Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR

Alhamdulillah kami sampaikan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang
telah memberikan hidayah-Nya pada kami sehingga kami mampu melaksanakan tugas
sebagai khalifah dimuka bumi dalam rangka thalibul 'ilmi. Dan kami mampu
menyelesaikan makalah ini tiadalain tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan yang telah berjalan sekarang.
Kami ucapka banyak terimakasih kepada bapak dosen yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini sehingga kami mengetahui tentang
maqamat dan ahwal dalam ilmu Tasawuf.
Maka kita sebagai seorang muslim perlu kiranya untuk mempelajari tentang
maqamat dan ahwal sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kami ucapkan terimakasih kepada
1. Para dosen pembimbing
2. Orang tua yang banyak membantu dalam lancarnya penulisan ini
3. Teman-teman yang rela diajak komonikasi
4. Seluruh pihak yang ikut melancarkan penulisan makalah ini
Selanjutnya dengan segala kerendahan hati kami mengharap tegur sapa dan
pengoreksian dari bapak dosen dan para pembaca sehingga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami dan bagi umat Islam khususnya. Serta apabila terdapat kekeliruan, kami selaku
manusia biasa memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makalah Tasawuf "Maqamat dan Ahwal"

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam diri setiap manusia terkandung dua dimensi yang berbeda, yaitu jasmani
yang lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah disini bukan sekedar bersih dari noda, namun
lengkap dengan potensi kodrati yang bersifat spiritual. Dengan potensi inilah manusia
diberi kepercayaan untuk menjadi kholifah fil ardhi serta memerankan fungsi-fungsi
ketuhanan dimuka bumi.
Jika manusia didalam dirinya telah terkandung potensi kebaikan, keluhuran
ataupun kesempurnaan sebagai bekal khalifah di bumi, lalu bagaimana potensi tersebut
dapat dikembangkan dan diaktualisasikan ? banyak teori yang berbicara mengenai hal ini
yang salah satunya adalah tasawuf.
Sebagaimana yang telah dijalani oleh beberapa tokoh besar sufi yang menjalani
hidupnya penuh dengan ketaqwaan serta manjalankan beberapa maqam dan dikaruniai
berbagai hal sehingga menjadikan hidupnya penuh dengan kebahagiaan baik didunia
maupun di akhirat. Mereka merasa sangat dekat dengan tuhan-Nya.
Oleh karena itu, perlu kiranya bagi kita untuk mempelajari tasawuf beserta
maqamat dan ahwalnya yang harus ditempuh oleh seorang muslim untuk mencapai
kedudukan yang sangat mulia dimata tuhan-Nya.

Makalah Tasawuf "Maqamat dan Ahwal"

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MAQAMAT
Secara harfiah maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang
berdiri atau pangkal mulia. Dalam Bahasa Inggris maqamat dikenal dengan istilah
stages yng berarti tangga. Maqamat merupakan jama' dari maqam, yang berarti
tempat atau kedudukan (station). Dalam sufi terminology : The Mystical Language Of
Islam, maqam diterjemahkan sebagai kedudukan spiritual1. Karena sebuah maqam
diperoleh melalui daya, upaya (mujahadah) dan ketulusan dalam menempuh
perjalanan spiritual. Maqam juga dapat diartikan sebagai tahapan adap (etika) seorang
hamba dalam wushul kepada-Nya dengan macam upaya, diwujudkan dengan suatu
tujuan pencarian dan ukuran tugas2. Suatu maqam tidak lain adalah merupakan
kualitas kejiwaan yang bersifat tetap. Inilah yang membedakan dengan keadaan
spiritual (hal) yang bersifat sementara.
Seseorang tidak dapat beranjak dari suatu maqam ke maqam yang lain
sebelum ia memenuhi semua persyaratan yang ada pada maqam tersebut.
Sebagaimana yang telah digambarkan oleh Al-Qusyairi yang dikutip oleh Hasyim
Muhammad bahwa seorang yang belum qona'ah tidak bisa mencapai tawakkal. Dan
siapa yang tidak tawakkal tidak bisa mencapai taslim. Dan barang siapa yang belum
taubat tidak bisa sampai pada inabat. Dan barang siapa tidak wara' tidak akan bisa
mencapai tingkat zhuhud, begitu seterusnya3. Tahapan tahapan spiritual ini saling
berkaitan sepertihalnya tangga, dimana mustahil bagi kita untuk mencapai anak
tangga yang ada diatas tanpa harus melalui anak tangga yang ada dibawahnya.
Dengan demikian kualitas kualitas tingkatan tersebut akan senantiasa melekat,
semakin tinggi kedudukan yang dicapainya akan semakin sempurna dan utuh kualitas
diri seseorang.
1

Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi (Yokyakarta : Pustaka Pelajar Offset
2002) cet. Pertama hal. 25
2
lihat Imam Al-Qusyairi An-Naisabury, Risalatul Qusyairiyah, Induk Ilmu Tasawuf
3
lihat Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi (Yokyakarta : Pustaka Pelajar Offset
2002) cet. Pertama hal. 26

Makalah Tasawuf "Maqamat dan Ahwal"

Adapun tentang berapa jumlah tangga atau maqamat yang harus ditempuh
oleh seorang sufi untuk sampai menuju Tuhan, dikalangan sufi tidak sama
pendapatnya. Menurut Muhammad Al-Kalabazy dalam kitabnya Al-Ta'aruf li
Madzhab al-Tasawwuf , sebagai dikutip oleh Harun Nasution mengatakan bahwa
maqamat itu jumlahnya ada sepuluh yaitu al-taubah, al-zuhud, al-sabr, al-faqr, altadlu', al-taqwa, al-tawakkal, al-ridla, al-mahabbah, dan al-ma'rifah4.
Sementara Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi didalam kitab al-Luma' menyebutkan
bahwa maqamat itu jumlahnya hanya tujuh, yaitu al-taubah, al-wara', al-zuhud, alfaqr, al-tawakkal, dan al-ridla. Lain halnya dengan pendapat Imam Al-Ghazali dalam
kitabnya Ihya' Ulum Al-Din mengatakan bahwa maqamat itu ada delapan, yaitu AlTaubah, Al-Sabr, Al-Zuhud, Al-Tawakkal, Al-Mahabbah, Al-Ma'rifah, dan Al-Ridla5.
Kutipan tersebut memperlihatkan keadaan variasi penyebutan maqamat yang
berbeda-beda. Namun dari perbedaan pendapat diatas ada maqamat yang mereka
sepakati yaitu : Al-Taubah, Al-Zuhud, Al-Wara', Al-Faqr, Al-Shabr, Al-Tawakkal, dan
Al-Ridla. Sedangkan Al-Tawaddlu', Al-Mahabbah dan Al-Ma'rifah oleh mereka tidak
disepakati sebagai maqamat.1
1. Taubah
Sebagai awal dari perjalanan yang harus dilakukan oleh seorang Sufi ialah
maqam taubah yang berasal dari bahasa Arab yaitu taba yatubu taubatan yang
artinya kembali. Sedang taubat yang dimaksud oleh kalangan Sufi adalah
memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguhsungguh tidak akan mengulangi dosa tersebut yang disertai melakukan amal
kebajikan6. Menurut Harun Nasution yang dikutip oleh Abuddin Nata mengetakan
taubah yang dimaksud oleh seorang Sufi adalah taubah yang sebenarnya, taubah
yang tidak membawa dosa lagi.
4

Lihat Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), cet.
III, hlm.62
5
ibid., hlm. 194
1

Makalah Tasawuf "Maqamat dan Ahwal"

ibid., hlm. 198

(31 : )
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang orang yang
beriman supaya kamu beruntung (QS. An-Nur, 24:31)
2. Wara'
Secara harfiyah Al-Wara' artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa.
Dalam tradisi Sufi yang dimaksud dengan wara' adalah meninggalkan sesuatu
yang belum jelas hukumnya (subahat), hal ini berlaku pada segala hal atau
aktifitas manusia baik yang berupa benda maupun perilaku seperti makanan,
minuman, pakaian, pembicaraan, perjalanan, duduk, berdiri, bersantai, bekerja
dan lain-lain7.

( )
Barang siapa yang dirinya terbebas dari syubahat, maka seseungguhnya ia telah
terbebas dari yang haram. (HR. Bukhari)
3. Zuhud
Secara harfiyah Al-Zuhud berarti tidak ingin pada sesuatu yang bersifat
keduniawian8. Dalam pandangan kaum Sufi, dunia dan segala isinya adalah
sumber segala kemaksiatan dan kemungkaran yang dapat menjauhkan diri dari
tuhan. Karena hasrat, keinginan dan nafsu seseorang sangat berpotensi untuk
menjadikan kemewahan dan kenikmatan duniawi sebagai tujuan hidupnya,
sehingga memalingkannya dari tuhan. Menurut Al-Junaidi yang dikutip oleh
Hasyim Muhammad mengatakan bahwa, zuhud adalah kosongnya tangan dari
pemilikan dan kosongnya hati dari pencarian.


(38 : )
Padahal kenikmatan hidup didunia ini (dibandingkan kehidupan) akhirat hanyalah
sedikit (QS. Al-Taubah, 9:38)
7

Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi (Yokyakarta : Pustaka Pelajar Offset
2002) cet. Pertama hal. 31
8
menurut Harun Nasution zuhud artinya keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian dan
al-Qusyairi mengatakan bahwa diantara para ulama' berbeda pendapat dalam mengartikan zuhud.
Sebagian mengatakan bahwa zuhud adalah zuhud didalam masalah yang haram, karena yang halal

Makalah Tasawuf "Maqamat dan Ahwal"

adalah sesuatu yang mubah dalam pandangan Allah, yaitu orang yang diberi nikmat berupa harta
yang halal kemudian dia bersyukur dan meninggalkan dunia itu dengan kesadarannya sendiri.
Sebagian ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah zuhud dalam yang haram sebagai suatu
kewajiban. Lihat Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA., Akhlak Tasawuf, hlm. 195

4. Faqr
Secara harfiah faqr biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, butuh
ataupun orang miskin. Sedang menurut pandangan Sufi faqr adalah tidak meminta
lebih dari apa yang telah ada pada diri kita. Tidak meminta rezeki kecuali hanya
untuk dapat menjalankan kewajiban kewajiban. Tidak meminta sesungguhpun
tak ada pada diri kita, kalau diberi diterima. Tidak meminta tetapi tidak menolak9.
5. Sabar
Secara harfiah biasanya sabar berarti tabah hati. Menurut Zun Al-Nun AlMishry yang dikutip oleh Abuddin Nata, sabar artinya menjauhkan diri dari halhal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tenang ketika mendapat
cobaan, dan menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam
kefakiran dalam bidang ekonomi10.
Nafsu (nafs) memiliki kecendrungan untuk memaksakan hasrat-hasratnya
dalam upaya memuaskan diri. Sedangkan akal (aql) berperan sebagai kekuatan
pengendali dan penasehat yang senantiasa memberikan pertimbangan kepada
nafsu tentang tindakan-tindakan positif yang harus dilakukan dan tindakan negatif
yang harus ditinggalkan
Agar manusi senantiasa menempatkan akal sebagai dorongan yang
mendominasi kehendak dan perilakunya, maka diperlukan kesabaran (shabr).
Dengan kata lain, kesabaran adalah kendaraan bagi orang-orang yang
menghendaki kebaikan11.

(35 : )


Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul dan jangan kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka (QS. AlAhqaf, 46 :35)
9

ibid., hlm. 200

Makalah Tasawuf "Maqamat dan Ahwal"

10

ibid., menurut Ibn Atha mengatakan sabar artinya tetap tabah dalam menghadapi cobaan dan
sikap yang baik. Dan pendapat lain mengatakan sabar berarti menghilangkan rasa mendapatkan
cobaan tanpa menunjukkan rasa kesal. Hlm, 200
11
Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi (Yokyakarta : Pustaka Pelajar Offset
2002) cet. Pertama hal. 43

6. Tawakkal
Secara harfiah tawakkal berarti menyerahkan diri. Menurut Sahal bin
Abdullah bahwa awalnya tawakkal adalah apabila seorang hamba dihadapan
Allah seperti bangkai dihadapan orang yang memandikannya, ia mengikuti
semaunya yang memandikan, tidak dapat bergerak dan bertindak. Hamdun AlQashshar mengatakan bahwa tawakkal adalah berpegang teguh pada Allah.

(11 : )
Dan bertawakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang
mukmin bertawakkal (QS. A-Maidah, 5:11)
7. Ridla
Secara harfiah ridla artinya rela, suka, senang. Ridla juga merupakan buah
dari tawakkal, dimana jika seorang sufi telah benar benar melaksanakan
tawakkal maka dengan sendirinya ia akan sampai pada maqam ridla. Dzunnun AlMishri berpendapat bahwa ridla adalah menerima tawakkal dengan kerelaan hati.
Adapun tanda-tandanya adalah mempercayakan hasil pekerjaannya sebelum
dating ketentuan, tidak resah sesudah terjadi ketentuan dan cinta yang membara
ketika tertimpa malapetaka12.
B. PENGERTIAN AHWAL
Ahwal adalah jama' dari hal yang berarti keadaan atau situasi kejiwaan
(state). Secara terminology ahwal berarti keadaan spiritual yang menguasai hati. Hal
masuk dalam hati sebagai anugerah yang diberikan oleh Allah. Hal datang dan pergi
dari diri seseorang tanpa usaha ataupun perjalanan tertentu. Karena hal datang dan
pergi secara tiba-tiba dan tidak disengaja, maka Al-Qusyairi mengatakan bahwa pada
dasarnya maqamat adalah upaya (makasib) sedangkan hal adalah karunia
(mawahib)13 yang diberikan Allah sehingga hal datang tidak ditentukan oleh waktu
tertentu.
Makalah Tasawuf "Maqamat dan Ahwal"

12

ibid., hlm. 46
ibid., hanya saja hal tidak dating dengan tanpa kesadaran namun kedatangan hal bahkan harus
menjadi kepribadian seseorang. jika ditelaah lebih mendalam, keberadaan maqamat dan ahwal tidak
lain hanya untuk mempertegas komitmen seorang muslim dalam shahadat tauhid " " . atau
dengan kata lain maqamat merupakan penjabaran dari syahadat tauhid. hlm. 27
13

Menurut Harun Nasution hal merupakan keadaan mental, seperti perasaan


senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. hal yang biasa disebut sebagai
hal adalah takut (al-khauf), rendah hati (al-tawadlu'), patuh (al-taqwa), ikhlas (alikhlas), rasa berteman (al-uns), gembira hati (al-wajd), berterima kasih (al-syukr)15.
Selain melaksanakan berbagai kegiatan dan usaha sebagaimana disebutkan
diatas, seorang sufi juga harus melakukan serangkaian kegiatan mental yang berat.
Kegiatan mental tersebut seperti riyadah (latihan mental dengan melaksanakan dzikir
dan tafakkur yang sebanyak-banyakknya serta melatih diri bersifat yang terdapat
dalam maqam), mujahadah (berusaha sungguh-sungguh dalam melaksanakan
perintah Allah), khalwat (Menyepi atau bersemedi), uzlah (mengasingkan diri dari
keduniaan), muraqabah ( mendekatkan diri kepada Allah), dan suluk (menjalankan
hidup sebagai sufi dengan cara dzikir dan dzikir)

Makalah Tasawuf "Maqamat dan Ahwal"

14

lihat Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA., Akhlak Tasawuf, hlm. 204

BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Dalam maqamat terdapat beberapa tingkatan dan untuk mencapai
tingkatan tertinggi harus memenuhi persyaratan yang ada pada maqam
dibawahnya.
b. Maqamat adalah dapat kita raih dengan usaha yang kita lakukan untuk
mendekatkan diri pada Tuhan (Allah SWT.) sedangkan Ahwal adalah
karunia yang diberikan Allah kepada kita.
c. Pada hakekatnya maqamat hanya penjabaran dari kalimat syahadat tauhid
yaitu

Makalah Tasawuf "Maqamat dan Ahwal"

BIBLIOGRAPHY

Muhammad, Hasyim, Dialog Antara Tasawuf Dan Psikologi,(Yokyakarta :Pustaka


Pelajar Offse, 2002)
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf,
An-Naisabury, al-Qusyaiy, Imam, Risalatul Qusyairiah, Induk Ilmu Tasawuf,

Makalah Tasawuf "Maqamat dan Ahwal"

10

Anda mungkin juga menyukai