Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tematik
Disusun Oleh:
Kamila (20211577)
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufik kepada kita sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat serta salam tidak lupa tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad saw, yang telah menuntun umatnya menuju jalan kebenaran.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah Tafsir Tematik dengan judul “Nabi dan Rasul” Kami juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya makalah ini,
khususnya kepada Ibu Iffaty Zamimah, S.Th.I., M.A. selaku dosen mata kuliah Tafsir
Tematik.
Semoga dari makalah ini, ada manfaat yang dapat diambil. kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu, kami sangat
membutuhkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki tulisan kami di waktu yang akan
datang.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna karena Allah telah
melengkapi manusia dengan akal pikiran. Namun dengan akalnya yang terbatas selalu
manusia berselisih, mendengki, bermusuhan, dan bertikai sehingga tidak mampu membuat
pedoman hidup dapat membawa mereka bahagia di dunia dan akherat. Itulah sebabnya Allah
mengutus para Rosul untuk memperbaiki kehidupan umat manusia dan membimbing hamba-
Nya yang lain menuju jalan diridhoi-Nya. Tugas mereka sangat berat dan hamba-hamba
Alloh terpilih saja yang sanggup melakukan hal tersebut atas izin-Nya.
Nabi dan Rasul adalah hamba Allah yang luar biasa yang diutus oleh Allah agar
mengajarkan manusia untuk selalu berada pada jalan yang lurus, sehingga umat manusia bisa
terarah ke jalan yang di ridhoi Allah. Utusan yang diperintahkan Allah mempunyai tantangan
dalam da’wahnya, bahkan nyawa pun mereka pertaruhkan demi menjaga kesucian agama
Allah yang agung ini. Mereka merupakan manusia pilihan yang diutus Allah SWT untuk
mengajarkan agama Islam. Hal tersebut yang membuat umat Islam menjadikan Nabi dan
Rasul sebagai sosok yang dijadikan suri teladan. Semua tingkah laku Nabi dan Rasul pantas
dicontoh setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari. Umat Muslim wajib hukumnya
meyakini keberadaan Nabi dan Rasul, kendati belum pernah bertemu sekalipun.1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
1
4. Mengetahui tugas Nabi dan Rasul
5. Mengetahui hikmah dari beriman kepada Nabi dan Rasul
2
BAB II
PEMBAHASAN
Mengenai pengertian nabi dan rasul terdapat beberapa pandangan, namun intinya
sama, misalnya, dalam Ensiklopedi Islam Indonesia, dijelaskan bahwa nabi (jamaknya
anbiya’ atau nabiyyun) menurut bahasa Arab berarti orang yang memberitakan atau
menyampai berita. Kata nabi itu, dalam teologi Islam, dipahami oleh para teolog sebagai kata
yang mengacu kepada manusia pilihan Tuhan. Yakni manusia yang tergolong tingkatan
tertinggi.2 Kata al-Anbiya’ adalah bentuk jamak dari kata an-Nabiy, diambil dari kata kerja
nabaa. Di dalam sejarah kamus dijelaskan bahwa an-Nabiy berarti orang yang menyampaikan
berita dari Allah Ta’ala. Allah memberi khabar kepada nabi tentang keesaan-Nya,
menjelaskan masalah-masalah yang ghaib, dan memberitahukan bahwa dirinya adalah
seorang nabi. Dikatakan bahwa an Nubuwwah yaitu ar-Rif’ah. Seseorang dikatakan sebagai
nabi karena ketinggian derajatnya di hadapan manusia lainnya.3
2. Nabi adalah seorang utusan Tuhan yang membawakan ajaran agama yang telah dibawakan
ole rasul sebelumnya. Seorang nabi juga disebut sebagai basyir (orang yang membawa berita
gembira) dan disebut juga sebagai nadzir (orang yang menyampaikan peringatan) sesuai
dengan ajaran yang disampaikannya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap rasul adalah nabi dan sebaliknya
setiap nabi belum tentu seorang rasul. Amin Syukur dalam bukunya Pengantar Studi Islam
juga berpendapat sebagai berikut. Nabi secara terminologi ialah manusia pilihan Allah untuk
menerima wahyu. Nabi dalam pengertian ini sama dengan pengertian rasul. Namun ada yang
membelokkannya, bahwa rasul ialah manuasia pilihan Allah yang mendapatkan wahyu untuk
disampaikan kepada umatnya, sedangkan nabi menerima wahyu akan tetapi tidak diwajibkan
menyampaikan wahyu kepada umatnya. Dan ada yang mengatakan lain, bahwa rasul itu
membawa syariat (aturan) baru, sedangkan nabi tidak. Dalam al-Qur’an sering dipakai kedua
istilah tersebut untuk maksud yang sama. Dan akadang istilah rasul diperuntukkan selain
manusia seperti malaikat.6
Nabi berasal dari kata Naba artinya dari tempat yang tinggi. Nabi adalah manusia
yang diberi Wahyu oleh Allah SWT, tetapi tidak wajib disampaikan kepada umatnya.
Sedangkan, Rasul berasal dari kata Risalah, artinya penyampaian. Sebelum menjadi Rasul
6
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Duta Grafika & Yayasan Iqra’, Semarang, 1993, hlm. 60
4
terlebih dahulu diangkat menjadi Nabi, maka Rasul artinya manusia yang diberi Wahyu oleh
Allah SWT dan wajib disampaikan kepada umatnya.
Nabi mendapatkan Wahyu yang tidak wajib disampaikan kepada umat, sedangkan
Rasul adalah Nabi yang ketika mendapatkan Wahyu wajib disampaikan kepada umatnya
(setiap Rasul sudah pasti Nabi, tetapi tidak semua Nabi adalah Rasul). Jumlah Nabi yang
diutus sangat banyak dan melebihi jumlah Rasul. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa
jumlah nabi yang diutus Allah adalah sebanyak 124.000 orang.Sedangkan jumlah rasul yang
diutus oleh Allah sebanyak 313 orang.7 (Dalam riwayat Abu Umamah Al-Bahili, Abu Dzar
berkata, 'Wahai Rasulullah, berapakah persisnya banyak para Nabi?' Beliau menjawab,
“Banyaknya 124.000 orang. Sebanyak 315 di antaranya adalahRasul. Suatu jumlah yang
banyak”).
Usia Nabi yang terbatas sehingga tidak mungkin nabi terus hidup hingga akhir zaman.
Situasi dan kondisi setiap zaman berbeda-beda.
Belum adanya sarana informasi yang memadai sehingga umat manusia harus selalu
diingatkan.
Ada tiga ajaran pokok yang harus disampaikan oleh Rasul kepada umatnya yaitu:
1) Aqidah memberi tuntunan bahwa Allah itu Esa, tidak ada yang patut disembah
kecuali Allah, ajaran ini juga memberi tuntunan untuk meyakini berbagai hal gaib
seperti surga dan neraka.
2) Syariat mengajarkan umat untuk meninggalkan segala yang dilarang serta
menjalankan segala perintah aturannya.
3) Dan akhlak(moral) mengajarkan tentang sikap mulia dan berbuat kebaikan Allah
mengutus para Nabi dan Rasul pada setiap zaman (mulai dari Nabi Adam hingga
Nabi Muhammad SAW).8
B. NABI DAN RASUL YANG DISEBUTKAN DALAM AL-QURAN
Ada 25 orang nabi yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Delapan belas Nabi dan Rasul
disebutkan namanya pada satu tempat dalam Surah Al-An'am, selainnya disebutkan dalam
berbagai surat yaitu Adam, Hud, Saleh, Syuaib, Idris, Zulkifli dan Muhammad SAW.
7
Martiani, Tentang Nabi dan Rasul. 2010.Jakarta: Mizan hal 1
8
Ibid, hal2
5
Disebutkan nama delapan belas orang Nabi dan Rasul pada satu tempat berturut-turut yaitu
di dalam Surat al-An'am ayat 82-86 Diantaranya ialah:
(Ibrahim, Ishak, Yakub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, Harun, Zakaria, Yahya
, Isa, Ilyas, Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth).9
Adapun nama tujuh nabi lainnya disebutkan dalam surah terpisah, yaitu:
Adam :Seperti disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 31 (ً )إن هللا اصطفى آدم ونوحا.
Hud :Seperti disebutkan dalam Surat Hud ayat 50 (ً)وإلى عاد أخاهم هودا.
Saleh :Seperti disebutkan dalam Surat Hud ayat 61 (ً )وإلى ثمود أخاهم صالحا.
Shuaib :Seperti disebutkan dalam Surat Hud ayat 84 (ً )وإلى مدين أخاهم شعيبا.
Idris dan Zulkifli :Seperti disebutkan dalam Surat al-Anbiya' ayat 85 (وإسماعيل وإدريس
)وذا الكفل.
Muhammad :Seperti disebutkan dalam Surat Al-Imran ayat 144 (دrrول قrrوما محمد إِال رس
ه الرسلrr)خلت من قبل, dan juga disebutkan di tiga tempat lainnya (al-Ahzab 32:40,
Muhammad 47:2, al-Fath 48:29).10
Nabi adalah manusia biasa yang makan dan minum, sehat dan sakit, menikahi wanita
dan mencintainya, berjalan di pasar-pasar, mengalami berbagai hal yang lazim dialami oleh
manusia, seperti lemah, tua, mati dan sebagainya. Allah Ta’ala berfirman:
ِ ِ ِ
ًض فِْتنَة
ٍ ض ُك ْم لَِب ْع ِ َ َوما اَرس ْلنَا َقبل
َ ك م َن الْ ُم ْر َسلنْي َ ااَّل ان َُّه ْم لَيَأْ ُكلُ ْو َن الطَّ َع َام َومَيْ ُش ْو َن ىِف ااْل َ ْس َو ِاقۗ َو َج َع ْلنَا َب ْع ْ َ ْ ََ
ِكب
صْيًرا اَتَ ْ رِب
َ َ ُّص ُ ْو َن َو َكا َن َرب
Artinya: Kami tiadalah mengutus beberapa orang rasul sebelummu melainkan mereka itu
juga makan makanan dan berjalan di pasarpasar…. (QS al-Furqan: 20)
Nabi juga mengalami berbagai hal yang lazim dialami oleh manusia. Namun mereka
memiliki keistimewaan dan mempunyai sifatsifat yang luhur dan agung sesuai dengan
kedudukannya. Rasul merupakan seorang manusia dari golongan ummat itu sendiri.
Sekalipun ia terambil dari keturunan yang mulia yang telah dikhususkan serta dipilih oleh
Allah SWT dengan berbagai pemberian serta karunia, baik kebaikan akal fikirannya ataupun
9
Muhammad Ahmad. Jejak 25 Nabi dan Rasul. Jakarta: Akbar Media, hal. 45
10
Ahmad Bahjat. Nabi-Nabi Allah. Jakarta: Qisthi Press hal.89
6
kesucian ruhaniahnya. Oleh sebab itu Allah SWT mengistimewakan para rasul itu dengan
mengaruniakan maziat (kekhususan-kekhususan) serta keutamaankeutamaan agar dapat
mengemban kewajiban-kewajiban yang terkandung dalam risalat Allah, juga menjadi contoh
dan suri tauladan bagi umatnya, baik dalam urusan agama dan dunia.11
Sesuai dengan ketinggian dan keistimewaan kedudukannya yang demikian ini, tentu
saja seorang rasul Tuhan adalah manusia yang istimewa pula dengan fitrah, kepribadian dan
sifat-sifat yang khas. Sifatsifat para rasul Tuhan ini dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu
sifat- sifat yang wajib dimiliki para rasul, sifat yang mustahil bagi rasul dan sifat jaiz bagi
rasul.
1. SHIDIQ
Berarti memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan keyakinan serta perbuatan
berdasarkan ajaran Islam tanpa adanya pertentangan yang disengaja antara ucapandan
perbuatan. Oleh karena itu Allah swt. memerintahkan orang-orang yang beriman
untuksenantiasa memiliki sifat Shiddiq dan menciptakan lingkungan yang Shiddiq pula.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah
kamu dengan orang-orang yang benar.( QS.At-Taubah /9 : 119)
Selain dari ayat di atas, dalam sebuah hadits Rasulullah saw. Bersabda :“Hendaklah
kalian jujur (benar) karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan. Dan kebaikan akan
mengantarkan ke dalam surga. Seseorang yang selalu berusaha untuk jujur akan dicatat
olehAllah sebagai orang jujur. Dan jauhilah oleh kamu sekalian dusta (kidzib), karena dusta
ituakan mengantarkan kepada kejahatan. Dan kejahatan akan mengantarkan ke dalam
neraka.Seseorang yang selalu berdusta akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta”. (HR AI-
Bukhari).12
11
Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Ilmu Tauhid), terj. M. Abdai Rathony, CV. Diponegoro, Bandung, 1993,
hlm. 183
12
Nasriah, “Manajemen Dakwah” Jurnal Al- Idarah , Vol. 5 , Juni 2017 ISNN: 2407-
2672.http://eprints.ums.ac.id/32647/10/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Diakses pada Minggu, 12 Oktober 2021
pada pukul 17:00 WIB .
7
Karakter yang telah dijelaskan di atas bahwasanya sifat Shidiq memiliki penjelasan
yang mengarah pada kejujuran dalam perkataan, perbuatan, atau keadaan batin, yang mana
dalam perilaku tersebut tidak ada yang dibuat-buat atau biasa disebut bohong,
jadi perilaku yang benar-benar jujur dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, akan
tetapi sifat Shidiq juga memiliki kemampuan yang mantap, stabil, dewasa, arif, jujur, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhak mulia. 13
2. AMANAH
Artinya dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Amanah bisa juga bermakna
keinginan untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan. Dan amanah juga merupakan
salah satu moral keimanan. Seorang pembisnis haruslah memiliki sifat amanah, karena Allah
menyebutkan sifat orang-orang mukmin yang beruntung adalah yang dapat memelihara
amanat yang diberikan kepadanya. Allah swt. berfirman dalam QS. Al- Mu’ninun/23:8 :
“Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya,” (QS.Al-
Mu’min /23: 8)
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”(QS.
An-Nisa/4 : 58)
13
Jurnal Pendidikan karakter 4 sifat nabi,2015
8
Dan dalam hadits Rasulullah saw. bersabda: “Bahwa amanah akan menarik rezeki,
dan sebaliknya khianat akan mengakibatkankefakiran”. (HR AI-Dailami).14
3. FATHANAH
seruan untuk kembali (tobat) kepada-Nya dengan kalimat “Apakah kamu tidak berpikir?
Apakah kamu tidak menggunakan akalmu? Allah menciptakan siang dan malam, menjadikan
yang berpikir.” Allah swt. bahkan memberikan peringatan keras kepada orang-orang yang
tidak menggunakan akalnya, seperti dalam QS. Yunus/10: 100.
“Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan
kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (QS.Yunus/10: 100)
Kecerdasan yang dimaksudkan di sini adalah ketika mempergunakan akal yang telah
diberikan Allah kepada hamba-Nya untuk memikirkan dan mempertimbangkan antara haq
(kebenaran) dan kebathilan(kemungkaran), termasuk juga kecerdasan spiritual. Ary Ginanjar
mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai: “kemampuan untuk memberi makna
ibadahterhadap setiap perilaku kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikitan yang
bersifat fitrah,menuju manusia seutuhnya (hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhid
(integralistik), sertaberprinsip hanya karena Allah”.
14
Nasriah, “Manajemen Dakwah” Jurnal Al- Idarah , Vol. 5 , Juni 2017 ISNN: 2407-
2672.http://eprints.ums.ac.id/32647/10/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Diakses pada Minggu, 12 Oktober 2021
pada pukul 17:00 WIB
9
4. TABLIGH
Yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab, atau dapat diistilahkan dengan
keterbukaan.Tabligh memiliki arti menyampaikan, dengan memiliki sifat tabligh berarti
Rasulullah SAW memiliki kemampuan untuk menyampaikan wahyu Allah SWT kepada
umat manusia. Namun wahyu ini tidak hanya disampaikan kepada para umatnya, melainkan
juga dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan. Bagi pemimpin Islam, sifat tabligh tidak
hanya memiliki arti sebagai mampu menyampaikan informasi, namun juga harus
mencerminkan menunjukkan tindakan yang dilakukan sehari-hari dan memiliki kemampuan
baik dalam bernegosias.
Arti kata tabligh tidak hanya terbatas pada perbuatan sekadar menyampaikan, di
dalamnya terdapat mutu, teknik, dan cara menyampaikan secara efektif. Para nabi dan rasul
yang memiliki sifat tabligh, tidak serta merta hanya menyampaikan seuatu kepada umatnya.
Namun, tabligh sendiri juga berarti fasih yang mana artinya para nabi dan rasul
menyampaikan perintah Allah SWT dengan bahasa yang fasih dan mudah diterima oleh
kaumnya.
Artinya: "Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak
engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-
Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak member
petunjuk kepada orang-orang kafir." (QS. Al Maidah: 67)15
15
Nasriah, “Manajemen Dakwah” Jurnal Al- Idarah , Vol. 5 , Juni 2017 ISNN: 2407-
2672.http://eprints.ums.ac.id/32647/10/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Diakses pada Minggu, 12 Oktober 2021
pada pukul 17:00 WIB
10
diharamkan.16 Ishmah merupakan nikmat yang sangat besar yang dikhususkan oleh Allah
untuk para nabi saja. Sehingga dengan demikian terselamatkan mereka dari segala macam
dosa dan maksiat, baik besar maupun kecil dan terselamatkan dari menjalani perintah-
perintah Allah.
Hikmah adanya Ishmah (pemeliharaan) bagi para nabi ialah karena Allah SWT
memerintahkan manusia untuk mengikuti dan meneladani mereka serta menelusuri jalan
hidup yang mereka tempuh. Abdul Rahman Habankah, guru besar Ilmu Syariah dan Dirasah
Islamiyah di Makkah, dalam bukunya Al-Aqidah al-Islamiyah bab Sifatul Ishmah menulis
sebagai berikut: Rasul adalah “contoh paling luhur” bagi umatnya yang wajib diteladani
i’tikadnya, perbuatannya, perkataannya dan akhlaqnya karena dia adalah teladan yang baik
dengan kesaksian Allah.
Maka dari itu wajiblah i’tikadnya, perbuatannya, perkataannya dan akhlaknya dalam
kehidupannya (sesudah diangkat menjadi rasul) selalu, mencerminkan ketaatan kepada Allah
dan wajib pula terjauh dari semua bentuk maksiat karena Allah telah memerintahkan semua
umat untuk mengikuti dan meneladani rasul mereka. Bila dimungkinkan para rasul
melakukan kemaksiatan setelah diangkat menjadi rasul. Maka perintah Allah untuk
menjadikannya sebagai teladan (tatkala maksiat itu merupakan sebagian dari perbuatannya)
berarti merupakan perintah juga untuk berbuat maksiat. Padahal yang demikian itu sangat
kontradiktif. Sebagaimana yang tersebut di atas, rasul-rasul wajib bersifat 5 sifat. Tetapi pada
umumnya berpendapat bahwa sifat wajib bagi rasul ada empat sifat sebagaimana pendapat
Taib Tahir Abd Muin.17 Karena itu maka sudah tentu rasul-rasul itu mustahil bersifat dengan
sifat-sifat yang sebaliknya. Ringkasan sifat-sifat yang mustahil bagi rasul-rasul ialah:
a. Al-Kidzbu
Artinya dusta. Mustahil kalau rasul-rasul itu mempunyai sifat pendusta, dalam arti apa
yang dikatakannya tidak sesuai denan apa yang sebenarnya. Tetapi wajiblah bagi rasul itu
sidqi (benar, jujur).
b. Al-Khianah,
Artinya khianat atau tidak dapat dipercayai. Mustahil apabila rasul mengkhianati
ataupun mengubah walaupun sedikit apaapa yang telah diperintahkan oleh Allah untuk
menyampaikannya kepada hamba-Nya.
16
Ibid, hal. 73
17
Taib Tahir Muin, Ikhtisar Ilmu Tauhid, Ramadhani, Solo, 1998, hlm. 78
11
c. Al-Kitman,
d. Al-Baladah,
Artinya bodoh. Mustahil bila rasul-rasul itu bersifat bodoh atau tumpul otaknya.
Sehingga tidak sanggup memberikan dalil-dalil dan keterangan untuk berhujjah dengan
lawan-lawannya. Sebaliknya rasul-rasul itu bersifat fathonah atau cerdik pandai.18
Adapun sifat-sifat jaiz bagi rasul ialah sifat-sifat kebolehan yang berupa sifat-sifat
manusiawi biasa seperti yang dimiliki orang biasa pada umumnya, asalkan sifat-sifat tersebut
tidak mengurangi martabat kerasulannya yang mulia itu. Sifat-sifat manusia biasa itu
misalnya ialah makan, minum, tidur, kawin, sedih, gembira dan sebagainya. Sifat-sifat
manusiawi biasa seperti ini juga boleh dimiliki para rasul. Sebab betapapun mereka itu juga
masih tetap manusia yang dengan sendirinya dalam hal-hal tertentu yang tida bisa lepas dari
sifat-sifat kemanusiaannya.19
Para nabi dan rasul ialah orang-orang pilihan Allah SWT untuk mengembangkan
dahkah kepada hamba-hamba-Nya, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh, bahwa mereka akan mendapatkan pahala dan imbalan yang baik
serta hidup berkccukupan dalam kehidupan dunia dan akhirat, serta memberi ancaman
kepada orang-orang kafir yang beramal jelek bahwa mereka akan mendapat siksa dan tempat
kembali yang amat buruk.20
ٌ َْو َما نُرْ ِس ُل ْال ُمرْ َسلِ ْينَ اِاَّل ُمبَ ِّش ِر ْينَ َو ُم ْن ِذ ِر ْي ۚنَ فَ َم ْن ٰا َمنَ َواَصْ لَ َح فَاَل خَ و
َف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُوْ ن
18
Ibid., hlm. 32-33
19
Ja’far Amir, Ilmu Tauhid, Ramadani, Solo, 1998, hlm. 78
20
Afif Abdullah, Nabi-nabi Dalam al-Qur’an, CV. Toha Putra, Semarang, tth, hlm. 3
12
“Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan
memberi peringatan, barang siapa beriman dan mengadakan perbaikan maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS al-An’am: 48)
A. Tugas Nabi
3. Menerangkan syariat demi kemaslahatan dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.21
B. Tugas Rasul
1.Mengajarkan ketauhidan.
7. Memberikan kabar gembira bagi umat yang taat dan patuh kepada Allah SWT dan
memberikan kabar berita bagi yang melanggar perintah Allah SWT.
21
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5735357/perbedaan-nabi-dan-rasul-pengertian-sifat-jumlah-
dan-tugas. Diakses pada Minggu 10 Oktober2021, pukul:16:10
13
8. Memberikan contoh-contoh perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari atau
keteladanan yang menjadi panutan dalam perbuatan. Allah berfirman dalam Al Qur’an
ۗكثِْيرا ٰ ِ ٰ ِٰ ِ
ً َ َلََق ْد َكا َن لَ ُك ْم يِف ْ َر ُس ْول اللّه اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكا َن َيْر ُجوا اللّهَ َوالَْي ْو َم ااْل ٰخَر َوذَ َكَر اللّه
Artinya: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah". (QS. Al-Ahzab: 21).
Allah SWT mengutus para rasul sebagai suri teladan, artinya teladan dalam
kesabaran dan menanggung penderitaan dalam memperjuangkan Islam, teladan dalam
ketabahan memegang prinsip, teladan dalam saling mencintai dan persaudaraan muslim, dan
teladan dalam setiap akhlak mulia.22
Adapun persamaan tugas para Nabi dan Rasul antara lain ialah:
4. Menjadi pemimpin yang berani dalam membela kebenaran seperti sikap para rasul.
5. Terhindar dari perbuatan yang sesat
6. Menumbuhkan sifat sabar dan kasih sayang sesama makhluk hidup.
22
https://tirto.id/tugas-rasul-rasul-allah-swt-sebagai-penyampai-wahyu-kepada-manusia-gavA.Diakses
pada Minggu 10 Oktober 2021, pukul: 16:10
23
Martiani, Tentang Nabi dan Rasul. 2010. hal 3
14
9. Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia diciptakan Allah SWT untuk mengabdi kepada-
Nya.24
24
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5735357/perbedaan-nabi-dan-rasul-pengertian-sifat-jumlah-
dan-tugas. Diakses pada Minggu, 10 Oktober 2021, pukul:16:10.
15
BAB III
KESIMPULAN
Perbedaan antara pengertian nabi dan rasul ialah: nabi tidak diperingatkan
menyampaikan wahyu Tuhan yang diterimanya itu kepada umatnya, sedang rasul di samping
untuk dirinya sendiri juga mempunyai beban risalah, maksudnya, disamping menerima
wahyu kenabian untuk dirinya sendiri, juga mempunyai tugas untuk menyampaikan wahyu
itu kepada kaumnya. Rasul berkewajiban untuk mengajak kaumnya ke jalan yang benar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap rasul adalah nabi dan sebaliknya setiap nabi
belum tentu seorang rasul.
Risalah, ilmu yang bermanfaat, yang di berikan oleh Allah Swt kepada Nabi dan
Rasul, dengan tujuan untuk di sampaikan kepada umatnya masing-masing. Para rasul-rasul di
utus oleh Allah Swt ke muka bumi ini untuk menyampaikan risalah-Nya kepada manusia
yang mana di dalam ajarannya mengajak para umatnya untuk beriman kepada Allah Swt. Dan
beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, kemudian beriman kepada kitab-
kitab-Nya, dan juga mengimani akan adanya hari kiamat. Kemudian menjelaskan mana yang
benar dan mana yang bathil. Seseorang yang telah paham dan beriman kepada Allah dan
mentaati perintah-Nya, juga beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, juga beriman kepada
Rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan hari qiyamat. Serta bersikap tawadhu’ adil, dan sabar
DAFTAR PUSTAKA
https://tirto.id/tugas-rasul-rasul-allah-swt-sebagai-penyampai-wahyu-kepada-manusia-gavA.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5735357/perbedaan-nabi-dan-rasul-pengertian-sifat-
jumlah-dan-tugas.
Humaidi Tatapangarsa, Kuliah Aqidah Lengkap, PT Bina, 1990, hlm. 128 37 Cyril Glasse,
Ensiklopedi Islam (ringkas), terj. Gufron A. Mas’adi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002,
Nasriah, “Manajemen Dakwah” Jurnal Al- Idarah , Vol. 5 , Juni 2017 ISNN: 2407-2672.
http://eprints.ums.ac.id/32647/10/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta,
1992
Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Ilmu Tauhid), terj. M. Abdai Rathony, CV. Diponegoro,
Bandung, 1993
17