sejarah secara menyeluruh, total atau global, tidak hanya satu
aspek sosial saja dengan mencontoh metode dan pendekatan yang berkembang di
dunia Barat.30
Pembagian kedalam golongan ini (Madinah dan Iraq) berakar pada masa
berakar pada masa sahabat32. Di masa itu sumber hukum fiqih secara urut adalah al-
Quran, sunnah Nabi Muhammad SAW dan Ra’yu 33 nya). Golongan ahlul-hadist
kurang menggunakan ra’yu karena yang termasuk golongan ini adalah Abdullah Ibnu
Umar34 yang banyak mengikuti Nabi Muhammad SAW.
Berikut adalah sejarah lahirnya mazhab dalam Islam, dalam makalah ini
berbagai permasalahan tentang mazhab akan dibincang secara ringkas, penjelasan
dalam hal ini diperlukan oleh kerana adanya salah faham tentang mazhab baik bagi
golongan yang bermazhab maupun golongan yang tidak bermazhab. Istilah-istilah
seperti ‘ta’assub’, ‘taqlid’ dan ‘salafi’ juga dibincangkan.35
30
Nourouzzaman Shiddiqi, Menguak Sejarah Muslim, Suatu Kritik Metodologis. 46.
31
Lihat Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Mazhab (Arab: ;مذهبmażhab)
adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi
tujuan seseorang baik konkret maupun abstrak,
32
Rikza Chamami, Studi Islam Kontemporer, Pustaka Rizki Putra Bekerjasama Fakultas
Tabiyah IAIN Walisongo, Semarang : 2012, 84.
33
Ra’yu adalah salah satu cara umat Islam untuk menetapkan suatu hukum dari
permasalahan-permasalahan kontemporer yang belum didapati dalam Alquran dan Hadis. Manusia
memiliki akal yang mampu berfikir secara komprehensif dengan tetap berpegang teguh pada
Alquran dan Hadis sebagai bukti keabsahan hasil ra’yu. Namun perlu digarisbawahi bahwa akal
dan ra’yu memiliki perbedaan dalam pengertiannya. Akal adalah subjek (alat/pelaku yang
melakukan pemikiran), sedangkan ra’yu adalah, suatu hasil/obyek dari proses pemikiran yang
bertujuan untuk mencari kebenaran/solusi dari suatu hukum yang tidak ada di dalam Alquran dan
hadis. Lihat http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adalah/article/view/291
34
Abdullah bin Umar bin Khattab (Arab: الخطاب عمربن بن هللا عبدatau sering )
disebutAbdullah bin Umar atau Ibnu Umar saja (lahir 612 - wafat 693/696 atau 72/73 H) adalah
seorang sahabat Nabi dan merupakan periwayat hadits yang terkenal.
Lihat Abdullah bin Umar - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_bin_Umar
35
Arfani Nusi , "Pemikiran Islam Dalam Sejarah Lama" Jurnal YAQZHAN Volume 2,
Nomor 2, Desember 2016, 178
14
Mazhab hanafi dinisbahkan kepada pengasas mazhab tersebut yaitu Imam
Nu’man bin Tsabit al-Kufi al-Hanafi. Beliau lahir di Kufah Iraq dari keturunan Parsi
pada 80 H. dan meninggal 150 H. beliau memulakan kehidupannya sebagai peniaga
sutera akan tetapi berpindah untuk menuntut ilmu dan berguru dengan ulama-ulama
terkenal pada masa itu seperti al-Syaikh Humad bin Abi Sulaiman yang telah
mewarisi ilmu dari Abdullah bin Mas’ud seorang sahabat yang terkenal dalam bidang
fiqih dan Ra’yi. Selain dari itu Abu Hanifah juga berguru dengan imam Zaid bin Ali
Zainal Abidin dan Ja’far al-Sadiq dll.36
Imam abu hanifah banyak dikritik ulama lain karena dikatakan telah
mengutamakan pendapat (ra’yu) daripada hadith, hal ini dibantah oleh sebagian
ulama bahwa beliau lebih banyak menggunakan pendapatnya sendiri daripad hadith
kerana pada masa itu penipuan hadith sangat berleluasa dan beliau takut terambil
hadith yang palsu.37
Manhaj Abu Hanifah dalam fiqih jelas, beliau akan mengembalikan segala
persoalan kepada Al-Qur’an kemudian al-Sunnah lalu Aqwal al-Sahabah yaitu
pendapat para sahabat Nabi. adapun apabila perkara tersebut tidak pernah
dibincangkan sebelumnya maka beliau akan berijtihad, yaitu dengan mengikut
metode Qiyas dan Istihsan. Ijtihad telah dibenarkan sejak zaman Nabi lagi, ketika
Rasulullah S.A.W. mengutus Muaz bin Jabal ke Yaman beliau bertanya: Bagaimana
cara engkau dalam berhukum?, dengan merujuk kepada Kitab Allah, Bagaimana
kalau tidak ada dalam kitab Allah?, maka dengan merujuk kepada Sunnah
Rasulullah, bagaimana kalau tidak ada , maka aku akan berijtihad dengan betul)
dalam hadith yang lain Nabi bersabda: Apabila seorang mujtahid berijtihad dan betul
ijtihadnya maka dia akan mendapat dua pahala, apabila salah dia akan mendapat satu
pahala.38
Diantara murid Abu hanifah yang terkenal adalah Abu Yusuf , Muhammad
bin Hasan, merekalah orang yang bertanggung jawab menyebarkan Mazhab hanafi
36
Farah Naila, "Perkembangan Sejarah dalam Perspektif Islam" 66.
37
Farah Naila, "Perkembangan Sejarah dalam Perspektif Islam" Wahana penelitian Islami,
vol. 3, Nomor, 3, Maret 2016, 36.
38
Farah Naila, "Perkembangan Sejarah dalam Perspektif Islam" 40.
15
dan memperkuat kedudukan mazhab tersebut. Adapun kitab-kitab yang terkenal
dalam mazhab Hanafi ialah Kitab al-Kafi oleh imam Muhammad bin Muhammad al-
Marwazi dan Kitab al-Mabsut oleh imam Muhamamd bin Ahmad al-Sarkhasi.
Dengan adanya dukungan ulama-ulama tersebut maka tersebar luaslah mazhab
Hanafi dan ianya telah menjadi mazhab rasmi bagi Khilafah Osmaniyah di Turki.
Imam Malik bin Anas al-Asbahi, berasal dari Yaman dan lahir di Madinah,
dan tak pernah meninggalkan Madinah kecuali untuk Haji, beliau lebih suka duduk
bersebelahan dangan Nabi, walaupun telah ditawarkan untuk mendampingi Khalifah
di Baghdad.39 Beliau telah banyak berguru dengan para Tabi’in, diantaranya ialah
Ibn al-Shihab al-Zuhri dan Rabi’ah al-Ra’yi, Yahya ibn Said , Abdul Rahman bin
Hurmuz dll. Beliau belajar dan mengajar di Masjid Nabawi dan diantara murid beliau
adalah Imam syafi’I, anak kahalifah Harun al-Rashid yaitu al-Amin dan al-Ma’mun,
abdullah bin Wahb, Abdul Rahmanbin al-Qasim, Abul Hasan al-Qurtubi dll.40
39
Muhammad Syahrur, Epistemologi Qurani, (Bandung : Penerbit Marja, 2015), 191.
40
Muhammad Syahrur, Epistemologi Qurani, 194.
41
Muhammad Syahrur, Epistemologi Qurani, 199.
16
Imam Abu Abdullah Muahammad bin Idris al-Syafi’i, mempunyai nasab
yang bertemu dengan Rasul yaitu dengan datuk beliau yang bernama Abd Manaf.
Beliau lahir di Ghazzah, Palestin, dan wafat di Mesir. Menimba ilmu di Mekkah
sampai berumur 15 tahun dan diberikan izin berfatwa, kemudian beliau pindah ke
Madinah berguru dengan Imam Malik sampai wafat, lalu mengembara ke Yaman
untuk berguru dengan Yahya bin Hassan Murid Imam al-Auza’i, beliau ditangkap
pada tahun 184 H. kerana didakwa menentang pemerintahan Abbasiyah dan dibawa
ke Baghdad disinilah beliau bertemu dengan Imam Muhammad al-Syaibani dari
Mazhab Hanafi, beliau terus mengembara untuk belajar dan mengembangkan
ilmunya sampailah akhirnya beliau mukim di Mesir pada tahun199 dan meninggal
tahun 204 H.42
Oleh kerana imam Syafi’i banyak mengembara dalam menuntut ilmu maka
mazhabnya juga merupakan kombinasi dari beberapa madrasah / pemikiran dan
kecendrungan, beliau mengambil sikap tengah antara madrasah ahlul
Hadith (menolak ijtihad-qiyas) dan madrasah ahlul Ra’yi (menolak hadith ahad),
beliau tidak menolak hadith Ahad yang sahih,dan menolak hadith Mursal yang bukan
oleh kibar Tabi’in. dan beliau menggunakan metode qiyas dalam ijtihadnya, ini
berarti beliau seorang pro “ahlul hadith”43 dalam masa yang sama pro “ahlul ra’yi”44.
Beliau adalah seorang ahli hadith yang banyak menghafal hadith dan dalam
kaedah fiqihnya hadith adalah sebagai sharih, muqayyid, Mufassil, dan Mukhassis
kepada al-Qur’an, sumber ketiga setelah al-Qur’an dan Sunnah adalah Ijma’ dan
kemudian aqwal al-Sahabah. Dan yang terakhir adalah Qiyas, dengan ini beliau
menolak Istihsan dan Istislah atau amal ahli madinah.45
42
Muhammad Syahrur, Epistemologi Qurani, 194.
43
Ahlul Hadits adalah orang-orang atau golongan yang dalam menetapkan hukum
berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad SAW saja. Mereka tidak mau
menetapkan hukum atas dasar ijtihad.Lihat : Ahlul Hadits - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas Lihat : https://id.wikipedia.org/wiki/Ahlul_Hadits
44
Ahlul Ra’yi adalah sebuah gerakan pemikiran keislaman yang berpusat
di Baghdad, Irak, yang dalam mengambil sebuah fatwa terhadap ilmu fiqih lebih dominan berpikir
dengan akal daripada hadist. Tetapi, setiap fatwa yang dikemukakan tidaklah menyimpang dari
nilai-nilai keislaman. Lihat : https://id.wikipedia.org/wiki/Ahlur_Ra%E2%80%99yi
45
Muhammad Syahrur, Epistemologi Qurani, 198.
17
Imam Shafi’i menulis buku tentang Usul fiqh, kitabnya al-Risalah adalah
kitab pertama yang membincangkan tentang ilmu itu, dan kitab kedua adalah
kitab al-Umm yang khusus membicarakan tentang mazhabnya dalam fiqih. Diantara
murid beliau yang tersebar di Iraq dan Mesir adalah: al-Rabi’ bin Sulaiman al-
Muradi, al-Hasan bin Muhammad al-Za’farani, Abu Ali Husein bin Ali al-Karabisi,
Isma’il bin yahya al-Muzni, abu Ya’kub al-Buwaiti dan Imam Nawawi. Mazhab
beliau pernah menjadi Mazhab rasmi di Mesir dan di Negara-negara Asia.46
Imam Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Syaibani lahir di Baghdad
dan mengembara ke Mekah madinah, Syam, Yaman, dan lain-lain untuk menuntut
ilmu dan berguru, dan diantara guru beliau adalah imam Syafi’i. Beliau amat arif
dalam ilmu Sunnah, dan berjaya menghasilkan sebuah Musnad yang mengandungi
lebih daripada 40.000 hadith.47
Imam Ahmad tidak pernah menulis buku tentang mazhabnya, akan tetapi
murid-murid beliau mengumpulkan pendapat-pendapatnya, maka lahirlah buku al-
Jami’ oleh Ahmad bin Muhamamd al-Khilal dan buku al-Mukhtasar al-Khirqi oleh
Abul Qasim Umar bin Husein al-Khirqi dan Sharah buku tersebut oleh Ibn Qudamah
al-Maqdisi yang dinamakan al-Mughni. Diantara pengitkut beliau ialah Imam Ibn
taymiyah dan Imam Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah.49
46
Muhammad Syahrur, Epistemologi Qurani, 201.
47
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta : ACAdemia+TAZZAFA,
2012), 118.
48
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, 120.
49
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, 127.
18
Ilmu pengetahuan dalam dunia Islam dimulai sejak diutusnya Rasulullah
untuk menyampaikan risalah dan ajaran Islam kepada umat manusia. Seiring
berjalannya waktu, para sahabat dan tabi’in mulai muncul dan dikenal masyarakat
luas karena keilmuannya. Terlebih lagi ketika munculnya dinasti Umayyah dan
Abbasiyah begitu pesatnya ilmu pengetahuan yang berkembangsaat itu, hingga
banyak sekali ilmuan dan tokoh muslim yang menghasilkan produk-produk
pemikiran yang brilian.Berikut ini akan dijabarkan secara singkat perkembangan
ilmu pengetahuan sejak diutusnya Rasulullah sebagai sang penyampai risalah, hingga
dinasti Abbasiyah yang telah menelurkan begitu banyak pemikir dan ilmuan
muslim.50 Adapun jenis-jenis pendekatan sejarah dalam perkembangan ilmu yaitu :
50
A.Qodri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, (Jakarta : Depag RI,2004), 11.
51
A.Qodri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, 96.
19
pemberantasan buta huruf, suatu tindakan awal yang membebaskan manusia dari
ketidaktahuan. Membaca merupakan pintu bagi pengembangan ilmu.Rasulullah
SAW juga memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menghafal ayat-ayat al-
Qur’an. Dengan cara ini dapat menjaga kemurniandan juga media memahami ayat-
ayat al-Qur’an. Disamping dengan hafalan, juga membuat tradisi menulis/ mencatat
wahyu pada kulit, tulang, pelepahkurma dan lain-lain.
Dengan bimbingan Nabi Muhammad SAW ini, telah mendorong semangat
belajar membaca, menulis dan menghafal sehingga umat Islam menjadi umat yang
memasyarakatkan kepandaian tulis-baca. Dengan semangat itulah, maka terbangun
jiwa umat Islam untuk tidak hanya beriman tetapi juga berilmu, sehingga nantinya
lahir sarjana-sarjana Islam yang ahli dibidangnya masing-masing. Dengan demikian
dapat dimengerti , salah satu aspek dari peradaban adalah mengembangkan ilmu
pengetahuan.52
52
A.Qodri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, 119.
53
A.Qodri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, 100.
20
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
21
artikelnya, Islamic Studies As A University Discipline : Origin and
Development.
4. Ilmu pengetahuan dalam dunia Islam dimulai sejak diutusnya Rasulullah
untuk menyampaikan risalah dan ajaran Islam kepada umat manusia.
Seiring berjalannya waktu, para sahabat dan tabi’in mulai muncul dan
dikenal masyarakat luas karena keilmuannya. Terlebih lagi ketika
munculnya dinasti Umayyah dan Abbasiyah begitu pesatnya ilmu
pengetahuan yang berkembangsaat itu, hingga banyak sekali ilmuan dan
tokoh muslim yang menghasilkan produk-produk pemikiran yang
brilian.Berikut ini akan dijabarkan secara singkat perkembangan ilmu
pengetahuan sejak diutusnya Rasulullah sebagai sang penyampai risalah,
hingga dinasti Abbasiyah yang telah menelurkan begitu banyak pemikir
dan ilmuan muslim.54
B. Kata Penutup
54
A.Qodri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, (Jakarta : Depag RI,2004), 11.
22
DAFTAR BACAAN
Nusi ,Arfan, "Pemikiran Islam Dalam Sejarah Lama" Jurnal YAQZHAN Volume
2, Nomor 2, Desember 2016, 179.
Sumber Majalah
Akbar ,Usman, “Sejarah Islam klasik, Islam Pertengahan, dan Islam modern” The
Hiszbur Tahrir Indonesia, 12 Oktober 2015, 2.
Sumber Buku
Abdullah Ghani ,Yusri Abdul, Historiografi Islam, dari klasik hingga modrn,
Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004.
Abdul Hakim ,Atang, Ilmu-ilmu Dasar Dalam Studi Islam, Bandung : Rosda Karya,
2000.
23
Abdullah ,M. Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, Pendekatan Integratif-
Interkonektif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006.
Ham ,Musahadi, Islam Sebagai Sasaran Studi : Identifikasi awal terhadap problem,
pola dan pendekatan studi di indonesia, Makasar : PPs UIN Alaudin
Makasar, 2006.
Syafrizal ,Achmad, “Sejarah Islam Nusantara” Islamuna Jurnal Studi Islam Volume
2 Nomor 2 Desember 2015, h. 235. Diakses 03 November 2017.
Shiddiqi ,Nourouzzaman, Menguak Sejarah Muslim, Suatu Kritik Metodologis,
Yogyakarta : Pusat Latihan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 1984.
Syahrur ,Muhammad, Epistemologi Qurani, Bandung : Penerbit Marja, 2015.
24