Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Yogyakarta, 31 Oktober
2021
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................1
D. Metode Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
B. Pengertian Ulul-Azmi..........................................................................4
A. Kesimpulan........................................................................................12
B. Saran...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu dari konsep terpenting dalam Islam adalah konsep kenabian.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap agama memiliki seseorang yang
membawa ajaran tersebut, khususnya agama samawi, yang dipahami sebagai
ajaran dari Tuhan. Maka dari itu, kehadiran orang yang menjadi perantara
antara wahyu dari Tuhan ke manusia menjadi sangat penting, karena ajaran
tersebut tidak akan sampai kecuali melalui seseorang tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
2. Mengetahui siapa Ulul-Azmi
3. Mengetahui perbedaan nabi dan rasul
4. Mengetahui tugas nabi dan rasul
D. Metode Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata nabi, diambil dari Bahasa Arab, “al-nabiy” secara Bahasa berasal
dari kata “al-naba” bermakna “berita yang berarti dan penting”. Dengan
demikian, kata “al-nabiy” berarti “orang yang membawa berita penting”.
Seeorang disebut nabi karena membawa berita dari Allah SWT.1
Kata nabi, juga dapat diartikan menjadi “ma irtafa’a mina-l-ard” yang
berarti yang ditinggikan dari bumi. Pemaknaan ini didasarkan dari diri nabi
yang diistimewakan oleh Allah diatas manusia lainnya. Sedangkan nabi,
menurut kamus, berarti “al-mukhbir ‘an al-ghaib aw al-mustaqbal bi-ilham
min Allah” yang berarti pembawa kabar tentang yang ghaib atau yang akan
dating dengan ilham dari Allah.2
Nabi juga, secara estimologis berarti seseorang yang diberi wahyu oleh
Allah, baik diperintahkan untuk menyampaikannya atau tidak. Jika ia
diperintahkan untuk menyampaikan kabar tersebut pada ummatnya, berarti dia
adalah rasul.
Abu Hassan Al-Mawardi, seorang ahli Fiqh dari Irak mendefinisikan nabi
sebagai seorang utusan Allah yang membawa dan menjelaskan segala perintah
dan larangannya. Dalam bukunya, A’lam al-Nubuwwah, ia menjelaskan, bahwa
manusia dianugerahkan akal dari Allah SWT dengan tujuan, agar manusia
meng-optimalkan akal tersebut sebagai sarana mendapatkan pengetahan yang
diberikan Allah.3
1
M. Kholid Muslih et al., Worldview Islam: Pembahasan Tentang Konsep-Konsep
Penting dalam Islam, Direktorat Islamisasi Ilmu UNIDA Gontor, Ponorogo, 2019, h. 110
2
Louwis Bin Naqula Dhahir Alma’luf, al-Munjid, Dar al-Masyriq, Beirut, 2008, h. 784
3
Abu Hasan Ali bin Muhammad Al Mawardi, A’lam an-Nubuwwah, Dar al-Kutub al-
Islamiyyah, Beirut, 1986, h. 35
3
Tuhan yang berupa wahyu atau agama. Selain arti menurut bahasa Arab ini,
nabi juga bisa diartikan menurut bahasa Ibrani atau Hebrew. Arti nabi menurut
bahasa Ibrani ialah orang yang menceritakan soal-soal agama. Kemudian dari
segi istilah kata “nabi” pada umumnya diartikan dengan orang yang diberi
wahyu oleh Tuhan berupa suatu syari’ah (agama) yang tertentu. Dalam pada
itu, rasul menurut bahasanya berarti utusan. Yang dimaksudkan ialah utusan
Allah. Sedang menurut arti istilah rasul adalah orang yang diberi wahyu oleh
Tuhan berupa suatu syariah yang tertentu, diperintahkan menyampaikan wahyu
yang diterimanya itu kepada umatnya.4
Secara istilah, kata nabi memiliki banyak definisi. Nabi adalah seorang
yang menerima wahyu dari Allah SWT melalui perantara malaikat atau ilham
maupun mimpi yang benar. Mereka juga mubasyir atau pembawa berita baik ,
yaitu mengenai ridha Allah dan kebahagiaan hidup di dunia serta di akhirat bagi
orang-orang yang mengikutinya. Nabi juga seorang mundzir, yaitu pemberi
peringatan yaitu tentang pembalasan serta kesengsaraan terhadap orang-orang
yang ingkar.5
B. Pengertian Ulul-Azmi
Para ulama’ sepakat bahwa jumlah nabi dan rasul yang diutus Allah sangat
banyak, Ensiklopedia Islam menyebutkan bahwa ada sekitar 313 rasul dan
4
U Chasanah, Penafsiran Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, IAIN Walisongo,
Semarang, 2010, h. 18-19
5
Eni Zulaikha, Fenomena nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi
Al-Qur’an dan Tafsir Vol.1 No. 2, Bandung, 2016, h. 151
6
A.S. Hornby, Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English, Oxford
University Press, Oxford, 1995, h. 929
7
Eni Zulaikha, Fenomena nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi
Al-Qur’an dan Tafsir Vol.1 No. 2, Bandung, 2016, h. 150
4
124.000 nabi yang telah diutus Allah ke bumi. 8 Diantara ke-25 nabi dan rasul
yang diketahui, ada 5 nabi dan rasul yang disebut sebagai Ulul-Azmi.
Ulul Azmi, menurut kamus Munjid, kata “uulu” diambil dari kata
“Awwala” berarti “Jama’ bima’na dzawu ay ashab wahiduhu” atau dalam
Bahasa Indonesia, berarti kata jamak yang berarti pemilik sesuatu. 9 Sedangkan
kata “al-Azmi” diambil dari kata “’azama” berarti “al-tsabat wa al-syaddah fi
ma yu’zamu alaihi al-insan” berarti seseorang yang memiliki keteguhan dalam
apa yang ia lakukan.10
Menurut Quraish Shihab, kata Ulul-Azmi berarti mereka yang tidak lagi
dipengaruhi oleh syahwatnya dan rela menyerahkan diri untuk Allah SWT,
karena nafsunya telah tunduk pada kesucian hatinya. Maka ada 2 pokok yang
merupakan syarat mutlak Ulul-Azmi, yaitu kesebaran dan ketabahan serta
kesediaan memberi maaf lapang dada, lalu tekad yang kuat untuk melaksanakan
perintah Allah.13
Dengan begitu, Ulul azmi adalah gelar untuk para nabi dan rasul yang
memiliki keistimewaan berupa tingkat ketabahan dan kesabaran tertinggi dalam
8
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Enslikopedi Islam, buku ke-4, P.T Ichtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, 1994, h. 159
9
Louwis Bin Naqula Dhahir Alma’luf, al-Munjid, Dar al-Masyriq, Beirut, 2008, h. 22
10
Louwis Bin Naqula Dhahir Alma’luf, al-Munjid, Dar al-Masyriq, Beirut, 2008, h. 504
11
Achmad Satori Ismail, Da’wah Nabi Ulul ‘Azmi: Studi Tentang Gerakan Da’wah Nabi
Ibrahim as Sebagai Bapak Monoteisme, Universitas Islam as-Syafi’iyah, Jakarta, 2009, h. 14
12
Achmad Satori Ismail, Da’wah Nabi Ulul ‘Azmi: Studi Tentang Gerakan Da’wah Nabi
Ibrahim as Sebagai Bapak Monoteisme, Universitas Islam as-Syafi’iyah, Jakarta, 2009, h. 14-15
13
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 13, Lentera Hati, Jakarta, 2003, h. 112
5
menjalankan tugasnya, terlepas mereka mendapat celaan dan siksaan dari
kaumnya.
Jumlah Ulul-Azmi ada 5, yaitu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi
Isa, dan Nabi Muhammad. Kelima nabi ini telah diakui memiliki tingkat
tertinggi dalam kesabaran dan ketabahan mereka dalam membenarkan jalan
ummatnya.
Menurut istilah, kata utusan adalah utusan Allah yang membawa hukum
dan kitab Allah sebagai pedoman manusia.16 Dengan begitu, rasul diartikan
sebagai utusan Allah yang membawa syariat dan hukum baru, serta diwajibkan
untuk menyebarkannya pada ummatnya. Dengan begitu, terkenallah istilah
bahwa setiap rasul adalah nabi, namun bukan setiap nabi adalah rasul.
Sedangkan ke-25 nabi yang diketahui adalah termasuk nabi dan rasul.
14
Eni Zulaikha, Fenomena nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi
Al-Qur’an dan Tafsir Vol.1 No. 2, Bandung, 2016, h. 152
15
Louwis Bin Naqula Dhahir Alma’luf, al-Munjid, Dar al-Masyriq, Beirut, 2008, h. 259
16
Eni Zulaikha, Fenomena nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi
Al-Qur’an dan Tafsir Vol.1 No. 2, Bandung, 2016, h. 152
17
M. Kholid Muslih et al., Worldview Islam: Pembahasan Tentang Konsep-Konsep
Penting dalam Islam, Direktorat Islamisasi Ilmu UNIDA Gontor, Ponorogo, 2019, h. 111
6
Kedua, bahwa ada perbedaan diantara keduanya. Alasannya adalah
perbedaan nama atau istilah menunjukkan bahwa nabi dan rasul memiliki
perbedaan arti.18 Kata nabi dikhususkan hanya untuk manusia, sebagaimana
nabi dan rasul yang diketahui. Sedangkan rasul adalah istilah untuk manusia
dan malaikat, serta memiliki keistimewaan dan derajat yang lebih tinggi di mata
Allah.
18
Abu Hasan Ali bin Muhammad Al Mawardi, A’lam an-Nubuwwah, Dar al-Kutub al-
Islamiyyah, Beirut, 1986, h. 51
19
M. Kholid Muslih et al., Worldview Islam: Pembahasan Tentang Konsep-Konsep
Penting dalam Islam, Direktorat Islamisasi Ilmu UNIDA Gontor, Ponorogo, 2019, h. 112
20
Eni Zulaikha, Fenomena nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi
Al-Qur’an dan Tafsir Vol.1 No. 2, Bandung, 2016, h. 152
7
al-Asyqar adalah salah. Karena Allah tidak akan menurunkan wahyu hanya
untuk disimpan dalam hati seseorang.21
Sebagai nabi dan rasul yang membawa wahyu dari Allah, mereka
memiliki tugas-tugas yang harus dilakukan. Dalam A-Qur’an dibahas, ada
beberapa tugas nabi dan rasul, yaitu;
1. Menyampaikan dakwah
ٗت ِر ٰس لَتَه ِ ِّ ٰيٓاَيُّه ا الرس و ُل بلِّغ م ٓا اُنْ ِز َل اِلَي ك ِمن َّرب
َ ك ۗ َوا ْن مَّلْ َت ْف َع ْل فَ َم ا َبلَّ ْغ
َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َّ َ
.س اِ َّن ال ٰلّهَ اَل َي ْه ِدى الْ َق ْو َم الْ ٰك ِف ِريْ َن
ِ ۗ ك ِم َن النَّا ِ وال ٰلّه يع
َ ص ُم َْ ُ َ
21
Umar Sulaiman al-Asyqar, Rasul dan Risalah terj., International Islamic Publishing
House, Riyadh, 2008, h.26-27
22
M. Kholid Muslih et al., Worldview Islam: Pembahasan Tentang Konsep-Konsep
Penting dalam Islam, Direktorat Islamisasi Ilmu UNIDA Gontor, Ponorogo, 2019, h. 113-114
8
dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang kafir”.23
ِ ٍ
َ َُولََقد َب َعثنَا يِف ُك ِّل َُّأمة َر ُسواًل َأن اعبُ ُدوا اهللَ َواجتَنبُوا الطَغ
وت
ِِ رسلِ َ ِإ
ِ رسل امل
ِ ُوما ن
ين َ ني اَّل ُمبَ ِّش ِر
َ ين َو ُمنذر ُ ُ ََ
“Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul meelainkan sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pembawa peringatan”.26
Dakwah para rasul selalu disertai dengan kabar baik dan peringatan.
Kabar baik adalah kabar baik bagi kehidupan di dunia dan akhirat para
pengikut ajarannya, sedangkan peringatan adalah peringatan Allah
tentang siksaan dan kesusahan bagi orang yang menentang dakwahnya.
23
Al-Qur’an al-Karim, Al-Maidah ayat 67
24
Umar Sulaiman al-Asyqar, Rasul dan Risalah terj., International Islamic Publishing
House, Riyadh, 2008, h. 66
25
Al-Qur’an al-Karim, An-Nahl ayat 36
26
Al-Qur’an al-Karim, Al-Kahfi ayat 56
9
4. Memperbaiki dan mensucikan jiwa
ٰب َواَل ااْلِ مْيَا ُن ِ ِ َ ك ر ْوحًا ِّم ْن اَْم ِرنَا ۗ َم ا ُكْن ِ ِ
ُ ت تَ ْدر ْي َم ا الْكت َ َو َك ٰذل
ُ َ ك اَْو َحْينَ ٓا الَْي
ٍ ي اِىٰل ِص ر
اط ْٓ َّك لََت ْه ِد ِ ِ
َ َّش اۤءُ ِم ْن ِعبَادنَ ا ۗ َوان
ِ
َ َوٰل ِك ْن َج َع ْلٰن هُ نُ ْو ًرا ن َّْه د ْي بِهٖ َم ْن ن
َ
ُّم ْستَ ِقْي ۙ ٍم
ۖ ث ال ٰلّهُ النَّبِيّ ٖ َن ُمبَ ِّش ِريْ َن َو ُمْن ِذ ِريْ َن ِ َكا َن النَّاس اَُّمةً َّو
َ اح َد ًة ۗ َفَب َع ُ
“Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi
(untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan”.29
Maksud dari ayat ini adalah bahwasannya dulu, manusia adalah satu
umat, berpegang pada Tauhid. Lalu, mereka berselisih, maka Allah
mengutus nabi dan rasul sebagai pemersatu dan pemberi jalan yang
benar, sesuai dengan ketauhidan Allah.30
6. Menegakkan hujjah
27
Al-Qur’an al-Karim, Asy-Syura ayat 52
28
Umar Sulaiman al-Asyqar, Rasul dan Risalah terj., International Islamic Publishing
House, Riyadh, 2008, h. 77
29
Al-Qur’an al-Karim, Al-Baqarah ayat 213
30
Umar Sulaiman al-Asyqar, Rasul dan Risalah terj., International Islamic Publishing
House, Riyadh, 2008, h. 78-79
10
ُّ َّاس َعلَى ال ٰلّ ِه ُح َّجةٌ ۢ َب ْع َد
الر ُس ِل ۗ َو َك ا َن ِ ُر ُس اًل ُّمبَ ِّش ِريْ َن َو ُمْن ِذ ِريْ َن لَِئاَّل يَ ُك ْو َن لِلن
7. Memimpin ummat
ٰ مِب
ُاح ُك ْم َبْيَن ُه ْم َٓا اَْنَز َل اللّه
ْ َف
31
Al-Qur’an al-Karim, An-Nisa’ 165
32
Al-Qur’an al-Karim, Al-Maidah ayat 48
33
Umar Sulaiman al-Asyqar, Rasul dan Risalah terj., International Islamic Publishing
House, Riyadh, 2008, h. 83
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nabi dan rasul diturunkan Allah kepada umat manusia dengan alas an,
yaitu untuk membawa umat manusia pada jalan yang benar. Dengan begitu,
manusia diwajibkan untuk mematuhi ajarannya dan menjauhi larangan-larangan
yang telah dijelaskan oleh para nabi dan rasul.
Jumlah nabi dan rasul tidak hanya sekedar 25 nabi yang diketahui,
melainkan ada sekitar 313 rasul dan 124.000 nabi yang telah diturunkan Allah,
namun hanya 25 yang wajib diketahui dan dijelaskan dalam Al-Qur’an
Dalam hal perbedaan antara nabi dan rasul, ada dua pendapat yang
bertentangan, seperti yang dijelaskan oleh al-Mawardi, bahwa pihak pertama
menyebutkan bahwa semua nabi adalah rasul dan semua rasul adalah nabi,
sedangkan pihak kedua menyebutkan bahwa nabi dan rasul berbeda, dilihat dari
berbagai aspek. Bagaimanapun, seorang nabi ataupun rasul adalah orang yang
dimuliakan oleh Allah, membawa ajarannya dan diwajibkan untuk
menyebarkannya pada umat manusia.
Dari 25 nabi dan rasul yang diketahui, disebutkan ada 5 orang nabi Ulul-
Azmi, yaitu Nabi Musa, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, serta Nabi
Muhammad. Disebut Ulul-Azmi karena mereka adalah nabi yang memiliki
ketabahan dan ketaguhan lebih dari nabi lainnya. Dengan begitu, derajat dan
keistimewaannya di mata Allah juga lebih tinggi.
Sebagai seorang nabi, tugas merreka tidak hanya menyebarkan ajarn dan
wahyu yang telah diturunkan Allah, melainkan juga harus menjelaskannya,
menunjukkan jalan mana yang benar dan salah pada ummatnya, memberikan
kabar baik dan peringatan, mensucikan dan menyatukan ummatnya, meluruskan
pemikiran-pemikiran yang menyeleweng serta akidah-akidah yang sesat,
menetapkan hujjah di kaumnya, serta menjadi contoh dan pemimpin bagi
kaumnya. Hal itu adalah tugas-tugas nabi yang harus dikerjakan.
12
Sebagai nabi, epeerti yang diterangkan al-Mawardi, harus memiliki tanda
kenabian yang menunjukkan bahwa ia adalah nabi yang diutus Allah, yaitu
memiliki sifat yang menunjang kenabiannya, memiliki mukjizat, dan mukjizat
tersebut harus relevan dengan keadaan di kaumnya.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
Al-Ma’luf, Louwis Bin Naqula Dhahir, al-Munjid, Dar al-Masyriq, Beirut, 2008
Al Mawardi, Abu Hasan Ali bin Muhammad, A’lam an-Nubuwwah, Dar al-
Kutub al-Islamiyyah, Beirut, 1986
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Enslikopedi Islam, buku ke-4, P.T Ichtiar
Baru Van Hoeve, Jakarta, 1994
Ismail, Achmad Satori, Da’wah Nabi Ulul ‘Azmi: Studi Tentang Gerakan
Da’wah Nabi Ibrahim as Sebagai Bapak Monoteisme, Universitas Islam
as-Syafi’iyah, Jakarta, 2009
Shihab, Quraish, Tafsir al-Misbah, jilid 13, Lentera Hati, Jakarta, 2003
14