Anda di halaman 1dari 24

DEFINISI, FUNGSI DAN KEDUDUKAN ANTARA AL QUR’AN

DAN HADIST

DOSEN PENGAMPU : M. IMAMUDDIN, M.A

KELOMPOK I

DARUL HUDDI NIM : 19620016

FAIZAL AKBAR NIM : 19620017

HAMZAH MUBAROK NIM : 19620013

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
bisa selesaikan makalah mengenai Definisi, Fungsi dan Kedudukan Antara Al-Quran
dan Hadist.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah
ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang Definisi, Fungsi dan
Kedudukan Antara Al-Quran dan Hadist ini bisa memberi manfaat ataupun inpirasi
pada pembaca.

. Malang, 25 Agustus 2019

. Penyusun

ii
ABSTRAK

DEFINISI, FUNGSI DAN KEDUDUKAN ANTARA AL QUR’AN DAN


HADIST

(Definition, Fungtions and Position Between Al Qur’an and Hadist)

Darul Huddi, Faizal Akbar, Hamzah Mubarok

Alquran adalah kitab dan firman yang Allah turunkan kepada nabi
Muhammad saw untuk umat islam. Alquran memiliki fungsi sentral dalam umat
islam. Alquran berfungsi sebagai landasan hukum nomor satu dalam islam. Namun,
selain alquran, sumber dan rujukan lain yang dipakai oleh umat islam adalah hadist.
Hadist memiliki kedudukan nomor dua didalam pengambilan sumber hukum.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat mengenali, memahami serta


membedakan sumber-sumber rujukan didalam pengambilan hukum. Hal ini dinilai
menjadi sangat krusial dikarenakan selain terdapat banyaknya rujukan dan sumber,
tujuan penulisan ini juga agar dapat membedakan tingkatan pengambilan rujukan
tersebut.

Saat ini, tidak dapat dipungkiri kembali bahwasanya sudah banyak


mahfuzhot atau kata-kata mutiara yang malah dikira sebagai hadist bahkan dirasa
kata-kata mutiara memiliki nilai kewajiban dalam melaksakannya. Hal tersebut hanya
contoh kecilnya. Diharapkan dengan makalah ini, pembaca dapat lebih memahami
dan mengenal tentang alquran. Hadist, khabar, atsar dan lain sebagainya.

Kata kunci : Alquran, Hadist, Atsar, Khabar, Qudsi, Nabawi

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

ABSTRAK ................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv

BAB I ............................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB II ........................................................................................................................... 2

A. Alquran............................................................................................................... 2
1. Pengertian ....................................................................................................... 2
2. Fungsi ............................................................................................................. 3
3. Kedudukan ...................................................................................................... 5
B. Hadist ................................................................................................................. 6
1. Pengertian ....................................................................................................... 6
2. Fungsi ............................................................................................................. 8
3. Kedudukan .................................................................................................... 11
4. Hadist Qudsi ................................................................................................. 12
5. Perbedaan Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi ................................................ 13
C. Sunnah, Khabar dan Atsar................................................................................ 16
1. Sunnah .......................................................................................................... 16
2. Khabar .......................................................................................................... 17
3. Atsar ............................................................................................................. 17
BAB III ....................................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alquran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat jibril. Secara Bahasa, Al-Qur’an berarti
bacaan. Namun, dapat pula merujuk kepada kitab suci umat islam. Al-qur’an
diturunkan secara ke bumi secara bertahap. Diturunkan sejak wahyu pertama
dimulai saat usia rasulullah 40 tahun di kota mekah tahun 610 hingga wahyu
terakhir di kota Madinah saat usia rasulullah 63 tahun pada tahun 632.
Alquran adalah risalah Allah untuk seluruh umat manusia. Maka
tidaklah heran kalua Alquran dapat memenuhi segala tuntutan manusia yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip agama samawi. Rasulullah menantang
orang-orang arab yang tentu saja mengerti sastra arab untuk membuat semisal
Alquran atau bahkan hanya diminta untuk membuat 1 surat dari Alquran
namun mereka tidak ada satupun yang mampu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, fungsi, dan kedudukan Al-Qur’an dan Hadist?
2. Apa perbedaan dan hubungan Al-quran dan Hadist serta hadist Qudsi,
Hadist Nabawi Atsar, Khabar dan Sunnah?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1 Memahami pengertian, fungsi, dan kedudukan Alquran dan Hadist.
2. Memahami pengertian, kedudukan dan hubungan hadist dengan Alquran

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Alquran

1. Pengertian
“Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. qira’ah
berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata lainnya satu sama lainnya
dalam satu ungkapan kata yang teratur. Alquran sama asalnya dengan
“qira’ah” yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan wa
qur’anan.1

ُ‫ِإ َّن َعلَ ۡينَا َج ۡم َع ۥهُ َوقُ ۡر َءانَ ۥهُ فَإِذَا قَ َر ۡأنَهُ فَٱت َّ ِبعۡ قُ ۡر َءانَ ۥه‬
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu)
dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.”
(Al-Qiyamah : 17-18 )
Sebutan untuk Alquran tidak hanya terbatas pada seluruh ayat yang
ada pada Alquran, namun seluruh bagian dari Alquran itu sendiri. Sebagai
contoh, ketika ada seseorang yang membaca hanya satu ayat dari Alquran,
maka iya tetap dibenarkan dikatakan membaca Alquran walaupun hanya
satu ayat yang dibaca.

Secara terminologi, Alquran berarti Para ahli tafsir memiliki


definisi tersendiri tentang Al-Qur'an, semisal Dr. Subhi Saleh yang
mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

"Kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan


dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah".

1
Syaikh Manna’ Al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Alquran, Pustaka Al-Kautsar, 2006, hlm. 16.

2
Adapun Muhammad Ali Ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an
sebagai berikut:

"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan

kepada Nabi Muhammad penutup para nabi dan rasul, dengan


perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang
kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca
dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah Al-
Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas"2

Para ulama menyebutkan defisini yang berbeda untuk Alquran.


Bahwa Alquran adalah firman allah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam, yang pembacaannya menjadi
suatu ibadah.3

2. Fungsi

Alquran sebagai kitab Allah yang diturunkan kepada nabi


Muhammad berfungsi sebagai pedoman hidup umat islam. Alquran juga
memiliki beberapa nama lain yang juga menggambarkan fungsi dari
Alquran itu sendiri. Diantara nama-nama Alquran adalah

a. Al-huda

Memiliki arti sebagai petunjuk. Alquran adalah petunjuk dari


Allah selaku pencipta manusia sebagai sumber rujukan dalam
berperilaku yang mengatur seluruh aspek kehidupan.

َ‫ب ِفي َۛ ِه ُه ٗدى ِل ۡل ُمت َّ ِقين‬ ُ َ ‫ذَ ِل َك ۡٱل ِكت‬


َ َۛ ‫ب ََل َر ۡي‬
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa,” ( Al-baqoroh : 2)

2
Anonim, Alquran, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an, pada tanggal 22 Agustus 2019 pukul
21.10
3 Syaikh Manna’ Al-Qathan, Op.cit., hlm. 18.

3
Alquran tidak hanya diturunkan sebagai pentunjuk bagia
umat islam, namun merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia
yang didalamnya tidak mengandung sedikitpun keraguan,

b. Al-Furqon

Memiliki arti pembeda. Dalam hal ini, alquran berfungsi


sebagai pembeda antara yang Haq dan yang Bathil. Antara yang benar
dan yang salah. Sebagai contoh, didalam Alquran dijelaskan
bahwasanya adanya larangan untuk bertransaksi secara riba.

ً ‫ار َك ٱلَّذِي ن ََّز َل ۡٱلفُ ۡرقَانَ َعلَى َع ۡب ِدِۦه ِليَ ُكونَ ِل ۡلعَلَ ِمينَ نَ ِذ‬
‫يرا‬ َ َ‫تَب‬
“ Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran)
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam, “ ( Al-Furqon : 1 )

c. Asy-Syifa

Alquran dapat pula berfungsi sebagai pengobat. Tidak hanya


sebagai obat dari penyakit fisik manusia seperti sakit dari fisiologi
manusia namun dapat pula sebagai obat dari jiwa untuk mendapatkan
ketenangan seperti penyakit sedih, marah, kecewa dan lainnya.

َ‫ان َما ُه َو ِشفَاء َو َر ۡح َمة ِل ۡل ُم ۡؤ ِمنِين‬ ِ ‫َونُن َِز ُل ِمنَ ۡٱلقُ ۡر َء‬
َّ ُ‫َو ََل يَ ِزيد‬
َ ‫ٱلظ ِل ِمينَ إِ ََّل َخ‬
‫س ٗارا‬
“ Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al-Isro’
: 82 )

Cara menanggulanginya yaitu dengan membaca dan


mentadabburi alquran. Dengan mendalami alquran, alquran dapat
menjadi cahaya dan sumber ketenangan bagi manusia itu sendiri.

4
d. Mau’izhoh

Alquran selain sebagai pedoman bagi manusia, juga memiliki


fungsi sebagai nasihat. Didalam Alquran banyak disebutkan ancaman
dan kabar gembira yang ditujukan kepada manusia yang tak lain
sebagai nasihat agar selalu berbuat kebaik dan selalu menjauhi
keburukan.

‫ظة ِمن َّر ِب ُك ۡم َو ِشفَاء‬ َ ‫اس قَ ۡد َجا َء ۡت ُكم َّم ۡو ِع‬ُ َّ‫يَأَيُّ َها ٱلن‬
َ‫ُور َوهُدٗ ى َو َر ۡح َمة ِل ۡل ُم ۡؤ ِمنِين‬ ِ ‫صد‬ ُّ ‫ِل َما فِي ٱل‬
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (
Yunus : 57 )

3. Kedudukan

Kedudukan Alquran didalam islam sangat mulia. Alquran


dipandang sebagai sumber hukum utama dalam islam. Segala macam
persoalan agama yang ada harus dirujuk pertama kali kepada alquran
karena alquran merupakan sumber utama yang didalamnya tidak ada
keraguan sedikitpun bahkan orang yang meragukan keotentikan alquran
maka tidaklah sempurna keislamannya. Maka dari itu sudah seyogyanya
alquran memiliki kedudukan yang paling mulia karena sebagai sumber
hukum utama dalam agama.

‫سو َل َوأ ُ ْو ِلي ۡٱل َمۡ ِر ِمن ُك ۡۖۡم‬ َّ ْ‫يَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ أ َ ِطيعُوا‬
َّ ْ‫ٱَّللَ َوأ َ ِطيعُوا‬
ُ ‫ٱلر‬
َّ ‫سو ِل ِإن ُكنت ُ ۡم ت ُ ۡؤ ِمنُونَ ِب‬
ِ‫ٱَّلل‬ ُ ‫ٱلر‬ َّ ‫فَإِن تَنَزَ ۡعت ُ ۡم ِفي ش َۡي ٖء فَ ُردُّوهُ ِإلَى‬
َّ ‫ٱَّللِ َو‬
ً ‫س ُن ت َ ۡأ ِو‬
‫يل‬ َ ‫َو ۡٱل َي ۡو ِم ۡٱل ِخ ِۚ ِر ذَ ِل َك خ َۡير َوأ َ ۡح‬

5
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (An-Nisa : 59)

B. Hadist

1. Pengertian

Hadist secara bahasa berarti “dhiddu al-qadim” (lawan dari lama


atau baru). Yang dimaksud dengan hadist secara umum adlaah setiap kata-
kata yang diucapkan atau dinukil sertadisampaikan oleh manusia, baik
kata-kata itu diperoleh melalui pendengaran atau wahyu dalam keadaan
terjaga ataupun tidur. Dalam hal ini, alquran juga dapat disebut hadist. 4

َ ‫ٱَّللُ ََل ِإلَهَ ِإ ََّل ُه ِۚ َو لَ َي ۡج َم َعنَّ ُك ۡم ِإلَى َي ۡو ِم ۡٱل ِق َي َم ِة ََل َر ۡي‬


‫ب ِفي ِۗ ِه َو َم ۡن أَصۡ دَ ُق‬ َّ
‫ٱَّللِ َحدِي ٗثا‬
َّ َ‫ِمن‬

4 Ibid, hlm. 23.

6
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak
ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar
perkataan(nya) dari pada Allah? (An-Nisa : 87)

Adapun secara istilah, hadist bermakna segala sesuatu yang


disandarkan kepada Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau
sifat.5

Adapun contoh hadist yang didasarkan pada qaul (perkataan) Nabi adalah

“Sesungguh Sahnya amal itu, apabila disertai dengan niat. Dan setiap
(perbuatan) seseorang itu tergantung pada apa yang diniatkannya.” 6

Sementara contoh hadist yang merupakan perbuatan (al-fi’li ) dari


Nabi adalah perintah sholat yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah
sebagaimana hadist “ Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku
shalat.” Dalam hadist tersebut, tidak dikatakan bagaimana tata cara sholat,
namun langsung dicontohkan oleh rasul sehingga dikategorikanlah
sebagai hadist fi’li.

Sedangkan hadist yang berupa persetujuan (taqrir) ialah seperti


menyetujui suatu perkara yang dilakukan salah seorang sahabat baik
berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagai contoh, hukum memakan
daging biawak didalam suatu riwayat hadist.

Berikutnya adalah hadist yang merupakan sifat dari nabi


Muhammad yaitu penggambaran rasulullah sebagaimana didalam hadist
“Bahwa Nabi itu selalu bermuka cerah, berperangai halus dan lembut,
tidak keras dan tidak pula kasar, tidak suka berteriak keras, tidak pula
berbicara kotor dan tidak suka mencela…”

5 Ibid, hlm. 24.


6 Potongan dari hadist panjang dalam riwayat Al-Bukhari dari Umar Ibn Khattab

7
2. Fungsi

Fungsi dari hadist terhadap Alquran terbagi menjadi 4 bagian :

a. Bayan At-taqrir

Fungsi Hadist sebagai bayan al- taqrir berarti memperkuat isi


dari Al-Quran. Sebagai contoh hadist yang diriwayatkan oleh H.R
Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudhu, yakni:

“Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang


berhadats sampai ia berwudhu” (HR.Bukhori dan Abu Hurairah)

Hadits diatas mentaqrir dari surat Al-Maidah ayat 6 yang


berbunyi:

‫ٱغ ِسلُواْ ُو ُجو َه ُك ۡم‬ ۡ َ‫صلَو ِة ف‬ َّ ‫َيأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ إِذَا قُ ۡمت ُ ۡم ِإلَى ٱل‬
‫س ُحواْ ِب ُر ُءو ِس ُك ۡم َوأ َ ۡر ُجلَ ُك ۡم ِإلَى‬ َ ‫ق َو ۡٱم‬ِ ِ‫َوأ َ ۡي ِديَ ُك ۡم ِإلَى ۡٱل َم َراف‬
‫ضى أ َ ۡو َعلَى‬ ِۚ َّ َ‫ۡٱل َكعۡ ب ۡي ِۚن وإن ُكنت ُ ۡم ُجنُبٗ ا ف‬
َ ‫ٱط َّه ُرواْ َو ِإن ُكنتُم َّم ۡر‬ َِ ِ َ
َ ِ‫سفَ ٍر أ َ ۡو َجا َء أ َ َحد ِمن ُكم ِمنَ ۡٱلغَائِ ِط أ َ ۡو لَ َم ۡست ُ ُم ٱلن‬
ْ‫سا َء فَلَ ۡم ت َ ِجدُوا‬ َ
‫س ُحواْ ِب ُو ُجو ِه ُك ۡم َوأ َ ۡيدِي ُكم ِم ۡن ِۚهُ َما‬ َ ْ‫َما ٗء فَت َ َي َّم ُموا‬
َ ‫ص ِعيدٗ ا‬
َ ‫ط ِيبٗ ا فَ ۡٱم‬
َ ُ‫ٱَّللُ ِليَ ۡج َع َل َعلَ ۡي ُكم ِم ۡن َح َر ٖج َو َل ِكن يُ ِريد ُ ِلي‬
‫ط ِه َر ُك ۡم َو ِليُتِ َّم‬ َّ ُ ‫يُ ِريد‬
َ‫نِعۡ َمت َ ۥهُ َعلَ ۡي ُك ۡم لَ َعلَّ ُك ۡم ت َ ۡش ُك ُرون‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang

8
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

b. Bayan At-Tafsir

Fungsi hadist sebagai bayan at-tafsir berarti memberikan


tafsiran (perincian) terhadap isi al quran yang masih bersifat umum
(mujmal) serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-
ayat yang bersifat mutlak (taqyid). Contoh hadist sebagai bayan At
tafsir adalah penjelasan nabi Muhammad SAW mengenai hukum
pencurian.

“Rasulullah SAW didatangi seseorang yang membawa pencuri,


maka beliau memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan
tangan”

Hadist diatas merupakan penafsiran dari ayat yang masih


bersifat umum yaitu :

َ ‫ارقَةُ فَ ۡٱق‬
َ ‫طعُواْ أ َ ۡي ِديَ ُه َما َجزَ ا َۢ َء ِب َما َك‬
َ‫سبَا نَ َك ٗل ِمن‬ َّ ‫ار ُق َوٱل‬
ِ ‫س‬ ِ ‫س‬َّ ‫َوٱل‬
‫يز َح ِكيم‬ ٌ ‫ٱَّللُ َع ِز‬ ِۗ َّ
َّ ‫ٱَّللِ َو‬
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan
dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
(Al-Maidah : 38)

Dalam Alquran, Allah memerintahkan hukuman bagi seorang


pencuri dengan memotong tangannya. Ayat ini masih bersifat umum,

9
kemudian Nabi SAW memberikan batasan bahwa yang dipotong dari
pergelangan tangan.

c. Bayan Tasyri’

Hadist sebagai bayan At tasyri’ ialah sebagai pemberi


kepastian hukum atau ajaran-ajaran islam yang tidak dijelaskan dalam
Al-Quran. Biasanya Al Quran hanya menerangkan pokok-pokoknya
saja. Sebagaimana contohnya hadist mengenai zakat fitrah, dibawah
ini:

ْ ‫ض زَ َكا ة َ ال ِف‬
‫ط ِر ِم ْن‬ َ ‫سلَّ َم فَ َر‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ا َِّن َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
َ ‫ام ْن‬
‫ش ِعي ٍْر‬ ِ ‫ع‬ َ ‫عا ِم ْن ت َ َم ٍرا َ ْو‬
ً ‫صا‬ ً ‫صا‬ ِ َّ‫ضانَ َعلَى الن‬
َ ‫اس‬ َ ‫َر َم‬
‫َعلَى‬

‫ْس ِل ِميْنَ ُُ ُك ِل ُح ٍر ا َ ْو َع ْب ٍد ذَ َك ٍر أ َ ْو أ ُ ْنثَى ِمنَ اْلم‬


“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada
bulan Ramadhan satu sha’ kurma atau gandum untuk setiap orang,
beik merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan”(HR. Muslim).

d. Bayan Nasakh

Secara etimologi, An-Nasakh memiliki banyak arti


diantaranya at-taqyir (mengubah), al-itbal (membatalkan), at-tahwil
(memindahkan), atau ijalah (menghilangkan). Para ulama
mendefinisikan Bayan An-nasakh berarti ketentuan yang datang
kemudian dapat menghapuskan ketentuan yang terdahulu, sebab
ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan lingkungannya dan
lebih luas. Salah satu contohnya yakni:

10
ٍ ‫صيَّةَ ِل َو ِار‬
‫ث‬ ِ ‫الَ َو‬
“Tidak ada wasiat bagi ahli waris.”

Hadist ini menasakh ayat Alquran surat Al-Baqarah ayat 180

ِ ‫ض َر أ َ َحدَ ُك ُم ۡٱل َم ۡوتُ ِإن ت َ َر َك خ َۡي ًرا ٱ ۡل َو‬


ُ‫صيَّة‬ َ ‫ب َعلَ ۡي ُك ۡم إِذَا َح‬ َ ‫ُك ِت‬
َ‫وف َحقا َعلَى ٱ ۡل ُمت َّ ِقين‬
ِ ۡۖ ‫ِل ۡل َو ِلدَ ۡي ِن َو ۡٱل َ ۡق َر ِبينَ ِب ۡٱل َمعۡ ُر‬
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat
untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah)
kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

3. Kedudukan
Hadist memiliki peran yang sangat penting didalam mengambil
hukum atau sumber hukum dalam islam. Hadist menempati sebagai
sumber islam kedua setelah Alquran. Bahkan didalam Alquran berkali-
kali dijelaskan agar menaati Rasul sebagaimana didalam surah An-Nisa
ayat 807

‫س ۡلنَ َك َعلَ ۡي ِه ۡم‬


َ ‫ٱَّللَ َو َمن ت َ َولَّى فَ َما أ َ ۡر‬
ۡۖ َّ ‫ع‬ َ َ ‫سو َل فَقَ ۡد أ‬
َ ‫طا‬ ُ ‫ٱلر‬
َّ ِ‫َّمن يُ ِطع‬
ٗ ‫َح ِف‬
‫يظا‬
“ Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati
Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami
tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.

7Khanza Safitra, 4 Fungsi Hadist Dalam Islam dan Kedudukannya, diakses dari https://dalamislam.com/landasan-
agama/hadist/fungsi-hadist-dalam-islam, pada tanggal 23 Agustus 2019 pukul 0.10

11
4. Hadist Qudsi
Hadits ( ‫ ) الحديث‬Segala yang dinisbahkan kepada Nabi
Muhammad, baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, atau karakter,
kemudian Qudsi ( ‫ ) القدسي‬secara bahasa diambil dari kata quddus, yang
artinya suci. Disebut hadis qudsi, karena perkataan ini dinisbahkan kepada
Allah, ‫ القدس‬al-Quddus, yang artinya Dzat Yang Maha Suci.8

Secara istilah (terminologis) adalah suatu hadist yang oleh Nabi


Muhammad saw, disandarkan kepada Allah. Maksudnya, Nabi
meriwayatkannya dalam posisi bahwa yang disampaikannya adalah kalam
Allah. Jadi, Nabi itu adalah orang yang meriwayatkan kalam Allah, tetapi
redaksi lafazhnya dari Nabi sendiri.9

Contoh dari hadist qudsi adalah 10 “Dari Abu Hurairah


Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Allah Subhanahu
wata’ala berfirman : “Aku sesuai apa yang menjadi dugaan hamba-Ku.
Dan bila ia menyebut-Ku di dalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya
di dalam diri-Ku. Dan bila dia menyebut-Ku di khalayak ramai, maka Aku
pun menyebutnya di khalayak orang ramai yang lebih dari itu…”

8 Anonim, Hadist qudsi, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Hadits_Qudsi, pada tanggal 23 Agustus 2019
pukul 20.29
9 Syaikh Manna’ Al-Qathan,Op.cit, hlm. 25.
10 HR. Al-Bukhari

12
5. Perbedaan Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi
Hadis nabawi itu ada dua macam, yaitu:
a. Tauqifi
Yang bersifat tauqifi yaitu yang kandungannya diterima oleh
Rasulullah SAW dari wahyu, lalu ia menjelaskan kepada manusia dengan
kata-katanya sendiri. Bagian ini, meskipun kandungannya dinisbahkan
kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan lebih dinisbahkan kepada
Rasulullah SAW, sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang
mengatakannya, meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari
pihak lain.

b. Taufiqi
Yang bersifat taufiqi yaitu: yang disimpulkan oleh Rasulullah
SAW menurut pemahamannya terhadap Quran, karena ia mempunyai
tugas menjelaskan Quran atau menyimpulkannya dengan pertimbangan
dan ijtihad. Bagian kesimpulannyang bersifat ijtihad ini, diperkuat oleh
wahyu jika ia benar, dan jika terdapat kesalahan didalamnya, maka
turunlah wahyu yang membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah
secara pasti.

Dari sini jelaslah bahwa hadis nabawi dengan kedua bagiannya


yang tauqifi dan taufiqi dengan ijtihad yang diakui oleh wahyu itu
bersumber dari wahyu. Dan inilah makna dari firman Allah tentang Rasul
kita Muhammad saw.:

‫نط ُق َع ِن ۡٱل َه َوى إِ ۡن ُه َو إِ ََّل َو ۡحي يُو َحى‬


ِ َ‫َو َما ي‬
“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).”

13
Hadis qudsi itu maknanya dari Allah, ia disampaikan kepada
Rasulullah SAW melalui salah satu cara penurunan wahyu, sedang
lafadznya dari Rasulullah SAW, inilah pendapat yang kuat.
Dinisbahkannya hadis qudsi kepada Allah SWT adalah nisbah mengenai
isinya, bukan nisbah mengenai lafadznya. Sebab seandainya hadis qudsi
itu lafalnya juga dari Allah, maka tidak ada lagi perbedaan antara hadis
qudsi dengan Al-Quran. Dan tentu pula gaya bahasanya menuntut untuk
ditantang, serta membacanya pun diangggap ibadah.

Mengenai hal ini timbul dua pertanyaan menggelitik:

Pertama, bahwa hadis nabawi ini juga wahyu secara maknawi,


yang lafaznya dari Rasulullah SAW, tetapi mengapa hadis nabawi
tidak kita namakan juga hadits qudsi?

Jawabnya ialah bahwa kita merasa pasti tentang hadis qudsi


bahwa ia diturunkan maknanya dari Allah karena adanya nash syara`
yang menisbahkannya kepada Allah, yaitu kata-kata Rasulullah SAW:
"Allah Ta`ala telah berfirman..., atau Allah Ta`ala berfirman...." Itulah
sebabnya kita namakan hadis itu adalah hadis qudsi. Hal ini berbeda
dengan hadis-hadis nabawi, kerena hadis nabawi tidak memuat nash
tentang hal seperti ini.

Di samping itu bisa jadi isinya diberitahukan (kepada Nabi)


melalui wahyu (yakni secara tauqifi), namun mungkin juga
disimpulkan melalui ijtihad (yaitu secara taufiqi), dan oleh sebab itu
kita namakan masing-masing dengan nabawi sebagai terminal nama
yang pasti. Seandainya kita mempunyai bukti untuk membedakan
mana wahyu tauqifi, tentulah hadis nabawi itu kita namakan pula hadis
qudsi.

14
Pertanyaan kedua, bila lafal hadis qudsi itu dari Rasulullah
SAW, maka dengan alasan apakah hadits itu dinisbahkan kepada Allah
melalui kata-kata Nabi?

Jawabnya ialah bahwa hal yang demikian ini biasa terjadi


dalam bahasa Arab, yang menisbahkan kalam berdasarkan
kandungannya bukan berdasar lafadznya. Misalnya ketika kita
mengubah sebait syair menjadi prosa, kita katakan `si penyair berkata
demikian`. juga ketika kita menceritakan apa yang kita dengar dari
seseorang kita pun mengatakan `si fulan berkata demikian`.11

11 Syaikh Manna’ Al-Qathan, Op.cit., hlm. 27-29.

15
C. Sunnah, Khabar dan Atsar

1. Sunnah
Penngertian Sunnah menurut Bahasa adalah

ً‫َت أَ ْو َم ْذ ُم ْو َمة‬ َّ
ْ ‫الط ِر ْيقَةُ َم ْح ُم ْودَة ً َكان‬

Jalan yang dilalui, baik terpuji atau tercela.12

Pengertian sunnah menurut istilah, seperti yang diungkapkan oleh


Muhammad Ajaj Al-Khatib,

‫سلَّ َم ِم ْن قَ ْو ٍل ا َ ْو ِف ْع ٍل ا َ ْو‬َ ‫َللاُ َعلَ ْي ِه َو‬


َ ‫ى‬ َّ ‫صل‬ َ ِ ‫َما أ ُ ِث َر َع ِن النَّ ِبي‬
. ‫س َوا ٌء َكا نَ قَ ْب َل ْال ِب ْعث َ ِة ا َ ْو بَ ْعدَهَا‬
َ ٍ‫صفَ ٍة خ َْل ِقيَّ ٍة ا َ ْو ِسي َْرة‬
ِ ‫ت َ ْق ِري ٍْر ا َ ْو‬

Segala yang dinukilkan dari Nabi SAW., baik berupa perkataan,


perbuatan, taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup, baik
sebelum Nabi diangkat jadi rasul atau sesudahnya.13

Secara istilah ushul fiqh, sunnah adalah,

‫ان ْال َك ِري ِْم ِم ْن قَ ْو ٍل ا َ ْو فِ ْع ٍل ا َ ْو‬


ِ ‫صدَ َر َع ِن النَّ ِبي ِ َغي َْر ْالقُ ْر‬ َ ‫ُك ُّل َما‬
ْ َ‫ت َ ْق ِري ٍْر ِم َّما ي‬
. ٍ ‫صلَ ُح ا َ ْن يَّ ُك ْونَ دَ ِلي ًْل ِل ُح ْك ٍم ش َْر ِعي‬

Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW., selain Al-Qur’an


Al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang
pantas untuk dijadikan dalil bagi hukum syara.14

12 Endang Soetari.Ilmu Hadis: Kajian Riwayah dan Dirayah.Bandung: Mimbar Pustaka. 2005. hlm. 6
13 Drs.M.Solahudin,M.Ag & Agus Suyadi, Lc.M.Ag. Ulumul Hadis.Bandung: Pustaka Setia. 2008. hlm. 19.
14 Drs. Durri An-Naim. Qur’an Hadis untuk Madrasah Aliyah Kelas X. Aneka Ilmu. hlm : 85.

16
2. Khabar

Pengertian Khabar secara Etimologis

Secara bahasa, khabar artinya ‘warta’, ‘kabar atau ‘berita’ yang


disampaikan dari seseorang kepada orang lain.15

Pengertian Khabar secara Terminologis

Khabar menurut istilah ahli hadis adalah,

. ‫سلَّ َم أ َ ْو َغي ِْر ِه‬


َ ‫َللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َّ ‫ى‬ َ ِ ‫لى النَّ ِبي‬
َّ ‫صل‬ َ ‫ْف ِإ‬ ِ ُ ‫َما أ‬
َ ‫ضي‬

Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi SAW., atau
dari yang selain Nabi SAW.16

Ulama lain mengatakan Khabar adalah sesuatu yang datang selain


dari Nabi SAW, sedang yang datang dari Nabi SAW disebut Hadits. Ada
juga yang mengatakan bahwa Hadits lebih umum dan lebih luas daripada
Khabar, sehingga setiap Hadits dapat dikatakan Khabar, tetapi tidak
setiap Khabar dikatakan Hadits.17

Karena itu, sebagian ulama berpendapat bahwa Khabar itu


menyangkut segala sesuatu yang datang dari selain Nabi SAW.
Sedangkan Hadits khusus untuk segala sesuatu yang berasal dari Nabi
SAW.18

3. Atsar
Pengertian Atsar secara Etimologis

15
Ibid . hlm. 88.
16
Muhammad Ahmad dan M.Mudzakir, Ulumul Hadits. hlm. 15.
17
Munzier Suparta. Ilmu Hadits . hlm. 15.
18
Muhammad Ahmad dan M.Mudzakir.op.cit. Hal : 16.

17
Atsar dari segi bahasa artinya bekas sesuatu atau sisa dari sesuatu
dan berarti pula nukilan (yang dinukilkan). Karena doa yang dinukilkan /
berasal dari Nabi SAW. dinamakan doa maksur.19

Pengertian Atsar secara Terminologis

Sedangkan atsar menurut istilah terjadi perbedaan pendapat diantara


pendapat para ulama. Sedangkan menurut istilah:

ْ ِ‫ص َحا َب ِة َو َي ُج ْو ُزا‬


ً ‫ط َلقُهُ َعلَى َك َل ِم النَّ ِبي ِ ا َ ْي‬
. ‫ضا‬ َّ ‫ي َع ِن ال‬
َ ‫ار ِو‬
ُ ‫َم‬
Segala sesuatu yang diriwayatkan dari sahabat dan boleh juga
disandarkan pada perkataan Nabi SAW.20

Jumhur ulama mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu


sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat dan tabi’in.
sedangkan menurut ulama Khurasan bahwa atsar untuk yang mauquf dan
khabar untuk yang marfu’.21

19
Ibid .
20
Munzier Suparta. Ilmu Hadits. Hal : 15-16.
21
Mudasir . Ilmu Hadits. Hal : 32.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama islam didalamnya terdapat berbagai sumber pokok hukum. Yaitu,


Alquran sebagai sumber pertama didalam islam dan selain itu, terdapat pula sumber
kedua yaitu hadist. Hadist pun terbagi menjadi hadist nabawi dan hadist qudsi.
Perbedaan antara keduanya adalah hadist nabawi disandarkan kepada nabi
Muhammad saw sementara hadist qudsi disandarkan langsung kepada Allah SWT.

B. Saran

Demikianlah pokok bahasan contoh makalah ini yang dapat kami paparkan,
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna, Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Manna’ Al-Qathan,Syaikh. 2006. Pengantar Studi Ilmu Alquran, Jakarta : Pustaka


Al-Kautsar

Ahmad, Muhammad dan M. Mudzaki.2004. Ulumul Hadits. Bandung : Pustaka


Setia.

An-Na’im, Durri. Qur’an Hadis untuk MA kelas X. Semarang : Aneka Ilmu.

Mudasir.1999. Ilmu Hadits.Bandung : Pustaka Setia.

Soetari, Endang. 2005. Ilmu Hadis: Kajian Riwayah dan Dirayah. Bandung : Mimbar
Pustaka.

Solahudin, Muhammad dan Agus Suyadi. 2008. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka
Setia.

Sulaiman, M.Noor. 2008. Antologi Ilmu Hadits. Jakarta : Gaung Persada Prees.

Suparta, Munzier. 2003. Ilmu Hadits. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Anonim. 2019. Alquran diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an


diakses pada 22 Agustus 2019 pukul 21.10

Tanya. 2014. Makalah Hadist Sunnah Khabar dan Atsar diakses dari
http://blogkuzainul.blogspot.com/2014/04/hadist-sunnah-khobar-dan-atsar.html?m=1
diakses pada 25 Agustus 2019 pukul 17.07

Anonim. 2014. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Hadist diakses dari


http://ginanufus.blogspot.com/2014/09/pengertian-dan-bentuk-bentuk-hadist.html
diakses pada 25 Agustus 2019 pukul 17.10

20

Anda mungkin juga menyukai