Kelas : XI.A.5
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Rahmat dan
Barokah-Nya sehingga pada saat ini kami dapat menyelesaikan kegiatan praktikum dan tugas
menyusun Makalah Hadits Shahih guna melengkapi penilaian dalam nilai keterampilan.
Shalawat serta Salam semoga tetap tercurah kepada Uswah Hasanah kita, Rasul Mulia,
Muhammad Saw beserta seluruh keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang cinta dan taat
kepadanya hingga yaumil akhir, Amin.
Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Bapak H.Muchtarom
selaku guru mata pelajaran Hadits di kelas XI IPA.
Selanjutnya jika ada kekurangan dan kesalahan dalam kami melakukan percobaan dan atau
dalam menyusun laporan hasil percobaan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tidak
lupa kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan dalam
penyusunan laporan diwaktu yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
Daftar Isi
Peta Konsep
I. Pengertian Hadits Shahih
1. Pengertian menurut bahasa
Kata Shahih )ُ (الص َِّح ْيحdalam pengertian bahasa, diartikan sebagai orang sehat antonim dari
kata as-saqîm )س ِق ْي ُم
َّ (الorang yang sakit. Jadi yang dimaksud hadits shahih adalah hadits yang
sehat dan benar tidak terdapat penyakit dan cacat. Hadits shahih menurut Bahasa adalah
bagus, sehat,benar,dapat dipertanggung jawabkan,dll.
KESIMPULAN PENGERTIAN
Suatu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, sempurna ingatannya, bersambung-
sambung sanadnya, tidak ada cacat yang tersembunyi dan pengertiannya tidak
janggal/berlawanan dengan dalil yang lebih kuat.
II. Syarat Hadits Shahih
1. Perawinya bersifat adil َر َواتُهُ عَادِل
Menurut bahasa, adil berarti lurus, tidak berat sebelah, tidak zalim, tidak menyimpang, tulus
dan jujur. Dalam istilah periwayatan, orang yang adil adalah:
وار ِم ا ْل ُم ُر ْو َء ِة
ِ ق َو َخ ْ س ِل َم ِمنَ ا ْل ِف
ِ س َ سنَ ُخلُقُهُ َو
ُ ستَقَا َم ِد ْينُهُ َو َح
ْ َم ِن ا
Adil adalah orang yang kosisten (istiqamah) dalam beragama, baik akhlaknya, tidak fasik,
dan tidak melakukan cacat muru’ah.
Maksudnya adalah tiap-tiap perowi itu seorang Muslim, bersetatus Mukallaf (baligh),
bukan fasiq dan tidak pula jelek prilakunya.
Dalam menilai keadilan seorang periwayat cukup dilakuakan dengan salah satu teknik
berikut:
keterangan seseorang atau beberapa ulama ahli ta’dil bahwa seorang itu
bersifat adil, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab-kitab jarh wa at-
ta’dil.
ketenaran seseorang bahwa ia bersifast adil, seperti imam empat
Hanafi,Maliki, Asy-Syafi’i, dan Hambali.
khusus mengenai perawi hadits pada tingkat sahabat, jumhur ulama
sepakat bahwa seluruh sahabat adalah adil. Pandangan berbeda datang dari
golongan muktazilah yang menilai bahwa sahabat yang terlibat dalam
pembunuhan ‘Ali dianggap fasiq, dan periwayatannya pun ditolak.
Perawi yang selalu memelihara perbuatan taat dan menjauhi perbuatan maksiat dan juga
selalu menjuhi perbuatan dosa sekalipun dosa kecil. Ia juga selalu menjaga dirinya dari
tingkah laku yang tidak sopan seperti kata-kata keji, kencing di muka umum sambil berdiri
dan lain sebagainya.
Keadilan rawi merupakan faktor penentu bagi diterimanya suatu riwayat. Menurut Ar-Razi,
keadilan adalah tenaga jiwa yang mendorong untuk bertaqwa, menjauhi dosa besar, menjauhi
dosa kecil dan meninggalkan perbuatan mubah yang menodai muruah (harga diri), seperti
makan sambil berdiri, buang air kecil bukan pada tempatnya, dan bergurau yang berlebihan.
Dalam menilai keadilan seorang periwayat cukup dilakuakan dengan salah satu teknik
berikut:keterangan seseorang atau beberapa ulama ahli ta’dil bahwa seorang itu bersifat
adil, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab-kitab jarh wa at-ta’dil.
Khusus mengenai perawi hadits pada tingkat sahabat, jumhur ulama sepakat bahwa seluruh
sahabat adalah adil. Pandangan berbeda datang dari golongan muktazilah yang menilai bahwa
sahabat yang terlibat dalam pembunuhan ‘Ali dianggap fasiq, dan periwayatannya pun
ditolak.
KESIMPULAN PERAWI ADIL
Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan adil adalam transformasi
hadits adalah bahwa periwayat tersebut harus beragama Islam, mukallaf, melaksanakan
ketentuan agama dan memelihara citra dirinya (muru’ah). Dengan kata lain, keadilan
periwayat ini terkait erat dengan kualitas pribadinya. Sekalipun ulama mempunyai maksud
yang sama dalam mendefinisikan tentang sifat adil ini, tetapi mereka berbeda dalam redaksi
dan kriterianya
Aliran Sesat di Indonesia
1. Ahmadiyah
Sejarah berdirinya Ahmadiyah, tidak terlepas dari sejarah Mirza Gulam Ahmad sebagai
pendiri Ahmadiyah. Ia lahir di Qadian tahun 1835, ayahnya bernama Mina Ghulam Murtada.
Keluarga Mirza, pernah menjadi pembantu setia pemerintah kolonial Inggris di India. Jauh
sebelum itu, keluarga tersebut sudah menjalin kerja sama yang erat dengan pimpinan kaum
Sikh, Ranjat Singh.5 Dengan demikian, tidak pelak lagi jika aliran Ahmadiyah bersikap
kooperatif dengan pemerintah Inggris.
Tentunya sikap kooperatif tersebut, berbeda dengan sikap kooperatif yang dijalankan oleh
Sayyid Ahmad Khan, sekalipun keduanya sama-sama mendapat reaksi keras dari ummat
Muslim India. Apabila Ahmad Khan menginginkan agar ummat Muslim bisa memperoleh
kemajuan dan kesuksesan sebagaimana yang dicapai oleh bangsa Eropa, dengan mendirikan
Universitas Aligarh, maka Mirza Ghulam Ahmad dengan Ahmadiyahnya ingin mendapat
perlindungan secara politis, sehingga ia bebas menyebarkan ide kemahdiannya dan dapat
mempertahankan aliran yang didirikannya.
Dalam arti yang lebih mendalam adalah untuk menghimbau ummat manusia kepada Allah
Ta'ala dengan memperkenalkan mereka sosok sejati Rasulullah saw., dan menciptakan
menghapuskan segala kendala yang timbul karena perbedaan ras dan warna kulit sehingga
Kami beriman bahwa Allah itu Mahaesa dan tidak mempunyai sekutu dalam zat-Nya
maupun dalam sifat-sifat-Nya, dan tidak dilahirkan maupun melahirkan. Dia bebas dari
segala jenis kekurangan dan kelemahan dan sempurna di dalam segala sifat-Nya. Dia
mengabulkan doa-doa para hamba-Nya dan membantu mereka dalam memenuhi segala
keperluan mereka. Nikmat-nikmat-Nya, baik secara materi ataupun rohani, tidak terbatas, dan
tidak hanya dilimpahkan kepada suatu bangsa atau kaum tertentu. Jemaat Ahmadiyah
menganggap sebagai kewajibannya untuk mengimbau umat manusia menerima Tauhid Ilahi,
sebab, penerimaan Tauhid Ilahi dapat mewujudkan perdamaian dan persatuan diantara umat
manusia.
Kami percaya bahwa semua agama besar pada awalnya mempunyai landasan
kebenaran dan masih mengandung banyak nilai keindahan. Kami menolak dan menyangkal
sikap yang menyatakan bahwa tidak ada agama selain agamanya sendiri yang mengandung
suatu kebenaran atau nilai keindahan. Kendatipun demikian, kami menganggap sebagai
dengan bentuknya yang utuh dan sempurna guna membimbing umat manusia mencapai
sebagai hak-hidup setiap makhluk manusia. Kami memandang tidak ada dosa yang begitu
keji seperti tindakan paksa atau kekerasan dalam urusan agama. Kami memandang haram
untuk berperang atau memerangi pemerintah atau bangsa yang memberi kemerdekaan penuh
kepada penyuaraan kata hati dan agama orang-orang yang menghuni wilayah-wilayahnya.
Kami memandang orang-orang Islam yang mensahkan perang disebabkan perbedaan dalam
urusan agama adalah sebagai kesalahan besar dalam memegang akidah yang sama-sekali
Kami menganggap sebagai kewajiban agama yang pokok untuk mentaati sepenuhnya
yang sama-sekali tidak dibenarkan dan bertentangan dengan ajaran Islam. Kami memegang
Kami percaya bahwa janji Tuhan yang diberikan-Nya kepada umat manusia melalui
semua agama besar mengenai turunnya seorang nabi di akhir zaman telah menjadi kenyataan
di dalam diri Hz.Mirza Ghulam Ahmad as., pendiri Jemaat Ahmadiyah. Beliau adalah
Almasih yang ditunggu-tunggu oleh umat Kristen; Iamam Mahdi yang ditunggu-tunggu oleh
umat Islam; dan Krishna yang dinanti-nantikan oleh umat Hindu. (Dikutip dari: Akidah Dan
Tujuan Jemaat Ahmadiyah; Suvenir Peringatan Seabad Gerhana Bulan & Gerhana Matahari
Artinya: “Katakanlah (wahai Ahmad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah akan mengasihimu – dan katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu semua”. (Tadzkirah hal: 352)
َاع ُلِ سى اِنِِّى ُمت َ َوفِِّ ْيكَ َو َرافِعُكَ اِلَ َّى َو ُم َط ِه ُِّركَ ِمنَ الَّ ِذ ْينَ َكفَ ُر ْوا َوج َ اس َو َرحْ َمةً ِ ِّمنَّا َوكَانَ ا َ ْم ًرا َم ْق ِضيًّا – يَا ِع ْي
ِ ََّو ِلنَجْ َعلَهُ اَيَةً ِلِّلن
َالَّ ِذ ْينَ اتَّبَعُ ْوكَ فَ ْوقَ الَّ ِذيُنَ َكفَ ُر ْوا اِ َلى يَ ْو ِم ا ْل ِق َيا َم ِة – ثُلَّة ِمنَ اْالَ َّو ِل ْينَ َوثُلَّة ِمنَ اْآلَ ِخ ِر ْين
Artinya :
“Dan agar Kami dapat menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat
dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan – Wahai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku dan mensucikanmu dari orang-orang yang kafir dan menjadikan orang-orang yang
mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat – Yaitu Segolongan besar
dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar (pula) dari orang yang kemudian”.
(Tadzkirah hal: 396)
4. Ahmadiyah Memiliki Kitab Suci sendiri namanya Tadzkirah, yaitu kumpulan wahyu
suci (wahyu muqoddas). Mirza Ghulam Ahmad mengaku diberi wahyu Allah:
ِ قُ ْل اِنَّ َما اَنا َ بَشَر يُّ ْوحَى اِلَ َّي َانَّ َمآ اِلَ ُه ُك ْم اِلَه َو-ض كَانَتَا َرتْقًا فَفَت َ ْقنَا ُه َما
احد َ ت َواالَ ْر َّ اِنَّ ال
ِ س َم َوا
Artinya: “Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya adalah
sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya –
katakanlah sesungguhnya aku (Ahmad) ini manusia, yang
diwahyukan kepadaku bahwasannya Tuhan kalian adalah
Tuhan yang Maha Esa”. (Tadzkirah halaman: 245)
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri pada 3 Januari 1972 di
Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI).
Pada Musyawarah Besar (Mubes) tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga
Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada Mubes tahun 1990, atas dasar Pidato Pengarahan
Bapak Sudarmono, SH. Selaku Wakil Presiden dan Bapak Jenderal Rudini sebagai
Mendagri waktu itu, serta masukan baik pada sidang-sidang komisi maupun sidang
Paripurna dalam Musyawarah Besar IV LEMKARI tahun 1990
Pendiri dan pemimpin tertinggi pertamanya adalah Madigol Nurhasan Ubaidah Lubis bin
Abdul bin Thahir bin Irsyad. Dan tokoh pendukungnya adalah :
5. Wijono BA.
Badan Hukum LDII sebagai Ormas
Surat pernyataan syahnya LDII dari Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia
a). Dasarnya, yaitu Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No. AHU-18.
AH.01.06. Tahun. 2008, Tanggal, 20 Pebruari 2008. b). Isi Keputusan: PERTAMA:
Januari 1972 yang dibuat oleh Notaris Mudijomo berkedudukan di Surabaya dan Akta Nomor
13 Tanggal 27 September 2007, yang dibuat di hadapan Notaris Gunawan Wibisono, SH,
berkedudukan di Surabaya dan oleh karena itu mengakui lembaga tersebut sebagai badan
hukum pada hari pengumuman anggaran dasarnya dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia. KEDUA: Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
Motto LDII
1. Yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu sekalian segolongan yang
mengajak kepada kebajikan dan menyuruh pada yang ma’ruf (perbuatan baik) dan
mencegah dari yang munkar (perbuatan tercela), mereka itulah orang-orang yang
2. Yang artinya: “Katakanlah inilah jalan (agama) - Ku, dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah (dalil/dasar hukum) yang
nyata. Maha suci Allah dan aku tidak termasuk golongan orang yang musyrik”. (QS.
3. Yang artinya: “Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan yang lebih baik”. (QS. An-Nahl,
ASAD (Ampuh Sehat Aman Damai) yang sudah menjadi anggota IPSI, sudah mengikuti
turnamen Pencak Silat tingkat Nasional, turnamen sepak bola sampai tingkat Nasional dalam
rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda pada tahun-tahun 1991, 1994, dan 1996, 2000
dan 2002.
LDII peduli dan turut serta dalam pemberdayaan ekonomi rakyat dengan uji coba
mengadakan kegiatan Usaha Bersama (UB) yang berbasis di tingkat Pimpinan Cabang ( PC)
LDII menggunakan metode pengajian tradisional, yaitu guru-guru yang berasal dari
sebelum menyampaikan pelajaran dari Alquran dan Hadis kepada para jama’ah pengajian
rutin atau kepada para santriwan dan santriwati di pondok-pondok LDII, untuk menjaga
supaya tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan penjelasan tentang pemahaman Alquran
dan Hadis. Kemudian guru mengajar murid secara langsung ( manquul ) baik bacaan, makna
(diterjemahkan secara harfiyah), dan keterangan, dan untuk bacaan Alquran memakai
ketentuan tajwid.
Apakah yang Dimaksud dengan “Manquul?” “Manquul” berasal dari bahasa Arab,
yaitu “Naqola-Yanqulu”, yang artinya “pindah”. Maka ilmu yang manquul adalah ilmu yang
dipindahkan / transfer dari guru kepada murid. Dengan kata lain, Manqul artinya berguru,
yaitu terjadinya pemindahan ilmu dari guru kepada murid. Dasarnya adalah sabda Nabi
Yang artinya: “Kamu sekalian mendengarkan dan didengarkan dari kamu sekalian dan
Dalam pelajaran tafsir, “Tafsir Manquul” berarti mentafsirkan suatu ayat Alquran
dengan ayat Alquran lainnya, mentafsirkan ayat Alquran dengan Hadis, atau mentafsirkan
Alquran dengan fatwa shohabat. Dalam ilmu Hadis, “manquul” berarti belajar Hadis dari
guru yang mempunyai isnad (sandaran guru) sampai kepada Nabi Muhammad. Dasarnya
adalah ucapan Abdulloh bin Mubarok dalam Muqoddimah Hadis Muslim, yang berbunyi:
Yang artinya: “Isnad itu termasuk agama, seandainya tidak ada isnad niscaya orang akan
Dengan mengaji yang benar yakni dengan cara manqul, musnad dan mutashil
(persambungan dari guru ke guru berikutnya sampai kepada shohabat dan sampai kepada
Nabi Muhammad), maka secepatnya kita dapat menguasai ilmu Alquran dan Hadis dengan
mudah dan benar. Dengan demikian, kita segera dapat mengamalkan apa yang terkandung di
dalam Alquran dan hadis sebagai pedoman ibadah kita. Dan sudah barang tentu penafsiran
Alquran harus mengikuti apa yang telah ditafsirkan oleh Nabi Muhammad.
Sumber hukum LDII adalah Alquran dan Hadis. Dalam memahami Alquran dan
Hadis, ulama LDII juga menggunakan ilmu alat seperti ilmu nahwu, shorof, badi’, ma’ani,
bayan, mantek, balaghoh, usul fiqih, mustholahul-hadits, dan sebagainya. Ibarat orang akan
mencari ikan perlu sekali menggunakan alat untuk mempermudah menangkap ikan, seperti
jala ikan. Perumpamaannya adalah seperti orang yang akan mencari jarum di dalam sumur
perlu menggunakan besi semberani. Untuk memahami arti dan maksud ayat-ayat Alquran
tidak cukup hanya dengan penguasaan dalam bahasa ataupun ilmu shorof. Alquran memang
berbahasa Arab tapi tidak berarti orang yang mampu berbahasa Arab akan mampu pula
memahami arti dan maksud dari ayat-ayat Al-Qur’an dengan benar. Penguasaan di bidang
bahasa Arab hanyalah salah satu kemampuan yang patut dimiliki oleh seorang da’i atau
Di LDII untuk memahami arti dan maksud dari ayat-ayat Alquran maka para da’i ataupun
1. Ilmu balaghoh, yaitu ilmu yang dapat membantu untuk memahami dan menentukan
mana ayat-ayat yang mansukh (diganti/ralat) dan mana ayat-ayat yang nasikh
2. Ilmu asbabun nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-musabab turunnya ayat-ayat
Alquran. Dengan ilmu tersebut dapat diketahui situasi dan kondisi bagaimana dan
3. Ilmu kalam, yaitu ilmu tauhid yang membicarakan tentang keesaan Allah, sekaligus
membicarakan sifat-sifat-Nya.
4. Ilmu qiro’at, yaitu ilmu yang membahas macam-macam bacaan yang telah diterima
5. Ilmu tajwid, yaitu ilmu yang membahas cara-cara yang benar dalam membaca
Alquran.
6. Ilmu wujuh wan-nadzair, yaitu ilmu yang menerangkan kata-kata dalam Alquran yang
7. Ilmu ghoribil Quran, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-kata yang ganjil yang
tidak terdapat dalam kitab-kitab biasa atau tidak juga terdapat dalam percakapan
sehari-hari.
8. Ilmu ma’rifatul muhkam wal mutasyabih, yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat
9. Ilmu tanasubi ayatil Quran, yaitu ilmu yang membahas persesuaian/kaitan antara satu
10. Ilmu amtsalil Quran, yaitu ilmu yang membahas segala perumpamaan atau
permisalan.
yang cukup tinggi. Di tingkat PAC (Desa/Kelurahan) umumnya pengajian diadakan 2-3 kali
memahamkan ajarannya, LDII mempunyai program pembinaan cabe rawit (usia prasekolah
sampai SD) yang terkoordinasi diseluruh masjid LDII. Selain pengajian umum, juga ada
pengajian khusus remaja dan pemuda, pengajian khusus Ibu-ibu, dan bahkan pengajian
khusus Manula/Lanjut usia.Ada juga pengajian UNIK (usia nikah). Disamping itu ada pula
pengajian yang sifatnya tertutup, juga pengajian terbuka . Pada musim liburan sering
diadakan Kegiatan Pengkhataman Alquran dan hadis selama beberapa hari yang biasa diikuti
anak-anak warga LDII dan non LDII untuk mengisi waktu liburan mereka. Dalam pengajian
ini pula diberi pemahaman kepada peserta didik tentang bagaimana pentingnya dan
pahalanya orang yang mau belajar dan mengamalkan Alquran dan hadis dalam keseharian
mereka.
LDII mengadakan berbagai forum tipe pengajian berdasarkan kelompok usia dan
atau surau-surau yang ada hampir di setiap desa di Indonesia. Setiap kelompok PAC biasanya
terdiri 50 sampai 100 orang jamaah. Materi pengajian di tingkat kelompok ini yaitu Quran
(bacaan, terjemahan dan keterangan), hadis-hadis himpunan, dan nasihat agama. Dalam
forum ini pula jamaah LDII diajari hafalan-hafalan doa, dalil-dalil Quran Hadis dan hafalan
surat–surat pendek ALquran. Dalam forum pengajian kelompok tingkat PAC ini jamaah juga
Pengembangan mental agama dan akhlakul karimah jamaah dimulai sejak usia dini. Masa
kanak-kanak merupakan pondasi utama dalam pembentukan keimanan dan akhlak umat,
sebab pada usia dini seorang anak mudah dibentuk dan diarahkan. Pengajian Cabe rawit
diadakan setiap hari di setiap kelompok pengajian LDII dengan materi antara lain bacaan
iqro’, menulis pegon, hafalan doa-doa, dan surat-surat pendek Alquran. Forum pengajian
3. Pengajian Muda-mudi
Muda-mudi atau usia remaja perlu mendapat perhatian khusus dalam pembinaan
mental agama. Pada usia ini pola pikir anak mulai berkembang dan pengaruh negatif
pergaulan dan lingkungan semakin kuat. Karena itu pada masa ini perlu menjaga dan
membentengi para remaja dengan kefahaman agama yang memadai agar generasi muda LDII
tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat, dosa-dosa dan pelanggaran agama yang dapat
merugikan masa depan mereka. Sebagai bentuk kesungguhan dalam membina generasi muda,
LDII telah membentuk Tim Penggerak Pembina Generus (TPPG) yang terdiri dari pakar
pendidikan dan ahli psikologi. Pembinaan generasi muda dalam LDII setidaknya memiliki 3
sasaran yaitu :
a. Menjadikan generasi muda yang sholeh, alim (banyak ilmunya) dan fakih dalam
beribadah.
berwatak jujur, amanah, sopan dan hormat kepada orang tua dan orang lain
c. Menjadikan generasi muda yang tertib, disiplin, trampil dalam bekerja dan bisa hidup
mandiri
4. Pengajian Wanita/ibu-ibu
Para wanita, ibu-ibu dan remaja putri perlu diberi wadah khusus dalam pembinaan
"Diperlihatkan padaku Neraka, maka ketika itu kebanyakan penghuninya adalah wanita."
Selain itu banyak persoalan khusus dalam agama Islam menyangkut peran wanita dan
para ibu. Haid, kehamilan, nifas, bersuci (menjaga najis), mendidik dan membina anak,
melayani dan mengelola keluarga merupakan persoalan khusus wanita dan ibu-ibu.
Disamping memberikan kerampilan beribadah forum pengajian Wanita / ibu-ibu LDII juga
memberikan pengetahuan dan ketrampilan praktis tentang keputrian yang berguna untuk
5. Pengajian Lansia
Para Lansia perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat pada usia senja
diharapkan umat muslim lebih mendekatkan diri kepada Allah sebagai persiapan menghadap
kepada Ilahi dalam keadaan khusnul khotimah. "Sesungguhnya pengamalan itu dilihat dari
akhirnya"
6. Pengajian Umum
Pengajian umum merupakan forum gabungan antara beberapa jamaah PAC dan PC
LDII. Pengajian ini juga merupakan wadah silaturahim antar jamaah LDII untuk membina
Semua pengajian LDII bersifat terbuka untuk umum, siapapun boleh datang mengikuti setiap
LDII memiliki banyak pondok pesantren. setiap propinsi, LDII memiliki minimal 1
Alfina; Pondok Pesantren "Nurul Hakim", Kaliawen Barat, Desa Ngino, Kecamatan
Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur; Pondok Pesantren Al Barokah Sidoarjo; Pondok
Pesantren Gading Mangu Perak Jombang; Pondok Pesantren Budi Luhur Sragen; Pondok
Pesantren Nurul Azizah Balongjeruk Kediri; Pondok Pesantren Mulya Abadi Mulungan
Yogyakarta; Pondok Pesantren LDII Blawe; Pondok Pesantren An Nur Sragen Jawa Tengah;
Samarinda; Pondok Pesantren "Nurul Islam" Samarinda; Pondok Pesantren "Al Hidayah"
Lok Tabat Selatan Banjarbaru; Yang paling besar adalah Pondok Pesantren Walibarokah
Burengan Banjaran Kediri berada di tengah Kota Kediri Jawa Timur, dan masih banyak lagi.
Pondok Pesantren Walibarokah Burengan Banjaran Kediri adalah salah satu pondok
pesantren besar di Indonesia. Ponpes ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap yang dapat
digunakan untuk proses pembelajaran para santri. Secara umum dapat dikatakan bahwa
menampung santri mukim sebanyak sekitar 2000 orang baik laki-laki maupun perempuan dan
pondok terletak di atas tanah seluas 3,4 hektar yang terdiri dari antara lain: kantor pondok 2
lantai, bangunan parkir 7 lantai, gedung Aula Wali Barokah 3 lantai, Gedung DMC Asrama
Putra 50 kamar 3 lantai, Asrama Putri 70 kamar 3 lantai, Masjid Baitil A’la 3 lantai, Menara
Agung setinggi 99 meter kubah berlapis emas seberat 60 kg, bangunan kamar tamu umum
pria 2 lantai, kamar tamu umum wanita, kamar tamu Wisma Tenteram, Gedung Pengajian,
Kantor Organisasi LDII, bangunan rumah para pengasuh dan pengajar, Unit Kesehatan Pria,
Unit Kesehatan Wanita, Dapur Asrama, ruang makan tamu, ruang olah raga fitness, lapangan
olah raga tenis lantai, dan berbagai unit bangunan lain seperti dapur kamar mandi, ruang
tamu, dan sebagainya. Beberapa dari gedung-gedung itu penggunaanya diresmikan oleh para
pejabat negara seperti Gedung Aula wali barokah diresmikan oleh Menteri Siswono Yudho
Usodo.[19][20]
Sumber Pendanaan LDII
pasal 30, LDII mendapatkan dana dari sumbangan yang tidak mengikat. Sebagian besar dana
sumbangan dikumpulkan dari warga LDII sendiri (swadana). Selain dari warganya, LDII juga
menerima sumbangan dalam berbagai bentuk dari perorangan, pihak swasta maupun
1. Kepengurusan MUI hendaknya bersih dari unsur aliran sesat dan faham yang dapat
mendangkalkan aqidah. Mendesak kepada pemerintah untuk mengaktifkan Bakor
PAKEM dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya baik di tingkat pusat maupun daerah.”
(Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia, Tahun 2005,
halaman 90, Rekomendasi MUI poin 7, Ajaran Sesat dan Pendangkalan Aqidah).
2. Menganggap kafir orang Muslim di luar jama’ah LDII. Dalam Makalah LDII
dinyatakan: “Dan dalam nasehat supaya ditekankan bahwa bagaimanapun juga cantiknya
dan gantengnya orang-orang di luar jama’ah, mereka itu adalah orang kafir, musuh Allah,
musuh orang iman, calon ahli neraka, yang tidak boleh dikasihi,” (Makalah LDII
berjudul Pentingnya Pembinaan Generasi Muda Jama’ah dengan kode H/ 97, halaman 8).
3. Dilarang menikah dengan orang luar Kerajaan Mafia Islam jama’ah, LEMKARI, LDII
karena dihukumi Najis dan dalam kefahaman Kerajaan Mafia Islam Jama’ah, LEMKARI,
LDII bahwa mereka itu BINATANG. (Lihat surat 21 orang dari Cimahi Bandung yang
mencabut bai’atnya terhadap LDII alias keluar ramai-ramai dari LDII, surat ditujukan
kepada DPP LDII, Imam Amirul Mu’minin Pusat , dan pimpinan cabang LDII Cimahi
Bandung, Oktober 1999, dimuat di buku Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI
Jakarta, cetakan 10, 2001, halaman 276- 280).
4. Menganggap najis Muslimin di luar jama’ah LDII dengan cap sangat jorok. Ungkapan
Imam LDII dalam teks yang berjudul Rangkuman Nasehat Bapak Imam di CAI (Cinta
Alam Indonesia, semacam jamboree nasional tapi khusus untuk muda mudi LDII:
“Dengan banyaknya bermunculan jamaah-jamaah sekarang ini, semakin memperkuat
kedudukan jamaah kita (maksudnya, LDII). Karena betul-betul yang pertama ya jamaah
kita. Kefahaman dan keyakinan kita supaya dipolkan. Bahwa yang betul-betul wajib
masuk sorga ya kita ini. Lainnya najis semua.” (CAI 2000, Rangkuman Nasehat Bapak
Imam di CAI Wonosalam. Pada poin ke-20 (dari 50 poin dalam 11 halaman).
5. Menganggap sholat orang Muslim selain LDII tidak sah, hingga dalam kenyataan,
biasanya orang LDII tak mau makmum kepada selain golongannya, hingga mereka
membuat masjid-masjid untuk golongan LDII.
LDII memiliki sistem manqul. Sistem manqul menurut Nurhasan Ubaidah Lubis adalah:
”Waktu belajar harus tahu gerak lisan/badan guru; telinga langsung mendengar, dapat
menirukan amalannya dengan tepat. Terhalang dinding atau lewat buku tidak sah. Sedang
murid tidak dibenarkan mengajarkan apa saja yang tidak manqul sekalipun ia menguasai ilmu
tersebut, kecuali murid tersebut telah mendapat Ijazah dari guru maka ia dibolehkan
mengajarkan seluruh isi buku yang telah diijazahkan kepadanya itu”. (Drs. Imran AM,
Selintas Mengenai Islam Jama’ah dan Ajarannya, Dwi Dinar, Bangil, 1993, hal. 24).
Kemudian di Indonesia ini satu-satunya ulama yang ilmu agamanya manqul hanyalah
Ajaran ini bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. yang
memerintahkan agar siapa saja yang mendengarkan ucapannya hendaklah memelihara apa
yang didengarnya itu, kemudian disampaikan kepada orang lain, dan Nabi tidak pernah mem
berikan Ijazah kepada para sahabat. Dalam sebuah hadits beliau bersabda:
َّ س ِم َع ا ْم َرأ
ّللاه نَض ََّر َ س ِمعَ َها َك َما أَدَّاهَا ث ه َّم فَ َو
َ َمقَالَتِي،عاهَا َ .
Artinya: "Semoga Allah mengelokkan orang yang mendengar ucapan lalu menyampaikannya
(kepada orang lain) sebagaimana apa yang ia dengar”. (Syafi’i dan Baihaqi).
Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kepada orang yang mau
mempelajari hadits-haditsnya lalu menyampaikan kepada orang lain seperti yang ia dengar.
Adapun cara bagaimana atau alat apa dalam mempelajari dan menyampaikan hadits-
haditsnya itu tidak ditentukan. Jadi bisa disampaikan dengan lisan, dengan tulisan, dengan
radio, tv dan lain-lainnya. Maka ajaran manqulnya Nurhasan Ubaidah Lubis terlihat
mengada-ada. Tujuannya membuat pengikutnya fanatik, tidak dipengaruhi oleh pikiran orang
lain, sehingga sangat tergantung dan terikat dengan apa yang digariskan Amirnya (Nurhasan
mendengarkan ucapan, lalu menseleksinya mana yang lebih baik untuk diikutinya. Firman-
Nya:
َاجتَنَبهوا َوالَّذِين
ْ وت الطا ه
َ غ َّ فَبَش ِْر ْالبه ْش َرى لَ هه هم
َّ ّللاِ ِإلَى َوأَنَابهوا يَ ْعبهدهوهَا أ َ ْن
"Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada
Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-
Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka
itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang
Dalam ayat tersebut tidak ada sama sekali keterangan harus manqul dalam mempelajari
agama. Bahkan kita diberi kebebasan untuk mendengarkan perkataan, hanya saja hrus
mengikuti yang paling baik. Itulah ciri-ciri orang yang mempunyai akal. Dan bukan harus
mengikuti manqul dari Nur Hasan Ubaidah yang kini digantikan oleh anaknya, Abdul Aziz,
setelah matinya kakaknya yakni Abdu Dhahir. Maka orang yang menetapkan harus/ wajib
manqul dari Nur Hasan atau amir itulah ciri-ciri orang yang tidak punya akal. (Lihat: Buku
Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI, Jakarta, cetakan 10, 2001, halaman 258- 260).
Bagaimanapun LDII tidak bisa mengelak dengan dalih apapun, misalnya mengaku
bahwa mereka sudah memakai paradigma baru, bukan model Nur Hasan Ubaidah. Itu tidak
bisa. Sebab di akhir buku Kitabussholah yang ada Nur Hasan Ubaidah dengan nama
‘Ubaidah bin Abdul Aziz di halaman 124 itu di akhir buku ditulis: KHUSUS UNTUK
INTERN WARGA LDII. Jadi pengakuan LDII bahwa sekarang sudah memakai paradigma
Hadis merupakan sumber hukum kedua dalam penetapan hukum Islam dan merupakan
penjelas bagi sumber hukum pertama yaitu Alquran. Akan tetapi ada beberapa kalangan yang
menolak dan tidak meyakini hadis atau sunnah sebagai sumber humuk kedua, dan bahkan
menolak menolak sunnah sebagai sabagai sember hukum dalam Islam, diantaranya adalah
Diantara berbagai bid’ah yang ada didalam Islam atau menisbatkan dirinya kepada Islam
adalah bid’ah paham inkarussunnah. Ini adalah satu bid’ah klasik yang sesat lagi
menyesatkan. Paham ini mulai muncul pada abad kedua hijriyah. Mereka hendak mengganti
syri’at Allah dengan syari’at hawa nafsu yang menapikan Sunnah Rasullah Shallallohu Alaihi
Berdasarkan pemahaman para inkarussunnah yang menolak sunnah sebagai sumber Islam
kedua, perlu suatu pengkajian dan antisipasi agar umat mengatahui, dan tidak terjerumus
Didalam makalah ini akan dipaparkan mengenai pengertian dari inkarussunnah, latar
Terdiri dari dua kata yaitu Ingkar dan Sunnah. Ingkar, Menurut bahasa, artinya “menolak
atau mengingkari”. Sedangkan Sunnah, menurut bahasa mempunyai beberapa arti
diantaranya adalah, “jalan yang dijalani, terpuji atau tidak,” suatu tradisi yang sudah
dibiasakan dinamai sunnah, meskipun tidak baik.
Secara definitif dapat diartikan sebagai suatu nama atau aliran atau suatu paham
keagamaan dalam masyarakat Islam yang menolak atau mengingkari Sunnah untuk
dijadikan sebagai sumber dasar syari’at.
Pertanda munculnya “Ingkar Sunnah” sudah ada sejak masa sahabat, ketika Imran bin
Hushain (w. 52 H) sedang mengajarkan hadits, seseorang menyela untuk tidak perlu
mengajarkannya, tetapi cukup dengan mengerjakan al-Qur’an saja. Menanggapi
pernyataan tersebut Imran menjelaskan bahwa “kita tidak bisa membicarakan ibadah
(shalat dan zakat misalnya) dengan segala syarat-syaratnya kecuali dengan petunjuk
Rasulullah saw.
Mendengar penjelasan tersebut, orang itu menyadari kekeliruannya dan berterima kasih
kepada Imran. Sikap penampikan atau pengingkaran terhadap sunnah Rasul saw yang
dilengkapi dengan argumen pengukuhan baru muncul pada penghujung abad ke-2
Hijriyah pada awal masa Abbasiyah. Pada masa ini bermunculan kelompok ingkar as-
sunnah.
Ghulam Ahmad Parvez (lahir 1920 M.) : Dia berasal dari India. Pendapatnya yang
terkenal adalah bahwa bagaimana pelaksanaan shalat terserah kepada para pemimpin
umat bukan berasal dari hadits nabi saw.
Kasim Ahmad : tokoh berasal dari Malaysia pandangannya tentang menyeru umat
Islam agar meninggalkan hadits-hadits Nabi saw, karena menurut penilaiannya hadits
Nabi saw tersebut adalah ajaran-ajaran palsu yang dikaitkan dengan Rasulullah
SAW.
Pada masa selanjutnya, inkarussunnah terus berkembang dalam berbagai bentuk sampai
hari ini. Berdasarkan informasi dari kitab Al Furq Baina al Biraq karangan Abd al Qadir
al Baghdadi, Mustafa al Siba’i, berkesimpulan bahwa kaum khawarij termasuk kelompok
inkarussunnah.
Khawarij berpendapat bahwa hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat sebelum
terjadinya pergolakan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, diterima sebagai dalil
dalam hadits yang mereka (sahabat) riwayatkan tidak dapat diterima.
Perkembangan Paham Inkarssunnah di Indonesia
Sedikit sekali data tentang gerakan ini di Indonesia, tetapi pada tahun delapan
puluhan, muncul kepermukaan sebuah gerakan inkar sunnah yang diketuai oleh Azwar
Syamsu. Gerakan ini mulai menyebar di beberapa kawasan di Jakarta dan menyebut
Pengajian ini tumbuh subur di beberapa wilayah Jakarta. Beberapa masjid di Jakarta mereka
pengajian inkar sunnah ini berpusat di Rumah Sakit Pusat Indonesia. Pengajian ini dipimpin
oleh Haji Abdur Rahman. Awalnya, tidak ada tanda-tanda ajaran sesat yang tampak. Lambat
laun, muncul kebusukan yang selama ini mereka tutup-tutupi. Mereka tidak lagi
menggunakan adzan dan iqamah pada waktu shalat karena tidak ada tuntunannya dalam Al-
Kemudian akhir-akhir ini Paham Inkar Sunnah mulai menyebar diberbagai kota
diantaranya DI Yogyakarta. Istilah yang mereka gunakan “Paham Qurani”. Penulis pada
tahun 2009 mulai mengenal kelompok atau gerakan tersebut. Waktu itu selama bulan
ramadhan, kelompok Paham Qur’ani meminta untuk ikut serta dalam mensukseskan
rangkaian acara Ramadhan bil Jamiah masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain itu,
Bantul, dan terakhir pengajian di salah satu rumah warga di sebelah Hotel Vidi 3 Jalan
Kaliurang KM 5. Awalnya penulis merasa ajarannya sama dengan ajaran Islam pada
umumnya, tetapi lambat laun semakin jelas apa tujuan dan misi gerakan mereka. Dengan
model cuci otak yang mereka lakukan, mereka sanggup merekrut jamaah dari berbagai
kalangan mulai pengangguran hingga pengusaha sukses, mulai anak-anak hingga orang tua.
Kemasan ajaran kelompok ini sangat bagus yaitu awalnya mengajak untuk berbagi kepada
penengah “wasit” dari semua agama dan aliran yang ada di dunia ini, bahkan salah satu dari
mereka mengatakan semua pengikut ajaran ini adalah nabi dan rasul.
modul-modul, dan kaset-kaset untuk menyebarkan paham sesatnya pada kalangan luas.
Diantara tokoh yang bergerak dibidang ini adalah Lukman Saad, sarjana muda lulusan IAIN
Sunan Kali Jaga, Yogyakarta. Dengan dukungan mesin cetak yang modern, ia berhasil
Berikut ini adalah beberapa ajaran pokok paham inkar sunnah yang wajib dipasdai
Islam.
d. Shalat menurut mereka hanya sekedar ritual mengingat Allah (eling), dan
dan Dzulhijjah.
j. Orang yang meninggal dunia tidak boleh di shalatkan karena tidak ada
k. Pakaian ihram adalah pakaian orang Arab dan membikin repot. Oleh karena
itu waktu menunaikan ibadah haji boleh memakai celana panjang dan baju
l. Seluruh ustadz (pengajar) inkar sunnah adalah rasul yang di utus oleh Allah.
m. Palestina dan Mesir adalah milik Israel yang direbut oleh orang-orang Arab
n. Tidak ada perintah adzan dan iqamat ketika akan memulai shalat, karena hal
o. Umat Islam yang telah masuk ke dalam neraka pada hari kiamat nanti, akan
s. Semua Hadits yang menjelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat adalah dusta
dan bohong.
t. Tidak ada yang namanya Padang Mahsyar, dan tidak ada yang namanya
Sunnah Nabi, bagi umat Islam, adalah salah satu sumber dari dua sumber utama yang ada.
Posisinya terhadap al-Qur’an sangat urgen. Ia menjelaskan apa yang masih mujmal (global),
membatasi yang mutlak, dan mengkhususkan yang masih umum. Bahkan memperluas
Banyak ayat menjelaskan urgensitas ini. Allah swt memerintahkan Rasul-Nya agar
seorang muslim tidaklah diangap sah jika tidak menjadikan Rasulullah saw sebagai pemutus
atas berbagai masalah yang dihadapi, lalu kemudian menerima keputusan itu tanpa rasa berat
Lebih lanjut al-qur’an menjelaskan, siapa yang mematuhi Rasulullah saw berarti ia
telah mentaati Allah swt (QS.4:80). Bahkan Allah swt menegaskan bahwa apapun yang
diperintahkan oleh Rasul-Nya, hendaknya dipegang erat-erat dan apa pun yang dilarang
olehya sebaiknya ditinggalkan (QS.59:7). Peran Rasul yang demikian itu lalu dirangkum oleh
Allah swt dengan menjelaskan bahwa Rasulullah merupakan panutan bagi orang-orang yang
meyakini adanya hari akhirat (QS.33:21). Bahkan terdapat peringatan akan terjadinya azab
atau pun fitnah terhadap orang-orang yang menyalahi ajaran Rasul-Nya (QS.24:63).
tetap saja ada orang dan komunitas tertentu yang hanya mencukupkan diri dengan al-Qur’an.
Mereka itu sering dikenal dengan istilah Inkar Sunnah. Fenomena Inkar Sunnah ini
sebenarnya telah diingatkan oleh Rasulullah saw. Beliau mengindikasikan bahwa orang-
orang yang malas, yang tidak mempunyai cita-cita dalam menunut ilmu, tidak berusaha
menggapai ilmu serta tidak mengarahkan kesungguhannya dalam menempuh kesulitan dalam
menuntut ilmu akan mendapatkan kedudukan seperti kedudukan orang yang inkar sunnah,
yaitu orang yang tidak menerima sunnah dan tidak berpegang pada kaidah-kaidah kritikan
Hal itu diingatkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya, sebagaimana dituturkan oleh
Abi Rafi’ radiyallahu anhu : Artinya : “Jangan sekali-kali aku menjumpai salah seorang di
antara kalian duduk bersandar di atas kursi panjangnya, lalu datang kepadanya suatu perintah
dari perintahku, yakni dari yang aku diperintahkan dan aku dilarang, dan dia mengatakan,
“Saya tidak tahu mengenai hal itu, tetapi apa yang kami temukan dalam kitab Allah swt maka
Dalam rentang sejarah, paham Inkar As-Sunnah muncul pada masa Bani Abbas (132
H/750 M-320 H/932M) sampai abad modern. Inkar as-sunnah muncul di berbagai tempat,
Bentuk Inkar As-Sunnah di Indonesia sama dengan yang terjadi di Mesir, Malaysia
maupun di India. Ada yang menolak hadits secara mutlak, menerima hadits dengan catatan
mendapat dukungan dari ayat al-Qur’an dan yang menolak hadits yang berstatus hadits ahad.
Inkarussunnah seperti telah diisyaratkan di atas, ada yang berbentuk total, yaitu
menolak Sunnah secara keseluruhan. Dan ada yang berbentuk parsial, yaitu hanya menolak
sebagian Sunnah, diantaranya hadits-hadits Ahad yang berkaitan dengan masalah aqidah atau
hadits-hadits yang menurut tolok ukur logika mereka tidak masuk akal. Kelompok penolak
sebagian Sunnah ini tidak menamakan diri sebagai kaum ingkar Sunnah, bahkan menolak
sebutan demikian.
Bentuk Ingkarus Sunnah secara total sudah dapat terbaca gerakannya semenjak zaman
Imam Syafi’i rahmahullah (seperti telah dipaparkan serba sedikit di atas) hingga zaman
sekarang. Beberapa tokohnyapun sudah dipaparkan. Jika di Mesir lebih banyak bersifat
individual, maka di India dan Indonesia lebih merupakan gerakan jama’ah yang terorganisir.
Tetapi masing-masing memiliki daya sesatnya sendiri-sendiri. Karena itu, dibawah ini hanya
akan dipaparkan beberapa bentuk gerakan secara garis besar yang sebenarnya merupakan
bagian dari ingkarus Sunnah, namun yang tentu menolak jika disebut ingkarusSunnah. Sebab
mereka beranggapan bahwa mereka tidak menolak Sunnah. Hanya karena mereka bersandar
pada logika, maka mereka menolak banyak Sunnah dengan anggapan bahwa Sunnah tersebut
mustahil berasal dari Nabi dan ada pula yang berbentuk jama’ah. Secara individual, gerakan
ini dipelopori antara lain oleh tokoh- tokoh pergerakan seperti yang telah dikemukakan di
atas. Meskipun sebenarnya tokoh-tokoh tersebut juga mewakili suatu jama’ah dan pada
berbicara tentang Islam dan perjuangan. Misalnya adalah Muhammad al-Ghazali, seorang
tokoh pergerakan kontemporer yang dilihat sepintas sepertinya ingin mengikatkan diri pada
cara-cara Salaf. Namun setelah diperhatikan ternyata berlawanan dengan cara-cara salaf,
bahkan manhajnya terlihat sangat bebas dan menghilangkan batas-batas pemisah antara haq
dan bathil. Di satu sisi sepertinya ingin mengembalikan pada manhaj al-Qur’an, tetapi di sisi
lain ternyata menghantam Sunnah dan Ahlu Sunnah.Syaikh Ahmad Salam dalam karyanya
“Maa ana ‘Alaihi wa Ashabi” (Daar Ibnu Hazm cet. I, hal.194 dst) menukil beberapa
pernyataan Muhammad al-Ghazali dari beberapa tulisannya antara lain :“Mengaitkan diri
dengan Salaf merupakan tujuan para pelaku perbaikan pada zaman kita sekarang…Tetapi apa
yang kini disebut Salafiyah serta apa yang ditawarkannya sebagai jalan kembali, sungguh
merupakan sesuatu yang mengherankan, sebab penawaran itu memuat sejumlah besar
persoalan yang bersifat kekanak-kanakan yang semestinya harus mati, dan generasi umat
sekarang tidak perlu dibebani untuk mempelajarinya” [dinukil oleh Syaikh Ahmad Salam
Pada buku lain Muhammad al-Ghazali mengatakan : “Para da’i umat Islam, baik salaf
upaya-upaya solusi Islami bagi problem-problem masa kini serta krisis-krisis moril dan
materiil yang muncul. Sebab itulah sesungguhnya yang telah dikerjakan oleh generasi Salaf
yang pertama, sehingga hal itu sangat membantu bagi penaklukan-penaklukan negeri-negeri
Timur dan Barat. Adapun orang-orang yang kini menyibukkan diri dengan
mengumandangkan perang melawan Jahmiyah, Mu’tazilah dan Asy’ariyah, maka bisa jadi
mereka hanya memelihara kemenangan di medan yang tidak ada musuhnya, kemenangan
dalam khayalan belaka dan tidak akan memperoleh apa-apa kecuali bayangan saja…”
Seterusnya dalam buku Ma’allah hal. 347-348 (sesuai dengan penukilan Syaikh
peneliti (Muslim) manapun untuk senang melakukan ijtihad, selama ijtihadnya dipagari
dengan ikatan-ikatan kokoh yang bersumber dari pendapat yang mantap dan dari luasnya
pemahaman. Seseorang di antara kita ketika bersendirian saja memasuki lautan atsar yang
luas, akan mendapatkan dirinya terpaksa bersandar kepada nash dan berupaya melakukan
ta’wil lain atau akan mengabaikan sanadnya. Sementara sebagian orang yang lain melakukan
cara sebaliknya.
Menurut saya : Sesungguhnya hal pertama yang terbaik adalah mempelajari nash-nash
semuanya, kemudian mempelajari semua pendapat fikih yang diwariskan dari empat imam
madzhab yang masyhur serta dari ahli-ahli fikih kontemporer lainnya, juga dari Khawarij,
Zaidiyah, (Syi’ah) Imamiyah, Zhahiriyah dan seterusnya. Dengan catatan bahwa studi
perbandingan ini harus bebas mutlak dan sesudahnya harus diperbolehkan bagi seorang
Muslim manapun untuk memilih apa yang disukainya dari pendapat-pendapat fikih di atas,
atau kalau tidak, memegangi sikap taklid kepada seorang mujtahid tertentu”.
Dari pemaparan di atas, dapat terlihat betapa kasar Muhammad al-Ghazali menyerang
Ahlul Haq yang menyatakan perang terhadap ahli-ahli bid’ah seperti Jahmiyah, Mu’tazilah
dan Asy’ariyah.
Menurutnya, itu hanyalah medan perang khayalan belaka. Tetapi pada saat yang sama
Khawarij, Rafidhah (syi’ah), Zhahiriyah dan Imam madzhab yang empat, untuk kemudian
a. Bahwa mengikuti jejak Salaf hanyalah dalam masalah takut kepada Allah,
ikhlas, mementingkan
prinsip-prinsip lainnya.
3. Bahwa Salaf tidak mengurusi masalah fiqih furu’. Memang demikianlah yang
5. Bahwa Salafiyah yang ada sekarang ini, tidak lain hanyalah persoalan-persoalan
kekanak-kanakan,
7. Para da’i hendaknya berpegang dengan metodologi al-Qur’an dalam maalah aqidah.
8. Adalah mungkin untuk memilih pendapat Khawarij, Syi’ah atau Zaidiyah, atau
madzhab-madzhab lain,
9. memalui studi banding yang bebas mutlak terhadap nash-nash yang ada.
10. Bahkan sangat mungkin untuk bertaklid kepada firqah-firqah serta madzhab-madzhab
di atas.
(Syeikh Ahmad Salam dalam“Maa ana ‘alaihi wa Ashabi” dengan disadur secara
Demikianlah Muhammad al-Ghazali. Dan dari kesimpulan poin no. 4, terutama jika
sebagai sumber aqidah (khususnya hadits Ahad atau yang menurutnya bertentangan dengan
logikanya).
hampir sama dengan Muhammad al-Ghazali dalam banyak hal, begitu pula dalam penolakan
terhadap hadits-hadits yang dirasa bertentangan dengan logikanya. Ini disebabkan oleh
Hanya saja Yusuf al-Qardhawi lebih pandai dan halus caranya daripada Muhammad
al-Ghazali. [Lihat al-Aqlaniyun Afrakh al-Mu’tazilah al-Ashriyun, karya Syeikh Ali bin
Hasan al-Atsari, cet. I Maktabah al-Ghuraba’ al-Atsariyah, Madinah, KSA. Hal. 71, 72, 73].
bisa disebutkan disini secara garis besar, di ataranya : Hizbut Tahrir (HT) yang didirikan oleh
Taqiyuddin an-Nabhani.
Mereka secara tegas menolak hadits Ahad sebagai pedoman dalam beraqidah.
Kelompok Isa Bugis, juga banyak menolak hadits-hadits yang bertentangan dengan logika
jahil mereka. Majelis Tafsir al-Quran pun tidak mendasarkan pemahaman aqidahnya melalui
nash-nash hadits, sehingga banyak persoalan aqidah yang diyakini secara keliru. Manhajnya
dalam memahami Islam tidak sejalan dengan manhaj Salaf. Misalnya, keyakinan bahwa
orang yang masuk neraka tidak akan masuk sorga. Mudah-mudahan pemahaman ini hanya
karena ketidak mengertian, sehingga bila sudah mengerti akan berubah pemahamannya
menjadi benar.
Dan di sana masih banyak kelompok pergerakan, baik atas nama individu maupun
atas nama kelompok yang sadar atau tidak sadar, telah menolak hadits-hadits Nabi n hanya
karena logika mereka yang dangkal tidak bisa menerimanya, padahal hadits-hadits itu telah
Abd Allah bin Mas’ud berpendapat bahwa orang yang menghindari sunnah tidak
termasuk orang beriman bahkan dia orang kafir. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah
SAW. Yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, sebagai berikut: “Jika kamu bersembahyang di
rumah-rumah kamu dan kamu tinggalkan masjid-masjid kamu, berarti kamu meninggalkan
sunnah Nabimu, dan berarti kamu kufur.” (H.R. Abu Dawud :91).
Allah SWT telah menetapkan untuk mentaati Rasul, dan tidak ada alasan dari siapa
pun untuk menentang perintah yang diketahui bearsal dari Rasul. Allah telah membuat semua
manusia (beriman) merasa butuh kepadanya dalam segala persoalan agama dan memberikan
bukti bahwa sunnah menjelaskan setiap makna dari kewajiban-kewajiban yang ditetapkan
Allah dalam kitabnya. Sunnah Rasul mempunyai tugas yang amat besar, yakni untuk
memberikan pemahaman tentang Kitabullah, baik dari segi ayat maupun hukumnya. Orang
yang ingin mempedalam pemahaman Al-Quran, ia harus mengetahui hal-hal yang ada dalam
sunnah , baik dalam maknanya, penafsiran bentuknya, maupun dalam pelaksanaan hukum-
hukumnya. Contoh yang paling baik dalam hal ini adalah masalah ibadah Tegasnya setiap
agian Sunnah Rasul SAW. Berfungsi menerangkan semua petunjuk maupun perintah yang
difirmankan Allah di dalam Al-Quran. Siapa saja yang bersedia menerima apa yang
ditetapkan Al-Quran dengan sendirinya harus pula menrima petunjuk-petunjuk Rasul dalam
Sunnahnya. Allah sendiri telah memerintahkan untuk selalu taat dan setia kepada keputusan
Rasul. Barang siapa tunduk kepada Rasul berarti tunduk kepada Allah, karena Allah jugalah
yang menyuruh untuk tunduk kepadaNya. Menerima perintah Allah dan Rasul sama nilainya,
keduanya berpangkal kepada sumber yang sama (yaitu Allah SWT). Dengan demikian,
jelaslah bahwa menolak atau mengingkari sunnah sama saja dengan menolak ketentuan-
ketentuan Al-Quran, karena Al-Quran sendiri yang memerintahkan untuk menerima dan
1. kelompok pertama adalah kelompok yang menolak hadis Nabi saw. sebagai
2. kelompok kedua adalah kelompok yang menolak hadis Nabi saw. yang
3. kelompok ketiga adalah kelompok yang menolak hadis Nabi saw. yang
berstatus ahad danhanya menerima hadis Nabi saw. yang berstatus mutawatir
Kelompok yang menolak sunnah Nabi saw. sebagai hujjah secara keseluruhan
oleh Allah SWT dalam bahasa Arab. Dengan penguasaan bahasa Arab yang baik, maka al-
Qur’an dapat dipahami dengan baik, tanpa memerlukan bantuan penjelasan dari hadis-hadis
Nabi saw..
a) Al-Qur’an sebagaimana disebutkan Allah SWT adalah penjelas segala sesuatu (QS.
b) Hal ini mengandung arti bahwa penjelasan al-Qur’an telah mencakup segala sesuatu
yang diperlukan oleh umat manusia. Dengan demikian maka tidak perlu lagi
penjelasan lain selain al-Qur’an.Hadis-hadis Nabi saw. sampai kepada kita melalui
suatu proses periwayatan yang tidak terjaminluput dari kekeliruan, kesalahan dan
bahkan kedustaan terhadap Nabi saw.. Oleh karena itu, nilaikebenarannya tidak
meyakinkan (zhanny).
c) Karena status ke-zhanny-annya ini, maka hadis tersebut tidakdapat dijadikan sebagai
d) Berdasarkan atas riwayat dari Nabi saw. yang artinya: “apa-apa yang sampai
kepadamu dari Saya,maka cocokkanlah dengan al-Qur’an. Jika sesuai dengan al-
Qur’an maka Aku telah mengatakannya,dan jika berbeda dengan al-Qur’an maka Aku
e) Riwayat tersebut dalam pandangan mereka berisi tuntutan untuk berpegang kepada al-
Qur’an, tidakkepada hadis Nabi saw.. Dengan demikian menurut riwayat tersebut,
Kelompok yang menolak hadis Nabi saw. yang kandungannya tidak disebutkan,
dalam al-Qur’an ini, menurut al-Syafi’i, pada dasarnya adalah sama kelirunya dengan inkar
Argumnetasi yang dikemukakan olehkelompok kedua ini sama seperti yang dikemukakan
oleh kelompok pertama, yaitu bahwa al-Qur’an telah menjelaskan segala sesuatu yang
berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam. Ini berarti bahwamenurut mereka hadis Nabi saw.
tidak punya otoritas untuk menentukan hukum di luar ketentuan yang termaktub dalam al-
Qur’an. Karenanya, dalam menghadapi suatu masalah, meskipun ada hadis yang
membicarakannya atau mengaturnya, mereka tetap tidak akan berpegang pada hadis tersebut
Kelompok yang menolak hadis-hadis Nabi saw. yang berstatus ahad dan hanya
menerima hadis-hadis Nabi saw. yang berstatus Mutawatir mengajukan argumentasi utama,
yaitu bahwa hadis ahad,sekalipun di antaranya memenuhi persyaratan sebagai hadis shahih,
kebenarannya sebagai yang datang dariNabi saw. tidak dapat diyakini sebagaiman hadis
mutawatir. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa urusan agama haruslah didasarkan pada
dalil qat’iy yang diterima dan diyakini kebenarannya oleh seluruh umat Islam. Dalam hal ini,
dalil qat’iy yang diterima dan diyakini kebenarannya hanyalah al-Qur’an dan hadis-hadis
Mutawatir. Oleh karena itu, menurut mereka hanya al-Qur’an dan hadis-hadis Mutawatir
sajalah yang layak dijadikan pegangan dalam urusan agama atau sebagai sumber ajaran
Islam. Di samping itu, kelompok inkar al-sunnah yang ketiga ini juga mengutip beberapa
ayat-ayat al-Qur’an, yang diberi interpretasi sedemikian rupa hingga tampak sejalan dengan
Di antara ayat al-Qur’an yang mereka kutip adalah surat al-Isra’ ayat 36 dan surat an-
Najm ayat 28, yang artinya: “Jangan kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuannya tentangnya (QS. Al-Isra’ (17): 36) dan “Sesungguhnya (hal yang bersifat)
zanni itu tidak menghasilkan kebenaran sedikit pun juga (QS. An-Najm (53): 28).
Tokoh-tokoh Inkar al-Sunnah asal Indonesia
Mereka adalah Abdul Rahman, Moh. Irham, Sutarto dan Lukman Saad. Mereka ini
adalah tokoh-tokoh yang telah berupaya menyebarkan paham inkar al- sunnah di Indonesia.
Mereka sempat meresahkan masyarakat dan menimbulkan banyak reaksi atas kejadian ini,
September 1983 yang berisi larangan terhadap aliran inkar al-sunnah di seluruh wilayah
Republik Indonesia. Seperti halnya kelompok inkar al-sunnah abad klasik, kelompok inkar
al-sunnah abad modern juga dinilai oleh mayoritas umat Islam sebagai kelompok yang telah
Namun demikian, terdapat pula sejumlah argumentasi yang spesifik yang ditujukan kepada
Sejarah memang mencatat bahwa Islam telah mengalami kemunduran, namun hadis
sama sekali tidak diidentifikasi sebagai penyebab kemunduran itu. Perpecahan internal di
kalangan umat Islamlah yang menjadi penyebabnya. Bahkan bukti sejarah menunjukkan
bahwa hadis, yang berkembang bersamaan dengan masa kemajuan Islam periode klasik, turut
andil dalam mendorong kemajuan Islam, di antaranya dengan seruannya untuk menuntut
ilmu.Argumentasi kelompok inkar al-sunnah bahwa hadis Nabi saw. lahir lama setelah Nabi
saw. wafat, tepatnya pada zaman al-tabi’in dan atba’ al-tabi’in adalah sangat tidak berdasar.
Sejak Islam paling awal hadis Nabi saw. telah lahir dan mendapat perhatian besar dari
kalangan sahabat, sebagaimana yang diperhatikan oleh Ibn Abbas (w. 69 H./689 M.) dan Ibn’
Amr bin al-‘Ash (w.65 H./685 M.) yang dikenal sebagai sahabat yang rajin mencatat hadis
Nabi saw... Meskipun pentadwinan atau pengkodifikasian hadis Nabi saw. baru dilakukan
pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis (w. 101 H./720 M.), namun pencatatannya telah
dilakukan jauh sebelumnya. Pernyataan bahwa hadis Nabi saw. adalah sesuatu yang diada-
Bentuk Kesesatan :
a. Tentang Dua Kalimat Sahadat Mereka tidak mengaku 2 kalimat syahadat karena tidak
ada dalam al-Qur’an dan syahadat mereka “Isyhadu biannana Muslimin.”
c. Ada yang shalatnya rata-rata dua rakaat, tetapi bacaannya berbeda-beda ada yang
seperti biasa (bahasa Arab), ada yang seluruhnnya bacaanya dari awal sampai akhir
bahasa Indonesia karena menurut mereka karena Allah mengerti seluruh bahasa dan
ada pula yang bacaannya”.
d. Ada yang shalatnya sebanyak-banyaknya, selagi mampu. Ada yang shalatnya bila
ingat saja, dan lain-lain
e. Dalam bab puasa, bagi yang baru masuk golongan ini mereka berpuasa seperti orang
islam, tetapi kalau sudah kuat dan paham ingkar sunnahnya mereka hanya mengikuti
wajibnya puasa saja.
Adapun hari dan bulannya meraka mengingkari dengan alasan tidak ditentukan dalam
al-Qur’an, makanya mereka tidak mengakui puasa Ramadhan karena tidak ada
keterangan ayat al-Qur’an. Yang di wajibkan berpuasa adalah orang-orang yang
menyaksikan (melihat) bulan, dan yang tidak wajib puasa.
f. Tentang Zakat Pada umumnya mareka tidak memunaikan zakat. Yang mereka akui
adalah sedekah. Mareka mengirimkan zakat itu dengan kecerdasan.
g. Tentang Haji Mereka berpendapat bahwa haji boleh dikedakan pada waktu 4 bulan
haram yaitu: Zulqaidah, Zulhijah, Muharram, dan Rajab. Alasannya, haji itu dijamin
oleh Allah keamanannya. Kalau orang datang berkumpul semua pada bulan Zulhijah
saja untuk mengerjakan haji, itu bukan keamanan lagi namanya.
4. Syi’ah
Syi’ah secara etimologi bahasaa berarti pengikut, sekte dan golongan seseorang
Mereka yang berkedok dengan slogan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib beserta
anak cucunya bahwasanya Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan
lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula
anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113,
karya Ibnu Hazm).
Sedang dalam istilah syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul sejak masa pemerintahan
Utsman bin Affan yang dipimpin oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari.
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo adalah nama yang tak dapat dilepaskan dari pembahasan
masalah yang berkaitan dengan Negara Islam Indonesia. Dialah pendiri negara berasas Islam
tersebut. Dalam sejarah yang kita pelajari, Kartosoewirjo adalah tokoh yang tidak lebih dari
seorang pemberontak yang telah mendirikan negara baru di wilayah negara
Republik Indonesia.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sebuah gerakan yang mengatasnamakan Negara
Islam Indonesia sangat gencar melakukan rekrutmen anggota baru, tetapi cara-cara yang
mereka gunakan ternyata berlawanan dengan syariah dan sunnah Rasulullah saw.
Di masa reformasi ini, saat tak ada lagi yang harus ditutup-tutupi, sudah selayaknya
masyarakat, dalam hal ini umat Islam, menyadari bahwa di Indonesia pernah ada suatu
gerakan anak bangsa yang berusaha membangun supremasi Islam, hingga akhirnya mereka
memproklamasikan diri sebagai sebuah negara pada 7 Agustus 1949, dan
berhasil mempertahankan eksistensinya hingga 13 tahun lamanya (1949-1962)
Organisasi ini dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim radikal karismatik Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo,Ibnu Hadjar, Amir Fatah,Qahar Muzakkar.
Gerakan DI/TII Daud Beureueh
Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo
Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa
Aceh" sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai
Gubernur Militer ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh
aparat pemerintahan baik sipil maupun militer. Sebagai seorang tokoh ulama dan bekas
Gubernur Militer, Daud Beureuh tidak sulit memperoleh pengikut. Daud Beureuh juga
beberapa waktu lamanya Daud Beureuh dan pengikut-pengikutnya dapat mengusai sebagian
Sesudah bantuan datang dari Sumatera Utara dan Sumatera Tengah, operasi pemulihan
keamanan ABRI ( TNI-POLRI ) segera dimulai. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud
Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu " Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada
bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral
Makarawong.
Pada bulan Oktober 1950 DI/ TII juga tercatat melakukan pemberontakan di
Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Para pemberontak melakukan
gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu
Hadjar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota ABRI.
Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan
(TNI-POLRI) untuk menangkap Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta
Amir Fatah merupakan tokoh yang membidani lahirnya DI/TII Jawa Tengah. Semula
ia bersikap setia pada RI, namun kemudian sikapnya berubah dengan mendukung Gerakan
DI/TII. Perubahan sikap tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, terdapat
persamaan ideologi antara Amir Fatah dengan S.M. Kartosuwirjo, yaitu keduanya menjadi
pendukung setia Ideologi Islam. Kedua, Amir Fatah dan para pendukungnya menganggap
bahwa aparatur Pemerintah RI dan TNI yang bertugas di daerah Tegal-Brebes telah
terpengaruh oleh "orang-orang Kiri", dan mengganggu perjuangan umat Islam. Ketiga,
adanya pengaruh "orang-orang Kiri" tersebut, Pemerintah RI dan TNI tidak menghargai
perjuangan Amir Fatah dan para pendukungnya selama itu di daerah Tegal-Brebes. Bahkan
kekuasaan yang telah dibinanya sebelum Agresi Militer II, harus diserahkan kepda TNI di
Wongsoatmojo. Hingga kini Amir Fatah dinilai sebagai pembelot baik oleh negara RI
Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang
disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak di
antara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil
kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada
saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar
beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan
Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7
Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI
Inkar Sunnah secara definitif dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran (sekte) yang
menolak dan mengingkari sunnah sebagai sumber dan dasar syariat Islam serta hanya
1. Setiap muslim yang berada di luar gerakan tersebut dituduh kafir dan dinyatakan halal
darahnya.
2. Dosa karena melakukan zina dan perbuatan maksiat lainnya dapat ditebus dengan uang
dalam jumlah yang telah ditetapkan.
3. Tidak ada kewajiban meng-qadha saum Ramadan, tetapi cukup hanya dengan membayar
uang dalam jumlah yang telah ditetapkan.
4. Untuk membangun sarana fisik dan biaya operasional gerakan, setiap anggota diwajibkan
menggalang dana dengan menghalalkan segala cara, di antaranya menipu dan mencuri harta
setiap muslim di luar gerakan tersebut termasuk orangtua sendiri.
5. Taubat hanya sah jika membayar apa yang mereka sebut ‘Shodaqoh Istigfar’ dalam jumlah
yang ditetapkan.
6. Ayah kandung yang belum masuk ke dalam gerakan tersebut tidak sah menikahkan
putrinya.
7. Tidak wajib melaksanakan ibadah haji kecuali telah menjadi mas’ul atau pimpinan dalam
jumlah yang ditetapkan.
8. Qanun asasi (aturan dasar) gerakan tersebut dianggap lebih tinggi derajatnya dibadingkan
kitab suci Alquran, bahkan tidak berdosa bila menginjak Mushaf Alquran.
9. Apa yang mereka sebut shalat aktivitas, dalam pengertian melaksanakan program gerakan
dianggap lebih utama daripada shalat fardu.
6. JIL
Jaringan Islam Liberal(JIL) juga bisa diartikan sebagai forum intelektual terbuka yang
Prinsip yang dianut oleh Jaringan Islam Liberal yaitu Islam yang menekankan kebebasan
Jaringan Islam liberal (JIL) menurut Charless Khurzman muncul sekitar abad ke-18
dikala kerajaan Turki Usmani Dinasti Shafawi dan Dinasti Mughal tengah berada
digerbang keruntuhan. Pada saat itu tampillah para ulama untuk mengadakan gerakan
permurnian, kembali kepada al-Qur’an dan As-sunnah. Pada saat ini muncullah cikal
bakal paham liberal awal melalui Syah Waliyullah (India, 1703-1762), menurutnya Islam
harus mengikuti adat lokal suatu tempat sesuai dengan kebutuhan penduduknya. Hal ini
2. Abdurrahman Wahid
3. Ahmad Wahib
4. Djohan Effendi
5. Harun Nasution
6. M. Dawam Raharjo
7. Munawir Sjadzali
8. Nurcholish Madjid
Bentuk kesesatan :
1. Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah
sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relative; oleh sebab itu, setiap
pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar
sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk
agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga.
3. Sekularisme adalah memisahkan urusan dunia dari agama hanya digunakan untuk
mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesame manusia diatur
hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial.
Juga dikenal dengan nama Darul Islam atau DI) yang artinya adalah "Rumah Islam"
adalah gerakan politik yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 (ditulis sebagai 12 Syawal
1368 dalam kalender Hijriyah) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah,
sebagai presiden.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja
diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan
Belanda sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam
proklamasinya bahwa "Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum
Islam", lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan
Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Hadits". Proklamasi Negara Islam
Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk membuat undang-undang yang
berlandaskan syari'at Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi selain Alqur'an dan
Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan "hukum kafir", sesuai dalam Qur'aan Surah 5. Al-
(berikut dengan daerah yang berbatasan di Jawa Tengah), Sulawesi Selatan, Aceh dan
Kalimantan.Setelah Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi pada 1962, gerakan ini
menjadi terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam meskipun dianggap sebagai organisasi
Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo
Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa
Aceh" sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai
Gubernur Militer ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh
aparat pemerintahan baik sipil maupun militer. Sebagai seorang tokoh ulama dan bekas
Gubernur Militer, Daud Beureuh tidak sulit memperoleh pengikut. Daud Beureuh juga
beberapa waktu lamanya Daud Beureuh dan pengikut-pengikutnya dapat mengusai sebagian
Sesudah bantuan datang dari Sumatera Utara dan Sumatera Tengah, operasi pemulihan
keamanan ABRI ( TNI-POLRI ) segera dimulai. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud
Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu " Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada
bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral
Makarawong.
Gerakan DI/TII Ibnu Hadjar
Pada bulan Oktober 1950 DI/ TII juga tercatat melakukan pemberontakan di
Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Para pemberontak melakukan
gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu
Hadjar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota ABRI.
Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan
(TNI-POLRI) untuk menangkap Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta
Amir Fatah merupakan tokoh yang membidani lahirnya DI/TII Jawa Tengah. Semula
ia bersikap setia pada RI, namun kemudian sikapnya berubah dengan mendukung Gerakan
DI/TII. Perubahan sikap tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, terdapat
persamaan ideologi antara Amir Fatah dengan S.M. Kartosuwirjo, yaitu keduanya menjadi
pendukung setia Ideologi Islam. Kedua, Amir Fatah dan para pendukungnya menganggap
bahwa aparatur Pemerintah RI dan TNI yang bertugas di daerah Tegal-Brebes telah
terpengaruh oleh "orang-orang Kiri", dan mengganggu perjuangan umat Islam. Ketiga,
adanya pengaruh "orang-orang Kiri" tersebut, Pemerintah RI dan TNI tidak menghargai
perjuangan Amir Fatah dan para pendukungnya selama itu di daerah Tegal-Brebes. Bahkan
kekuasaan yang telah dibinanya sebelum Agresi Militer II, harus diserahkan kepda TNI di
Wongsoatmojo. Hingga kini Amir Fatah dinilai sebagai pembelot baik oleh negara RI
Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang
disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak di
antara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil
kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada
saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar
beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan
Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7
Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI
Inkar Sunnah secara definitif dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran (sekte) yang
menolak dan mengingkari sunnah sebagai sumber dan dasar syariat Islam serta hanya
Menurut Istilah : Seorang perowi yang mempunyai hafalan sangat sempurna serta
memahami isi kandungannya terhadap hadits - hadits yang diterimanya, semenjak dia
menerima hadits-hadits tersebut semasa masih menjadi murid hingga menyampaikannya
kepada orang lain,yang jaraknya puluhan tahun.
Pembagian Dhabit
Kesimpulan pembagian
Dari kedua pengertian Dhabit tersebut diatas setelah dibandingkan satu sama lain; maka
penulis berkesimpulan bahwa dhabit yang lebih baik adalah Dhabit Kitab (Al-Dhabitul Kitab)
alasannya dengan adanya buku hadits kita lebih mudah untuk menghafalkan hadits serta
yakin bahwa yang ada di buku hadits benar dari Rasulullah SAW.
Selain itu, jika suatu saat perawi Al-Dhabitul Kitab meninggal, maka hadits yang dia
hafalkan masih berada di Buku atau Catatannya sehingga para murid bisa belajar dari Buku
atau Catatan tersebut apabila perawinya berpergian ataupun telah meninggal.
Dhabith” menurut bahasa, artinya yang kukuh, yang kuat. Yang dimaksud
dengan dhabith adalah bahwa rawi hadits yang bersangkutan dapat menguasai haditsnya
dengan baik, baik dengan hafalannya yang kuat ataupun dengan kitabnya, kemudian ia
mampu mengungkapkannya kembali ketika meriwayatkannya.
Menurut ibn Hajar al-Asqalani, perawi yang dhabith adalah mereka yang kuat hafalannya dan
mampu menyampaikan hafalan tersebut ketika diperlukan. Dengan demikian, orang
yang dhabith harus mendengarkan secara utuh informasi yang diterima atau didengarnya,
memahami isinya sehingga tersimpan dalam ingatannya, kemudian menyampaikan kepada
orang lain atau meriwayatkannya.
Dhabit adalah bahwa rawi hadits yang bersangkutan dapat menguasai hadits yang
diterimanya dengan baik, baik dengan hapalannya yang kuat ataupun dengan kitabnya,
kemudian ia mampu mengungkapkannya kembali ketika meriwayatkannya
kembali. Persyaratan ini menghendaki agar seorang perawi tidak melalaikan dan tidak
semaunya ketika menerima dan menyampaikannya.
Seorang perawi layak disebut dhabit, apabila dalam dirinya terdapat sifat-sifat berikut:
a. Pertama, perawi itu memahami dengan baik riwayat yang telah didengarnya dan
diterimanya,
b. Kedua, perawi itu hafal dengan baik atau mencatat dengan baik riwayat yang telah
didengarnya (diterimanya),
c. Ketiga, perawi itu mampu menyampaikan riwayat hadits yang telah didengarnya dengan
baik, kapanpun diperlukan, terutama hingga saat perawi tersebut menyampaikan riwayat
haditsnya kepada orang lain.
1) Dhabit dalam dada (adh-dhabth fi ash-shudur), artinya memiliki daya ingat dan hafalan
yang kuat sejak ia menerima hadits dari seorang syaikh atau gurunya sampai dengan pada
saat menyampaikannya kepada orang lain, atau ia memiliki kemampuan untuk
menyampaikannya kapan saja diperlukan kepada orang lain.
Maksudnya adalah tiap-tiap perowi dari perowi lainnya benar-benar mengambil secara
langsung dari orang yang ditanyanya, dari sejak awal hingga akhir sanadnya.
Untuk mengetahui dan bersambungnya dan tidaknya suatu sanad, biasanya ulama’ hadis
menempuh tata kerja sebagai berikut :
Meneliti kata-kata yang berhubungan antara para periwayat dengan periwayat yang
terdekat dalam sanad, yakni apakah kata-kata yang terpakai berupa haddasani,
akhbarana, akhbarani, ‘an, anna, atau kasta-kata lainnya
Imam Ahmad berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id - telah
Misyrah - dari Uqbah bin Amir Radliyallahu ‘anhu dia berkata - "Rasulullah
KESIMPULAN
maka yang dimaksud dengan sanad bersambung adalah sanad yang selamat dari
keguguran atau dengan kata lain; tiap-tiap rawi dapat saling bertemu dan
menerima suatu berita hadits langsung dari guru yang memberi hadits tsb
Dalam bahasa illat adalah penyakit, sebab, alasan atau udzur. Secara
istilah yaitu suatu sebab tersembunyi yang membuat cacat keabshahan suatu
Maksudnya ialah hadits itu tidak ada cacatnya, dalam arti adanya sebab yang
Atau tidak terdapat satu “penyakit” yang tersembunyi dalam teks maupun sanad
hadits yang dapat merusak kesempurnaan hadits, jika dipandang secara dhohir
hadits tersebut sekilas nampak sempurna. Akan nampak cacatnya jika diteliti
lebih jeli.
.
Contohnya: misalnya hadits yang semestinya marfu’ diriwayatkan dengan
‘Illat hadis dapat terjadi pada sanad maupun pada matan atau pada keduanya
secara bersama-sama. Namun demikian, ‘illat yang paling banyak terjadi adalah
pada sanad, seperti menyebutkan muttasil terhadap hadits yang munqati’ atau
mursal.
KESIMPULAN
Periwayatan tanpa cacat berarti hadits shahih tersebut tidak ada sebab yang
dari cacat
َ ُِر َوايُتُه
Periwayatanya tidak janggal غ ْي ُر شَاذ
yakni adil dan dhabit ) bertentangan dengan periwayatan orang yang lebih
tsiqah. Atau dengan kata lain tidak ada pertentangan antara suatu hadits yang
diriwayatkan oleh rawi yang maqbul dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi
syudzudz, bila hadits itu hanya diriwayatkan oleh seorang periwayat yang
tsiqah, sedang periwayat yang tsiqah lainnya tidak meriwayatkan hadis itu.
Artinya, suatu hadis dinyatakan syudzudz, bila hadits yang diriwayatkan oleh
lebih tsiqah. Sebatas berbeda riwayat namun masih bisa diakurkan tidak
dinamakan Syudzûdz.
Misalnya hadits riwayat perowi tsiqah substansinya menyatakan boleh namun
riwayat perowi yang lebih tsiqah menyatakan tidak boleh, dan setelah
diusahakan untuk diakurkan 2 teks tersebut ternyata tidak bisa, maka hadits
tersebut dapat dijadikan sebagai hujjah ataupun landasan hukum, karena dengan
proses dan kriteria semacam itu dapat diyakini bahwa informasi yang dibawa
muslim melalui jalan Ibnu Wahb sampai pada Abdullah bin Zaid dalam
tangannya.
Bahwasannya beliau mengambil air untuk kedua telinganya selain air yang
ulama dan muslim yang lebih tsiqah. Syadzdz bisa terjadi pada matan suatu
Hadits Shahih Lidzatihi yaitu hadits shahih yang memenuhi syarat - syarat hadits shahih
Shahih li Dzatihi, yaitu hadits yang mencakup semua syarat-syarat atau sifat-sifat hadits
maqbul secara sempurna, dinamakan “shahih li Dzatihi” karena telah memenuhi semua
syarat shahih,dan tidak butuh dengan riwayat yang lain untuk sampai pada puncak
“Shahih lidzatih ialah hadits yang telah memenuhi syarat-syarat hadits maqbul secara
sempurna.”
Jika kualitas daya ingat perawi kurang sempurna, hadits shahih lidzatih turun kualitas
menjadi hasan lidzatih. Namun, jika kekurangan tersebut dapat ditutupi oleh adanya hadits
lain, dari sanad lain dengan perawi yang kualitas daya ingatnya lebih kuat, naiklah hadits
ث ِ َ اِذَا كَانُ ْوا ثَالَثَةً فَالَ يَتَتَا َجى اِثْن:سلَّ َم قَا َل
ِ ان د ُْو َن الثَّا ِل َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى هللا
َ
)(رواه البخارى
(HR. Bukhari)
Penjelasan
Hadits di atas diterima oleh Bukhari dari Abdullah bin Yusuf, Abdullah bin Yusuf
menerimanya dari Malik. Malik menerimanya dari Nafi. Nafi‘ menerimanya dari Abdullah,
dan Abdullah itu adalah shahabat Rasulullah saw. yang mendengar beliau bersabda, seperti
hadits di atas. Semua nama-nama tersebut mulai dari Bukhari sampai Abdullah (shahabat
Nabi) adalah rawi-rawi yang adil, dlabith, dan benar bersambung, tidak cacat, baik pada
sanad, maupun pada matan. Dengan demikian hadits di atas termasuk hadits shahih lidzatihi.
ُصلَّى هللا
َ ِس ْو ِل هللا َ ُع َْن أَ ِب ْي ُه َر ْي َرةَ َر ِض َي هللا
ُ ع ْنهُ قَا َل َجا َء َر ُجل ِإلَى َر
َ قَا َل أَبُ ْوك، قَا َل ث ُ َّم َم ْن، َ قَا َل ث ُ َّم َم ْن؟ قَا َل أ ُ ُّمك، َ قَا َل ث ُ َّم َم ْن؟ قَا َل أ ُ ُّمك، َأ ُ ُّمك
)(رواه البخارى
Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata
ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan
pengertian tersebut. Karena kesulitan dalammenghadapi masa hamil, kesulitan
ketikamelahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh
seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah
tidak memilikinya.
« : سلَّ َم قَا َل
َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى هللا
َ ع ْنهُ ع َْن النَّ ِبى َّ ع َْن أ َ ِبي ذَ ِّر َر ِض َي
َ َُّللا
َّ ثَالَثَة الَ يُ َك ِلِّ ُم ُه ُم
ُ َوالَ يَ ْن، َّللاُ يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة
، َوالَ يُ َز ِ ِّك ْي ِه ْم، ظ ُر ِإلَ ْي ِه ْم
سلَّ َمَ علَ ْي ِه و
َ ُصلَّى هللا َ َّللا ُ فَقَ َرأ َ ُها َر: عذَاب أ َ ِل ْيم » قَا َل
ِ َّ س ْو ُل َ َول ُه ْم
َّللا ؟
ِ َّ س ْو ُلُ َخابُ ْوا َو ْخس ُِر ْوا َم ْن ُه ْم يَا َر: قَا َل أَبُ ْو ذَ ِّر. ث ِم َرار َ َثَال
ب » رواه ِ س ْلعَتَهُ بِال َح ْل
ِ ف الكَا ِذ ُ المنَّانُ َوال ُم ْن ِف
ِ ق ْ « ال ُم: قَا َل
ْ َو، سبِ ُل
مسلم
Dari Abu Zar dari Rosulullah bersabda yang maksudnya; “Ada tiga macam orang yang tidak
diajak bicara oleh Allah – dengan pembicaraan keredhaan, tetapi dibicarai dengan nada
kemarahan – pada hari kiamat dan tidak pula dilihat olehNya – dengan pandangan keredhaan
dan kerahmatan, serta tidak pula disucikan olehNya -yakni dosa-dosanya tidak diampuni –
dan mereka itu akan mendapatkan siksa yang menyakitkan sekali.” Katanya: Rasulullah
Abu Zar kemudian berkata: “Mereka itu merugi serta menyesal sekali. Siapakah mereka itu,
sampai menyentuh tanah, orang yang mengundat-undat – yakni sehabis memberikan sesuatu
seperti sedekah dan Iain-Iain lalu menyebut-nyebutkan kebaikannya pada orang yang diberi
itu dengan maksud mengejek orang tadi – serta orang yang melakukan barangnya -
maksudnya membuat barang dagangan menjadi laku atau terjual -dengan jalan bersumpah
dusta – seperti mengatakan bahawa barangnya itu amat baik sekali atau tidak ada duanya
Hadits Shahih Lighairihi yaitu hadits yang keadaan perawinya kurang hafidz dan atau kurang
dhabit tetapi mereka masih dikenal sebagai orang yang jujur hingga karenanya berderajat
hasan: lalu didapati hadits lain dalam masalah yang sama nilai kualitasnya setingkat atau
lebih kuat, yang dapat menutupi kekurangan yang menimpa pada hadits pertama tersebut.
Kedlabitan seorang rawi yang kurang sempurna, menjadikan hadits shahih lidzatihi turun
nilainya menjadi hadits hasan lidzatihi. Akan tetapi jika kekurangsempurnaan rawi tentang
kedlabitannya itu dapat ditutupi, misalnya hadits hasan lidzatihi tersebut mempunyai sanad
lain yang lebih dlobith, maka naiklah hadits hasan lidztihi ini menjadi hadits shahih lighairihi.
Dengan demikian hadits shohih lighairih dapat didefinisikan sebagai:
adalah hasan. Kemudian terdapat hadits dari jalur lain yang rawinya
hadits itu."
Atau dengan ungkapan yang lebih singkat, hadits shohih lighairihi dapat didefinisikan
sebagai hadits hasan lidztihi ketika diriwayatkan dari jalur lain yang nilainya sama atau lebih
kuat. Hadits ini dinamakan sebagai shohih lighairihi, karena keshohihan hadits tersebut tidak
datang dari esensi sanad, akan tetapi karena berkumpulnya beberapa sanad. Kedudukan
hadits shohih lighairih berada di atas hadits hasan lidzatihi dan di bawah hadits shohih
lidzatihi.
Hadits shahih lighairihi adalah hadits di bawah tingkatan shahih yang menjadi hadits shahih
karena diperkuat oleh hadits-hadits lain. Sekiranya hadits lain yang memperkuat itu tidak ada,
maka hadits tersebut hanya berada pada tingkatan hadits hasan. Hadits shahih lighairihi
(hadits shahih yang bukan karena dirinya sendiri, tapi karena diperkuat oleh hadits yang lain)
pada hakekatnya adalah hadits hasan li dzatih (hadits hasan karena dirinya sendiri).
Ada yang mengatakan hadits shahih lighairihi adalah suatu Hadits yang tidak memenuhi
secara sempurna syarat-ayarat tertinggi dari sebuah Hadits maqbul.
Hal itu bisa terjadi karena ada beberapa hal, misalnya saja perawinya sudah diketahui adil
tetapi dari sisi ke-dhabitan nya aia dinilai kurang. Hadits ini menjadi shahih karena ada
Hadits lain yang sama atau sepadan (redaksinya) diriwayatkan melalui jalur lain yang
setingkat atau malah lebih shahih.
سلَّ َم
َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى هللا َ ِس ْو ُل هللا ُ ع ْنهُ اَ َّن َر
َ ُعبَ ْيد َر ِض َي هللا ُ ضالَةَ ْب َن
َ ََو َء ْن ف
ُع َملُه َ ُس ِب ْي ِل هللاِ فَ ِانَّهُ يُ ْن َمي لَه
َ ط فِي ُ ع َم ِل ِه اِالَّ ا ْل ُم َرا ِب َ قَا َل ُك َّل َم ِيِّت يُ ْختَ ُم
َ ع َل
اِلَي َي ْو ِم ا ْل ِق َيا َم ِة َويُ َؤ َّم ُن ِم ْن ِفتُنَ ِة ا ْلقَ ْب ِر (رواه ابو داود والترمذي) َو َق َل
ص ِح ْيح
َ سن
َ َح ِد ْيث َح
Dari Fadhalah bin 'Ubaid r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Setiap mayat itu dikirakan atas amalnya - sebagai yang sudah ada sahaja,
melainkan orang yang bertahan dalam peperangan fi-sabilillah, kerana
sesungguhnya orang ini, amalannya itu tetapberkembang sampai hari kiamat
dan ia diamankan dari fitnah kubur ."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi
mengatakan bahawa ini adalah hadits hasan shahih.
Ibn as-Shalah berkata: Muhammad ibn ‘Amr ibn ‘Alqamah termasuk orang yang masyhur
karena kejujuran dan pemeliharaan dirinya, tapi ia tidak termasuk seorang yang mutqin.
Haditsnya dari sisi ini bernilai hasan. Ketika kemudian datang jalan periwayatan lain,
kekhawatiran kita akan hadits ini karena buruk hafalannya menjadi hilang, dan sedikit
kekurangan yang ada menjadi tidak ada lagi, sehingga sanadnya menjadi shahih, dan ia
Hal ini dikembalikan ke sanad asalnya, ketika ada sebuah hadits memiliki dua sanad
(jalur periwayatan), asalnya hasan, kemudian yang lain Shahih, maka hadits bias
disebut dengan hadits Hasan Shahih. Maksudnya hadits ini hasan karena sandnya
Hadits hasan adalah hadits yang kuarang memenuhi persyaratan hadits shahih. ketika
hadits hadits hasan terangkat derajatnya ke shahih, maka hasan hanya penamaannya
Ketika ada suatu hadits statusnya hasan Shahih maka status hadits tersebut diantara
hadits hasan dan hadits Shahih, derajatnya lebih tinggi dari hasan, tapi bukan hadits
Shahih.
Status suatu hadits mengikuti sanadnya, ketika terdapat dua jalur sanad atau lebih
َ َّب الن
ـاس فِى َح َّج ِة ُ اَ َّن َر:عبَّاس رض قَا َل
َ س ْو َل هللاِ ص َخ َط َ ع َِن ابـْ ِن
ْ َـر ْو َن ِم ْن اَ ْع َما ِل ُك ْم ف
اِنـِِّى قَ ْد.احذَ ُر ْوا ُ َس َوى ذ ِلكَ ِم َّما تَ َحاق َ يُـ َطا
ِ ع فِـ ْي َما
orang banyak dikala hajji wada’, beliau bersabda : “Sesungguhnya syaithan telah berputus
asa bahwa ia akan disembah di tanahmu ini, tetapi ia puas ditha’ati pada selain demikian
yaitu dari apa-apa yang kalian anggap remeh dari amal perbuatan kalian. Maka hati-hatilah
kalian. Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kamu sekalian apa-apa yang jika kamu
sekalian berpegang teguh kepadanya, niscaya kalian tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu :
: ب ؟ قَا َل
ُ ب ا َ ْط َي َ ى اْل َك
ِ س ُ سلَّ َم
ُّ َ س ِئ َل ا َ علَ ْي ِه َو َ ع َْن ِرفَ َعة ْبن َرا ِفع ا َ َّن النَّ ِب َى
َ ُصلَّى هللا
“Dari Rifa’ah bin Rafi’ berkata bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya tentang usaha yang
bagaimana dipandang baik?. Nabi menjawab: Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan
setiap perdagangan yang bersih dari penipuan dan hal-hal yang diharamkan.” (HR. Al-Bazzar
Penjelasan
الر ُج ِل ِب َيدِه
َّ ع َم ُل
َ
maksud ungkapan ini ialah pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya sendiri
(tenaganya) sendiri, seperti pertukangan kayu, tukang batu, tukang besi, dan sebagainya),
maksud ungkapan ini ialah perdagangan yang bersih dari tipu daya dan hal-hal yang
diharamkan. Artinya ada unsur penipuan seperti sumpah palsu untuk melariskan barang
dagangannya dan barang yang perdagangkan itu haruslah barang-barang yang diperolehkan
menurut hukum agama dan hukum negara dengan transaksi memenuhi syarat serta rukunnya
(ash-shon’ani, 3-4).
َان ثِقَةً فِي َما ذَك ََر ان ا ْل َح َر ِ
ش ُّي َوك َ سحَاقَ َح َّدثَنِي أَبُو ُ
س ْفيَ َ وب َح َّدثَنَا أ َ ِبي ع َِن ا ْب ِن ِإ ْ
َح َّدثَنَا يَ ْعقُ ُ
سلَّ َم أ َ ْن أ َ ْب َع َ
ث علَ ْي ِه َو َ صلَّى َّ
َّللاُ َ َّللاِ َ سقَ ْطتَ أ َ َم َر ِني َر ُ
سو ُل َّ ير َ فَقَا َل َ
علَى ا ْل َخبِ ِ
َّللاِ ْ ِ
اْل ِب ُل سلَّ َم يَا َر ُ
سو َل َّ علَ ْي ِه َو َ صلَّى َّ
َّللاُ َ َّللاِ َ اس قَا َل فَقُ ْلتُ ِل َر ُ
سو ِل َّ بَ ِقيَّة ِم ْن النَّ ِ
سلَّ َم
علَ ْي ِه َو َ صلَّى َّ
َّللاُ َ َّللاِ َ ص َدقَةُ أَدَّا َها َر ُ
سو ُل َّ َحلَّتْ ال َّ
Telah menceritakan kepada kami Ya’qub, bapakku telah menceritakan kepada kami dari Ibnu
Ishaq telah menceritakan kepadaku Abu Sufyan Al Harasi -dia adalah seorang yang dapat
dipercaya sebagaimana keterangan penduduk negerinya- dari Muslim bin Jubair mantan
budak Tsaqif, muslim adalah seorang lelaki yang haditsnya bisa diambil, dia telah bertemu
dan meriwayatkan dari ‘Amru bin Huraisy Az Zubaidi dari Abdulloh bin ‘Amru bin Al ‘Ash,
dia berkata; aku berkata; “wahai Abu Muhammad sesungguhnya kami berada di wilayah
yang tidak ada dinar dan dirham, harta-harta kami hanyalah binatang ternak, sesungguhnya
kami melakukan transaksi jual beli dengan menukar antara sapi dengan kambing secara
bertempo, satu unta dengan beberapa sapi dan satu kuda dengan beberapa unta. Semuanya itu
kami lakukan dengan tempo, apakah dengan begitu kami berdosa?” Maka dia berkata;
“Sungguh engkau telah bertanya kepada ahlinya, Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa Salam
memerintahkan kepadaku untuk membawa pasukan guna mencari seekor unta milikku.” Dia
berkata; “Maka aku pun bawa pasukan itu untuk mencari unta tersebut namun tidak ketemu,
cuma para pasukan merasa lelah dan capek. ” Dia berkata; “Maka Rasululloh Shallallohu
‘alaihi wa Salam pun berkata kepadaku: “Jualloh kepadaku satu ekor unta dengan beberapa
ekor unta muda dari unta zakat sesuai dengan hitungannya sampai kita bisa melakukan
pencarian ini.” Dia berkata; “Maka akupun menjual dua ekor unta jantan dengan beberapa
ekor unta muda dan tiga ekor unta betina dari unta zakat sesuai dengan perhitungannya
sehingga aku bisa melanjutkan pencarian tersebut. Dia berkata; “maka ketika telah sampai
Kedudukan hadits shahih sebagai sumber ajaran Islam lebih tinggi dari kedudukan hadits
hasan dan hadits dla'if, tetapi berada di bawah kedudukan hadits mutawatir.
Karena itu hadits mutawatir sering disebut sebagai hadits shahih mutawatir, maka dapat pula
dikatakan bahwa hadits shahih ahad lebih tinggi kedudukannya dari hadits hasan dan hadits
Hadits shahih mutawatir adalah hadits yang pasti shahih (benar) berasal dari Rasulullah.
Hadits shahih 'aziz lebih dekat kepada kepastian dibanding dengan hadits shahih gharib, dan
hadits shahih masyhur (mustafidl) paling dekat kepada kepastian benarnya bahwa hadits itu
Semua ulama sepakat menerima hadits shahih mutawatir sebagai sumber ajaran Islam atau
sebagai hujjah, baik dalam bidang hukum, akhlak, maupun dalam bidang aqidah. Siapa yang
Semua ulama juga sepakat menerima hadits shahih ahad sebagai sumber ajaran Islam atau
hujjah dalam bidang hukum dan moral, tetapi mereka berbeda pendapat tentang
Sebagian ulama menolak kehujjahan hadits shahih ahad dalam bidang aqidah, sebagian lagi
Sebenarnya di dalam sebuah hadits yang berstatus shahih, masih ada level atau martabat lagi.
Ada yang tinggi nilai keshahihannya, ada yang menengah dan ada yang agak rendah.
Semuanya disebabkan oleh nilai kedhabitan (kekuatan ingatan) dan keadilan perawinya. Ada
sebagian perawi yang punya kekuatan ingatan yang melebihi perawi lainnya. Demikian juga
Para ulama termasuk ahli hadits dan ushul fiqh yang pendapatnya dapat dijadikan pegangan,
hadits shahih dapat dijadikan hujjah dan wajib diamalkan, baik rawinya seorang diri, atau ada
rawi lain yang meriwayatkan bersamanya, atau masyhur dengan diriwayatkan oleh tiga orang
atau lebih tetapi tidak mencapai derajat mutawatir. hadits shahih wajib diamalkan
hadits yang telah memenuhi persyaratan hadits shahih wajib diamalkan sebagai hujjah atau
dalil syura’ sesuatu dengan ijma’. Para ulama hadits dan sebagian ulama; ushul dan fiqh tidak
hadits shahih lighoirihi lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan hadits hasan lidzatihi,
tetapi lebih rendah dari pada hadits shahih lidzatihi. Sekalipun demikaian hadits tersebut
1. hadits shahih memberikan faedah qath’i ( pasti kebenarannya ) jika terdapat didalam
kitab shahih ( Bukhari dan Muslim ). Sebagaimana pendapat yang dipilih oleh Ibnu Ash-
Shalah.
2. Wajib menerima hadits shahih sekaipun tidak ada seorangpun yang mengamalkannya,
Hadits shahih, menurut ulama Hadits, memiliki beberapa tingkatan, yang satu tingkat lebih
shahih dibandingkan tingkat di bawahnya. Dilihat dari kitab-kitab yang mengeluarkan hadits-
Hadits shahih tersebut, hadits shahih terbagi menjadi 7 tingkat, sebagai berikut:
Kalau kita susun berdasarkan kriteria itu, maka kita bisa membuat daftar berdasarkan dari
Ashahhu’l-asanid
Hadits yang bersanad ashahhu’l-asanid, predikat ini seringkali juga dikatakan dengan istilah
a. Az-Zuhri (Ibnu Syihab Al-Quraisi Al-Madani, seorang tabi’i yang jalil) dari Salim bin
b. Muhammad bin Sirin dari Abidah bin Amr dari Ali bin Abi Thalib ra.
Al-Bukhari mengatakan bahwa ashahhul asanid adalah sanad dari Nafi’ dari Ibnu Umar ra.
Sedangkan Abu Bakar bin Abi Syaibah mengatakan bahwa Ashahhul asanid adalah sanad
Az-Zuhri dari Ali bin Al-Nusain dari ayahnya (Al-Husain bin Ali).
Yaitu hadits shahih yang telah disepakati oleh kedua imam hadits, Imam Bukhary dan Imam
yang berstatus muttafaq alaihi ini adalah ‘Umdatul Ahkam karya Al-Imam Abdul Ghani Al-
Maqdisi (541-600H).
ط ْي ًرا َو ُهم يَ ْر ُم ْو َنهُ َوقَ ْد َجعَلُ ْوا َ َ َم َّر ِب ِفتْيَان ِم ْن قُ َر ْيش قَ ْد ن:س ِع ْي ِد ْب ِن ُجبَ ْير قَا َل
َ صبُوا َ ع َْن
ح
ُ الر ْو َ َسلَّ َم لَ َع َن َم ِن ات َّ َخذ
ُّ ش ْيئ ًا فِ ْي ِه َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى هللا ُ إِ َّن َر.َهذَا؟ لَعَ َن هللاُ َم ْن فَعَ َل َهذَا
َ ِس ْو َل هللا
)عليه َ
غ َرضًا (متفق
"Diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair beliau berkata: Ibnu 'Umar melewati beberapa pemuda
Quraisy yang mengikat seekor burung untuk mereka jadikan sebagai sasaran bidikan panah
dan mereka membayar kepada pemilik burung tersebut pada setiap kali bidikan mereka
meleset. Tatkala mereka melihat Ibnu 'Umar, mereka bubar, lalu Ibnu 'Umar bertanya: Siapa
yang melakukan ini? Allah mengutuk orang yang melakukan ini. Sungguh Rasulullah saw.
mengutuk orang yang menjadikan makhluk bernyawa sebagai sasaran". (Muttafaqun 'Alaih)
2. Infarada Bihil Bukhari
Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sendiri, sedang Imam Muslim tidak
meriwayatkannya.
ستَأ ْ َج َر ِج ْي ًرا
ْ ع ُح ًّرا فَأ َ َك َل ث َ َمنَهُ َو َر ُجل ا َ ص ُم ُه ْم يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة َر ُجل أ َ ْع
َ طى بِى ث ُ َّم
َ غد ََر َو َر ُجل بَا ْ َخ
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw. beliau bersabda: Allah berfirman: Ada
tiga macam (golongan manusia) yang menjadi musuh-Ku pada hari kiamat: 1) Orang yang
berjanji dengan nama-Ku kemudian tidak diakuinya, 2) Orang yang menjual orang yang
merdeka, kemudian dimakannya uang harganya, dan 3) Orang yang mengupah kepada
pekerja dan setelah diselesaikan pekerjannya tidak dibayar upahnya". (HR. Bukhari)
ْ )اِ ْنفَ َر َد ِب ِه ُم
3. Infarada Bihil Muslim (س ِل ُم
Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sendiri, sedang Imam Bukhari tidak
meriwayatkannya.
س ْو َل َ َ َم ْن ُه ْم ي, َخابُ ْوا َو َخس ُِر ْوا: فَقَا َل أَبُ ْو ذَ ِّر,ث ِم َرار
ُ ار َ َسلَّ َم ثَال
َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى هللا
َ
ِ ف ا ْل َك ِذ
ب (رواه مسلم ِ س ْل َعتَهُ ِبا ْل َح ِل ُ َوا ْل َمنَّانُ َوا ْل ُم ْن ِف,ار ُه
ِ ق ْ ا َ ْل ُم:هللاِ؟ قَا َل
َ س ِب ُل ِإ َز
"Diriwayatkan dari Abu Dzar r.a. dari Nabi saw. beliau bersabda: Tiga macam orang yang
kelak pada hari kiamat Allah tidak mau berbicara dengan mereka dan tidak mau melihat
mereka, tidak menyucikan mereka dari dosa, dan mereka mendapat azab yang pedih. Kata
Abu Dzar: Rasulullah mengatakannya tiga kali. Abu Dzar berkata: Mereka celaka dan rugi,
siapakah mereka itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: Orang yang memanjangkan kain
pemberian, dan penjual barang dagangan dengan sumpah palsu". (HR. Muslim)
4. Shahihun ‘Ala Syarthil Bukhari Wa Muslim
Hadits shahih yang menurut syarat - syarat yang dipergunakan oleh Imam Bukhari dan Imam
Hadits Shahih yang tidak secara langsung dishahihkan oleh Bukhari dan Muslim, melainkan
hadits itu telah memenuhi kriteria atau syarat-syarat Bukhari-Muslim. Hadits dengan status
seperti ini disebut dengan istilah Shahihun ‘ala syartha’i’l-Bukhary wa Muslim. Meski
Dikatakan demikian karena ada hadits tertentu yang tidak terdapat di dalam kitab shahih
Bukhari atau kitab Shahih Muslim, namun memiliki perawi yang terdapat di dalam kedua
kitab itu. Karena perawinya diterima oleh Bukhari dan Muslim, maka meski hadits itu tidak
tercantum di dalam kedua kitab shahih, derajatnya dikatakan sebagai shahih juga, namun
علَى ش َْر ِطى ا ْلبُ َخ ِارى َ ِى َوا ْل َحا ِك ُم َوقَا َل
َ ص ِح ْيح َ ِبأ َ ْه ِل ِه ْم
ُّ (ر َواهُ التِ ِّ ْر ِمذ
س ِلم
ْ َو ُم
"Dari 'Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Termasuk penyempurnaan iman seorang
mu'min ialah keluhuran budi pekertinya dan kelemah lembutan terhadap keluarga". (Riwayat
At Turmudzi dan Hakim dan ia berkata bahwa hadits ini syarat Bukhari dan Muslim)
5. Shahihun ‘Ala Syarthil Bukhari.
Hadits Shahih yang diriwayatkan menurut syarat Imam Bukhari, sedang beliau tidak men-
علَى
َ ق ُ َ لَ ْوالَ ا َ ْن ا:سلَّ َم قَا َل
َّ ش َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى هللا ُ ع َْن ا َ ِبى ُه َر ْي َرةَ ا َ َّن َر
َ ِس ْو ُل هللا
"Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: Sekiranya aku tidak menyusahkan
ummatku, tentu aku menyuruh mereka menyikat gigi menjelang setiap shalat". (HR. Bukhari
dan At Turmudzi)
6. Shahihun ‘Ala Syarthil Muslim.
Hadits Shahih yang diriwayatkan menurut syarat - syarat Imam Muslim, sedang beliau tidak
َ علَي
(غي ُْر ش َْر ِط ِه َما َ )ا ْلص َِح ْي ُح
Hadits shahih yang diriwayatkan tidak menurut salah satu syarat dari Imam Bukhari dan
Muslim.
Ini berarti bahwa si pen-takhrij atau perawi tidak mengambil hadits dari rawi-rawi atau guru-
guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, yang telah beliau sepakati bersama atau yang masih
diperselisihkan; tetapi hadits yang di-takhrij-kan atau diriwayatkan tersebut dishahihkan oleh
Misalnya hadits-hadits shahih yang terdapat dalam Shahih Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu
Menurut Dr. Mahmud ath-Thahhan, yang dimaksud dengan syarat Syaikhan (al-Bukhari dan
Muslim) atau salah satu di antara keduanya adalah ditinjau dari para perawi yang
meriwayatkan hadits di dua kitab tersebut atau salah satunya serta tata cara yang diambil oleh
1. Di antara mereka Ats-Tsabt (yang teguh), Al-Hafizh (yang hafalannya kuat), Al-Wari’
(yang saleh), Al-Mutqin (yang teliti), An-Naqid (yang kritis terhadap hadits). Yang
mendapat predikat demikian ini tidak lagi diperselisihkan, dan dijadikan pegangan atas Jahr
dan Ta’dil-nya, dan pendapatnya tentang para perawi dapat dijadikan sebagai hujjah.
2. Di antara mereka ada yang memiliki sifat Al-‘Adl dalam dirinya, tsabt teguh dalam
periwayatannya, shaduq jujur dan benar dalam penyampaiannya, wara’ dalam agamanya,
hafizh dan mutqin pada haditsnya. Demikian itu adalah perawi yang ‘adil yang bisa dijadikan
3. Di antara mereka ada yang shaduq, wara’, shaleh dan bertaqwa, tsabt namun terkadang
salah periwayatannya. Para ulama yang peneliti hadits masih menerimanya dan dapat
4. Di antara mereka ada yang shaduq, wara’, bertaqwa namun seringkali lalai, ragu, salah,
dan lupa. Yang demikian ini boleh ditulis haditsnya bila terkait dengan targhib (motivasi) dan
tarhib (ancaman), kezuhudan, dan adab, sedangkan dalam masalah halal dan haram tidak
5. Adapun orang yang nampak darinya kebohongan maka haditsnya ditinggalkan dan
riwayatnya dibuang.
Maka, berdasarkan hal itu dan karena terpenuhinya persyaratan-persyaratan lainnya, maka
dapat dikatakan bahwa hadits yang shahih itu memiliki beberapa tingkatan:
a) Tingkatan paling tingginya adalah bilamana diriwayatkan dengan sanad yang paling
b) Yang dibawah itu tingkatannya, yaitu bilamana diriwayatkan dari jalur Rijâl (rentetan para
periwayat) yang kapasitasnya di bawah kapasitas Rijâl pada sanad pertama diatas seperti
paling rendah julukan Tsiqah kepada mereka (tingkatan Tsiqah paling rendah),
seperti riwayat Suhail bin Abi Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah.
Martabat hadits shahih dibagi tiga:
1. Martabat rawi
Untuk menetapkan termasuknya seseorang perowi dalam satu-satu martabat, cukup kita
Sungguhpun begitu, sering di dalam kitab-kitab, kita dapati hal martabat itu ulama’
singkatkan saja dengan sebutan ‘’Sianu lebih hafazh dari si anu, atau lebih teliti dari si anu,
Seperti dikatakan:
a) Hisyam bin Abi Abdillah lebih teliti dan lebih dhobit dari Aban bin Yazid.
b) Abu Nu’aim, Syaikh Bukhari, lebih hafazh dari Muhammad bin Katsir, Syaikh Abi
Dawud.
Oleh karena itu, martabat bagi sanad hadits shahih juga boleh dibagi kepada tiga derajat,
yaitu:
Karena melihat kepada ketelitian seseorang Mukharrij dalam memeriksa sifat-sifat dan
keadaan masing-masing rawi, terdapatlah beberapa tingkatan martabat bagi matan Hadits-
hadits shahih.
b) Martabat kedua: hadits yang hanya diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bersama-
e) Martabat kelima: hadits yang diriwayatkan oleh ahli hadits lain menurut syarat
f) Martabat keenam: hadits yang diriwayatkan oleh ahli hadits lain menurut syarat
bukhari saja.
g) Martabat ketujuh: hadits yang diriwayatkan oleh ahli hadits lain menurut syarat
Muslim saja.
h) Martabat kedelapan: hadits yang disahkan oleh imam-imam selain imam Bukhari dan
Muslim.
VI. Contoh Hadits Shahih
"Dari Abu Hurairah, aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : Yang termasuk
perkara fithroh ada lima, Al-Khitan, Al-Istihdad (mencukur bulu kemaluan), memendekkan
kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak. (HR. Bukhari, Muslim, Turmudzi,
Hadits ini dikatakan matannya bermaratbat yang paling tinggi tentang sahnya, karena
diriwayatkan oleh imam-imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i dan ibnu
ُ َّ قَا َل الن: سعُ ْود رضي هللا عنه قَا َل
بي صلى هللا عليه َ ع َْن
ْ ع ْب ِد هللاِ ْب ِن َم
ِ َلى َهلَ ِكت ِه في ِّ َ َر ُجل أَتَاهُ هللاُ َما الً ف: س َد ِإالَ فِي اثْنَتَ ْي ِن
َ سِل َط ع َ الَ َح: وسلم
) َو َر ُجل أَتَاهُ هللاُ ا ْل ِح ْكمةَ فَ ُه َو يَ ْق ِضى ِب َها َويُعَ ِل ُم َها (رواه البجاري,ِ ق
ِّ الَح
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah ingin seperti
orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan
berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi Allah al-Hikmah
dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari)
سلَّ َم
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل َ ِي يَقُو ُل ك
ُ َان َر َّ أَبَا ُح َم ْيد ال
َّ سا ِعد
Abu Humaid As Sa’idi berkata; “Jika akan mendirikan shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya, lalu beliau mengucapkan:
َّ ُ وت ُ ِعين، صدَقة
الر ُج َل في ِ َين االثْن
َ ين ُ تَطلُ ُع فِي ِه الش َّْم
َ َ ت َ ْع ِد ُل ب: س
ُ وتُمي، ص َدقَة
ط َ ُال َط ِيِّبَة
َّ وبك ِ ِّل َخ ْط َوة تَمشي َها ِإلَى ال، ص َدقَة
َ صال ِة
َ ص َدقَة ُمتَّفَق
. علَي ِه َ ريق
ِ ط َّ اْلذَى ع َِن ال
“Setiap (perbuatan baik) tulang-tulang persendian manusia adalah sedekah, setiap hari
matahari terbit: engkau damaikan antara dua orang, maka itu adalah sedekah, engkau bantu
orang lain pada hewan tunggangannya, engkau bantu ia naik keatasnya, atau engkau
angkatkan barang-baragnya, maka itu adalah sedekah. Kata-kata yang baik adalah sedekah.
Setiap langkah yang engkau langkahkan untuk shalat adalah sedekah. Engkau buang sesuatu
1. Al Jami’ Ash Shahih Al Musnad min Haditsi Rasulillah shallallahu ‘alaihi wassalam
wa Sunanihi wa Ayyamihi.
Karya Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah Al Bukhari Al
Ju’fi