Anda di halaman 1dari 22

Suhrawardi dan

Filsafat
Iluminasi
Kelompok 7

Fahmi Maulana R Faras Nabil Salman Hasan A


200204110036 200204110039 200204110040
Materi
01 03
Cahaya Sebagai
Biografi Suhrawardi
Simbol Iluminasi

02 04
Karya-Karya Metode Pengetahuan
05 07
Realitas Diri Pengertian Isyraqi

06 08
Metode Meraih Sumber-sumber
Pencerahan Tuhan Isyraqi
"Indra duniawi adalah tangga menuju
ke dunia ini, indra religi adalah tangga
menuju ke surga,"
—Jalaluddin Rumi
Biografi
Suhrawardi
Nama lengkapnya adalah Syihabuddin Yahya Ibn Amirak Abu al-Futuh Suhrawardi. Ia lahir
di sebuah kota kecil yang bernama Suhraward di Persia Barat Laut pada 549 H/1154 M. Ia
wafat di Aleppo pada tahun 587 H/1191 M.
Beliau pernah belajar kepada seorang faqih dan teolog terkenal yang bernama Majduddin al-
Jaili, guru Fakhruddin al-Razi. Kemudian di Isfahan dia belajar logika kepada Ibnu Sahlan
al-Sawi, penyusun kitab Al-Basha’ir al-Nashiriyyah. Selain itu ia juga banyak bergaul
dengan para sufi, hingga ia puas bergaul dengan mereka, ia pun pergi ke Halb dan belajar
keapada al-Syafir Iftikharuddin. Di kota ini namanya mulai terangkat, akhirnya ia pun
terkenal akan keilmuannya. Hal ini membuat para fuqaha iri terhadapnya, dan ada pula yang
ingin mengecamnya.
Biografi
Suhrawardi
Karena ketenarannya dan popularitasnya di kala itu, hal tersebut membuat sebagian orang
menjadi dengki terhadapnya, akhirnya orang-orang yang dengki melaporkan kepada
Salahuddin al-Ayubi dengan sebuah peringatan bahwa ”jika al-Zhahir terus menerus bergaul
dengan Suhrawardi maka akan sesat aqidah yang dimilikinya. Setelah mendengar asutan-
asutan dari orang-orang dengki tersebut, akhirnya Shalahuddin terpengaruh dan
memerintahkan putranya untuk segera membnuh al-Suhrawardi.

al-Zhahir pun memutuskan agar al-Suhrawardi dihukum gantung. Penggantungan ini


berlangsung pada tahun 587 H di Halb, ketika al-Suhrawardi baru berusia 38 tahun. Ia wafat
secara tragis melalui eksekusi atas perintah Shalahuddin Al-Ayubi. oleh sebab itu ia di beri
gelar al-Maqtul (yang dibunuh), sebagai pembedaan dengan dua sufi lainnya, yaitu Abu al-
Najib al-Suhrawardi (meninggal tahun 563 H) dan Abu Hafah Syihabuddin al-Suhrawardi al-
Baghdadi (meninggal tahun 632 H),
Karya-Karya
Suhrawardi
Suhrawardi adalah sosok pemuda yang cerdas, kreatif, dan dinamis.
Ia termasuk dalam jajaran para filosof sekaligus sufi yang sangat
produktif sehingga dalam usianya yang relatif pendek itu ia mampu
melahirkan banyak karya kurang lebih 50 karya. Hal ini
menunjukkan kedalaman pengetahuannya dalam bidang filsafat dan
tasawuf yang ia tekuni. Sayyed Hussein Nasr mengklasifikasikan
karya-karyanya menjadi lima kategori :
Karya-Karya Suhrawardi

● Membahas tentang filsafat yang disusun secara singkat dengan bahasa


yang mudah dipahami baik yang berbahasa arab ataupun yang berbhasa
persi: Al-Lamhat, Hayakil al-Nur, Risalah fi al-Ishraq.
● Karya yang bermuatan sufistik dan menggunakan lambang-lambang
yang sulit dipahami, dalam hal ini menggunakan bahasa persi walaupun
ada sebagian yang berbahasa arab: al-Aql al-Ahmar, al-Gharb al-
Gharbiyah, yaumun ma’a jama’at as-sufiyyin dan lain-lain
Karya-Karya Suhrawardi
● Memberi interpretasi dan memodifikasi kembali ajaran peripatetik serta
hikmah isyraqinya, dalam kelompok ini antara lain kitab : At-Talwihat,
Al-Muqawamat, Al-Mutharahat, Hikmahal- Ishraq.
● Karya yang merupakan ulasan dan terjemahan dari filsafat klasik:
Risalah al-Thair, dan risalah fi haqiqah al-ishq, ini semua karya Ibn sina
yang kemudaian di terjemahkan oleh Suhrawardi kedalam bahasa
Persia.
● Karya yang berupa serangkaian doa-doa, yang dikenal dengan kitab al-
Waridat wa al-Taqdisat.
Cahaya Sebagai
Simbol Iluminasi
Inti filsafat Illuminasionis adalah sifat dan penyebaran cahaya. Beberapa tokoh sufi yang membahas tentang
konsep cahaya, berdasarkan QS. An-Nur [24] 35 :

‫ٱهَّلل ُ ن ُُور ٱ َّلسمَٰ َ ٰو ِت َوٱَأْل ْر ِۚض‬


Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.

Dalam surat ini Alloh menyebut dirinya sebagai Cahaya langit dan bumi. Al-Ghozali
mengembangkan pemahamannya tentang makna cahaya tersebut dalam bukunya Miskat al-
Anwar, Al-Ghozali mengatakan bahwa: ”al-Nur yang sebenarnya adalah Alloh SWT yang
dinamakan Nur ’Ala Nur (Cahaya di atas Cahaya), sedangkan Suhrawardi menyebut Alloh dengan
Nur al-Nur (Cahaya dari Cahaya-cahaya)
Cahaya adalah simbol utama dari filsafat isyraqi. Simbolisme cahaya digunakan untuk menetapkan suatu faktor
yang menentukan wujud, bentuk, materi, hal-hal masuk akal yang primer dan sekunder, intelek, jiwa, zat individual
dan tingkat-tingakat intensitas pengalaman mistik. Jelasnya penggunaan simbol-simbol cahaya merupakan karakter
dari bangunan filsafat isyraqiah.

Iluminasi bagi suhrawardi adalah ilmu cahaya yang membahas sifat dan cara pembiasannya. Cahaya ini menurutnya
tidak dapat di definisikan karena ia merupakan realitas yang paling nyata sekaligus menampakkan sesuatu. Cahaya
ini juga merupakan substansi yang masuk kedalam komposisi semua substansi yang lain-meteril maupun imateril.
hubungannya dengan objek-objek dibawahnya cahaya ini memiliki dua bentuk yaitu, cahaya yang terang pada
dirinya sendiri dan cahaya yang terang sekaligus menerangi lainnya. Cahaya yang terakhir ini menerangi sagala
sesuatu, namun bagaimana statusnya, cahaya tetaplah sesuatu yang terang dan sebagaimana disebutkan ia
merupakan sebab tampaknya sesuatu yang tidak bisa tidak beremanasi darinya.
Filsafat iluminasi ini diambil dari kata Isyroq yang berarti Timur. Timur diartikan dengan dunia cahaya dan dunia
malaikat yang bebas dari kegelapan dan materi, sedangkan barat adalah dunia kegelapan dan materi. Dunia
Tengah adalah langit-langit yang menampakkan pembauran antara cahaya dan sedikit kegelapan. Suhrawardi
dalam iluminasinya menyebutkan sumber dan hasil iluminasi sama-sama dengan menggunakan istilah nur.
Istilah cahaya dan kegelapan digunakan untuk merepresentasikan ruh dan materi dalam filsafat iluminasi ini.
Metode Pencapaian
Pengetahuan
Mendapatkan pengetahuan bagaikan menerima penerangan. Pengetahuan adalah kehadiran objek yang ingin
diketahui. Pengetahuan seperti ini merupakan karakteristik filosof Timur masa klasik, sehingga Isyraqi bisa
diartikan sebagai penisbatan wilayah Timur masa klasik. Pemetaan Timur dan Barat tersebut adalah imbas dari
perbedaan metodologi antara Yunani dan Persia. Yunani menggunakan metodologi rasional demonstratif,
sedangkan Persia menggunakan metodologi irasional spiritualis.

Mereka membangun teori pengetahuannya melalui mekanisme pembersihan jiwa. Pengetahuan hanya bisa dicapai
melalui mujahadah dan mukasyafah, bukan melalui penalasan ilmu logika. Objek pengetahuan akan hadir dalam
jiwa manusia disaat tirai yang menghalanginya mampu dienyahkan. Keterkuakan tersebut hanya terjadi di saat
jiwa mampu membebaskan diri dari belenggu materi. Ia akan memperoleh penerangan cahaya di saat dirinya telah
suci.
Metode Pencapaian
Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diberikan oleh cahaya, bukan pemberian objek yang diketahui. Jiwa dalam hal ini
adalah hal yang membentuk objek tersebut. Apa yang ditemukan jiwa dalam alam analogi (alam ide) melalui
perantara sebuah cahaya, akan terealisasikan dalam alam nyata. Apa yang diberikan cahaya kepada jiwa adalah
kebenaran, sedangkan apa yang diberikan akal melalui akal adalah kepalsuan. Akal hanya digunakan untuk
memperkokoh capain yang telah dikethui oleh jiwa bukan turut campur dalam menemukan capaian tersebut

Pengetahuan dalam isyraqi tidak hanya mengandalkan kekuatan intuitif saja, melainkan juga kekuatan rasio. Ia
menggabungkan keduanya, metode intuitif dan diskursif, dimana cara intuitif digunakan untuk meraih segala
sesuatu yamg tidak tergapai oleh kekuatan rasio sehingga hasilnya merupakan pengetahuan yang tertinggi dan
terpercaya.
Realitas Diri
Dalam pemahaman tentang heararki- heararki wujud, semakin dekat pada sumber cahaya, maka
intensitas cahaya suatu tingkatan wujud akan lebih banyak. Semakin jauh dari sumber cahaya
maka akan lebih sedikit intensitas cahaya yang diterimanya. Yakni wujud yang lebih dekat
kepada tuhan sebagai sumber cahaya akan lebih banyak menerima pancaran dari-nya, sementara
wujud yang jauh darinya semekin lemah intensitas cahayanya. Dan dengan demikian makin
rendah tingkatannya dalam heararki keberadaan

Barang siapa yang memiliki realitas yang mengenainya dia tak pernah lalai berarti dia tidak
berada dalam kegelapan dan tidak bersifat materi atau jasmani. Ini disebabkan karena kejelasan
dan ketampakan realitas dirinya oleh dirinya sendiri.

Semakin dekat dengan Tuhan maka kita akan mendapatkan cahaya yang berasal dari sumber
utamanya yaitu dari Alloh yang menjadi Nur al-Anwar. Sedangkan istilah yang digunakan al-
Ghozali adalah Nur Fauqo Nur dalam kitabnya Miskat al-Anwar.
Realitas Diri
Pembuktian tentang kesadaran diri terbagi menjadi dua:

1. Dengan mengetahui sesuatu selain dari dirinya, seperti ketika orang mengungkapkan
pengetahuannya dengan pernyataan: “aku mengetahui objek X, Y dan Z. Melalui penisbatan
kepada diri saya berarti saya telah sadar akan diri saya. Jika tiak demikian, penisbatan suatu
pengetahuan kepada diri saya menjadi tidak ada artinya.

2. Dengan mengetahui diri secara langsung, ketika orang merenungi dirinya sendiri dan menampilkan
pengetahuan tentang dirinya dalam pernyataan “aku mengenal diriku”.

Dalam memposisikan kita sebagai objek yang akan difahami, hendaklah kita menjadikan kita sebagai
orang ketiga yaitu “dia”. Kalau sebagai “dia” kita akan mudah meneliti dan melihat kekurangan yang
ada dalam kita sehingga kita akan mengenal akan diri kita sendiri. Semakin kita kenal dengan diri kita
maka kita akan dapat mengenal Tuhan.
Metode Meraih Pencerahan Tuhan (Isyraq)

Suhrawardi mengemukakan beberapa metode untuk meraih pencerahan Tuhan (isyraq), yang mesti
di tempuh oleh setiap orang dalam proses mendapatkan pencerahan: Pertama tahapan persiapan
untuk menerima pengetahuan iluminatif. Tahapan ini dimulai dengan aktivitas-aktivitas
mengasingkan diri (uzlah) paling tidak selama empat puluh hari, bersiap diri untuk menerima nur
ilahiah dan seterusnya, yang hampir sama dengan kegiatan asketis (menjauhi dunia) dan sufistik,
hanya saja disini tidak ada konsep ahwal dan maqamat. Melalui aktivitas seperti ini dengan
kekuatan intuitif yang ada pada dirinya yang disebut dengan cahaya Tuhan (al-bariq al ilahi)
seseorang mengetahui realitas eksistensi dirinya dan mengenal kebenaran intuitifnya melalui ilham
dan visi (musyahadah wa mukasyafah) oleh karena itu hal ini terdiri dari beberapa hal, yaitu :

aktivitas tertentu, kemampuan menyadari


intuisinya sendiri
Ilham
semisal zikir dan sampai mendapatkan
lainnya, cahaya ilahiah
Pengertian Isyraqi
Kata Al-Isyraq secara bahasa berasal dari bahasa Arab Asyraqa yang berarti pencahayaan yang
berakar dari kata syiraq (Timur) dan masyriq (tempat terbitnya matahari). Kata Al-Isyraq dalam
bahasa inggris disebut sebagai illumination yang memiliki arti sebuah jalan yang menjelaskan
bagaimana Tuhan memancarkan cahaya-Nya kedalam hati seseorang agar menerima bentuk
pengetahuan yang lebih tinggi. Iluminasi juga dapat diartikan sebagai terbitnya cahaya rasional dan
pencerahannya pada saat jiwa menjadi beban.

hikmah isyraq-nya di dasarkan pada rasa, bukan dari proses berpikirnya. Ia mengatakan bahwa
apa yang diperoleh dari proses berasal dari sumber lain yang dicari argumentasinya dengan pasti dan
tidak meragukan sedikitpun terhadap argumentasi tersebut
Sumber-Sumber Isyraqi
Konsep tentang isyraqinya berasal dari beberapa sumber yang diambil oleh Suhrawadi.

Pertama adalah Sufisme. Ia mendasarkan pandangan sufismenya dari al-Hallaj dan al-Ghazali, terutama karyanya yang
berjudul Misykat al-Anwar yang memiliki hubungan antara cahaya dan iman.
Kedua, pemikiran filsafat parepatetik Islam, khususnya dari Ibnu Sina yang dianggap penting dalam memahami
keyakinan isyraqi, walaupun ia mengkritiknya.
Ketiga, pemikiran filsafat sebelum Islam seperti Pythagoras dan Platonisme, serta Hermeitisme yang pernah ada di
Alexandria yang kemudian dipelihara oleh kaum Syabiah Harran.
Keempat, pemikiran (hikmah) Iran kuno yang dianggap sebagai pewaris kebijaksanaan yang telah diwahyukan kepada
nabi Idris atau Hermes.

Kelima, ajaran Zoroaster tentang penggunaan simbol cahaya dan kegelapan, serta dalam ilmu malaikat. Meskipun
demikian, Suhrawardi menyatakan bahwa ia bukanlah pengikut kaum Zoroaster, melainkan sebagai seorang ahli hikmah
Persia.
Dengan demikian, Suhrawardi mengambil dari sumber yang beragam, tidak hanya Islam tetapi juga non-Islam. Secara
garis besar, pemikiran Suhrawardi dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu filsafat dan sufisme. Apa yang dilakukan
Suhrawardi bukan untuk menghapus pemikiran sebelumnya melainkan sebagai pemersatu antara hikmah laduniyah
(genius) dan hikmah al-atiqah (antik).
‫يَٰ َٓأهُّي َا ٱذَّل ِ َين َءا َمنُو ۟ا ٱت َّ ُقو ۟ا ٱهَّلل َ َولْ َت ُنظ ْر ن َ ْف ٌس‬
‫َّما قَ َّد َم ْت ِل َغ ٍ ۖد َوٱت َّ ُقو ۟ا ٱهَّلل َۚ َّن ٱهَّلل َ َخب ٌِۢري ِب َما‬
‫ِإ‬ ‫تَ ْع َملُ‬
‫)‪(Q.S Al-Hasyr: 18‬‬
‫ون‬
‫َ‬
Thanks!
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai