Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Q.S. AL-BAQARAH : 151)

Dosen Pengampu :
Hidayat, M. Pd.I

Kelompok 3
Rina Falensia Zulfa (2030203118)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2023
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan wadah untuk menuntut ilmu bagi semua
lapisan masyarakat baik tua, muda, maupun kaya atau miskin dan lain-lain.
Pendidikan adalah proses pembelajaran pengetahuan, keteram[ilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya melalui pengajaran, penelitian dan pelatihan. 1
Dalam dunia Pendidikan terdapat beberapa komponen Pendidikan
salah satunya adalah pendidik dan peserta didik. Pendidik merupakan
seseorang yang berperan dalam proses Pendidikan peserta didiknya.
Pendidik dalam hal ini mempunyai beban untuk keberhasilan peserta didik.
Dalam Islam pendidik didefenisikan sebagai orang-orang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi aktif, kognitif,
maupun psikomotorik.2 Peserta didik adalah individu yang sedang tumbuh
berkembang, baik secara fisik, psikis, sosial, dan secara rohaninya dalam
menjalankan kehidupan di dunia maupun akhirat. Sehingga peserta didik
merupakan individu yang belum ddewasa dan membutuhkan bantuan orang
lain untuk membuatnya tumbuh dewasa. 3
Dalam Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah ayat 151 ini memiliki intisari
bahwa pendidik pada ayat ini adalah Rasulullah SAW dan peserta didiknya
adalah para sahabat. Adapun tafsir Al-Mukhtasar/Markaz Tafsir Riyadh,
dibawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih in Abdullah bin Humaid mengenai
Q.S. Al-Baqarah 151 “ kami juga memberikan nikmat yang lain kepada
kalian. Kami mengirimkan kepada kalian seorang Rasul dari bangsa kalin
sendiri yang bertugas membacakan ayat-ayat kami dan menyucikan kalian
melalui keutamaan-keutamaan dan kebajikan yang dia perintahkan dam
memperlihatkan kenhinaan-kehinaan dan kemungkaran yang dia larang
untuk kalian. Dia juga mengajarkan kepada kalian, dan mengjarakan apa
yang belum kalian ketahui terkait urusan-urusan agama dan dunia kalian.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidik dan Peserta Didik dalam Islam
Menurut Suryosubarta pendidik merupakan orang dewasa yang
bertanggungjawab memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat
kedewasaan, mampu berdiri sendirri dalam memenuhi tugasnya sebagai

1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/pwnsisikan diakses pada 01 Mei pukul 07.00
WIB
2
Abdul Aziz, Komunikasi Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam,
Mediakita, 2017.
3
Ibid. hal 175
hamba Allah dan kholifah di Bumi, serta mampu melakukan tugasnya
sebagai makhluk sosial.4 Pendidik ini lebih spesifik disebut guru dalam
dunia Pendidikan dan mereka dituntut untuk professional dalam
menjalankan tanggung jawabnya. Marimba mengemukakan bahwa
pendidik ialah orang yang memikul tanggungjawab Pendidikan kepada
peserta didiknya.5
Dengan beberapa defenisi diatas maka dapat dikatakan bahwa
orang yang termasuk kategori pendidik adalah orang yang secara
keseluruhan mampu mengemban tugas untuk mengembangakan potensi
peserta didik. Orang tua secara tidak langsung dapat disebut sebagai
pendidik, sebab mereka memiliki tanggung jawab dalam mendidik
anak-anak mereka.
Mendidik dalam Islam dipandang sebagai suatu perbuatan yang
mulia. Guru atau pendidik seperti titah Tuhan untuk menyebarluaskan
ajaran-ajaran kebaikam keada generasi selanjutnya. Oleh karena itu,
seorang pendidik harus senantiasa belajar agar selalu memperbarui
keilmuannya sesuai perkembangan zaman.
Dalam Pendidikan Islam peserta didik adalah manusia yang
berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik,
psokologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia
dan di akhirat kelak. Peserta didik merupakan orang yang mencari Ilmu.
Dalam Islam diyakini bahwa ilmu hanya berasal dari Allah, maka
seorang peserta didik harus belajar untuk menemukan ilmu dan
berupaya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dengan senantiasa
taat pada perintah-Nya.
Adapun Firman Allah mengenai pendidik dan peserta didik
sebagai berikut :

“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu)


kami telah mengutus kepadamu rasul diantara kamu yang membacakan

4
Mujib Mudzakir dalam Siti Aminah, Membangun Kominikasi Efektif antara
pendidik dan peserta didik dalam perspektif Islam, Masdarsah, Vol. 5, No. 2, Januari-juni
2013.
5
Hartono, Pendidik dan Peserta Didik dalam Perspektif Filsafat Pendidikan
Islam, Jurnal Potensia, Vol. 13 Edisi 1 Januari-Juni 2014
ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu al-kitab dan al-hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa
yang belum kamu ketahui.
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 151 mengandung konsep
pedidik yaitu terletak pada kata yuzakkiihim dan yu’allimu. Didalam
ayat tersebut terdapat relevansi dengan konsep pendidik, yaitu Nabi
Muhammad SAW. Aktivitas Raulullah pada zaman dahulu dapat
digmbarkan seorang pendidik sedangkan umat dan sahabtnya sebagai
peserta didik. Sebagaimana Rasulullah SAW membacakan ayat-ayat
yang diturunkan Allah. Allah mengutus Rasul untuk mensucikan
mereka, dengan menyucikan ruh merka dari syirik dan kebodohan.
Bahwasanya bangsa Arab pada waktu itu tidak berpengetahuan sama
sekali, masih dalam keadaan tersesat, Rasulullah mengajarkan Al-Kitab
dan Al-Hikmah.
2. Keutamaan Pendidik
Dalam ajaran Islam pendidik dangatlah dihargai kedudukannya
hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

“ Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu :” Berlapang-


lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan ,” Berdirilah
kamu”, maka berditilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (Q.S. Al-Mujaadalah/58:11)

Sabda Rasulullah SAW : Artinya :”Sebaik-baik kamu adalah orang


yang mempelajari Al-qur’an dan mengajarkannya”.(H.R. Bukhori)

Firman Allah dan sabda rasul tersebut mrnggambarkan


tingginya kedudukan orangyang mempunyai ilmu pengetahuan
(pendidik). Hal ini beralasan bahwa dengan pengetahuan dapat
mengantarkan manusia untuk selalu berfikir dan menganalisa hakikat
semua fenomena yang ada pada alam, sehingga mampu membawa
manusia semakin dekat dengan Allah.
3. Tugas Pendidik
Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Disamping itu
pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses
belajar-mengajar sehingga potensi peserta didik dapat teraktualisasi
secara baik dan dinamis.6 Selain itu tugas yang utama adalah,
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk
bertaqarrub kepada Allah. Sejalan dengan ini Abd alRahman al-Nahlawi
menyebutkan tugas pendidik pertama, fungsi penyucian yakni berfungsi
sebagai pembersih, pemelihara, dan pengembang fitrah manusia. Kedua,
fungsi pengajaran yakni meng-internalisasikan dan mentransformasikan
pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia.
Menurut Ahmad D. Marimba tugas pendidik dalam pendidikan
Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan
peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya
proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan
yang dimiliki guna ditransformasikan kepada peserta didik, serta
senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan dan
kekurangannya. 7
Imam Ghazali mengemukakan bahwa tugas pendidik yang
utama adalah menyempurnakan, membersikan, mensucikan, serta
membawa hati manusia untuk taqarrub ila Allah. Para pendidik
hendaknya mengarahkan para peserta didik untuk mengenal Allah lebih
dekat lagi melalui seluruh ciptaan-Nya. Para pendidikan dituntut untuk
dapat mensucikan jiwa pesertaa didiknya. 8

4. Bahasan Tafsir Q.S. Al- Baqarah Ayat 151

6
Hasan Lunggung, Pendidikan Islam menghadapi abad ke-21. Jakarta : Pustaka
Al-Husna, 1988
7
Samsul Nisar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan Historis dan Praktis,
Jakarta : Cipitat Press, 2002, hal. 44
8
Ibid., hal 44-45
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat kami
kepadamu) kami telah mengutus kepadamu rasul diantara kamu
yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu al-kitab dan al-hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”9
Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, Ayat
ini merupakan bukti pengabulan doa nabi Ibrahim as, yang
dipanjatkan ketika beliau bersama putranya Ismail as, membangun
Ka‟bah. Permohonan Nabi Ibrahim disana berbunyi:“Tuhan Kami!
Mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat –Mu, dan mengajarkan kepada mereka
alKitab Dan al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana” (QS.
AlBaqarah [2]: 129).
Terdapat sedikit perbedaan antara permohonan Nabi Ibrahim
AS. dengan pengabulan Allah yang disebut dalam ayat 151 yang
dibahas ini. Perbedaan tersebut adalah bahwa pada ayat 129
menyucikan di tempatkan pada peringkat terakhir dari empat macam
permohonan, yaitu 1) Rasul dari kelompok mereka, 2) Membacakan
ayat-ayat Allah 3) Mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah, 4)
Menyucikan mereka.
Sedangkan, pada ayat yang akan dibahas ini, menyucikan
ditempatkan pada peringkat ke tiga dari lima macam anugerah Allah
SWT. dalam konteks memperkenankan doa Nabi Ibrahim. Lima
macam anugerah itu adalah 1. Rasul dari kelompok mereka, 2.
Membacakan Ayat-ayat Allah, 3. Menyucikan mereka, 4.
Mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah, 5. Mengajarkan apa yang
belum kamu ketahui. Kalimat “mengajarkan apa yang mereka belum
ketahui”, ini merupakan nikmat tersendiri, mencakup banyak hal
dan melalui sekian cara. Memang sejak dini Al-Qur‟an
mengisyaratkan dalam wahyu pertama Iqra, bahwa ilmu yang
diperoleh manusia diraih dengan dua cara. Pertama, upaya belajar
mengajar, dan kedua anugerah langsung dari Allah SWT. berupa
ilham dan intuisi.10
Dalam Tafsir fi Zhilalil Qur‟an, “Serta mengajarkan kepada
Kamu Al-Kitab Dan Al-Hikmah”, ditafsirkan dalam ini tercakup
segala hal yang disebutkan di muka, yaitu pembacaan ayat-ayat
AlQur‟an dan penjelasan terhadap materi pokok di dalamnya, yaitu
hikmah. Hikmah adalah buah pendidikan dari kitab ini, yakni

9
Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya : Duta Ilmu, 2009. Hal 29
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta ; Lentera hati, 2002. Hal 361
penguasaan yang benar dan datang bersama hikmah pada suatu
masalah, dan penimbang suatu masalah dengan suatu timbangan
yang benar serta mengetahui tujuan perkara-perkara dan arahan-
arahannya. Begitu juga akan terealisir hikmah ini secara masak
mendapatkan bimbingan dan penyucian dari Rasulullah saw.
Dengan ayat-ayat Allah.
“Dan Mengajarkan kepada kamu segala sesuatu yang belum
kamu ketahui.” Ini adalah sesuatu yang pasti pada umat Islam.
Sungguh, Islam telah memilih mereka dari lingkungan bangsa Arab
yang pada waktu itu tidak berpengetahuan sama sekali kecuali
sangat sedikit dan berserak-serakan, yang layak untuk kehidupan
kabilah-kabilah di padang pasir, kota-kota kecil atau pedalaman.
Dengan datangnya Islam, jadilah mereka sebagai umat yang
memimpin manusia dengan kepemimpinan yang agung, bijaksana,
jelas, dan lurus. Hal ini karena Al-Qur‟an dijadikan pedoman dan
arahan dalam perilaku dan sikapnya, dan dijadikan sebagai dasar
pendidikannya. Jika umat Islam ingin kembali melahirkan generasi
yang andal dan canggih dalam mengemban kepemimpinan yang
lurus, maka jalannya tidak lain adalah kembali dan beriman kepada
Al-Qur‟an. Dan menjadikan Al-Qur‟an sebagai manhaj dalam
hidupnya, bukan sekedar nyanyian untuk diperdengarkan kepada
telinga. Pada ayat di atas disebutkan: Dan Mengajarkan (Yu‟allim),
kepadamu al-Kitab dan As-Sunnah kepada Umatnya. Menurut
Muhaimin, pengajaran pada ayat itu mencakup teoritis dan praktis,
sehingga peserta didik memperoleh kebijakan dan kemahiran
melaksanakan hal-hal yang mendatangkan manfaat dan menampik
kemudaratan. Pengajaran ini juga mencakup ilmu pengetahuan dan
Al-Hikmah (bijaksana).11
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pertama,
Rasulullah SAW adalah pendidik dan suri tauladan bagi umatnya.
Kedua, Aktivitas Rasulullah pada zaman dahulu dapat digambarkan
sebagai seorang pendidik, sedangkan umat atau sahabat-sahabatnya
sebagai peserta didik sebagaimana Rasulullah membacakan ayat-
ayat yang diturunkan Allah. Ketiga, Allah mengutus Rasul untuk
menyucikan mereka, dengan menyucikan ruh mereka dari kotoran
syirik, noda-noda jahiliyah. Keempat, Bahwasannya Bangsa Arab
pada waktu itu tidak berpengetahuan sama sekali, masih dalam
keadaan tersesat. Dengan datangnya Islam, Rasulullah mengajarkan
kepada umat yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah.

11
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilali Qur’an, Jakarta : Gema Insani, 2000. Hal 251
Tugas seorang guru tidak hanya mengajar (transfer of
knowledge), tetapi juga harus mampu menanamkan nilai-nilai dasar
guna membangun karakter atau akhlak pada murid dan menjadikan
Al-qur‟an sebagai pedoman dan dasar pendidikannya.

C. KESIMPULAN
Pada surah Al-Baqarah ayat 151 ini merupakan pengabbulan do’a
Nabi Ibrahim dengan diberikan seorang utusan dari keturunan Nabi Ismail.
Ayat ini membahas tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh Nabi
kepada umatnya yaitu menjelaskan tentang tahap-tahap Rasulullah SAW
dalam membina umatnya. Sedangkan tugas Rasulullah dalam memimpin
umatnya, diantaranya :
1. Tilawah ayat : membacakan ayat
2. Ta’lim kitab : mengarkan kitab
3. Ta’lim Hikmah : Mengajarkan hadits
4. Takziyah : membersihkan jiwa peserta didik agar mendekatkan didi
kepada Allah SWT
Konsep pendidik dalam surah Al-Baqarah ayat 151 adalah sebagai
contoh pedndidik yang perlu digugu dan dituru keteladananya
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Abdul, Komunikasi Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam,
Mediakita, 2017.
Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya : Duta Ilmu, 2009.
Hartono, Pendidik dan Peserta Didik dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam,
Jurnal Potensia, Vol. 13 Edisi 1 Januari-Juni 2014
Lunggung Hasan, Pendidikan Islam menghadapi abad ke-21. Jakarta : Pustaka Al-
Husna, 1988
Mudzakir Mujib dalam Siti Aminah, Membangun Kominikasi Efektif antara
pendidik dan peserta didik dalam perspektif Islam, Masdarsah, Vol. 5, No.
2, Januari-juni 2013.
Nisar Samsul, Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan Historis dan Praktis,
Jakarta : Cipitat Press, 2002,
Quraish M. Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta ; Lentera hati, 2002.
Quthb Sayyid, Tafsir Fi Zhilali Qur’an, Jakarta : Gema Insani, 2000
https://id.m.wikipedia.org/wiki/pwnsisikan

Anda mungkin juga menyukai