1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian tafsir Adab Al-Ijtima’i ?
B. Bagaimana corak tafsir Adab Al-Ijtima’i ?
C. Contoh Tafsir Adab Al-Ijtima’i
PEMBAHASAN
1
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta; AMZAH 2014), hal. 165
2
ejournal.iainsurakarta.ac.id
1. Berusaha mengemukakan segi keindahan bahasa dan kemukjizatan Al-
Qur’an.
2. Berusaha menjelaskan makna atau maksud yang dituju oleh Al-Qur’an.
3. Berupaya mengungkpkan betapa Al-Qur’an itu mengandung hukum,
sunnatullah, dan aturan-aturan kemasyarakatan.
4. Bermaksud membantu memecahkan berbagai problematika yang
dihadapi oleh umat manusia secara umum, melalui petunjuk dan ajaran
Al-Qur’an yang berorientasi kepada kebaikan di dunia maupun akhirat.
5. Berupaya mempertemukan antara ajaran Al-Qur’an dengan teori-teori
ilmu pengetahuan.
6. Berusaha menjelaskan kepada umat manusia bahwa Al-Qur’an adalah
kitab suci yang kekal, tidak akan berubah ayat-ayatnya sepanjang
perkembangan zaman dan peradaban manusia sampai akhir zaman.
7. Berupaya melenyapkan segala kebohongan dan keraguan yang di
dakwakan kepada Al-Qur’an, dengan argumentasi yang kuat yang
mampu meangkis segala kebatilan.
3
ejournal.iainsurakarta.ac.id
C. Contoh Tafsir Adab Al-Ijtima’i
Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar
menegakkan keadilan. Iman yang hidup mestilah dapat dibuktikan dalam
bentuk tindakan dan bisa memberikan manfaat bagi kehidupan. Salah satu
pembuktiannya adalah kesediaan menjadi penegak keadilan. Keadilan mesti
ditegakkan bukan karena rasa iba atas kemiskinan, dorongan nafsu karena
kebencian, atau cinta duniawi, tetapi atas dasar faka dan peristiwa yang
terjadi
Perintah Allah secara tegas untuk berlaku adil terdapat pada akhir
surat Al-Hujurat ayat 9 berikut :
َان ِمنَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِينَ ۡٱقت َتَلُواْ فَأَصۡ ِل ُحواْ َب ۡينَ ُه َم ۖا فَإ ِ ۢن َبغ َۡت ِإ ۡحدَ ٰى ُه َما َعلَى ۡٱۡل ُ ۡخ َر ٰى فَ ٰقَتِلُواْ ٱلَّتِي ت َۡب ِغي َحت َّ ٰى تَ ِف ٓي َء
ِ طآئِفَت َ َو ِإن
٩ َِطين َّ ط ٓو ۖاْ إِ َّن
ِ ٱّللَ ي ُِحبُّ ۡٱل ُم ۡقس ُ ٱّللِ فَإِن فَا ٓ َء ۡت فَأَصۡ ِل ُحواْ بَ ۡينَ ُه َما بِ ۡٱلعَ ۡد ِل َوأَ ۡق ِس
ِۚ َّ إِلَ ٰ ٓى أ َ ۡم ِر
Artinya:
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi
kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain,
hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai
surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut,
damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah
kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berlaku adil.
Dari ayat tersebut Allah SWT, memerintahkan untuk berlaku adil
dengan sebutan ‘adl dan qisth. Kata ‘adl terambil dari kata ‘adala yang
terdiri dari huruf-huruf ‘ain, dal dan lam. Rangkain huruf-huruf ini
mengandung dua makna yang bertolak belakang yaitu, “lurus dan sama”
dan “bengkok dan berbeda”. Seorang yang adil adalah yang berjalan lurus
dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran
ganda. Persamaan itulah yang menjadikan seorang yang adil berpihak
kepada seorang yang salah. Sayyid Qutub memberikan penekanan
maknaadl sebagai persamaan yang merupakan asas kemanusiaan yang
dimiliki oleh setiap orang. Keadilan bagi Qutb adalah bersifat terbuka, tidak
khusus untuk golongan tertentu, sekalipun umpamanya yang menetapkan
keadilan itu seorang muslim untuk orang non-muslim.
Menurut Quraish Shihab, Kata al-muqsithin terambil dari kata qisth
yang juga bisa diartikan adil. Sementara ulama mempersamakan makna
dasar qisth dan ‘adl, dan da juga yang membedakannya dengan berkata
bahwa al-qisth adalah keadilan yang diterapkan atas dua pihak atau lebih,
keadilan yang menjadikan mereka semua senang. Sedang, ‘adl adalah
menempatkan segala sesuatu pada tempatnya walau tidak menyenangkan
satu pihak. Dengan demikian win-win solution dapat merupakan salah satu
bentuk dari qisth.4
Allah senang ditegakkannya keadilan walau itu mengakibatkan
kerenggangan hubungan anatara dua pihak yang berselisih, tetapi Dia lebih
senang jika kebenaran dapat dicapai sekaligus menciptakan hubungan
harmonis antara pihak-pihak yang tadinya telah berselisih.
Ayat di atas memerintahkan untuk melakukan islah sebanyak dua
kali. Tetapi, yang kedua dikaitkan dengan kata bi al-‘adl/dengan adil. Ini
bukan berarti bahwa perintah islah yang pertama tidak harus dilakukan
dengan adil, hanya saja pada yang kedua itu ditekankan lebih keras lagi
karena yang kedua telah didahului oleh tindakan terhadap kelompok
yang enggan menerima islah yang pertama. Dalam menindak itu bisa jadi
terdapat hal-hal yang menyinggung perasaan atau bahkan menganggu
fisik yang melakukan islah itu sehingga jika ia tidak berhati-hati dapat saja
lahir ketidakadilan dari yang bersangkutan akibat gangguan yang
dialaminya pada upaya islah yang pertama. Dari sini, ayat di atas menyebut
secara tegas perintah berlaku adil itu.
Manusia tidak dapat hidup sendirian, selalu membutuhkan yang lain.
Keniscayaan itu melahirkan perlunya aturan hidup bersama. Hukum adalah
seperangkat peraturan bagaimana kehidupan bersama dapat dilakukan
dengan baik dan bermanfaat. Namun tak akan bermakna apabila tidak
4
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah; Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. (Jakarta;
Lentera Hati 2002) hal. 597
diperlakukan secara sama bagi setiap orang. Di sinilah, keadilan bagi
penegak hukum menjadi hal yang wajib dilaksanakan. Dalam menegakkan
keadilan, konsep persamaan hak manusia dibuktikan. Menegakkan keadilan
dalam hukum berarti memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri
ingin diperlakukan. Bahkan, persamaan dan keadilan ini tidak hanya
dihadapan hukum, tetapi juga mencakup persamaan dihadapan Allah. Dan
persamaan itu sama sekali tidak memperhitungkan soal rizki, status sosial,
dan hal-hal lain.
Dalam QS. 4:135 ditegaskan bahwa Allah memerintahkan supaya
berlaku adil di antara sesama manusia, tanpa membedakan keturunan,
kekayaan, atau kekuasaan. Kewajiban berlaku adil disebabkan dua hal
utama:
a. Keadilan adalah milik semua orang tanpa pandang bulu.
Masyarakat biasa, bangsawan, miskin, ataupun kaya haruslah
mendapatkan perlakuan yang sama dihadapan hukum.
b. Rasulullah mengingatkan bahwa ketidakadilan hukum bisa
menjadi penyebab utama kerusakan masyarakat. Ketika hukum
hanya membela kelompok atas dan menindas kelompok
bawah, maka masyarakat berada di pintu kehancuran. Sebab,
keadilan adalah salah satu pilar utama dari bangunan
masyarakat. Menegakkan keadilan dilakukan di berbagai bidang
dan dengan berbagai cara misalnya menjalankan pemerintahan
bagi seorang pemimpin, atau memutuskan perkara bagi seorang
hakim. Hal itu berlaku pula di lingkungan keluarga dan hal-hal
lain.5
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai kemasyarakatan yaitu adil yang dimaksud di sini adalah
5
Anwar Rosihan dkk, The Wisdom; Al-Qur’an Disertai Tafsir Tematis Yang Memudahkan Siapa
Saja Untuk Memahami Al-Qur’an. (Bandung; Al-Mizan 2014) hal. 201
menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Adil dalam hukum berarti
memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan.
PENUTUP
Kesimpulan
Tafsir Adab Al-Ijtima’i adalah Tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an
berdasarkan ketelitian ungkapan-ungkapan yang disusun dengan bahasa yang
lugas, dengan menekankan tujuan pokok diturukannya Al-Qur’an, kemudian
mengaplikasikannya pada tatanan kehidupan sosial
Corak penafsiran Adab Al-Ijtima’i ini meliputi beberapa hal pokok sebagai
berikut:
1. Memandang bahwa setiap surat merupakan satu kesatuan, ayat-
ayat mempunyai hubungan yang serasi.
2. Ayat-ayat bersifat umum.
3. Al-Qur’an sebagai sumber aqidah dan hukum.
4. Penggunaan akal secara luas dalam memahami ayat-ayat Al-
Qur’an.
5. Menentang dan memberantas Taqlid.
6. Mengaitkan interpretasi Al-Qur’an dengan kehidupan sosial
Daftar Pustaka
ejournal.iainsurakarta.ac.id
Anwar Rosihan dkk, The Wisdom; Al-Qur’an Disertai Tafsir Tematis Yang
Memudahkan Siapa Saja Untuk Memahami Al-Qur’an. (Bandung; Al-Mizan 2014)