Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MAQAM-MAQAM TASAWUF

Dosen Pengampu : Nurhasanah, M.Pd.I

Disusun oleh :

ENI ARSIH (202200420053)

A. Pengertian Maqomat

Secara harfiah maqomat berasal dari bahasa Arab, yang berarti tempat

orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan sebagai

jalan panjang yang harus di tempuh oleh seorang sufi untuk berada di dekat

Allah. Dalam bahasa inggris, maqomat dikenal dengan istilhah stage, yang

berarti tangga. Jumlah tangga, station atau maqomat yang harus ditempuh

oleha seorang sufi untuk sampai kepada Tuhan.1

Terjadi perbedaan pendapat dikalangan para sufi,  Al

Qusyairi, menjelaskan bahwa maqamat adalah etika seorang hamba

dalam wushul (mencapai, menyambung) kepadanya dengan macam upaya,

diwujudkan dengan tujuan pencarian dan ukuran tugas. Al Qusyairi

menggambarkan maqamat dalam taubat - wara - zuhud - tawakal - sabar dan

Ridha.  Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumudin membuat sistematika

maqamat dengan taubat - sabar - faqir - zuhud - tawakal - mahabah - ma'rifat

dan ridha.  Al Kalabadhi (w. 990/5) didalam kitabnya "Al taaruf Li Madzhab

Ahl Tasawuf", sebuah kitab yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris

oleh Arthur John Arberry dengan judul "The doctrine of the

1 Amin Mansyur, tasawuf kontekstual, pustaka pelajar, 2003 (hlm 22)

1
Sufi"  menjelaskan ada sekitar 10 maqamat : Taubat - zuhud - sabar - faqir -

dipercaya - tawadhu (rendah hati) - tawakal - ridho - mahabbah (cinta) -dan

ma'rifat.2

B. Macam-Macam Maqamat Tasawuf

Penjelasan semua tingkatan itu sebagaimana berikut:

1. Taubat

Taubat dalam bahasa arab yang berarti “kembali” atau “kembali”,

sedangkan taubat bagi kalangan sufi memohon ampunan atas segala dosa

yang disertai dengan penyesalan dan berjanji dengan sunguh-sunguh untuk

tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut dan dibarengi dengan

melakukan kebajikan yang dianjurkan oleh Allah.

Berkaitan dengan maqam taubat, dalam al qur’an terdapat banyak ayat

yang menjelaskan masalah ini. Yaitu firman Allah (Q.S. Ali Imran, 3:135)

dan (Q.S An nur, 24:31)

َ ُ‫َوتُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ َج ِميعًا َأيُّهَا ْال ُمْؤ ِمن‬


َ ‫ون لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح‬
‫ُون‬
... Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang

yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S An nur, 24:31).3

Dalam ajaran tasawuf, konsep tobat dikembangkan dan mendapat

berbagai pengertian. Tobat dibedakan menjadi tobat dalam syariat biasa

ialah tobat orang awam dan maqom taubat ialah orang khawas. Dalam hal

ini ulama sufi Dzu Al-Nun Al-mishir mengatakan : “tobatnya orang-orang

2 Mulyadi kartanegara, menyelami lubuk tasawuf, PT.Gelora Aksara Pratama,2006 (hlm 184-


199)
3 Q.S. An-Nur,24:31)

2
awam (sekadar) tobat dari dosa-dosa, sedangkan tobat orang khawas ialah

tobat dari ghofla (lalai mengingat tuhan)”.4

Taubahkan oleh para salikin merupakan tindakan permulaan dalam

peraturan ajaran tasawuf. Pada tahap tobat ini, seorang sufi membersihkan

dirinya (tazkiyah AnNafs) dari perilaku yang menimbulkan dosa dan rasa

bersalah. Tobat juga merupakan sebuah terma yang dikembangkan oleh

para salikin (orang- orang menuju tuhan )untuk mencapai maqomat.

2. Wara’

Secara harfiah al wara’ artinya soleh, kata wara’ mengandung arti

menjauhi hal-hal yang tidak baik. Dalam pengertian sufi wal wara’ adalah

meninggalkan yang didalamnya terdapat keragu-raguan antara halal dan

haram (Syubhat). Ini sejalan dengan (H.R. Bukhori),

“barang siapa yang dirinya terbebas dari syubhat, maka

sesungguhnya ia telah bebas dari yang haram”.

Ulama sufi membagi wara’ kedalam beberapa tingkatan. Yahya bin

ma’adz berkata, wara itu itu dua tingkatan wara segi lahir yaitu hendaklah

kamu tidak bergerak, kecuali untuk ibadah pada Allah, dan wara batin,

yakni agar tidak masuk dalam hatimu, kecuali Allah.

3. Zuhud

Secara terminologi, zuhd ialah mengarahkan keinginan kepada Allah

SWT, menyatakan kemauan kepadaNya sehingga lebih sibuk denganNya

dari pada kesibukan lainnya agar Allah memerhatikan dan memimpin

seorang zahid (orang yang berperilaku zuhd). Al junaidi al bagdadi


4 Ris’an Ruli, tasawuf dan torekat, PT Raja grafinndo, persada, 2013, (hlm: 55)

3
mengatakan “ zuhd adalah ketika tangan tidak memiliki apa-apa dan hati

kosong dari cita-cita.

Disini seorang sufi tidak memiliki suatu yang berharga, tetapi tuhan

yang dekat dengan dirinya. Yahya ibn Muadh menyatakan bahwa zuhd

adalah meninggalkan apa yang sudah ditinggalkan.

4. Faqr

Secara harfiah, faqr (fakir) diartikan sebagai orang yang berhajat,

membutuhkan, atau orang miskin. Adapun dalam pandangan sufi. Fakir

adalah tidak meminta lebih dari apa yang di miliki kita. Tidak meminta

rezeki, kecuali hanya untuk menjalankan kewajiban-kewajiban. Tidak

meminta sungguh pun tak ada pada diri kita, tetapi kalau diberi diterima.

Tidak meminta, tetapi tidak menolak.

5. Sabar

Sabr (sabar) bukanlah sesuatu yang harus diterima seadanya, bahkan

sabar adalah usaha kesungguhan yang juga merupakan sifat Allah yang

sangat mulia dan tinggi. Sabr ialah menahan diri dalam memikul suatu

penderitaan, baik dalam sesuatu perkara yang tidak diinginkan  maupun

dalam kehilingan sesuatu yang di senangi.5

Sebagaiman dalam firman Allah  dan (Q.S. al-Ahqof, 46:35)Yang berbunyi:

  ...‫صبَ َر ُأولُو ْال َع ْز ِم ِم َن الرُّ س ُِل َوال تَ ْستَ ْع ِجلْ لَهُ ْم‬
َ ‫فَاصْ بِرْ َك َما‬

5 Muhamad Alfan, psikologi tasawuf, CV Pustaka Setia, bandung, 2011 (hlm 163)

4
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai

keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu

meminta disegerakan (azab) bagi mereka. (Q.S. al-Ahqof, 46:35).6

6. Tawakal

Secara umum pengrtian tawakal adalah pasrah dan mempercayakan

secara bulat kepada Allah setelah seseorang membuat rencana dan

melakukan usaha untuk ikhtiar. Akan tetapi dikalangan sufi pengertian

tawakal  dipahami lebih mendalam lagi. Misalnya al-syibli (w. 945 M)

mengatakan tawakal adalah hendaknya engkau merasa tidak ada harapan

Allah dan Allah senatiasa dihadapan kamu. Hal ini berarti dalam segala

hal baik sikap maupun perbuatan seseorang harus menerima secara tulus.

Apapun yang terjadi adalah diluar pinta dan usaha tetapi semuany diyakini

dari Allah semata.7

7. Ridho

Ridho ajaran untuk menanggapi dan mengubah segala bentuk keadaan

jiwa, baik kebahagiaan, kesenangan, penderitaan, kesengsaraan, dan

kesusahan menjadi kegembiraan dan kenikmatan karena kebahagiaan

menikmati segala pemberian Allah SWT. Al-ghozali mengatakan” rela

menerima apa saja, segala yang telah dan sedang dialaminya itulah yang

terbaik baginya, tak ada yang lebih baik selain apa yang telah dan sedang

dialaminya.” Ibnu khaff mengatakan tentang ridho “ kerelaan hati

6 (Q.S. al-Ahqof, 46:35)


7 Masyarudin, pemberontakan tasawuf, JP Books, surabaya, 2007 (hlm 234)

5
menerima ketentuan tuhan, dan persetuan hatinya terhadap yang diridhoi

Allah untuknya.  

8. Mahabbah

Secara harfiah, mahabah atau al-hubb sering diartikan dengan cinta

dan kasih sayang. Mahabah adalah usaha mewujudkan rasa cinta kasih

sayang yang ditujukan kepada Allah. Mahabah juga dapat diartikan

sebagai luapan hatidan gejolaknya ketika dirundungkeinginan untuk

bertemudengan kekasih, yaitu Allah SWT.  Tasawuf menjadikan mahabah

sebagai tempat persinggahan orang yang berlomba untuk memperoleh

cinta illahi menjadi sasaran orang-orang yang beramal dan menjadi

uirahan orang-orang yang mencintai tuhannya.

9. Ma’rifah

Ma’rifah (arafa-ya ‘rifatan) secara etimologis berarti mengenal,

mengetahui, dan boleh pula diartikan dengan menyaksikan. Istilah ma’rifat

dalam tasawuf sering di konotasi pada panggilan hati melalui berbagai

bentuk tafakur untuk menghayati nilai-nilai kerinduan yang berhasil dari

kegiatan dzikir sesuai dengan tanda-tanda pengungkapan (hakikat) secara

terus menerus. Maksudnya hati menyaksikan kekuasaan tuhan dan

merasakan besarnya kebenaranNya dan mulianya kehebatannya yang

tibdak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Dari aspek lain ma’rifat juga

berarti mengetahui apa saja yang dibayangkan dalam hati tanpa

menyaksikan sendiri keadaannya berdasarkan pengetahuan Tuhan.8

C. Kesimpulan
8 Muhamad Alfan op. Cit (hlm : 171-196)

6
Secara harfiah maqomat berasal dari bahasa Arab, yang berarti tempat

orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan sebagai

jalan panjang yang harus di tempuh oleh seorang sufi untuk berada di dekat

Allah.

Macam-macam maqamat Tasawuf adalah sebagai berikut:

1. Taubat 6. Tawakal

2. Wara’ 7. Ridho

3. Zuhud 8. Mahabbah

4. Faqr 9. Ma’rifah

5. Sabar

Anda mungkin juga menyukai