A. Pengertian Bahasa
Kata "takhrij" merupakan bentuk masdar dari kata "khorroja" ( )خرجyang makna
asalnya adalah "mengeluarkan". Namun dalam penggunaannya kata ini memiliki
beberapa arti sebagai berikut:
B. Pengertian Istilah
2. Takhrij hadits adalah: Mengeluarkan hadits-hadits yang terdapat dalam satu kitab
tertentu, dengan menyebutkan sanad orang yang mentakhrij hadits tersebut yang
disebutkan oleh penulis kitab tertentu".
Semisal kitab "Al-Adzkar" karya Imam Nawawi, Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar mentakhrij
hadits-hadits yang terdapat dalam kitab tersebut, meskipun Imam Nawawi tidak
mencantumkan sanad hadits-hadits dalam kitab tersebut., Imam Nawawi tidak
mencantumkan sanad hadits-hadits yang termuat dalam kitab Al-Adzkar karena
menganggap cukup mencantumkan hadits dengan menyebutkan kitab-kitab sumber
pengambilan hadits tersebut dan karena memang tujuan awal penulisan meringkas
penjelasan seputar do'a dan dzikir karena itu sanad-sanad haditsnya sengaja tidak
dicantumkan.
Karena kitab tersebut tidak mencantumkan sanad haditsnya, maka Imam Ibnu Hajar
mentakhrij hadits-hadits yang terdapat dalam kitab tersebut dengan memakai sanad
yang dimiliki oleh Ibnu Hajar, maka apa yang dilakukan oleh Imam Ibnu hajar
tersebut juga dinamakan takhrij, karena itu beliau memberi judul kitab yang
mentakhrij hadits-hadits Al-Adzkar tersebut dengan judul "Nata'ij al-Afkar fi Takhrij
Ahadits al-Adzkar an-Nawawi".
3. Takhrij adalah : Menunjukkan sumber suatu hadits dalam kitab-kitab asalnya yang
meriwayatkan hadits tersebut beserta sanadnya, dan menjelaskan derajat haditsnya
ketika memang diperlukan.
Berdasarkan pengertian diatas kita dapat mengetahui bahwa unsur utama takhrij
hadits ada dua, yaitu :
Referensi:
1. Thuruq Takhrij al-Hadits, Syekh Sa'ad bin Abdulloh Alu Humaid, hal. 5-7
Takhrij mempunyai faedah banyak sekali bagi siapa yang sering memumarasah ilmu
ini,diantara manfaat takhrij:
Thuruq Takhrij.
Untuk mentakhrij hadits dapat dipergunakan beberapa cara berikut ini:
1. Dengan mengetahui rawi a'la (sahabat jika hadits Muttashil dan tabiin
jika Mursal).
Kitab-kitab yang bisa dipergunakan:
b. Ma'ajim. Yaitu kitab yang disusun menurut masanid sahabat, syaikh atau negeri
sesuai mu'jam nama-nama mereka. Diantaranya Mu'jam Kabir khusus masanid
sahabat, Mu'jam Ausath dan Shaghir menurut nama para syuyukh oleh Thabarani.
c. Kitab-kitab Athraf. Yaitu kitab yang Cuma menyebutkan bagian dari hadits saja.
Diantaranya Tuhfatu al Asyaraf bi Ma'rifati al Asyraf oleh Al mizi dan Athraf 'ala
Shahihain oleh Abu Mas'ud ad Dimasyqi dan yang lain.
( lihat Usul Takhrij wa Dirasat al Asanid, karya DR.Mahmud Thahhan hal 39-47
dan Taisir Takhiri al Ahadits Li al Mubtadiin karya, Amru Abdil Mun'im Salim hal 15-
17 dan Thuruq Takhrij Al Hadits karya, DR. Abdul Muhdi Abdul Qadir Abdul Hadi hal
105.111 dan 137 )
2. Melihat lafaz pertama dari matan hadits. Kitab-kitab yang bisa dipergunakan
ada tiga jenis.
c. Mafatih dan faharis. Seperti Miftah Muwaththa' oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi
dan faharis seperti Mausu'ah Athraf al Hadits an Nabawi as Syarif oleh Basyuni
Zaghlul.
3. Dengan lafaz hadits (ism atau figl). Kitab yang bisa dipergunakan:
a. kitab-kitab takhrij hadits secara umum. Seperti Kanzul Ummal fi Sunan al Aqwal
wa Af'al oleh Muntaqa Hindi.
b. kitab takhrij untuk kitab tertentu. Seperti Miftah al Kunuz as Sunnah oleh oreintalis
A.J. Wensinck.
c. kitab takhrij terhadap kitab-kitab fiqih. Seperti Nashbu ar Rayah li Takhrij Ahadits
al Hidayah oleh Az Zaila'i dan Talkhis al Habir fi Takhrij Ahadits ar Rafi'i al Kabir oleh
Ibnu Hajar.
d. kitab takhrij untuk hadits-hadits hukum. Diantaranya Bulugh al Maram Min Jam'i
Adillah al Ahkam oleh Ibnu Hajar.
e. kitab takhrij untuk hadits-hadits targhib dan tarhib. Seperti At Targhib wa Tarhib
min al Hadits asy Syarif oleh Munziri dan Az Zawajir 'an Iqtiraf al Kabaair oleh Ibnu
Hajar al Haitami.
g. Kitab-kitab Sirah dan Syamaail. Seperti Sirah Rasul SAW. Oleh Ibnu Katsir
dan Subul Huda wa Ar rasyad fi Sirah Khair al 'ibad. Oleh Muhammad ibn Yusuf ash
shalihi.
( lihat Thuruq Takhrij al Hadits, karya DR. Abdul Muhdi hal 151-239)
5. Memandang kepada sifat matan atau sanad. Yaitu memperhatikan keadaan dan
sifat yang terdapat pada matan hadits atau sanadnya. Ini ada tiga bentuk:
a. Matan. Jika terdapat pada matan hadits tanda-tanda hadits maudu', maka ruju' ke
kitab maudu'at. Seperti kitab Al Mashnu' fi Ma'rifat al Hadits al Maudu' oleh Ali al
Qari. Seperti itu juga jika termasuk hadits qudsi ruju' ke kitab yang khusus
membahas hadits-hadits qudsi.
b. Sanad. Jika terdapat pada sanadnya riwayat musalsal, maka pergunakan kitab
yang tercakup didalamnya hadits musalsal. Seperti Al Musalsal al Kubra oleh Suyuti.
Atau jika sanadnya mursal lihat hadits tersebut di kitab marasil.
c. Matan dan sanad. Jika terdapat 'illah dan ibham dalam sebuah hadits, rujuk ke
kitab 'Ilal oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Mustafad min Mubham Matn wa al Isnad.
6. Komputer.