Anda di halaman 1dari 31

Hubungan

antara
macam-macam
Maqamat dan
Ahwal
Erwin S Prihandika (13620016)
Romanudhin ( 13620025)
Sismiranda Putri Asmarani (13620033)
TASAWUF

MAQAMAT AHWAL
MAQAMAT
Jamak dari MAQAM

Pengertian Maqam menurut beberapa pendapat,


1. Al-Qusyairi : “Hasil usaha manusia dengan kerja keras dan keluhuran budi
pekerti yang dimiliki hamba Tuhan yang dapat membawanya kepada usaha
dan tuntutan dari segala kewajiban”
2. Abdurrazaq Al-Qasami : “Pemenuhan terhadap kewajiban-kewajiban yang
telah ditetapkan. Jika seseorang belum memenuhi kewajiban yang terdapat
dalam suatu maqam, ia tidak boleh naik ke jenjang yang lebih tinggi”
3. Al-Thusi : “Kedudukan hamba dihadapan Allah yang diperoleh melalui kerja
keras dalam ibadah, kesungguhan melawan hawa nafsu, latihan-latihan
kerohanian serta menyerahkan seluruh jiwa dan raga semata-mata untuk
berbakti kepada-Nya”
Dapat dipahami bahwa…
Maqam merupakan suatu tahapan atau tingkatan dimana
untuk mencapai ke tingkatan tersebut membutuhkan kerja
keras, serta untuk mencapai suatu tingkatan diatasnya
harus memenuhi suatu kewajiban atau ketentuan yang ada
pada suatu maqam.
Jenjang-jenjang MAQAM
Menurut para Ulama Sufi

Al-Qusyairi Al-Thusi Al-Ghazali

Taubat Taubat Taubat


Shabar
Wara’ Wara’ Syukur
Zuhud Zuhud Raja’
Khauf
Tawakkal Faqr Zuhud
Shabar Shabar Mahabbah
Asyiq
Ridha Tawakkal Unas
Ridha Ridha
MAQAM-MAQAM populer
Menurut Harun Nasution

TAUBAT

ZUHUD

SHABAR

TAWAKKAL

RIDHA
TAUBAT

Taubat berasal dari Bahasa Arab taba-yatubu-taubatan yang berarti “kembali” dan

“penyesalan”. Menurut kalangan sufi, taubat dimaknai sebagai kembali dari segala

perbuatan tercela dan memohon ampun atas segala dosa dengan bersungguh-

sungguh menuju perbuatan terpuji atau tidak mengulangi perbuatan dosa sesuai

dengan ketentuan agama. Taubat adalah kembali menuju kebenaran, perubahan

hati, juga berarti penyesalan.


Pendapat lain…..

Dzun Nun al-Misri Ibnu Taimiyah

1. Orang yang bertaubat dari


dosa dan keburukan

2. Orang yang bertaubat dari


kelalaian mengingat Allah 1. Taubat Wajib
dan
2. Taubat Sunnah
3. Orang yang bertaubat
karena memandang
kebaikan dan ketaatannya
Jadi…

Pada tingkat terendah, taubat menyangkut dosa yang dilakukan jasad atau

anggota-anggota badan. Sementara pada tingkat menengah, di samping dosa yang

menyangkut jasad, taubat menyangkut pula pangkal dosa-dosa, seperti dengki,

sombong, dan riya. Pada tingkat yang lebih tinggi, taubat menyangkut usaha

menjauhkan bujukan setan dan menyadarkan jiwa akan rasa bersalah. Pada tingkat

akhir, taubat berarti penyesalan atas kelengkapan pikiran dalam mengingat Allah.
ZUHUD

Zuhud atau asketisme secara etimologi berasal dari kata zahada, artinya benci dan
meninggalkan sesuatu.
Secara terminologi, zuhud adalah menjauhkan diri dari segala sesuatu yang
berkaitan dengan dunia.
Firman Allah pada Q.S. al-Hadid ayat 20 yang artinya,
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-
tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan
kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada
azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia
ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS, 57:20)
SHABAR

Al-Qusyairi Al-Ghazali

Sabar ialah lebur dalam Sabar jika dipandang sebagai


cobaan tanpa menampakan pengekahan tuntutan nafsu
keluhan sedikit pun. Sikap dan amarah, dinamakan
sabar dilandasi dengan sebagai kesabaran jiwa,
anggapan bahwa segala sedangkan menahan penyakit
sesuatu yang terjadi fisik disebut sebagai sabar
merupakan iradat Tuhan. badani.
Pendapat lain…..

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani

1. Sabar untuk Allah

2. Sabar bersama Allah

3. Sabar atas Allah


TAWAKKAL

Tawakal merupakan gambaran keteguhan hati dalam menggantungkan diri hanya


kepada Allah.
Yusuf al-Qardhawi Al-Ghazali

1. Tawakkal yang diibaratkan dengan


menyerahkan perkara kepada pengacara
Tawakkal diartikan dengan menyerahkan yang sepenuhnya dipercaya untuk
dengan sepenuhnya. Dengan demikian menangani dan menenangkannya
seoarang telah menyerahkan sepenuhnya
kepada Allah, tidak akan ada keraguan 2. Tawakal yang diibaratkan sebagai bayi yang
dan kemasygulan tentang apapun yang menyerahkan diri kepada ibunya
menjadi keputusan-Nya
3. Derajat tawakal tertinggi yaitu tawakkal
atau menyerahkan diri kepada Allah ibarat
jenazah yang dimandikan
RIDHA

Ridha berarti penerimaan, tetapi ia juga berarti kualitas


kepuasan dengan sesuatu atau seseorang.
Ridha yaitu menerima anugrah Allah dengan ikhlas atau puas
dan tulus menerima ketentuan ilahi. Orang yang ridha mampu
melihat hikmah dan kebaikan dibalik cobaan yang diberikan Allah dan
tidak berburuk sangka terhadap ketentuan-Nya.
Menurut Dzu An-Nun Al-Mishri, tanda-tanda orang yang telah
ridha adalah mempercayakan hasil usaha sebelum terjadi ketentuan,
lenyapnya resah gelisah sesudah terjadi ketentuan, dan cinta yang
bergelora di kala turunnya malapetaka.
AHWAL

Secara etimologi ahwal berarti sifat dan keadaan


sesuatu. Sedangkan menurut terminologi, ahwal
yang dimaksudkan adalah keadaan atau kondisi
psikologis yang dirasakan ketika seorang sufi
mencapai maqam tertentu.
Macam-macamnya…

Muraqabah Syawq

Qurb ‘Uns

Mahabbah Thuma ‘Ninah

Khawf Musyahadah

Raja’ Yaqin
Muraqabah

Secara literal, muraqabah berarti menjaga atau mengamati


tujuan. Sedang secara terminologis, berarti melestarikan pengamatan
kepada Allah dengan hatinya. Sehingga manusia mengamati
pekerjaan dan hukum-hukum-Nya, dan dengan penuh perasaan-Nya.
Allah melihat dirinya dalam gerak dan diam-Nya.
Qurb

Secara literal, qurb berarti dekat darinnya dan kepadanya.


Menurut sari al-saqathi, qurb (mendekatkan diri kepada Allah) adalah
taat kepada-Nya. Sementara ruwaym ibn Ahmad ketika ditanya
tentang qurb, menjawab, “menghilangkan setiap hal yang merintangi
dirimu untuk bersama-Nya.
Mahabbah

Mahabah secara literal mengandung beberapa pengertian sesuai dengan


beberapa pengertian sesuai dengan asal pengambilan katannya. Mahabbah berasal
dari kata hibbah, yang berarti benih yang jatuh ke bumi, karena cinta adalah
sumber kehidupan sebagaimana benih menjadi sumber tanaman.
Dalam prespektif tasawuf, mahabbah bisa di telusuri maknanya menurut
pandangan para sufi. Menurut al-Junaid, cinta adalah kecenderungan hati. Yakni
hati cenderung kepada Tuhan dan apa-apa yang berhubungan dengan-Nya tanpa
usaha. Cinta, menurut pemuka sufi lain, adalah mengabdikan diri kepada yang
dicintainnya. Ali al-Kattani juga memandang cinta sebagai menyukai kepada apa
yang disenanginya dan apa-apa yang datang dari yang dikasihinnya.
Khawf

Khawf atau takut, adalah masalah yang berkaitan dengan kejadian yang
akan datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa yang dibenci tiba dan
yang dicintai sirna. Dan kenyataan itu hanya terjadi di masa mendatang.

“Maka takutlah Kepada-Ku jika kalian orang-orang yang beriman.”Sesungguhnya


mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-
kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS.
Ali-Imran : 175).
Khawf

Dalam pandangan Al Sarraj, Khawf (takut) senantiasa


bergandengan dengan Mahabbah (cinta). Keduanya tidak bisa
dipisahkan dan masih dalam bingkai qurb (kedekatan). Qurb
membutuhkan dua kondisi. Pertama, dalam hati sang hamba yang
dominan adalah rasa takutnya. Kedua, dalam hati sang hamba yang
dominan adalah rasa cintanya.
Raja’

Raja’ atau harapan menurut Al Qusyairi adalah keterpautan hati kepada sesuatu
yang diinginkannya terjadi di masa yang akan datang, seperti halnya takut juga
berkaitan dengan apa yang akan terjadi dimasa datang.
Al Ghazali memandang Raja’ sebagai senangnya hati karena menunggu Sang
Kekasih datang kepadanya.
Syawq

Secara literal, syawq berarti lepasnya jiwa dan bergeloranya cinta.


Menurut Suhrawardi, syawq merupakan bagian-bagian dari mahabbah, seperti
halnya zuhud bagian dari tobat. Jika mahabbah sudah mantab akan tampak pula
syawq.

Menurut Abu Utsman siapa yang cinta kepada Allah dia akan merindu
hendak berjumpa dengan-Nya. Rasa rindu tak mungkin ada pada yang mencinta.
‘Uns

Dalam tasawuf ‘Uns berarti keakraban atau keintiman menurut Abu Sa’id
Al Kharraj ‘Uns adalah perbincangn roh dengan Sang Kekasih pada kondisi yang
sangat dekat. Dzunun memandang ‘Uns sebagai perasaan lega yang melekat pada
sang pencinta terhadap Kekasihnya.
Salah seorang pemuka thabi’in menulis surat kepada khalifah Umar bin
Abdul Aziz,”Hendaknya keakrabanmu hanya dengan Allah semata dan putuskan
hubungan selain dengan-Nya.”. Menurut Al-Sarraj, ‘Uns bersama Allah bagi
seorang hamba adalah ketika sempurna kesuciannya dan benar-benar bening
zikirnya serta terbebas dari segala sesuatu yang menjauhkannya dari Allah.
Thuma’ninah

Secara literal, Thuma’ninah berarti tenang tentram, tidak ada perasaan


khawatir atau was-was, tak ada yang dapat ,mengganggu perasaan dan pikiran,
karena ia telah mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi. Thuma’ninah
menurut Al-Sarraj adalah hal yang paling tinggi. Thuma’ninah bagi sang hamba
berarti kuat akalnya, kuat imannya, dalam ilmunya, bersih ingatannya dan kokoh
realitasnya (haqiqat)
Musyahadah

Dalam perpektif tasawuf, musyahadah berarti melihat Tuhan dengan mata


hati, tanpa keraguan sedikitpun, bagaikan melihat-Nya dengan mata kepala. Hal ini
berarti bahwa dalam tasawuf, seorang sufi dalam keadaan tertentu akan dapat
melihat Tuhan dengan mata hatinya. Sehingga boleh jadi, hanya bagi mereka,
Tuhan itu dapat dilihat. Hal ini misalnya tertera dalam permohonan Nabi Musa as
untuk melihat Tuhan, ”Musa berkata : Ya Tuhanku perlihatkanlah (diri-Mu)
kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu.” (QS. Al-Khaf : 143). Para Sufi juga meyakini
bahwa Nabi Muhammad SAW dapat melihat Tuhan ketika melakukan Mi’raj.
Yaqin

Perpaduan antara pengetahuan yang luas dan mendalam dengan rasa


cinta dan rindu yang bergelora bertaut lagi dengan perjumpaan secara langsung,
tertanamlah dalam jiwanya dan tumbuh bersemi perasaan yang mantap, Dialah
yang dicari itu. Perasaan mantapnya pengetahuan yang diperoleh dari pertemuan
secara langsung disebut juga Al-Yaqin.

Yaqin adalah kepercayaan yang kokoh tak tergoyahkan tentang kebenaran


pengetahuan yang ia miliki, karena ia sendiri menyaksikannya dengan segenap
jiwanya.
Hubungan Maqam dan Ahwal

Erat sekali hubungan antara maqam dan ahwal dari hal yang diakui oleh para tokoh sufi adalah

sama sama sebagai suatu kondisi batin seorang sâlik yang sedang berjalan menuju tingkat pencapaian

akhir ber-taqarrub kepada Allah swt. Manakala sifatnya permanen, maka disebut dengan maqam dan

yang berubah sifatnya disebut hal/ahwal.

Keadan keadan yang datang dengan sendiri merupakan pemberian Allah sedangkan maqom adalah

hasil upaya, latihan, kesengajaan, pemaksaan dan lainya dari seorang hamba itu sendiri secara terus

menerus hingga dia bisa menduduki maqomnya secara sah. Sementara, pemilik hal sering mengalami

pasang surut, berubah-ubah, naik turun keadaan hatinya.

Anda mungkin juga menyukai