Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Kajian Kitab Tafsir pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
DALAM AL-QUR’AN” dapat selesai dengan baik. Adapun makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Kitab Tafsir oleh bapak Dr.
Bunyamin, M. Ag.
Shallalahu ‘alaihi wassalam sebagai suri teladan dalam kehidupan ini. Dengan
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 21
3.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
pada-Nya, berpikir positif, percaya akan janji Allah yang haq, menanti
mengingatkan untuk tidak bersedih atas apa yang telah berlalu karena itu
berpikir negatif, tidak bergairah untuk berbuat, berburuk sangka dan ragu.
Sesungguhnya Kitab yang mulia ini adalah kitab terbesar dan teragung
penghujung setiap malam ada pagi yang cerah, dibalik setiap bukit ada
taman, setelah perjalanan yang jauh ada sungai yang mengalir, dan dibalik
batu yang besar ada mata air yang sejuk, dibawah terik matahari ada tempat
bernaung, dan setelah kelelahan ada tidur tenang yang lelap dan
1
Demikianlah, bahwa Al-Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu,
petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tapi
Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tak
isinya yang diturunkan Allah kepada kita semua. Kita tidak pernah berhasil
benar dalam meraih puncak ilmu, ptunjuk dan kebahagiaan, karena kita
lebih terasing dari Kitab yang mulia ini. Kita tidak pernah benar-benar
seolah ia baru diturunan saat ini untukmu.” Maka tidak mengherankan jika
kita pun seperti yang dikatakan Utsman RAdhiyallahu Anhu, “ Jika saja hati
kalian itu suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan
Kalamullah.”
Meski demikian, tentu kita tak boleh putus asa. Upaya mengakrabi Al-
Qur’an adalah upaya sepanjang hayat. Hari ini, esok, bulan depan, tahun
depan, hingga seterusnya adalah hari-hari yang harus kita lewati untuk
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
3
Sekilas tentang Syaikh Manna’ Al-Qaththan
merupakan ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh dan saat ini beliau menjadi
pengajar di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud di Riyadh Arab Saudi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
terhadap cahayanya itu berbeda-beda. Jiwa yang jernih yang fitrahnya tidak
ternoda kejahatan akan segera menyambut petunjuk dan membukakan pintu hati
kepadanya hanya sepintas kilas. Sedang jiwa yang tertutup oleh kejahilan dan
gelapnya kebatilan tidak akan tergerak hatinya kecuali dengan peringatan dan
kalimat yang keras, dengan cara seperti itulah keingkarannya tergerak. Qasam
kalimat yang diiringi dengan bukti nyata, sehingga lawan dapat mengakui apa
Aqsam adalah bentuk bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf dan al-
yamin, yakni sumpah. Shighat asli qasam ialah fi’il atau kata kerja “aqsama” atau
5
“Mereka bersumpah dengan nama Allah, dengan sumpah yang sungguh-
mati…“ (An-Nahl:38).
Dengan demikian, ada tiga unsur dalam shighat qasam (sumpah): fi’il yang
ringkas, yaitu fi’il qasam dihilangkan dan dicukupkan dengan “ba” kemudian
berhala-berhalamu.” (Al-Anbiya’:57).
Namun qasam dengan “ta” ini jarang dipergunakan, sedang yang banyak
sebagai “mengikat jiwa (hati) agar tidak melakukan atau melakukan sesuatu,
dengan “suatu makna” yang dipandang besar, agung, baik secara hakiki maupun
secara I’tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu. Sumpah dinamakan juga dengan
6
yamin (tangan kanan), karena orang Arab ketika sedang bersumpah memegang
ungkapan dan beraneka ragam uslubnya sesuai dengan tujuannya. Lawan bicara
adhrubul khabar ats-tsalatsah atau tiga macam pola penggunaan kalimat berita;
kepadanya. Maka perkataan untuk orang semacam ini sebaiknya diperkuat dengan
thalabi.
untuknya harus disertai penguat sesuai kadar pengingkarannya, kuat atau lemah.
Karim diturunkan untuk seluruh manusia, dan manusia mempunyai sikap yang
7
bermacam-macam terhadapnya. Di antaranya ada yang meragukan, ada yang
mengingkari dan ada pula yang amat memusuhi. Karena itulah dipakailah qasam
tujuh tempat:
2. “Dan orang-orang kafir berkata: Hari berbangkit itu tidak akan dating
benar.” (Yunus:53).
8
Dalam ketiga ayat ini Allah memerintahkan Nabi agar bersumpah dengan
Dzat-Nya.
syaitan.” (Maryam:68).
5. “Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua!” (Al-
Hijr:92).
perselisihkan.” (An-Nisa’:65).
7. “Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat.”
(Al-Ma’arij:40).
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang
Dan,
9
Allah bisa bersumpah dengan apa saja yang dikehendaki-Nya. Adapun
sumpah manusia dengan selain Allah merupakan salah satu bentuk kemusyrikan.
kemanfaatan makhluk tersebut, agar dijadikan pelajaran bagi manusia. Dari Al-
dikehendaki-Nya. Namun tidak boleh bagi seorang pun bersumpah kecuali dengan
(nama) Allah.”
Qasam itu adakalanya tampak jelas, tegas dan adakalanya tidak jelas
(tersirat).
1). Zhahir, ialah sumpah yang didalamnya disebutkan fi’il qasam dan
muqsam bih. Dan diantaranya yang ada yang dihilangkan fi’il qasamnya,
10
“Tidak sekali-kali, Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan tidak sekali-
kali, Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”
(Al-Qiyamah:1-2)
Sebagian ulama mengatakan, “la” di dau tempat ini adalah “la nafy”, untuk
menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang sesuai dengan konteks sumpah.
“Tidak benar apa yang kamu sangka, bahwa hisab dan siksa itu tidak ada.”
“Aku bersumpah dengan Hari Kiamat dan dengan nafsu lawwamah, bahwa
Ada pula yang mengatakan bahwa “la” tersebut untuk menafikan qasam,
seakan-akan Ia mengatakan, “Aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari itu dan
nafsu itu. Tetapi aku bertanya kepadamu tanpa sumpah, apakah kamu mengira
bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangmu setelah hancur amat
Jawaban qasam dalam ayat di atas tidak disebutkan, indikasinya adalah ayat
2). Mudhmar, yaitu yang didalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak
pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh “Lam taukid” yang termasuk
11
“Kami sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.” (Al-
Imran:186).
(At-Takatsur: 5).
Penghilang seperti ini merupakan salah satu uslub paling baik, sebab
“Seandainya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi secara yakin,
banyaknya.”
12
ْ ) ٍر2( ش ْف ِع
(4) )1( ش َع َل َيال ٍَو َّ ) َوا ْل َو ْت ِر َوال3( َي ْس ِر إِ َذا َوال َّل ْي ِل
َوا ْل َف ْج ِر
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil,
dan malam bila berlalu. Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang
dapat diterima oleh orang-orang yang berakal). Apakah kamu tidak
memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum “Ad?” (Al-
Fajr: 1-6).
Yang dimaksud dengan sumpah disini ialah, waktu yang mengandung amal-
amal seperti ini pantas untuk dijadikan oleh Allah sebagai sumpah. Karena itu ia
sesuai dalam hal ini adalah bahwa qasam tidak memerlukan jawaban.
“Aku bersumpah dengan Hari Kiamat dan Aku bersumpah dengan jiwa
sesudahnya, yaitu,
13
Penjelasannya ialah: sungguh kamu akan dibangkitkan dan dihisab.
apabila menjadi jawab qasam, haris disertai dengan “lam” dan “qad”.
Dan salah satu kedaunya ini tidak boleh dihilangkan kecuali jika kalimat
س َّ َوال
ِ ش ْم
َ ) َي ْغ4( اء
شاهَا ِ ) َط َحاهَا َو َما َواأْل َ ْر6( س
َّ ) َب َناهَا َو َما َو5( ض
ِ الس َم ٍ َو َما َو َن ْف
(9) س َّواهَا
َ )7( ورهَا َفأ َ ْل َه َم َها
َ ) َو َت ْق َواهَا فُ ُج8( َْز َّكاهَا َمنْ أَ ْف َل َح َقد
Syams:1-9)
Atas dasar itu para ulama berpendapat tentang firman Allah: “Demi langit
yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang
parit.” (Al-Buruj:1-4): Yang paling baik ialah qasam disini tidak memerlukan
14
jawab, sebab maksudnya adalah mengingatkan akan muqsam bih karena ia
termasuk ayat-ayat Tuhan yang besar. Dalam pada itu ada yang berpendapat,
Maksudnya mereka itu -yakni orang kafir Mekkah- terkutuk sebagaimana ashabul
ukhdud terkutuk. Juga ada yang mengatakan, yang dihilangkan itu hanyalah
permulaannya saja, dan taqdirnya ialah:…., sebab fi’il madhi jika menjadi jawab
qasam harus disertai “lam” dan “qad”, dan tidak boleh dihilangkan salah satunya
Nya,
15
mengetahui. Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah adalah bacaan yang
“Ya sin. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah, sesumgguhnya kamu adalah
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang) dan siang apabila terang-
“Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu
16
perintah, larangan, pertanggungjawaban, ancaman dan sebagainya,
seperti,
Qasam dan syarat yang menjadi satu dalam suatu kalimat, maka yang
menjadi jawab adalah yang lebih dahulu dari keduanya, baik qasam maupun
Apabila qasam mendahului syarat, maka unsur yang menjadi jawab adalah
Dalam ayat ini bersatu qasam dan syarat, sebab taqdirnya ialah, “Demi
Allah, jika kamu tidak berhenti…” “lam” yang termasuk ke dalam syarat itu
berhala-berhalamu.” (Al-Anbiya’:57).
17
Tetapi ia adalah “lam” yang termasuk ke dalam adatu asy-syarth yang
adalah untuk sumpah yang sebelumnya, bukan untuk syarat. “lam” seperti
Misalnya,
Lam mauthi’ah ini pada umumnya masuk ke dalam “in syartiyah,” tetapi
terkadang pula masuk ke dalam yang lain. Tidak dapat dikatakan, kalimat “syarat”
itu adalah jawab bagi qasam yang dikira-kirakan, karena “syarat” tidak dapat
menjadi jawab. Sebab jawab haruslah berupa kalimat berita. Sedangkan, “syarat”
adalah insya’, bukan kalimat berita. Dengan demikian,firman Allah pada contoh
pertama, adalah jawab bagi qasam yang dikira-kirakan dan tidak diperlukan lagi
jawab syarat.
“lam” itu terkadang dihilangkan padahal qasam tetap diperkirakan sebelum syarat.
Misalnya,
18
۟ ون َع َّما يَنتَه
ُوا لَّ ْم َوإِن ۟ أَلِي ٌم َع َذابٌ ِم ْنهُ ْم َكفَر
َ ُواٱلَّ ِذ
َ ُين لَيَ َمس ََّّن يَقُول
“Dan jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan iu, pasti
orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksa yang pedih.”
(Al-Ma’idah: 73).
Bukti bahwa jawab itu bagi qasam, bukan bagi syarat, adalah masuknya
Seandainya lafazh “la ya’ tuna” adalah jawab bagi syarat, tentu fi’ilnya
dan “lam” pada “la ila Allah” adalah “lam” qasam, yaitu yang terletak pada
jawab qasam. Adapun “nun taukid” tidak dimasukkan ke dalam fi’ilnya, Karena
antara lam qasam dengan fi’il tersebut terpisah oleh jar majrur. Asalnya ialah
19
Apabila qasam berfungsi memperkuat muqsam ‘alaih, maka beberapa fi’il
qasam. Misalnya,
diberi kitab (yaitu): Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada
(mengambil sumpah).
Atas dasar ini para musaffir menganggap sebagai qasam terhadap ayat,
“Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari kamu (yaitu): Kamu tidak
“Dan Alla telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
20
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
pada-Nya, berpikir positif, percaya akan janji Allah yang haq, menanti kelapangan
dari-Nya. Sesungguhnya Kitab yang mulia ini adalah kitab terbesar dan teragung
Demikianlah, bahwa Al-Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan
inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tapi disaat yang sama, Al-
terhadap cahayanya itu berbeda-beda. Jiwa yang jernih yang fitrahnya tidak
ternoda kejahatan akan segera menyambut petunjuk dan membukakan pintu hati
kepadanya hanya sepintas kilas. Sedang jiwa yang tertutup oleh kejahilan dan
gelapnya kebatilan tidak akan tergerak hatinya kecuali dengan peringatan dan
kalimat yang keras, dengan cara seperti itulah keingkarannya tergerak. Qasam
kalimat yang diiringi dengan bukti nyata, sehingga lawan dapat mengakui apa
22
3.2 SARAN
Penulisan makalah ini tak luput dari kekurangan yang ada baik itu dari
segi penulisan dan kapasitas dari materi yang dipaparkan, oleh sebab itu penulis
beberapa literatur yang tersedia baik berupa media cetak maupun media daring
23
DAFTAR PUSTAKA
24