Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP KENABIAN DALAM WORLDVIEW ISLAM

Untuk memenuhi tugas:

Mata kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu: Dr. Aziz, M.Ag.

Disusun Oleh:

Muthi’a Rosyida Alifuddina (21144700009)

Marcella Eka Pratiwi (21144700026)

Fadhilla Cahya Rahmawati (21144700016)

Della Aprilia Safira (21144700030)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS/1

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penyusun panjatkan


pada Illahi Rabbi, Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga tugas ini dapat terselesaikan tanpa adanya kendala yang berarti.
Shalawat serta salam penyusun setia lantunkan pada baginda nabi agung
Muhammad, SAW, yang telah memapah kita semua dari jalan kegelapan
hingga jalan Islam yang terang benderang ini.

Berkat rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini


tepat pada waktunya tanpa ada gangguan yang berarti. Walaupun begitu,
kiranya masih banyak kekurangan yang ada di dalam makalah ini. Sehingga
peran serta semua pihak dalam hal kritik dan saran membangun sangatlah kami
butuhkan untuk bisa membuat makalah yang lebih baik di waktu
mendatang.Besar harapan kami apabila makalah ini dapat berguna bagi setiap
pihak dan kalangan yang membaca serta mempelajarinya.

Yogyakarta, 31 Oktober
2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................1

D. Metode Penulisan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3

A. Pengertian Nabi dan Rasul...................................................................3

B. Pengertian Ulul-Azmi..........................................................................4

C. Perbedaan Nabi dan Rasul...................................................................6

D. Tugas nabi dan Rasul...........................................................................8

BAB III PENUTUP.....................................................................................12

A. Kesimpulan........................................................................................12

B. Saran...................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan agama adalah salah satu Pendidikan yang paling penting,


terlepas dari agama tertentu. Sebagai seorang muslim, sangat dianjurkan untuk
mempelajari Pendidikan agama Islam, karena Pendidikan agama Islam-lah yang
mendasari kepahaman seseorang terhadap keislamannya. Sebagaimana
diketahui, bahwa sedikit kesalahan pengartian dalam konsep-konsep dalam
Islam dapat berakibat fatal.

Salah satu dari konsep terpenting dalam Islam adalah konsep kenabian.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap agama memiliki seseorang yang
membawa ajaran tersebut, khususnya agama samawi, yang dipahami sebagai
ajaran dari Tuhan. Maka dari itu, kehadiran orang yang menjadi perantara
antara wahyu dari Tuhan ke manusia menjadi sangat penting, karena ajaran
tersebut tidak akan sampai kecuali melalui seseorang tersebut.

Walaupun begitu, tidak sedikit manusia yang mengingkari kehadiran nabi,


terlebih bagi mereka yang tidak mempercayai adanya Tuhan dan agama. Selain
itu, ada beberapa kalangan yang berfikir bahwa manusia telah diberi anugrah
dari Tuhan berupa akal pikiran, dan tidak mempercayai adanya sesuatu di luar
nalar dan akal mereka. Mereka berpikir kebenaran adalah yang sesuai dengan
hasil analisis mereka, sehingga kaum superioritas ini idak memperlukan
kehadiran nabi diantara mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari nabi dan rasul?


2. Siapa itu Ulul-Azmi?
3. Apa perbedaan nabi dan rasul?
4. Apa saja tugas nabi dan rasul?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian nabi dan rasul

1
2. Mengetahui siapa Ulul-Azmi
3. Mengetahui perbedaan nabi dan rasul
4. Mengetahui tugas nabi dan rasul

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penyusun menggunakan metode studi


pustaka, dimana penyusun mendapatkan sumber dari buku dan intermet yang
kemudian disusun dan dijabarkan kembali dengan bahasa yang sesuai dengan
kemampuan diri sendiri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nabi dan Rasul

Kata nabi, diambil dari Bahasa Arab, “al-nabiy” secara Bahasa berasal
dari kata “al-naba” bermakna “berita yang berarti dan penting”. Dengan
demikian, kata “al-nabiy” berarti “orang yang membawa berita penting”.
Seeorang disebut nabi karena membawa berita dari Allah SWT.1

Kata nabi, juga dapat diartikan menjadi “ma irtafa’a mina-l-ard” yang
berarti yang ditinggikan dari bumi. Pemaknaan ini didasarkan dari diri nabi
yang diistimewakan oleh Allah diatas manusia lainnya. Sedangkan nabi,
menurut kamus, berarti “al-mukhbir ‘an al-ghaib aw al-mustaqbal bi-ilham
min Allah” yang berarti pembawa kabar tentang yang ghaib atau yang akan
dating dengan ilham dari Allah.2

Nabi juga, secara estimologis berarti seseorang yang diberi wahyu oleh
Allah, baik diperintahkan untuk menyampaikannya atau tidak. Jika ia
diperintahkan untuk menyampaikan kabar tersebut pada ummatnya, berarti dia
adalah rasul.

Abu Hassan Al-Mawardi, seorang ahli Fiqh dari Irak mendefinisikan nabi
sebagai seorang utusan Allah yang membawa dan menjelaskan segala perintah
dan larangannya. Dalam bukunya, A’lam al-Nubuwwah, ia menjelaskan, bahwa
manusia dianugerahkan akal dari Allah SWT dengan tujuan, agar manusia
meng-optimalkan akal tersebut sebagai sarana mendapatkan pengetahan yang
diberikan Allah.3

Pendapat sama dikemukakan oleh Humaidi Tatapangarsa sebagai berikut.


Menurut bahasanya, nabi berasal dari bahasa Arab “naba” yang artinya berita.
Jadi, nabi berarti “pembawa berita”. Yang dimaksudkan adalah berita dari

1
M. Kholid Muslih et al., Worldview Islam: Pembahasan Tentang Konsep-Konsep
Penting dalam Islam, Direktorat Islamisasi Ilmu UNIDA Gontor, Ponorogo, 2019, h. 110
2
Louwis Bin Naqula Dhahir Alma’luf, al-Munjid, Dar al-Masyriq, Beirut, 2008, h. 784
3
Abu Hasan Ali bin Muhammad Al Mawardi, A’lam an-Nubuwwah, Dar al-Kutub al-
Islamiyyah, Beirut, 1986, h. 35

3
Tuhan yang berupa wahyu atau agama. Selain arti menurut bahasa Arab ini,
nabi juga bisa diartikan menurut bahasa Ibrani atau Hebrew. Arti nabi menurut
bahasa Ibrani ialah orang yang menceritakan soal-soal agama. Kemudian dari
segi istilah kata “nabi” pada umumnya diartikan dengan orang yang diberi
wahyu oleh Tuhan berupa suatu syari’ah (agama) yang tertentu. Dalam pada
itu, rasul menurut bahasanya berarti utusan. Yang dimaksudkan ialah utusan
Allah. Sedang menurut arti istilah rasul adalah orang yang diberi wahyu oleh
Tuhan berupa suatu syariah yang tertentu, diperintahkan menyampaikan wahyu
yang diterimanya itu kepada umatnya.4

Secara istilah, kata nabi memiliki banyak definisi. Nabi adalah seorang
yang menerima wahyu dari Allah SWT melalui perantara malaikat atau ilham
maupun mimpi yang benar. Mereka juga mubasyir atau pembawa berita baik ,
yaitu mengenai ridha Allah dan kebahagiaan hidup di dunia serta di akhirat bagi
orang-orang yang mengikutinya. Nabi juga seorang mundzir, yaitu pemberi
peringatan yaitu tentang pembalasan serta kesengsaraan terhadap orang-orang
yang ingkar.5

Dalam Bahasa ingris, nabi diartikan menjadi Prophet berarti seseorang


yang mengajarkan agama, dan mengklaim, bahwa mereka mendapat inspirasi
dari Tuhan.6 Dalam Bahasa Yunani, prophetes berarti orang yang berbicara atas
nama orang lain, yang berarti nabi atau prophetes dalam Yunani memiliki arti
orang yang mengkomunikasikan wahyu Tuhan.7

B. Pengertian Ulul-Azmi

Para ulama’ sepakat bahwa jumlah nabi dan rasul yang diutus Allah sangat
banyak, Ensiklopedia Islam menyebutkan bahwa ada sekitar 313 rasul dan

4
U Chasanah, Penafsiran Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, IAIN Walisongo,
Semarang, 2010, h. 18-19
5
Eni Zulaikha, Fenomena nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi
Al-Qur’an dan Tafsir Vol.1 No. 2, Bandung, 2016, h. 151
6
A.S. Hornby, Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English, Oxford
University Press, Oxford, 1995, h. 929
7
Eni Zulaikha, Fenomena nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi
Al-Qur’an dan Tafsir Vol.1 No. 2, Bandung, 2016, h. 150

4
124.000 nabi yang telah diutus Allah ke bumi. 8 Diantara ke-25 nabi dan rasul
yang diketahui, ada 5 nabi dan rasul yang disebut sebagai Ulul-Azmi.

Ulul Azmi, menurut kamus Munjid, kata “uulu” diambil dari kata
“Awwala” berarti “Jama’ bima’na dzawu ay ashab wahiduhu” atau dalam
Bahasa Indonesia, berarti kata jamak yang berarti pemilik sesuatu. 9 Sedangkan
kata “al-Azmi” diambil dari kata “’azama” berarti “al-tsabat wa al-syaddah fi
ma yu’zamu alaihi al-insan” berarti seseorang yang memiliki keteguhan dalam
apa yang ia lakukan.10

Dengan begitu, secara estimologis, Ulil-Azmi berarti para rasul Allah


SWT yang sangat kuat danteguh hatinya menghadapi segala rintangan dan
halangan didalam menjalankan tugas kerasulannya dan terus berjuang dengan
segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan.11

Ibnu Manzhur juga menyatakan bahwa Ulul-Azmi adalah mereka yang


bersabar atas perintah Allah SWT dengan apa yang telah diperintahkan oleh-
Nya kepada mereka sebagaimana yang telah disebutkan oleh ulama-ulama tafsir
tentang pengertian dari surat Al-Baqarah, ayat 136.12

Menurut Quraish Shihab, kata Ulul-Azmi berarti mereka yang tidak lagi
dipengaruhi oleh syahwatnya dan rela menyerahkan diri untuk Allah SWT,
karena nafsunya telah tunduk pada kesucian hatinya. Maka ada 2 pokok yang
merupakan syarat mutlak Ulul-Azmi, yaitu kesebaran dan ketabahan serta
kesediaan memberi maaf lapang dada, lalu tekad yang kuat untuk melaksanakan
perintah Allah.13

Dengan begitu, Ulul azmi adalah gelar untuk para nabi dan rasul yang
memiliki keistimewaan berupa tingkat ketabahan dan kesabaran tertinggi dalam

8
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Enslikopedi Islam, buku ke-4, P.T Ichtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, 1994, h. 159
9
Louwis Bin Naqula Dhahir Alma’luf, al-Munjid, Dar al-Masyriq, Beirut, 2008, h. 22
10
Louwis Bin Naqula Dhahir Alma’luf, al-Munjid, Dar al-Masyriq, Beirut, 2008, h. 504
11
Achmad Satori Ismail, Da’wah Nabi Ulul ‘Azmi: Studi Tentang Gerakan Da’wah Nabi
Ibrahim as Sebagai Bapak Monoteisme, Universitas Islam as-Syafi’iyah, Jakarta, 2009, h. 14
12
Achmad Satori Ismail, Da’wah Nabi Ulul ‘Azmi: Studi Tentang Gerakan Da’wah Nabi
Ibrahim as Sebagai Bapak Monoteisme, Universitas Islam as-Syafi’iyah, Jakarta, 2009, h. 14-15
13
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 13, Lentera Hati, Jakarta, 2003, h. 112

5
menjalankan tugasnya, terlepas mereka mendapat celaan dan siksaan dari
kaumnya.

Jumlah Ulul-Azmi ada 5, yaitu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi
Isa, dan Nabi Muhammad. Kelima nabi ini telah diakui memiliki tingkat
tertinggi dalam kesabaran dan ketabahan mereka dalam membenarkan jalan
ummatnya.

C. Perbedaan Nabi dan Rasul

Secara tradisional, penulis-penulis muslim membedakan artian nabi dan


rasul dalam Al-Qur’an. Nabi adalah utusan Allah yang tidak membawa syariat
dan hukum baru, dan tidak pula diwajibkan untuk menyebarkannya ke
kaumnya. Pendapat ini disetujui oleh Muhammad Ali ash-Shabuni. 14 Sedangkan
rasul, dalam kamus Munjid, “rasuul” diambil dari kata “rasala” bermakna
“al-mursal” atau utusan.15

Menurut istilah, kata utusan adalah utusan Allah yang membawa hukum
dan kitab Allah sebagai pedoman manusia.16 Dengan begitu, rasul diartikan
sebagai utusan Allah yang membawa syariat dan hukum baru, serta diwajibkan
untuk menyebarkannya pada ummatnya. Dengan begitu, terkenallah istilah
bahwa setiap rasul adalah nabi, namun bukan setiap nabi adalah rasul.
Sedangkan ke-25 nabi yang diketahui adalah termasuk nabi dan rasul.

Al-Mawardi juga menjelaskan terkait perbedaan nabi dan rasul,


sebagaimana dikutip di buku Worldview Islam karangan Kholid Muslih, Al-
Mawardi menjelaskan dalam tafsirannya di buku A’lam al-Nubuwah, bahwa
ada dua pendapat yang bisa menjadi pertimbangan. Pertama, bahwa nabi adalah
rasul, tidak ada perbedaan diantara keduanya. Nabi dan rasul sama-sama
membawa berita untuk umatnya, seperti dalam pendapat al-Qadhi Abdul
Jabbar.17

14
Eni Zulaikha, Fenomena nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi
Al-Qur’an dan Tafsir Vol.1 No. 2, Bandung, 2016, h. 152
15
Louwis Bin Naqula Dhahir Alma’luf, al-Munjid, Dar al-Masyriq, Beirut, 2008, h. 259
16
Eni Zulaikha, Fenomena nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi
Al-Qur’an dan Tafsir Vol.1 No. 2, Bandung, 2016, h. 152
17
M. Kholid Muslih et al., Worldview Islam: Pembahasan Tentang Konsep-Konsep
Penting dalam Islam, Direktorat Islamisasi Ilmu UNIDA Gontor, Ponorogo, 2019, h. 111

6
Kedua, bahwa ada perbedaan diantara keduanya. Alasannya adalah
perbedaan nama atau istilah menunjukkan bahwa nabi dan rasul memiliki
perbedaan arti.18 Kata nabi dikhususkan hanya untuk manusia, sebagaimana
nabi dan rasul yang diketahui. Sedangkan rasul adalah istilah untuk manusia
dan malaikat, serta memiliki keistimewaan dan derajat yang lebih tinggi di mata
Allah.

Al-Mawardi juga menjelaskan bahwa perbedaan nabi dan rasul dibagi


menjadi tiga pendapat. Pertama, mereka mengatakan bahwa nabi mendapat
wahyu dari mimpi sedangkan rasul mendapat wahyu dengan malaikat sebagai
perantaranya. Kedua, nabi hanya diutus pada umat tertentu, sedangkan rasul
ditujukan pada seluruh umat. Ketiga, nabi tidak membawa syariat dan hukum
baru, sedangkan rasul membawa syariat dan hukum baru.19

Menurut al-Bazdawi, rasul adalah seseorang yang didatangi Jibril, untuk


menjadikannya seorang rasul bagi suatu kaum dan mengajak kaum tersebut
pada Islam, serta mengajarkan syariat-syariat dan hukum-hukumnya.
Sedangkan nabi adalah seseorang yang mendapat ilham dari Allah, tanpa
perantara Jibril, atau dari mimpi untuk mengajak ummatnya pada Islam.20 Hal
ini sesuai dengan pendapat kedua yang disebutkan al-Mawardi.

Sedangkan menurut Ibn Tahir at-Tamimiy al-Bagdadiy, nabi adalah orang


yang mendapat wahyu dari Allah dengan syariat untuk membenarkan syariat
sebelumnya, sedangkan rasul adalah utusan Allah yang diberi syariat baru
untuk ummatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat ketiga yang disebutkan al-
Mawardi.

Beberapa ulama’ seperti Muhammad Ali as-Shabuni berpendapat bahwa


nabi tidak diwajibkan untuk menyebarkan wahyu pada umatnya. Pendapat ini,
seperti yang dijelaskan dalam buku Rasul dan Risalah karangan Umar Sulaiman

18
Abu Hasan Ali bin Muhammad Al Mawardi, A’lam an-Nubuwwah, Dar al-Kutub al-
Islamiyyah, Beirut, 1986, h. 51
19
M. Kholid Muslih et al., Worldview Islam: Pembahasan Tentang Konsep-Konsep
Penting dalam Islam, Direktorat Islamisasi Ilmu UNIDA Gontor, Ponorogo, 2019, h. 112
20
Eni Zulaikha, Fenomena nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi
Al-Qur’an dan Tafsir Vol.1 No. 2, Bandung, 2016, h. 152

7
al-Asyqar adalah salah. Karena Allah tidak akan menurunkan wahyu hanya
untuk disimpan dalam hati seseorang.21

Dari pendapat-pendapat tesebut, Al-Mawardi menawarkan tiga syarat


yang harus dimiliki nabi dan rasul, yaitu pertama, harus memiliki sifat dan
kepribadian yang menunjang kebenaran kenabiannya. Dengan begitu, nabi
diharuskan tidak memiliki sifat pembohong.

Kedua, seorang nabi harus memilki mukjizat, karena mukjizat sangat


penting dalam membuktikan orang tersebut adalah nabi. Maka jika seseorang
tidak memiliki mukjizat, orang tersebut tidak layak disebut menjadi nabi.

Ketiga, keberadaan mukjizat harus memiliki keserasian dengan keadaan


dengan situasi yang ada pada saat itu. Karena munculnya mukjizat adalah tidak
lain adalah settelah memiliki sesuatu yang disifati. Seperti Nabi Isa yang dapat
berbicara saat masih bayi, atau Nabi Musa yang dapat membelah Laut Merah.22

D. Tugas nabi dan Rasul

Sebagai nabi dan rasul yang membawa wahyu dari Allah, mereka
memiliki tugas-tugas yang harus dilakukan. Dalam A-Qur’an dibahas, ada
beberapa tugas nabi dan rasul, yaitu;

1. Menyampaikan dakwah

ٗ‫ت ِر ٰس لَتَه‬ ِ ِّ‫ ٰيٓاَيُّه ا الرس و ُل بلِّغ م ٓا اُنْ ِز َل اِلَي ك ِمن َّرب‬ 
َ ‫ك ۗ َوا ْن مَّلْ َت ْف َع ْل فَ َم ا َبلَّ ْغ‬
َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َّ َ
.‫س اِ َّن ال ٰلّهَ اَل َي ْه ِدى الْ َق ْو َم الْ ٰك ِف ِريْ َن‬
ِ ۗ ‫ك ِم َن النَّا‬ ِ ‫وال ٰلّه يع‬
َ ‫ص ُم‬ َْ ُ َ

“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu


kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti
engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau

21
Umar Sulaiman al-Asyqar, Rasul dan Risalah terj., International Islamic Publishing
House, Riyadh, 2008, h.26-27
22
M. Kholid Muslih et al., Worldview Islam: Pembahasan Tentang Konsep-Konsep
Penting dalam Islam, Direktorat Islamisasi Ilmu UNIDA Gontor, Ponorogo, 2019, h. 113-114

8
dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang kafir”.23

Dalam ayat diatas, sudah dikatakan bahwa rasul diperintahkan


untuk menympaikan dakwah pada kaumnya. Penyampaian dakwah
memerlukan keberanian, karena tidak semua orang akan langsung
percaya denga napa yang dibawanya. Termasuk dalam menyampaikan,
nabi diharuskan untuk menjelaskan wahyu yang disampaikan kepadanya,
karena tidak ada yang lebih paham tentang wahyu itu selain dirinya.24

2. Mendakwahkan ajaran Allah

ِ ٍ
َ ُ‫َولََقد َب َعثنَا يِف ُك ِّل َُّأمة َر ُسواًل َأن اعبُ ُدوا اهللَ َواجتَنبُوا الطَغ‬
‫وت‬

“Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat


(untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu”.25

Tugas seorang rasul bukan hanya menyiarkan dakwah saja, namun


wajib untuk mengajak manusia menerima dakwah, menerapkannya
dalam diri mereka, dan meyakinkan mereka.

3. Memberi kabar gembira dan peringatan

ِِ ‫رسلِ َ ِإ‬
ِ ‫رسل امل‬
ِ ُ‫وما ن‬
‫ين‬ َ ‫ني اَّل ُمبَ ِّش ِر‬
َ ‫ين َو ُمنذر‬ ُ ُ ََ
“Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul meelainkan sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pembawa peringatan”.26

Dakwah para rasul selalu disertai dengan kabar baik dan peringatan.
Kabar baik adalah kabar baik bagi kehidupan di dunia dan akhirat para
pengikut ajarannya, sedangkan peringatan adalah peringatan Allah
tentang siksaan dan kesusahan bagi orang yang menentang dakwahnya.

23
Al-Qur’an al-Karim, Al-Maidah ayat 67
24
Umar Sulaiman al-Asyqar, Rasul dan Risalah terj., International Islamic Publishing
House, Riyadh, 2008, h. 66
25
Al-Qur’an al-Karim, An-Nahl ayat 36
26
Al-Qur’an al-Karim, Al-Kahfi ayat 56

9
4. Memperbaiki dan mensucikan jiwa

‫ٰب َواَل ااْلِ مْيَا ُن‬ ِ ِ َ ‫ك ر ْوحًا ِّم ْن اَْم ِرنَا ۗ َم ا ُكْن‬ ِ ِ
ُ ‫ت تَ ْدر ْي َم ا الْكت‬ َ ‫َو َك ٰذل‬
ُ َ ‫ك اَْو َحْينَ ٓا الَْي‬
ٍ ‫ي اِىٰل ِص ر‬
‫اط‬ ْٓ ‫َّك لََت ْه ِد‬ ِ ِ
َ ‫َّش اۤءُ ِم ْن ِعبَادنَ ا ۗ َوان‬
ِ
َ ‫َوٰل ِك ْن َج َع ْلٰن هُ نُ ْو ًرا ن َّْه د ْي بِهٖ َم ْن ن‬
َ
‫ُّم ْستَ ِقْي ۙ ٍم‬

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh


(Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah
mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an) dan apakah iman itu, tetapi Kami
jadikan Al-Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa
yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh,
engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus”.27

Tugas nabi dan rasul juga adalah membersihkan dan mensucikan


jiwa. Rasul tidak bisa mengeluarkan manusia selain dengan
mendakwahkan ajaran ke-Tauhidan pada mereka.28

5. Meluruskan pemikiran menyimpang dan akidah sesat

ۖ ‫ث ال ٰلّهُ النَّبِيّ ٖ َن ُمبَ ِّش ِريْ َن َو ُمْن ِذ ِريْ َن‬ ِ ‫َكا َن النَّاس اَُّمةً َّو‬
َ ‫اح َد ًة ۗ َفَب َع‬ ُ
“Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi
(untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan”.29

Maksud dari ayat ini adalah bahwasannya dulu, manusia adalah satu
umat, berpegang pada Tauhid. Lalu, mereka berselisih, maka Allah
mengutus nabi dan rasul sebagai pemersatu dan pemberi jalan yang
benar, sesuai dengan ketauhidan Allah.30

6. Menegakkan hujjah
27
Al-Qur’an al-Karim, Asy-Syura ayat 52
28
Umar Sulaiman al-Asyqar, Rasul dan Risalah terj., International Islamic Publishing
House, Riyadh, 2008, h. 77
29
Al-Qur’an al-Karim, Al-Baqarah ayat 213
30
Umar Sulaiman al-Asyqar, Rasul dan Risalah terj., International Islamic Publishing
House, Riyadh, 2008, h. 78-79

10
ُّ ‫َّاس َعلَى ال ٰلّ ِه ُح َّجةٌ ۢ َب ْع َد‬
‫الر ُس ِل ۗ َو َك ا َن‬ ِ ‫ُر ُس اًل ُّمبَ ِّش ِريْ َن َو ُمْن ِذ ِريْ َن لَِئاَّل يَ ُك ْو َن لِلن‬

‫ال ٰلّهُ َع ِز ْيًزا َح ِكْي ًما‬

“Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan


pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk
membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa,
Mahabijaksana”.31

Allah mengutus rasul dan nabi untuk menyampaikan ajarannya,


agar manusia tidak dapat membantah kesalahannya pada Hari Kiamat.
Seandainya Allah tidak mengirimkan rasul dan nabi pada umat manusia,
maka manusia akan membantah kesalahannya di hari kiamat, dan berkata
bahwa mereka tidak tahu apakah itu benar atau salah. Maka dari itu, nabi
diturunkan juga untuk menegakkan hujjah, menunjukkan mana yang
benar dan salah.

7. Memimpin ummat

ٰ ‫مِب‬
ُ‫اح ُك ْم َبْيَن ُه ْم َٓا اَْنَز َل اللّه‬
ْ َ‫ف‬

“maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan


Allah”.32

Ayat tersebut ditujukan pada Nabi Muhammad SAW, agar Nabi


Muhammad dapat menghakimi urusan-urusan umatnya, mengambil jalan
adil dalam permasalahan-permasalahan. Dengan begitu, maka tugas
seorang nabi adalah untuk menjadi pemimpin bagi ummatnya.33

31
Al-Qur’an al-Karim, An-Nisa’ 165
32
Al-Qur’an al-Karim, Al-Maidah ayat 48
33
Umar Sulaiman al-Asyqar, Rasul dan Risalah terj., International Islamic Publishing
House, Riyadh, 2008, h. 83

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Nabi dan rasul diturunkan Allah kepada umat manusia dengan alas an,
yaitu untuk membawa umat manusia pada jalan yang benar. Dengan begitu,
manusia diwajibkan untuk mematuhi ajarannya dan menjauhi larangan-larangan
yang telah dijelaskan oleh para nabi dan rasul.

Jumlah nabi dan rasul tidak hanya sekedar 25 nabi yang diketahui,
melainkan ada sekitar 313 rasul dan 124.000 nabi yang telah diturunkan Allah,
namun hanya 25 yang wajib diketahui dan dijelaskan dalam Al-Qur’an

Dalam hal perbedaan antara nabi dan rasul, ada dua pendapat yang
bertentangan, seperti yang dijelaskan oleh al-Mawardi, bahwa pihak pertama
menyebutkan bahwa semua nabi adalah rasul dan semua rasul adalah nabi,
sedangkan pihak kedua menyebutkan bahwa nabi dan rasul berbeda, dilihat dari
berbagai aspek. Bagaimanapun, seorang nabi ataupun rasul adalah orang yang
dimuliakan oleh Allah, membawa ajarannya dan diwajibkan untuk
menyebarkannya pada umat manusia.

Dari 25 nabi dan rasul yang diketahui, disebutkan ada 5 orang nabi Ulul-
Azmi, yaitu Nabi Musa, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, serta Nabi
Muhammad. Disebut Ulul-Azmi karena mereka adalah nabi yang memiliki
ketabahan dan ketaguhan lebih dari nabi lainnya. Dengan begitu, derajat dan
keistimewaannya di mata Allah juga lebih tinggi.

Sebagai seorang nabi, tugas merreka tidak hanya menyebarkan ajarn dan
wahyu yang telah diturunkan Allah, melainkan juga harus menjelaskannya,
menunjukkan jalan mana yang benar dan salah pada ummatnya, memberikan
kabar baik dan peringatan, mensucikan dan menyatukan ummatnya, meluruskan
pemikiran-pemikiran yang menyeleweng serta akidah-akidah yang sesat,
menetapkan hujjah di kaumnya, serta menjadi contoh dan pemimpin bagi
kaumnya. Hal itu adalah tugas-tugas nabi yang harus dikerjakan.

12
Sebagai nabi, epeerti yang diterangkan al-Mawardi, harus memiliki tanda
kenabian yang menunjukkan bahwa ia adalah nabi yang diutus Allah, yaitu
memiliki sifat yang menunjang kenabiannya, memiliki mukjizat, dan mukjizat
tersebut harus relevan dengan keadaan di kaumnya.

B. Saran

Dalam kehidupan, terlepas seseorang itu nabi atau bukan, sebaiknya


manusia juga mencontoh kebiasaan para nabi, dan sifat-sifatnya. Karena sifat
para nabi tidak lagi diragukan keterpujiannya.

Setelah membaca makalah ini, peenyusun beerharap pembaca lebih


mengetahui tentang seluk-beluk kenabian; pengertiannya, keistimewaannya,
perbedaannya dengan rasul, serta tugas-tugasnya. Penyusun berharap bahwa
akalah ini dapat membantu pembaca dalam memahami konsep kenabian dalam
worldview islam.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Al-Ma’luf, Louwis Bin Naqula Dhahir, al-Munjid, Dar al-Masyriq, Beirut, 2008

Al Mawardi, Abu Hasan Ali bin Muhammad, A’lam an-Nubuwwah, Dar al-
Kutub al-Islamiyyah, Beirut, 1986

Al-Asyqar, Umar Sulaiman, Rasul dan Risalah terj., International Islamic


Publishing House, Riyadh, 2008

Chasanah, U, Penafsiran Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, IAIN Walisongo,


Semarang, 2010

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Enslikopedi Islam, buku ke-4, P.T Ichtiar
Baru Van Hoeve, Jakarta, 1994

Hornby, A.S., Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English,


Oxford University Press, Oxford, 1995

Ismail, Achmad Satori, Da’wah Nabi Ulul ‘Azmi: Studi Tentang Gerakan
Da’wah Nabi Ibrahim as Sebagai Bapak Monoteisme, Universitas Islam
as-Syafi’iyah, Jakarta, 2009

Muslih, M. Kholid et al., Worldview Islam: Pembahasan Tentang Konsep-


Konsep Penting dalam Islam, Direktorat Islamisasi Ilmu UNIDA Gontor,
Ponorogo, 2019

Shihab, Quraish, Tafsir al-Misbah, jilid 13, Lentera Hati, Jakarta, 2003

Zulaikha, Eni, Fenomena nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur’an,


Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir Vol.1 No. 2, Bandung, 2016

14

Anda mungkin juga menyukai