al-quraan, logika, sampai kaligrafi, gramatikal, syairsyair Persia dan Arab. Dimasanya dia telah memiliki
perpustakaan terlengkap meliputi berbagai cabang
ilmu; gnostik, filsafat, syair-syair, tafsir al-quraan dan
kitab-kitab hadis---bahkan naskah penulis sangat
langkah sekalipun.
Mulla
Sadra
menamatkan
bidang
filsafat
Peripatetik, filsafat iluminasi, gnostik, logika, ilmu
kalam, fiqh, tafsir, hadis, astronomi, matematika dan
kedokteran.
Pemikiran Mulla Sadra jauh melampaui
jamannya---masa itu, umumnya ulama berasal dari
kelompok Akhbariyyin yang sangat kaku terhadap
pandangan
filosofis
yang
bersifat
spekulatif--pandangannya tentang Wahdah Al-Wujud dianggap
sesat, zindiq dan kafir.
MullaSadra kemudian
meninggalkan Syiraz dan memilih Kahak sebagai
tempat melakukan kontemplasi ruhani. Di masa ini
Mulla Sadra menulis beberapa buku terutama kitab
Magnum Opusnya. Sekitar tahun 1040 H Mulla Muhsin
Faid dan Imam Qali Khan Kasyani mengajaknya kembali
ke kota Siraz
karena ayahnya wafat. Mulla Sadra
meninggal di Irak karena sakit tahun 1050 H/1640 M
dan sampai saat ini
letak pasti kuburannya tidak
diketahui.
B. Aliran Filsafat Mulla Sadra
Mulla Sadra penggagas aliran baru dalam filsafat
Islam. Al-Hikmah Al-Mutaaliyah
menghimpun dua
aliran filsafat sebelumnya: Masyiyyin (Peripatetik) dan
Isyirakiyyin (Iluminasionisme) dan melakukan sintesis
serta penyempurnaan. Dua aliran tersebut sebelumnya
49
diri
dan
bergabung
menuju
Tuhan
dengan
mengangkat kesadarannya dari realitas mahluk lewat
pembahasan wujud dalam makna umum juga tentang
hukum-hukum ketiadaan, entitas, gerakan material,
dan substansial serta intelek;
2. Perjalanan bersama Tuhan di dalam Tuhan (Safar bi
al-haq fi alhaq); tingkat penyempurnaan teologis
karena wujudnya telah menjadi dirinya dan dengan
itu, dia melakukan penyempurnaan dalam namanama agung Tuhan;
3. Perjalanan dari Tuhan menuju Mahluk bersama Tuhan
(Safar min alhaq ila al khalq bi al-haq); Kesadaran
Tuhan menjadi kesadarannya dan menempuh
perjalanan diantara alam jabarut, malakut dan nasut,
serta menyaksikan segala sesuatu yang ada pada
alam tersebut melalui pandangan Tuhan. Tingkat ini
meliputi proses penciptaan dan emanasi yang terjadi
pada intelek-intelek; dan
4. Perjalanan dari mahluk menjadi mahluk bersama
Tuhan (Safar min al-khalq ila al-khalq bi al-haq);
berkaitan dengan ekskatologi atau maad yang akan
terjadi pada manusia setelah kematiannya dan
dengan bukti serta argumentasi rasional.
Akal dan wahyu, ketika masih berada dalam
wacana asy-ariyah dan mutazila, menjadi dua hal yang
bertentangan.
Dalam
Al-Hikmah
Al-Mutaaliyah,
keduanya menjadi sekeping mata uang yang hanya
berebeda sisi. Argumentasi-argumentasi filosofis Mulla
Sadra menjangkau nash-nash dan memberinya dalildalil rasional. Mulla Sadra membuktikan bahwa wahyu
dan hakikat yang diajarkan para nabi bukan hanya
52
62