Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN TAKHRIJ HADITS

A. Pengertian Bahasa

Kata "takhrij" merupakan bentuk masdar dari kata "khorroja" (‫ )خرج‬yang makna
asalnya adalah "mengeluarkan". Namun dalam penggunaannya kata ini memiliki
beberapa arti sebagai berikut:

1. Menggali/meneliti secara mendalam (al-Istinbath).

2. mengarahkan kearah yang benar (at-Taujih).

3. Melatih kemampuan dan mengajar (at-Tadrib).

4. Menjelaskan/menampakkan (adh-Dhuhur wa al-Ibroz).

B. Pengertian Istilah

Dalam istilah ilmu hadits, para ulama' memberikan beberapa pengertian


(definisi/ta'rif) mengenai takhrij :

1. Takhrij hadits adalah: Mengeluarkan satu hadits dan menampakkannya pada


semua orang, sengan menyebutkan sanad dan matannya.

Semisal ungkapan seseorang setelah menukil sebuah hadits, ia mengatakan "Ini


merupakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori", maka maksudnya adalah
hadits tersebut ditampakkan dan dijelakan matan dan sanad haditsnya secara
lengkap oleh Imam Bukhori.

2. Takhrij hadits adalah: Mengeluarkan hadits-hadits yang terdapat dalam satu kitab
tertentu, dengan menyebutkan sanad orang yang mentakhrij hadits tersebut yang
disebutkan oleh penulis kitab tertentu".

Semisal kitab "Al-Adzkar" karya Imam Nawawi, Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar mentakhrij
hadits-hadits yang terdapat dalam kitab tersebut, meskipun Imam Nawawi tidak
mencantumkan sanad hadits-hadits dalam kitab tersebut., Imam Nawawi tidak
mencantumkan sanad hadits-hadits yang termuat dalam kitab Al-Adzkar karena
menganggap cukup mencantumkan hadits dengan menyebutkan kitab-kitab sumber
pengambilan hadits tersebut dan karena memang tujuan awal penulisan meringkas
penjelasan seputar do'a dan dzikir karena itu sanad-sanad haditsnya sengaja tidak
dicantumkan.

Karena kitab tersebut tidak mencantumkan sanad haditsnya, maka Imam Ibnu Hajar
mentakhrij hadits-hadits yang terdapat dalam kitab tersebut dengan memakai sanad
yang dimiliki oleh Ibnu Hajar, maka apa yang dilakukan oleh Imam Ibnu hajar
tersebut juga dinamakan takhrij, karena itu beliau memberi judul kitab yang
mentakhrij hadits-hadits Al-Adzkar tersebut dengan judul "Nata'ij al-Afkar fi Takhrij
Ahadits al-Adzkar an-Nawawi".
3. Takhrij adalah : Menunjukkan sumber suatu hadits dalam kitab-kitab asalnya yang
meriwayatkan hadits tersebut beserta sanadnya, dan menjelaskan derajat haditsnya
ketika memang diperlukan.

Berdasarkan pengertian diatas kita dapat mengetahui bahwa unsur utama takhrij
hadits ada dua, yaitu :

- Menunjukkan sumber asal hadits (ad-Dilalah wa al-Azwu), dan

- Menjelaskan derajat haditsnya (bayanul martabah).

Referensi:
1. Thuruq Takhrij al-Hadits, Syekh Sa'ad bin Abdulloh Alu Humaid, hal. 5-7

Takhrij mempunyai faedah banyak sekali bagi siapa yang sering memumarasah ilmu
ini,diantara manfaat takhrij:

1. Mengetahui mashadir hadits.


2. Dapat mengumpulkan semua turuq hadits.
3. Bisa mengetahui derajat dan hukum hadist.
4. Menjelaskan kalimat yang gharib.
5. Mengetahui Syawahid dan Mutaba'at hadits

Thuruq Takhrij.
Untuk mentakhrij hadits dapat dipergunakan beberapa cara berikut ini:

1. Dengan mengetahui rawi a'la (sahabat jika hadits Muttashil dan tabiin
jika Mursal).
Kitab-kitab yang bisa dipergunakan:

a. Masanid. Yaitu kitab yang disusun menurut nama para sahabat.


Diantaranya: Musnad Imam Ahmad, Al Humaidi, Al Bazzar dan yang lain.

b. Ma'ajim. Yaitu kitab yang disusun menurut masanid sahabat, syaikh atau negeri
sesuai mu'jam nama-nama mereka. Diantaranya Mu'jam Kabir khusus masanid
sahabat, Mu'jam Ausath dan Shaghir menurut nama para syuyukh oleh Thabarani.

c. Kitab-kitab Athraf. Yaitu kitab yang Cuma menyebutkan bagian dari hadits saja.
Diantaranya Tuhfatu al Asyaraf bi Ma'rifati al Asyraf oleh Al mizi dan Athraf 'ala
Shahihain oleh Abu Mas'ud ad Dimasyqi dan yang lain.

( lihat Usul Takhrij wa Dirasat al Asanid, karya DR.Mahmud Thahhan hal 39-47
dan Taisir Takhiri al Ahadits Li al Mubtadiin karya, Amru Abdil Mun'im Salim hal 15-
17 dan Thuruq Takhrij Al Hadits karya, DR. Abdul Muhdi Abdul Qadir Abdul Hadi hal
105.111 dan 137 )

2. Melihat lafaz pertama dari matan hadits. Kitab-kitab yang bisa dipergunakan
ada tiga jenis.

a. Kitab khusus hadits-hadits Musytahirah. Seperti Al Maqasid al Hasanah oleh


Sakhawi.

b. Kitab yang hadits-haditsnya tersusun sesuai huruf mu'jam. Seperti Al jami'


as Shaghir oleh Suyuti.

c. Mafatih dan faharis. Seperti Miftah Muwaththa' oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi
dan faharis seperti Mausu'ah Athraf al Hadits an Nabawi as Syarif oleh Basyuni
Zaghlul.

( lihat Ushul at Takhrij, karya DR.Muhmud Thahhan hal 59,62,67,79.


dan Taisir Takhrij al Ahadits, karya Amru Abdul Mun'im Salim hal 114. dan Thuruq
Takhrij Al Hadits karya DR. Abdul Muhdi hal 27.31.73-77 )

3. Dengan lafaz hadits (ism atau figl). Kitab yang bisa dipergunakan:

- Al Mu'jam al Mufahras li Alfazi al Hadits an Nabawi oleh beberapa orang oreintalis.


( lihat, Ushul At Takhrij, karya DR. Mahmud Thahhan, hal 82 dan Taisir Takhrij
al Hadits karya Amru Abdul Mun'im Salim hal 66 dan Thuruq Takhrij al Hadits, karya
DR. Abdul Muhdi hal 83).

4. Maudhu' hadist (fiqh hadits). Kitab-kitab yang dipergunakan ada beberapa


macam:

a. kitab-kitab takhrij hadits secara umum. Seperti Kanzul Ummal fi Sunan al Aqwal
wa Af'al oleh Muntaqa Hindi.

b. kitab takhrij untuk kitab tertentu. Seperti Miftah al Kunuz as Sunnah oleh oreintalis
A.J. Wensinck.

c. kitab takhrij terhadap kitab-kitab fiqih. Seperti Nashbu ar Rayah li Takhrij Ahadits
al Hidayah oleh Az Zaila'i dan Talkhis al Habir fi Takhrij Ahadits ar Rafi'i al Kabir oleh
Ibnu Hajar.

d. kitab takhrij untuk hadits-hadits hukum. Diantaranya Bulugh al Maram Min Jam'i
Adillah al Ahkam oleh Ibnu Hajar.

e. kitab takhrij untuk hadits-hadits targhib dan tarhib. Seperti At Targhib wa Tarhib
min al Hadits asy Syarif oleh Munziri dan Az Zawajir 'an Iqtiraf al Kabaair oleh Ibnu
Hajar al Haitami.

f. kitab-kitab tafsir. Diantaranya Ad Duru al Manshur fi Tafsir bi al Ma'tsur oleh suyuti


dan Tafir al Quran al 'azim oleh Ibnu Katsir.

g. Kitab-kitab Sirah dan Syamaail. Seperti Sirah Rasul SAW. Oleh Ibnu Katsir
dan Subul Huda wa Ar rasyad fi Sirah Khair al 'ibad. Oleh Muhammad ibn Yusuf ash
shalihi.

( lihat Thuruq Takhrij al Hadits, karya DR. Abdul Muhdi hal 151-239)
5. Memandang kepada sifat matan atau sanad. Yaitu memperhatikan keadaan dan
sifat yang terdapat pada matan hadits atau sanadnya. Ini ada tiga bentuk:

a. Matan. Jika terdapat pada matan hadits tanda-tanda hadits maudu', maka ruju' ke
kitab maudu'at. Seperti kitab Al Mashnu' fi Ma'rifat al Hadits al Maudu' oleh Ali al
Qari. Seperti itu juga jika termasuk hadits qudsi ruju' ke kitab yang khusus
membahas hadits-hadits qudsi.

b. Sanad. Jika terdapat pada sanadnya riwayat musalsal, maka pergunakan kitab
yang tercakup didalamnya hadits musalsal. Seperti Al Musalsal al Kubra oleh Suyuti.
Atau jika sanadnya mursal lihat hadits tersebut di kitab marasil.

c. Matan dan sanad. Jika terdapat 'illah dan ibham dalam sebuah hadits, rujuk ke
kitab 'Ilal oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Mustafad min Mubham Matn wa al Isnad.

( lihat Usul at Takhrij, karya DR. Mahmud Thahhan hal 129-132)

6. Komputer.

( lihat: Thuruq Takhrij Aqwal ash Shahabah wa Attabi'in wa Attakhrij bi


alkamputer, Karya DR. Abdul Muhdi hal 134).

Anda mungkin juga menyukai