SKRIPSI
Oleh:
NIM: 131224003
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu
2. Orang tua saya Amos John Christian Londoran dan Natalis Handriyati yang
3. Teman-teman saya PBSI 2013 yang telah memberi warna atas kebersamaannya
saat berproses bersama dan saling berbagi rasa senang, susah, canda, dan tawa,
semua kisah yang tidak akan saya lupakan.
4. Untuk teman-teman Teater Ingsun, teman-teman Teater Seriboe Djendela
OMK Kumetiran, dan OMK Komisi Kepemudaan yang telah menemani dalam
suka dan duka saat berproses bersama dan saling berbagi ilmu untuk berkreasi.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
“Satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri”
- Franklin D.Roosevelt -
“Lakukan yang terbaik, sehingga aku tak akan menyalahkan diriku sendiri
atas segalanya”
- Magdalena Neuner -
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
MOTO ......................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................ ix
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog
sebagai suatu genre sastra memiliki kekhususan dibanding dengan genre puisi
ataupun genre prosa. Drama memiliki karakteristik khusus untuk dinikmati dan
diapresiasi, yaitu berdimensi sastra pada satu sisi dan berdimensi pertunjukan
pada sisi lain. Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkinkan ditulis dalam
cerita yang ada melalui dialog. Drama berdimensi pertunjukan dilihat dari
langsung pengalaman yang diungkapkan dan lebih mendalam, lebih pekat, dan
dengan genre puisi ataupun genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama
lebih difokuskan kepada bentuk karya langsung secara konkret. Drama tidak
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
intuisi penyair melalui sajak-sajak yang ditulis penyair. Di sisi lain, ketika
suatu dunia rekaan yang dibentuk berdasarkan proses imajinatif yang kemudian
terlebih dahulu melalui naskah drama. Dalam naskah drama tersebut termuat
nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan
menganalisis tekstur drama karena tekstur drama terdiri dari sesuatu yang
didengar (dialog). Sesuatu yang dirasa (mood), dan sesuatu yang dilihat
(spectacle). Melalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri
melihat beberapa poin penting yang bisa dipelajari untuk masyarakat zaman
sekarang. Naskah drama ini mengkisahkan tentang yang semestinya tetap ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dimana semasa kecil sering kali dimainkan saat berkumpul bersama
teman-teman setelah sepulang sekolah atau saat sore hari. Ucok Klasta selaku
untuk tetap dilestarikan agar anak- anak mengenal dan bisa menikmati
Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Unpas Angkatan 2013 dalam
kegiatan ujian mata kuliah Apresiasi Kajian Drama pada Tahun 2015 yang
diampu oleh Bapak Drs. Dindin, M.Z.M., M.Pd.. Naskah ini juga dipentaskan
dalam rangka produksi ke-3 berjudul "Padang Bulan" adapatsi dari Ucok
Klasta. Pementasan yang dilakukan oleh mahasiswa Unpas dan siswa SMA N
naskah. Aspek yang hendak menjadi sorotan adalah alur, karakter, dan tema.
Ketiga unsur yang dicermati dalam naskah drama “Padang Bulan” dilihat untuk
struktur dan tekstur naskah drama, agar pengkajian ini lebih baik dan terarah,
Klasta?
Ucok Klasta?
Klasta?
Klasta.
Ucok Klasta.
Klasta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Manfaat teoretis
2. Manfaat praktis
referensi.
1. Naskah Drama
2. Struktur Drama
3. Alur
alur sebagai rangka dalam tubuh manusia. Peristiwa yang diurutkan itu
4. Karakter
serius, atau tokoh yang suka bersikap main-main saja (Kernodle dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dewojati 2010:170).
5. Tema
sastra, baik terungkap secara tersurat maupun tersirat, tema tidak sama
Rumusan masalah berisi tentang masalah yang ingin diteliti oleh peneliti.
digunakan agar tidak melebar. Sistematika penulisan berisi alur agar tercipta
Bagian kedua berisi landasan teori yang berisi penelitian yang relevan
dan kajian-kajian teori. Penelitian yang relevan menjadi panduan bagi peneliti
dalam menulis penelitian agar tidak terjadi pengulangan tulisan karya ilmiah
dan dapat membahas lebih kritus dan tajam. Kajian teori dalam penelitian ini
dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Penelitian
ini akan mencermati, alur, karakter, dan tema sebagai data penelitian. Jenis
penelitian yang digunakan sesuai dengan kategori menurut data yang diambil.
Data adalah bahan yang menjadi kajian dalam penelitian. Sumber data adalah
ini, masalah yang telah dirumuskan pada bagian latar belakang dan rumusan
Bagian kelima dari penelitian ini berisi mengenai kesimpulan dan saran
yang ditemukan oleh peneliti. Kesimpulan berisi catatan hasil yang ditemukan
melalui struktur dari beberapa adegan pada naskah yang dibaca. Saran yang
BAB II
LANDASAN TEORI
yang berjudul “Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Naskah serta
perwujudan tokoh, alur, dan tema pada naskah maupun video pementasan
dialog, spectacle, dan mood pada naskah maupun video pementasan Mega-
Mega. Hasil dari penelitian ini adalah pembaca mampu menikmati naskah
secara riil dalam bentuk pemanggungan, jadi tidak hanya melalui bacaan
dan Tekstur Naskah Drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer”.
drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer. Hasil yang diperoleh dalam
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
“Struktur dan Tekstur Drama Kabale Und Liebe karya Friedrich Schiller”
Und Liebe. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama Kabale
Und Liebe karya Friedrich Schiller. Akhir dalam naskah drama Kabale Und
Kabale Und Liebe. Penelitian ini menganalisis struktur drama saja dan tidak
11
yang akan dibahas. Struktur drama terdiri dari karakter, tema, dan alur.
karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat
nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan
dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu, dan tata suara.
pendek atau novel. Naskah cerita pendek atau novel berisi cerita lengkap
diganti dengan dialog para tokoh jadi, naskah drama itu mengutamakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dalam waktu tertentu, dan suasana tertentu pula. Misalnya drama itu terdiri
dari tiga babak, berarti ada babak I, babak II, dan babak III. Tiap-tiap babak
yang diperlukan setiap babak, dan keadaan panggung setiap babak. Juga
atau dengan berbisik. Pendek kata, naskah drama itu benar-benar sudah
unsur dengan unsur yang lain. hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menjadi tiga yakni alur, karakter, dan tema. Struktur tersebut bisa dilihat
melalui naskah drama yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini struktur
2.2.3 Alur
sebuah drama berarti sesuatu yang terjadi. Kernodle (Dewojati, 2010: 161)
momen dalam drama seolah penuh dengan janji dan ancaman, tetapi
karena itu, drama sering disebut sebagai seni krisis yang membangun
intensitasnya dari alur. Secara konkret, gambaran tentang intensitas alur itu
14
peristiwa sejak pada bagian awal, tengah, dan akhir drama. Lebih dari itu,
penonton atau pembaca pun akan diseret dari krisis ke krisis, baik pada saat
merasa terdorong ke tataran klimaks oleh kekuatan yang tak dapat ditahan,
dan akhirnya dibiarkan dalam ketegangan karena seolah- olah mereka baru
yang disusun berdasarkan hukum kausal sebab akibat. Hal-hal yang terjadi
dramatik dalam lakon. Hal ini sejalan dengan Susanne Langer (Kernodle
yang luar biasa para penikmatnya untuk melihat hasil akhir sebuah cerita.
15
Alurlah yang membedakan antara cerita fiksi dengan fakta; antara fiksi,
yang merangkai sebuah cerita sehingga cerita itu tersusun secara sistematis.
pertama kali dalam Poetics. Hukum komposisi menurutnya terdiri dari awal,
tengah, dan akhir. Alur drama menurut Aristoteles, terdiri atas exposition
lingkungan panggung.
memperkenalkan karakter dengan situasi masa lalu dan masa kini. Conflict
16
“denouement bisa ditunjukan dengan pidato atau bahkan satu kata atau
kriteria yang berbeda pula. Beberapa kriteria yang dimaksud seperti, kriteria
urutan waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan, dan kriteria isi. Urutan
diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan atau lebih tepatnya urutan
karya fiksi yang terdiri dari alur tunggal dan yang kedua sub-subalur.
kiteria jumlah.
adalah banyaknya alur cerita yang terdapat dalam sebuah karya fiksi.
Sebuah karya fiksi seperti novel atau naskah drama mugkin hanya
menampilkan sebuah alur, tetapi mungkin pula mengandung lebih dari satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih dari satu alur cerita yang
dan memperluas pandangan kita terhadap plot utama dan mendukung efek
naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta memiliki empat tahapan
Bulan” beralur maju dan memiliki subplot atau alur kedua yang menjelaskan
permasalah dalam cerita yang dialami oleh tokoh dalam alur kedua.
masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Karakter adalah bahan yang paling aktif yang menjadi penggerak jalan
cerita (Harymawan 1988: 25). Karakter di sini adalah tokoh yang hidup
bukan mati, dia adalah boneka di tangan kita. Tokoh-tokoh inilah yang akan
perwatakan atau penokohan intilah yang menjadi inti lakon. Hal ini
melalui tiga dimensi tokoh. Dimensi pertama adalah dimensi fisiologis (usia,
berpengaruh akan seperti apa karakter itu menjadi dari beberapa aspek (status
latar belakang kejiwaan yang berhubungan dengan sifat tokoh yang akan
19
atau salah (mentalis), keinginan dan perasan pribadi, sikap, dan perilaku
(IQ).
Selain itu, unsur penokohan atau perwatakan itu juga dapat dibedakan
menjadi dua macam, yakni watak datar dan watak bulat. Watak datar ialah
tokoh-tokoh cerita yang bersifat statis, sedangkan watak bulat mengacu pada
demikian tokoh datar mudah dikenali dan mudah diingat (Forster dalam
Sudjiman, 1988:21). Tokoh bulat memiliki lebih dari satu ciri segi wataknya
yang ditampilkan atau digarap di dalam cerita sehingga tokoh itu dapat
dibedakan dari tokoh- tokoh yang lain (Shahnon dalam Sudjiman, 1988:21).
(Sudjiman, 1988:21).
Jika alur adalah ‘apa yang terjadi’ maka karakter adalah ‘mengapa ia
terjadi’. Dalam drama, fungsi alur mungkin dikenal oleh penikmat karena
20
disadari unsur dalam drama yang selalu diingat oleh pembaca atau penonton
permainan tokoh, tetapi juga sikap batin tokoh yang dimilikinya. Sikap batin
humoris, periang, pemurung, bijak, ceroboh, serius, atau tokoh yang suka
bersikap main-main saja. Hal yang tidak kalah penting, menurut Kernodle
(dalam Dewojati, 2010:170), melalui analisis tokoh dalam drama itu dapat
- Apa sajakah yang dilakukan dan dikatakan oleh tokoh dalam drama?
berubah?
berkembang?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
satu karakter, tetapi sesuatu yang kompleks karena setiap karakter dalam
dalam Dewojati, 2010:171). Dalam drama, karakter tidak saja bisa saling
2.2.5 Tema
Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 171) bahwa tema dalam drama sangat
tema sebuah lakon perlu perenungan mendalam. Dalam drama, yang disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bisa jadi merupakan tema secara keseluruhan lakon dan bisa pula hanya
yakni sebuah konklusi dari sisi eksternal murni terhadap kehidupan yang
Selain itu, tema secara eksplisit diucapkan dalam dialog verbal para
samping itu, juga berfungsi untuk melayani visi dan responsi pengarang
Satoto (2012: 40) mengatakan tema adalah gagasan, ide atau pikiran
utama di dalam karya sastra, baik terungkap secara tersurat maupun tersirat,
tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik. Tema disampaikan dari
dan peran tokoh yang memainkannya. Tema secara umum dapat disebut
cerita, yaitu sesuatu yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan
tujuan cerita dalam karya sastra, termasuk di dalamnya adalah teks drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Dalam tema ada amanat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan yang
pesan tersebut dapat secara langsung maupun tidak langsung, secara tersirat,
tersurat, atau simbolik. Jika tema merupakan ide sentral yang menjadi pokok
jawabannya.
didaktis adalah pertentangan antara buruk dan baik. Secara lebih konkrit
tema pertentangan baik dan buruk ini misalnya dinyatakan dalam bentuk
didukung oleh pelukisan latar, dalam karya yang lain tersirat dalam lakuan
tokoh, atau dalam penokohan. Tema bahkan dapat menjadi faktor yang
24
dikedepankan.
cerita.
Tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya sastra,
baik terungkap secara tersurat maupun tersirat, tema tidak sama dengan
permasalahan yang terjadi di atas panggung melalui naskah dan peran tokoh
Bulan” yaitu kritik sosial dengan masalah mengenai kritik sosial yang
tema tersebut memiliki jenis tema sosial karena tema tersebut berkaitan
menyimpulkan tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
sastra, baik terungkap secara tersurat maupun tersirat, tema tidak sama
permasalahan yang terjadi di atas panggung melalui naskah dan peran tokoh
dengan tujuan untuk diapresiasi oleh pembaca atau penonton. Karya sastra
ada tiga jenis yaitu puisi, prosa, dan drama. Prosa dan puisi hanya terbatas
Pada penelitian ini yang akan di analisis adalah karya sastra jenis drama
melalui struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema.
unsur dengan unsur yang lain. hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat
negatif, seperti konflik dan pertentangan. Struktur yang akan dianalisis pada
naskah drama “Padang Bulan” terdiri dari alur, karakter, dan tema.
Alur yang dianalisis pada naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok
Klasta akan menggunakan teori-teori para ahli. Pada analisis alur terdapat
dua hal pembahasan yang pertama alur dalam segi pengurutan dan alur
dalam segi jumlah. Alur dalam segi pengurutan terdiri dari empat tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
yaitu eksposisi, konflik, klimaks dan penyelesaian. Alur pada segi jumlah
pada naskah drama “Padang Bulan” memiliki alur ganda atau subplot.
naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta akan dianalisis melalui
tiga dimensi yang terdiri dari dimensi fisiologis, dimensi sosiologis, dan
dimensi psikologis. Dalam naskah terdapat dua belas tokoh yang akan
dibahas. Salah satu tokoh dalam naskah memainkan peran ganda, namun
disampaikan bisa secara implisit atau secara eksplisit. Tema secara implisit
disampaikan melalui karakter atau setting yang ada baik dalam naskah atau
saat di atas panggung, sedangkan secara ekplisit tema bisa dilihat melalui
alur, karakter, dan tema yang ada dalam naskah drama “Padang Bulan”
karya Ucok Klasta. analisis yang dilakukan guna untuk menilik bagaimana
alur yang terjalin, karakter yang muncul, serta tema yang ingin diangkat
dalam naskah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Struktur Drama
Alur
Tema
Karakter
Alur Tema
berdasar Alur Karakter berdasarkan
kan berdasarka berdasakan percakapan
tahapann n Jumlah jumlah dialog antar
ya yang dimensinya tokoh dan
terdiri terdiri dari seting dalam
dari 1. Dimensi naskah
Eksposis Fisiologis
i, 2. Dimensi
Konflik, Sosiologis
Klimaks, 3. Dimensi
dan Psikologis
Penyeles
aian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kalimat dari individu, buku, dan sumber lain. Penelitian kualitatif dijelaskan
penelitian ini lebih melengkapi kata-kata atau kalimat yang terdapat dalam
yang ada kemudian dianalisis untuk mencari unsur-unsur struktur drama yang
berupa alur, karakter, dan tema dalam naskah drama “Padang Bulan”.
Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama “Padang Bulan”
karya Ucok Klasta yang menjadi salah satu nominator lomba penulisan naskah
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
drama tahun 2006. Data yang diambil dalam penelitian ini berupa kutipan
Teknik pengambilan data akan dilakukan dengan teknik simak dan catat.
teknik simak dengan membaca adalah teknik yang digunakan peneliti saat
berhadaapan dengan teks untuk diteliti sebagai objek penelitian. Teknik ini
teknik catat yang dilakukan setelah peneliti membaca teks yang sudah ada
untuk kemudian dirangkum dalam kartu data. Kegiatan pencatatan itulah yang
disebut teknik catat (Sudaryanto, 1993:135). Pada teknik simak dan catat ini
peneliti akan dihadapkan dengan teks naskah drama untuk mencari struktur
kualitatif, yaitu menggunakan metode analisis ini. metode analisis isi memberi
yang padat isi. Ada empat tahap yang akan dilakukan peneliti untuk
analisis yang akan digunakan adalah analisis isi karena yang akan dianalisis
sebagai berikut :
30
penelitian.
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
dengan metode tertentu beserta pendapat ahli agar teruji keabsahan datanya
masukan terhadap hasil pengumpulan data yang telah dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta. Hasil pembahasan akan diuraikan
Struktur menjadi penghubung antara satu unsur dengan unsur yang lain.
pertentangan. Struktur yang terdapat dalam drama ada alur, karakter, tema,
amanat, dan setting. Peneliti hanya mengambil tiga bagian saja untuk
dianalisis pada naskah drama “Padang Bulan” dalam penelitian. struktur yang
4.2 Hasil Penelitian Alur, Karakter, dan Tema Naskah Drama “Padang
urutan waktu dan dalam hubungan sebab-akibat. Karakter adalah bahan yang
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
paling aktif yang menjadi penggerak jalan cerita. Tema adalah gagasan, ide
atau pikiran utama di dalam karya sastra, baik terungkap secara tersurat
maupun tersirat, tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik.
dalam urutan waktu dan dalam hubungan sebab-akibat. Alur sebagai rangka
menandai sebuah fiksi, bukan peristiwa nyata. Selain itu, Alur adalah jalinan
yang terjadi di atas panggung memiliki hukuman sebab akibat agar persitiwa
denouement (penyelesaian).
4.2.1.1 Eksposisi
dengan situasi masa lalu dan masa kini. Situasi yang terdapat dalam
eksposisi ialah tempat, waktu, keadaan, para tokoh, dan hubungan antar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
di dalam eksposisi juga diselip oleh butir-bitur yang membuat para pembaca
menjadi penasaran akan kelanjutan cerita yang dibaca. Pada awal cerita
biasanya peristiwa yang terjadi masih terlihat harmonis dan damai, namun
juga bisa menjadi pengantar menuju konflik yang akan dialami para tokoh.
depan rumah Aki dan Nini pada malam hari saat bulan purnama muncul.
temannya untuk bermain di pekarangan depan rumah Aki dan Nini. Teman
Bulan yang pertama muncul ialah Padang kemudian Jembar dan terakhir
1. BULAN
“Hoooiii …Teman-temaaan …! Padaaang …!
Jembaaar …! Kalangan…! Ayo kumpuuul … !
Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan
di rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama
di sini …!”
DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.
2. KOOR
“Aduhaaai …Betapa …! Bulan purnama…Ooo
indahnya …!” PADANG MASUK.
3. PADANG
“Mana yang lain ?”
4. BULAN, PADANG
“Jembaaar …! Kalangaaan!” JEMBAR MASUK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
5. BULAN
“Kamu tak bersama kalangan, Jembar ?”
6. JEMBAR
“Tidak.”
7. BULAN, PADANG, JEMBAR
“Kalangaaan …!”
KALANGAN MASUK DENGAN DIAM-DIAM
LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-
TEMAN.
8. KALANGAN
“HEI !!!”
9. BULAN, PADANG, JEMBAR
“Ora kageeet …Weee !”
SEMUANYA TERTAWA.
10. PADANG
“Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran?
Betengan? Gaprakan ? Tebak-tebakan?”
11. JEMBAR
“Tebak-tebakan saja deh.”
12. KALANGAN
“Ya, setuju. Tebak-tebakan.”
13. PADANG
“Yang tak bisa menebak, apa hukumnya?”
14. BULAN
“Mmm … Di suruh menari saja.”
15. JEMBAR
“Usul. Bagaimana kalau menirukan gerak
binatang.”
16. KALANGAN
“Menirukan gerak binatang dengan tarian?”
17. PADANG, BULAN, JEMBAR
“Ya ya ya …”
18. KALANGAN
“Setuju?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
20. BULAN
“Nama apa? Buah ya?”
21. PADANG, JEMBAR, KALANGAN
“Ya, buah …”
Musik.
22. (URUT)
“A, B, C, D, E, F …”
23. JEMBAR (Gelagapan)
“G …”
24. BERSAMA (Bersahutan)
“Haa …Jembar berdiri Ayo …Ayo …”
JEMBAR BERDIRI.
KOOR LAGU ‘ MENTHOG-MENTOG’ TAPI
DENGAN KATA ‘MENTHOG’ DIGANTI NAMA
BINATANG LAIN DAN GERAKANNYA HARUS
DITIRUKAN YANG KENA HUKUMAN. LANTAS
PERMAINAN MULAI LAGI SAMPAI BEBERAPA
KALI (FLEKSIBEL) (Hal4)
Kemudian setelah mereka berkumpul untuk bermain bersama,
berlanjut ke adegan dua saat Aki dan Nini keluar rumah sambil membawa
dengan salin berebutan. Aki dan Nini yang melihat kejadian tersebut
36
seperti berikut :
37
36. BULAN
“Inilah saudara-saudara tercinta, para penonton
sekalian, indahnya…”
37. KOOR
“Kebersamaaan ….”
38. AKI-NINI
“Wis … Wis …”
ANAK-ANAK MENIKMATI KLENYEM BERSAMA-
SAMA.
(hal 5-hal 6)
Nini. Aki mengisahkan tentang anak bernama Lugu yang penasaran akan
4.2.1.2 Konflik
anak bernama Lugu. Lugu adalah seorang anak desa yang mendengar cerita
mengenai kota dan penasaran terhadap kota yang diceritakan banyak orang
38
39. PADANG
“Ayo Simbah … Seperti biasanya …”
40. JEMBAR
“Iya … Cerita.”
41. KALANGAN
“Biar tambah nikmat klenyemnya.”
39
PERGANTIAN ‘ SETTING’.
LAMPU HIDUP.
LUGU MASUK PANGGUNG.
NARASI AKI DARI
LUAR PANGGUNG.
LUGU
MEMPERAGAKAN
CERITA AKI.
46. AKI
40
konflik sebelum sampai puncak konflik. Seperti yang tertera pada kutipan
Monolog Aki, hal yang terjadi Lugu mulai kelaparan dan kesulitan mencari
agar semua lancar dan bisa merauk keuntungan. Dibuktikan dengan kutipan
47. LUGU
“Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya …
Seikhlasnya Tuan … Seikhlasnya Nyonya …
Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya …
Seikhlasnya Tuan … Seikhlasnya Nyonya …”
PEJABAT, POLITIKUS DAN BOSS (MASUK
PANGGUNG) KELUAR DARI RESTORAN HABIS
‘MEETING’,
BERJALAN HANYA MELEWATI LUGU SAJA
48. BOSS
“Sekali lagi ini bukan suap Pak / Bu … Yah, sekedar
silaturahmi untuk mempererat hubungan antara kita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
menghampiri Lugu yang duduk di pinggir jalan karena mengira Lugu adalah
Lugu memberontak untuk dibawa oleh Kamtib, lalu kemudian masuklah Ibu
55. KAMTIB
“He! Dilarang Ngemis tahu? Dlarang
menggelandang tahu?! Kamu ini mengganggu
pemandangan! Kota ini tak boleh (Sambil menengok
penonton kelihatan) ada gelandangannya! Kota ini
tak boleh (Sambil menengok penonton kelihatan) ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
43
66. KAMTIB
“Benar?”
67. NINI
“Benar.”
68. KAMTIB
“Kamu benar anaknya Ibu ini?”
69. LUGU
“Bb, bb, bukan, eh … Benar! Bb, benar Pak …”
70. KAMTIB
“Kenapa ngemis? Kenapa menggelandang?”
71. LUGU
“Saya ini bukan ngemis! Saya bukan gelandangan?”
72. KAMTIB
“Yo wis sekarepmu. Ya sudah Bu … Saya percaya
pada Ibu. Sekarang, anak ini dibawa pulang saja.
Nongkrong di pinggir jalan seperti itu merusak
pemandangan. Mengganggu ketertiban. Sudah …
Permisi. Selamat siang. (Hal 8- hal 9)”
Adegan selanjutnya terjadi percakapan dialog
antara Lugu dan Ibu Lugu. Dalam percakapannya,
Lugu tidak mengakui bahwa orang yang
menolongnya adalah Ibunya dan tidak percaya
dengan semua hal yang dikatakan kepadanya. Kota
yang baru saja didatangi oleh Lugu ternyata adalah
kampung halamannya sendiri. dapat dibuktikan
melalui dialog sebagai berikut :
73. NINI
“Ini makanlah … Kamu lapar kan?”
74. LUGU
“Ibu siapa sebenarnya?”
75. NINI
“Lho … Aku ini ya ibumu tho le …”
76. LUGU
“Bukan! Jelas kamu bukan ibuku! Ibuku ya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
kampung sana!”
77. NINI
“Kamu pikir sekarang ini kita dimana?”
78. LUGU
“Di kota.”
79. NINI
“Benar di kota? Bukannya dikampung kita?”
80. LUGU
“Benar! Eh … Mmm … Ah, bukan! Ini bukan
kampungku! Eh, tapi … Nggg …”
81. NINI
“Naaa … Kamu ragu kan?”
82. LUGU
“Tidak …Tapiiii … Ah, tidak! Aku yakin. Ini bukan
kampungku! Dan kamu, bukan ibuku! Sudah … Pergi
sana! Kamu itu Cuma orang gila!”
83. NINI
“Wis? Tetep ngeyel? Jadi aku, ibumu ini kamu suruh
pergi saja? Yo wis. Itu nasi bungkusnya dimakan …
Aku pergi sekarang.”
84. LUGU
“Eh … Tapi … Tunggu dulu!”
45
46
Kemudian Nini sebagai Ibu Lugu datang melindungi Lugu dari Kamtib agar
konflik yang terjadi dalam naskah drama “Padang Bulan” ialah saat Lugu
kota. Lugu marah karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
terdengar suara Ibu Lugu yang berkata “He! Bangun Lugu! Ayo bangun!
4.2.1.3 Klimaks
klimaks pada awal adegan empat Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan
47
kepergian Aki dan Nini yang tidak meninggalkan siapapun untuk menemani
sebagai berikut :
101.BULAN
“Heiii … Teman-temaaan …! Padaaang …!
Jembaaar …! Kalangan …! Ayo kumpuuul …! Malam
bulan purnama betapa indahnya …! Jangan di
rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama di
sini …”
DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.
102.KOOR
“Aduhaaai …! Bulan
purnama ooo indahnya …
Padang masuk.”
103.PADANG
“Mana yang lain?”
104.BULAN, PADANG
“Jembaaar …! Kalangaaan!”
Jembar masuk.
105.BULAN
“Kamu tak bersama Kalangan, Jembar?”
106.JEMBAR
“Tidak.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
49
118.KALANGAN
“Iya. Belum lama.”
119.BULAN
“Baik hati juga enggak ya? Seperti Aki-Nini enggak
ya?”
120.PADANG
“Katanya, pemilik baru itu orangnya sombong. Tak
kenal tetangga.”
121.JEMBAR
“Dan tak bakal menunggui kita bermain ya …”
122.KALANGAN
“Tak bakal juga mendongengi kita …”
123.JEMBAR
“Apalagi berharap keluarnya klenyem manis-gurih-
anget ya …”
124.BULAN,
“Padang, Kalangan Huuuuu!”
125.PADANG
“Sudah sudah … Ayuk, bermain apa kita sekarang?
Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan? Tebak-
tebakan?”
126.JEMBAR
“Jilumpet saja. Sembunyi-sembunyian.”
127.BULAN, PADANG, KALANGAN
“Setuju … Setuju …”
128.KALANGAN
“Sekarang kita hompimpah …”
129.BULAN
“Lainnya deh, jangan hompimpah terus …”
130.PADANG
“Terus piye?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
131.JEMBAR
“Pingsut? Itu kalo dua orang …”
132.BULAN
“Gini … Dengar! Gini …”
Bulan memperagakan ‘gerak-lagu’ dengan iringan
musik ‘Padhang mbulan’.
(Siapa yang giliran bergerak saat musik berhenti, dia yang
‘jadi’)
133.BULAN
“Jelas enggak?”
134.PADANG, JEMBAR, KALANGAN
“Jelas … Jelas …”
135.PADANG
“Yuk atur posisi. Baris.”
Anak-anak berbaris menyamping menghadap ke
kanan dan menghitung bersama.
136.KOOR
“Tu Wa Ga Pat!”
MUSIK.
TERNYATA YANG ‘JADI’ BULAN.
137.PADANG, JEMBAR, KALANGAN
“Bulan ‘ jadi’! Bulan ‘jadi’!”
138.JEMBAR
“Ayo, tutup mata!”
139.BULAN
“Kuhitung sampai 20 ya? Satu! Dua …” BULAN
MENGHITUNG.
LAINNYA BERLARIAN MENCARI TEMPAT
SEMBUNYI (KELUAR PANGGUNG).
140.BULAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
“Sepuluh!”
BULAN MENCARI-CARI TEMAN-TEMANNYA.
TERUS MENCARI … MENCARI … MENCARI …
SAMPAI LAMA TAK KETEMU-KETEMU
… MENCARI … MENCARI … LAMA SEKALI …
(KELUAR MASUK PANGGUNG). SAMPAI
MENCARI DIANTARA PENONTON.
141.BULAN
“Padang! Jembar! Kalangan! Jangan jauh-jauh
kalian sembunyi! Oooiii! Kalian tu dimana?”
BULAN MENCARI-CARI LAGI.
142.BULAN
“Oooiii! Kalian mengerjai aku yaaa ?!”
PERLAHAN-LAHAN EKSPRESI BULAN MULAI
BERUBAH. IA DIJALARI SEMACAM CAMPURAN
ANTARA RASA CEMAS, GELISAH, TAKUT …
143.BULAN
“Padang … Jembar … Kalangan … Kalian mbook
jangan keterlaluan… Aku agak-agak merinding ini …
Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan … Kalian
mbok nongol … Padaaang … Jembaaar …
Kalangaaan …”
DIPUNCAK RASA TERCEKAMNYA, BULAN LARI
KELUAR PANGGUNG. LAMPU MATI.
LAMPU HIDUP.
PADANG MASUK PANGGUNG, MENGAMBIL
‘BLOCKING’ DAN ‘POSE’ TERTENTU. DISUSUL
JEMBAR. DISUSUL KALANGAN.
KOMPOSISI DIAM. SEJURUS KEMUDIAN BULAN
MASUK PANGGUNG, BERJALAN DENGAN
LANGKAH TERTAHAN-TAHAN.
144.BULAN
“He! Padang! Jembar … Kalangan …” Mereka
tetap diam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
145.BULAN
“Kalian dari mana saja tadi? Kalian sembunyi
dimana sih? Kalian sudah rencana ngerjai aku ya?
Awas ya?”
Mereka tetap diam.
146.BULAN
“He! Kok pada diam?! Padang! Padang …(Suara
melunak).”
147.PADANG
“Aku bukan Padang. Aku PLEIII … STESIEEEN
…”
Bulan terlonjak mundur.
148.BULAN
“Play station?!”
Bulan mendekati Jembar.
149.BULAN
“Jembar … Heh! Jembar! Jembar …”
150.JEMBAR
“Aku bukan Jembar. Aku HENPOOON …”
Bulan tambah terlonjak.
151.BULAN
“Handpone?!”
Bulan mendekati Kalangan.
152.BULAN
“Kalangan … Kamu apa lagi? Kalangan …”
153.KALANGAN
“Aku bukan Kalangan. Aku BULDOZERRR …”
Bulan bahkan terjengkang.
154.BULAN
“Buldoser?!”
PLEI STESIEN, HENPON, BULDOZER MULAI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan bermain jilumpet. Karena Bulan yang
Padang, Jembar, dan Kalangan namun dia merasakan ada yang janggal. Dua
4.2.1.4 Penyelesian
ditunjukan dengan pidato atau bahkan satu kata atau gerakan menunjukan
bahwa gairah yang timbul dari aksi permainan sekarang diam dan harmoni
sebagai berikut :
54
Sebuah karya fiksi seperti novel atau naskah drama mugkin hanya
menampilkan sebuah alur, tetapi mungkin pula mengandung lebih dari satu
Sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih dari satu alur cerita yang
55
dan memperluas pandangan kita terhadap plot utama dan mendukung efek
“Padang Bulan” karena memiliki lebih dari satu alur. Subplot berisi cerita
pandangan kita terhadap plot utama dan mendukung efek keseluruhan cerita
bernama Lugu yang penasaran akan kota dan kemudian memutuskan untuk
pergi ke kota. Subplot yang terdapat dalam naskah drama “Padang Bulan”
jalan cerita (Harymawan 1988: 25). Karakter di sini adalah tokoh yang
hidup bukan mati, dia adalah boneka di tangan kita. Tokoh-tokoh inilah
yang akan membawakan tema dalam keseluruhan latar dan alur. Selain itu,
sebuah lakon biasanya tidak hanya berbicara mengenai satu karakter, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
sesuatu yang kompleks karena setiap karakter dalam sebuah lakon selalu
2010:171).
Peneliti melihat ada dua belas tokoh di dalam naskah “Padang Bulan”
langsung dengan tokoh sentral, namun alur cerita yang terjadi tetap
berhubungan. Selain itu, terdapat tokoh yang berperan ganda dalam cerita.
bawah ini:
4.2.3.1 Bulan
protagonis. Tokoh Bulan melalui dimensi fisiologis ialah anak kecil yang
adalah anak yang ceria, cinta damai, suka bermain bersama, dan memiliki
57
di sini …!”
Cinta Damai
“Inilah saudara-saudara tercinta, para penonton
sekalian, indahnya…”
“Kebersamaaan ….”
Penakut
“Padang … Jembar … Kalangan … Kalian mbook
jangan keterlaluan… Aku agak-agak merinding ini …
Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan … Kalian
mbok nongol … Padaaang … Jembaaar …
Kalangaaan …”
Peneliti bisa menyimpulkan Bulan memiliki karakter ceria, suka
bermain, cinta damai, dan juga penakut. Bulan merupakan anak yang ceria
Bulan pada adegan pertama dan awal adegan ke empat yang diawali dengan
Bulan juga merupakan tokoh yang suka cinta akan kedamaian, terbukti saat
Aki dan Nini datang tergambar adegan rebutan dengan bukti kutipan dialog
Aki dan Nini menasehati mereka. Di sisi lain Bulan juga anak yang penakut
Peneliti melihat dari beberapa dialog yang diucapkan Bulan dalam naskah
4.2.3.2 Padang
naskah drama “Padang Bulan” Padang merupakan salah satu dari teman
Bulan. Padang dalam dimensi fisiologis merupakan seorang anak yang masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
di bawah umur dan bisa diperankan oleh laki-laki atau perempuan. Dalam
dimensi sosiologis Padang merupakan anak yang tinggal di desa jauh dari
anak yang percaya diri dan menghargai. Bisa dilihat melalui beberapa dialog
di bawah ini :
bermain apa sebelum memutuskan. Rasa simpati Padang juga muncul saat
mengenang Aki dan Nini yang sudah tiada selama satu tahun pada adegan
ke empat dengan mendoakan dan berjanji untuk tidak melupakan Aki dan
Nini. Terbukti pada beberapa dialog yang ada dalam naskah drama “Padang
Bulan”.
4.2.3.3 Jembar
Karakter Jembar dalam dimensi fisiologis merupakan anak desa yang masih
sekolah di SD (sekolah dasar) dan sebaya dengan Bulan dan Padang. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dimensi sosiologis karakter Jembar merupakan anak desa yang tinggal jauh
dari kota sehingga hidup dengan kesederhanaan dan juga sebaya dengan
Inisiator
“Tebak-tebakan saja deh”
“Usul. Bagaimana kalau menirukan gerak binatang”
“Jilumpet saja. Sembunyi-sembunyian.”
Peduli
“Dulu saja mereka sudah sepi … Cuma berdua
saban hari … Tak ada anak, cucu apalagi …”
Peneliti dapat menyimpulkan Jembar merupakan karakter yang
percaya diri menjadi inisiator, dan simpati. Jembar memiliki rasa percaya
diri karena itu dia selali memberi gagasan, seperti saat Padang menanyakan
ingin bermain apa dan memberikan usulan akan diberi hukuman apa bila
kalah dalam permainan. Terbukti dalam beberapa dialog yang sudah tertera
di atas.
4.2.3.4 Kalangan
dalam naskah drama “Padang Bulan”. Karakter Kalangan bila dilihat dalam
dan sebaya dengan Bulan, Padang, dan Jembar. Dalam dimensi sosiologis
60
Simpati
“Tapi tetap ada kita semua … Kita kan sudah jadi
cucu-cucu mereka? Seperti mereka pun sudah jadi
kakek-nenek kita …”
Usil
“HEI!!!”
Penurut
“Ya, setuju. Tebak-tebakan.” “Sekarang kita
hompimpa...”
anak yang percaya diri, memiliki rasa simpati dan suka bermain. Kalangan
sayang sekali tidak berhasil. Kalangan juga memiliki karakter penurut saat
bermain bersama teman-temannya dan rasa simpati saat mengenang Aki dan
Nini karena meski bukan Cucu kandungnya, namun Aki dan Nini sudah
4.2.3.5 Aki
Jembar, dan Kalangan sebagai cucunya sendiri karena tidak memiliki anak
dan cucu. Pada dimensi fisiologis karakter Aki merupakan seorang kakek
yang sudah tua dengan kriput. Dalam dimensi soiologis karakter Aki tinggal
61
bawah ini :
perhatian bisa dilihat melalui beberapa dialog Aki yang tertera di atas seperti
pada adegan Aki menyuruh Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan untuk
istirahat dulu karena sudah dibuatkan klenyem oleh Nini. Aki terlihat
bijaksana karena selalu memberi nasehat kepada Bulan, Padang, Jembar, dan
memiliki cucu maka dari itu Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan sudah
Peneliti melihat pada naskah drama “Padang Bulan” ada tokoh yang
berperan ganda yaitu Nini yang sekaligus menjadi Ibu Lugu. Meski memiliki
peran yang berbeda, namun kedua tokoh ini memiliki watak yang sama.
62
sudah tua dengan kriput, sedangkan karakter Ibu Lugu merupakan seorang
ibu yang berusia sekitar 30-40 tahun. Pada dimensi sosiologis karakter Nini
penduduk desa yang harus beradaptasi dengan lingkungan baru karena desa
yang dulu ditinggali telah menjadi kota. Pada dimensi psikologis karakter
Nini memiliki sifat penyayang dan perhatian, sedangkan pada karakter Ibu
Lugu terlihat satu lagi watak yang dimemiliki selain perhatian dan
Pasrah
“Rumah kita dan rumah-rumah tetangga sudah jadi
gedung-gedung megah itu anakku.”
“Kamu lihat supermarket itu? Itulah pasar kita.”
“Yah … Sebutlah itu sekarang jalan tol.”
“Sayangnya … Ini semua bukan milik kita.”
“Mereka di gedung-gedung itu … Tapi bukan
pemiliknya … Klining serpis-nya. Mereka di
supermarket-supermarket itu … Tapi bukan
pemiliknya … Kuli gudangnya. Mereka di rumah-
rumah mewah itu … Tapi bukan pemiliknya … Babu-
nya. Mereka di jalan-jalan itu … Tapi bukan
pemiliknya … Kakilimanya. Mereka di pabrik-parik
itu … Tapi bukan pemiliknya …Buruhnya. Mereka
dimana-mana … Tapi tak punya apa-apa … Tak ada
tempatnya … Merana …”
Perhatian dan Penyayang
“Hei cucu-cucuku! Istirahat dulu. Ini ada klenyem
anget bikinan Simbah. Ayo. Semua ke sini …”
“Maka tak ada yang tak keba …?
“Ini makanlah … Kamu lapar kan?”
Peneliti melihat tokoh Nini sekaligus Ibu Lugu memiliki watak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
saat bermain. Ibu Lugu dalam dongeng Aki juga menyayangi dan perhatian
Kamtib saat Lugu akan ditangkap. Watak Pasrah Ibu Lugu terlihat saat
Kampung halamannya dirubah menjadi kota dan tidak bisa berbuat apa-apa
karena kekuasaan yang dimiliki oleh Boss, Politikus, dan Pejabat Kota.
4.2.3.7 Lugu
fisiologis adalah sorang anak desa dengan pakaian yang lusuh. Dilihat dari
dimensi sosiologis Lugu memiliki latar belakang sebagai seorang anak yang
Ngotot
“Saya bukan gelandangan! Saya Lugu!” “Tidak
mau!”
“Tidak mau! Saya bukan gelandangan! Saya Lugu !
Saya manusia! Saya bukan binatang!”
“Bukan! Jelas kamu bukan ibuku! Ibuku ya di
kampung sana!”
“Tidak …Tapiiii … Ah, tidak! Aku yakin. Ini bukan
kampungku! Dan kamu, bukan ibuku! Sudah … Pergi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
percaya diri pergi ke kota untuk melihat keindahan dan berbagai macam hal
yang belum pernah dia lihat. Namun, Lugu bisa dikatakan semberono karena
ternyata rasa lapar secara tidak langsung memaksa Lugu untuk mengemis
4.2.3.8 Boss
kota. Boss menjadi pelaku utama dalam perubahan desa menjadi kota untuk
merauk keuntungan dari pembangunan kota yang semakin luas. Tokoh Boss
rapi berupa kemeja, jas, dasi, celana kain, dan sepatu pantofel. Pada dimensi
Culas
“Sekali lagi ini bukan suap Pak / Bu … Yah, sekedar
silaturahmi untuk mempererat hubungan antara kita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
yang culas. Boss pandai bermain lidah dengan tujuan menyuap Politikus dan
akibat yang terjadi terhadap warga desa yang kehilangan tempat tinggal. Boss
juga terlihat sombong dan tak menghiraukan Lugu saat berjalan melewatinya
tambahan sama seperti Boss. Pada naskah drama “Padang Bulan” Politikus
dan Pejabat Kota mengucapkan dialog yang sama saat menjawab Boss
karena satu pemikiran agar juga bisa mendapat keuntungan. Dalam dimensi
kain, dan sepatu pantofel, sedangkan Pejabat Kota mengenakan setelan rapi
seperti kemeja batik, celana kain, dan sepatu pantofel. Melalui dimensi
sosiologis Politikus dan Pejabat Kota memiliki latar belakang orang yang
66
Mencari Untung
“Harmonis. Ya ya ya …”
yang sama dalam naskah drama “Padang Bulan”. Kutipan dialog di atas
keuntungan, Politikus dan Pejabat Kota tergiur dengan tawaran Boss agar
tinggal di desa. Politikus dan Pejabat Kota terlihat sombong saat tak
4.2.3.10 Kamtib
naskah drama “Padang Bulan”. Tokoh kamtib bila dilihat melalui dimensi
sebelum dirasa layak dan menjadikan pribadi yang disiplin. Dilihat melalui
Tegas
He! Dilarang Ngemis tahu? Dlarang menggelandang
tahu?! Kamu ini mengganggu pemandangan! Kota
ini tak boleh (Sambil menengok penonton kelihatan)
ada gelandangannya! Kota ini tak boleh (Sambil
menengok penonton kelihatan) ada pengangguranya!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
tiga saat akan mengusir Lugu karena merusak pemandangan kota serta saat
berdialog dengan Ibu Lugu yang berusaha melindungi Lugu agar tidak
Melalui hasil anakisis alur dan karaker yang sudah dilakukan oleh
peneliti, tema yang diusung dalam naskah drama “Padang Bulan” karya
Ucok Klasta ialah mengenai kritik sosial yang terjadi saat arus modernisasi
oleh anak-anak. Selain permainan tradisional ada juga beberapa lagu yang
68
mentog’ dan sudah lama tidak terdengar lagi. Ucok Klasta selaku penulis
sudah ada sejak dulu seharusnya tetap dilestarikan agar generasi penerus
penokohan, latar dan Judul yang diambil. Alur campuran yang digunakan
pada adegan ke tiga ketika Aki mendongengkan sebuah cerita kepada Bulan,
Padang, Jembar, dan Kalangan menjadi benang merah antara cerita utama
tradisional yang ada pada naskah ini disebutkan oleh Padang dalam
sama. Selain mengasikan dan seru, permainan tradisional jaman dahulu juga
menjadikan pribadi tiap anak bisa saling menghargai dan bisa bersosialisasi
Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan saat memainkan salah satu permainan
berhubungan dengan judul naskah drama “Padang Bulan” yang sudah ditulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
oleh Ucok Klasta buat belia. Judul naskah drama “Padang Bulan” digunakan
berkumpul saat bulan purnama untuk bermain bersama. Peneliti juga melihat
yang terus berkembang perlahan mengikis kebudayaan yang telah ada sejak
dulu dan seharusnya dilestarikan agar generasi muda juga bisa mengenal
anak bernama Lugu menjadi awal permasalahan yang terjadi dalam cerita.
terperangah karena kagum terhadap kota dengan segala hal yang belum
lihat, ternyata orang kota sangat sombong dan hanya mementingkan diri
yang lapar dan tidak ada satu orangpun yang memperdulikannya, lalu
datanglah Kamtib yang melihat Lugu dengan tujuan mengusirnya dari kota.
Lugu yang ingin dingusir oleh Kamtib karena merusak pemandangan kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
kemudian diselamatkan oleh Nini yang berperan sebagai Ibu Lugu dalam
cerita Aki.
Ibu Lugu yang diperankan oleh Nini menolong Lugu dari Kamtib
kemudian memberikan makanan karena Ibu Lugu atau Nini tahu bahwa
Lugu sedang kelaparan. Pada adegan selanjutnya terjadi dialog antara Lugu
pabrik, dan bahkan tempat bermain yang biasa digunakan oleh anak-anak
telah menjadi Dufan. Lugu sangat marah mendengar semua cerita yang
diceritakan oleh Nini dan tidak terima karena kampungnya telah berubah
tidak seperti dulu lagi. Pada bagian ini merupakan puncak konflik yang
halamannya, lalu pada bagian akhir adegan tiga ada dialog Nini yang
kembali berkumpul untuk bermain bersama lagi namun, kali ini mereka
sedih ketika bermain tidak ada yang menemani mereka lagi karena Aki dan
Nini telah tiada satu tahun lamanya. Setelah kepergian Aki dan Nini, rumah
yang dulu ditinggali kini telah dibeli oleh orang kota namun, orang kota
mereka saat bermain. Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan kemudian tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
oleh teman- temannya entah kemana dan tidak kembali lagi meski aturan
dengan arus modern yang terus berkembang. Simbol yang digunakan untuk
72
4.3 Pembahasan Hasil Analisis Alur, Karakter, dan Tema Naskah Drama
yang terdiri dari empat tahapan yaitu eksposisi, konflik, klimaks, dan
tema yang menjadi ide sentral dalam cerita sekaligus sebagai penyampaian
Alur yang digunakan pada naskah ini yaitu alur maju. Peneliti menemukan
terdapat seratus lima puluh sembilan (159) dialog yang ada pada naskah
drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta yang terdiri dalam lima adegan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4.3.1.1 Eksposisi
yang memperkenalkan karakter dengan situasi masa lalu dan masa kini.
Situasi yang terdapat dalam eksposisi ialah tempat, waktu, keadaan, para
tokoh, dan hubungan antar tokoh. Eksposisi bermula dari adegan pertama
ketika Bulan datang ke pekarangan depan rumah Aki dan Nini kemudian
hari ketika bulan purnama muncul dengan bukti kutipan dialog Bulan nomor
satu (1). Melalui kutipan dialog dan keterangan dalam naskah dapat
Aki dan Nini. Pengarang memperkenalkan enam tokoh yang terdiri dari
Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki dan Nini. Bulan, Padang, Jembar,
dan Kalangan sering bermain bersama kemudian Aki dan Nini datang
sebagai penggambaran anak-anak yang sering bermain saat malam hari dan
ditemani sinar bulan. Padang, Jembar, dan Kalangan muncul satu persatu
setelah Bulan memanggil pada adegan awal di pekarangan depan rumah Aki
dan Nini mealui kutipan dialog nomor satu (1) sampai nomor sembilan (9).
Melalui kutipan dialog satu (1) sampai sembilan (9) perkenalan tokoh anak-
Jembar dan terakhir Kalangan yang muncul dengan berteriak agar teman-
74
untuk hukuman bagi yang tidak bisa menjawab dan dinyanyikan dengan
di depan rumah Aki dan Nini. Kehidupan yang dijalani oleh Bulan, Padang,
Keseharian mereka lalui tanpa ada rasa sedih karena saat bermain, Aki dan
dan Nini yang sudah menganggap Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan
memberikan klenyem hangat, Aki dan Nini tidak sungkan menegur mereka
seperti saat berebutan klenyem hangat dengan bukti kutipan dialog nomor
dua puluh delapan (28) sampai dengan nomor tiga puluh delapan (38).
hubungan sedarah.
4.3.1.2 Konflik
75
pemahaman cerita yang dialami oleh tokoh. Dimulai dari dongeng Aki yang
Aki, Lugu digambarkan sebagai anak desa yang kurang lebih usianya sama
takjub dengan apa yang dilihat sesuai dengan apa yang dia dengar.
Pada akhir dongeng Aki melalui kutipan dialog nomor empat puluh
enam (46) kelaparan dan bingung mulai dirasakan oleh Lugu karena di kota
gelandangan, namun tidak ada yang peduli karena orang-orang yang lewat
mementingkan diri sendiri. Boss, Politikus, dan Pejabat Kota yang sedang
Lugu dengan bukti kutipan dialog nomor lima puluh lima (55) dengan tujuan
sebagai gelandangan oleh Kamtib melalui kutipan dialog nomor lima puluh
tujuh (57) sampai enam puluh (60). Melalui kutipan dialog tersebut Kamtib
76
dari Kamtib agar tidak diusir dari kota dengan mengaku sebagai Ibu Lugu.
Lugu ngeyel dan tidak percaya dengan perkataan Nini yang mengaku
telah hilang dan berubah menjadi kota dengan bukti kutipan dialog nomor
sembilan puluh sembilan (99). Dongeng Aki berakhir sampai kutipan dialog
Nini nomor seratus (100) yang menyuruh Lugu untuk bangun dan pergi
bekerja.
4.3.1.3 Klimaks
penyelesaian. Awal adegan ke empat sausana yang terjadi sama dengan awal
adegan pertama dengan latar tempat pekarangan di depan rumah Aki dan
bermain bersama. Pada adegan empat, Aki dan Nini sudah satu tahun
meninggal dan rumah yang ditinggali telah dibeli oleh orang kota dengan
bukti kutipan dialog nomor seratus sepuluh (110) sampai seratus dua puluh
tiga (123). Melalui kutipan dialog tersebut, orang kota yang membeli rumah
Aki dan Nini digambarkan orang yang sombong dan secara tidak langsung
menjadi penanda permasalahan yang dialami oleh Lugu dalam dongeng Aki
77
terjadi saat Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan bermain jilumpet dengan
muncul untuk waktu yang cukup lama dengan bukti kutipan dialog nomor
seratus empat puluh tiga (143). Melalui kutipan dialog tersebut, Bulan yang
namun mereka tidak menjawab Bulan saat ditanyai. Perasaan janggal mulai
78
4.3.1.4 Penyelesaian
dengan pidato atau bahkan satu kata atau gerakan menunjukan bahwa gairah
yang timbul dari aksi permainan sekarang diam dan harmoni baru”. Bulan
kutipan dialog nomor seratus lima puluh lima (155). Penyelesaian terjadi
pada akhir adegan ke lima saat Bulan ditarik kesana kemari sambil meronta-
kutipan dialog nomor seratus lima puluh enam (156). Melalui kutipan dialog
cerita pada naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok klasta. Peneliti
Analisis alur yang kedua, alur pada naskah drama “Padang Bulan”
memiliki subplot atau bisa disebut memiliki alur kedua yang bersifat
dalam naskah. Subplot pada naskah drama ini berbentuk dongeng Aki yang
79
bukti kutipan dialog nomor empat puluh dua (42). Melalui kutipan dialog
tersebut dapat disimpulkan bahwa alur pada naskah drama “Padang Bulan”
menceritakan kisah orang lain, namun tidak keluar dari cerita utama
“Padang Bulan” beralur maju dan memiliki subplot terlihat pada kutipan
dialog nomor seratus dua belas (112). Dongeng Aki yang diceritakan kepada
Pada bagian akhir cerita, Bulan, Padangm Jembar, dan Kalangan mengalami
permasalah yang sama dialami oleh Lugu ketika arus modernisasi sudah
melihat terdapat dua belas (12) tokoh dalam naskah drama “Padang Bulan”
80
4.3.2.1 Bulan
bisa dilihat melalui kutipan dialog Bulan yang terdapat dalam naskah.
anak desa dengan kehidupan yang sederhana. Desa tempat tinggal Bulan
sama sekali belum tersentuh dengan budaya modern karena Bulan dan
psikologis, Bulan merupakan anak yang ceria, suka bermain, cinta damai,
dan penakut. Bulan juga memiliki rasa peduli kepada Aki dan Nini yang
Pada awal adegan pertama Bulan terlihat semangat dan ceria saat
pekarangan depan rumah Aki dan Nini. Tokoh Bulan terlihat semangat dan
ceria dengan bukti kutipan dialog nomor satu (1) pada bagian awal adegan
pertama. Bulan juga tidak suka dengan keributan karena memiliki rasa cinta
damai dengan bukti kutipan dialog nomor tiga puluh enam (36) sampai tiga
puluh tujuh (37). Melalui kutipan dialog tersebut bisa dilihat juga kelegaan
oleh Aki dan Nini dengan kitupan dialog nomor tiga puluh tujuh (37)
Selain itu, Bulan juga terlihat menjadi seorang yang penakut pada adegan
ke empat saat bermain jilumpet dengan bukti kutipan dialog nomor seratus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
empat puluh tiga (143). Melalui kutipan dialog tersebut rasa ketakutan
Buldoser dengan kutipan dialog nomor seratus empat puluh tiga (143)
4.3.2.2 Padang
yang sebaya dengan Bulan, Jembar, dan Kalangan yang tinggal di desa
dengan apa yang dipunya. Padang tinggal di desa yang belum tersentuh
dimensi psikologis, tokoh Padang memiliki karakter yang percaya diri dan
temannya dengan bukti dialog nomor sepuluh (10) “Nah, main apa kita
Melalui kutipan dialog tersebut tokoh Padang terlihat percaya diri dan
menghargai dengan bertanya terlebih dahulu ingin bermain apa. Selain itu,
82
kutipan dialog nomor tiga belas (13) “Yang tak bisa menebak, apa
hukumnya?”. Rasa percaya diri Padang juga terlihat pada adegan tiga yang
juga terlihat sedih melalui kutipan dialog nomor seratus sebelas (111) “Iya.
Lagi mereka tak meninggalkan siapa-siapa …”. Rasa sedih Padang karena
Aki dan Nini telah meninggal dan tidak meninggalkan siapapun untuk
menemani bermain lagi lalu kemudian Padang bersama Bulan, Jembar, dan
memiliki rasa penasaran dengan bukti kutipan dialog nomor seratus dua
akhirnya mengetahui bahwa yang tinggal di rumah Aki dan Nini adalah
orang kota yang baru pindah. Padang juga digambarkan menjadi seorang
anak yang polos karena pada adegan lima, Padang terpengaruh arus
4.3.2.3 Jembar
83
saja deh” tokoh Jembar terlihat inisiator ketika Padang memberikan pilihan
ingin bermain apa, Jembar langsung memberi usul untuk bermain tebak-
tebakan dan memberi usulan bermain jilumpet pada kutipan dialog nomor
seratus dua puluh enam (126) dengan kutipan dialog “Jilumpet saja.
melalui bukti kutipan dialog nomor lima belas (15) ketika mengusulkan
hukuman bagi yang tidak bisa menjawab dengan dialog “Usul. Bagaimana
simpati melalui kutipan dialog nomor seratus dua belas (112). Aki dan Nini
Jembar mencoba ikut merasakan kesepian yang dirasakan oleh Aki dan Nini
karena tidak memiliki anak dan cucu dengan kutipan dialog “Dulu saja
mereka sudah sepi … Cuma berdua saban hari … Tak ada anak, cucu
apalagi …”. Jembar juga merupakan anak yang polos karena pada adegan
84
4.3.2.4 Kalangan
usil.
nomor seratus tiga belas (113). Rasa simpati Kalangan terlihat melalui
dengan Aki dan Nini, Kalangan sudah menganggap mereka sebagai kakek
dan nenek sendiri begitu juga dengan Bulan, Padang, dan Jembar dengan
kutipan dialog “Tapi tetap ada kita semua … Kita kan sudah jadi cucu-cucu
mereka? Seperti mereka pun sudah jadi kakek-nenek kita …”. Kalangan
melalui kutipan dialog nomor delapan (8) dan seratus delapan (108) terihat
berhasil. Selain memiliki rasa simpati dan usil, Kalangan juga memiliki
karakter yang penurut seperti pada kutipan dialog nomor dua belas (12).
85
yang polos sama seperti Padang dan Jembar karena telah terpengaruh oleh
tradisional.
4.3.2.5 Aki
Tokoh Aki mulai muncul pada awal adegan dua bersama Nini keluar
dimensi fisiologis tokoh Aki digambarkan sebagai kakek tua dengan ciri-
ciri fisik sudah memiliki keriput dan tidak bisa pergi jauh. Melalui dimensi
sosiologis latar belakang kehidupan Aki tinggal di desa dan pernah tinggal
dialog nomor dua puluh enam (26). Melalui kutipan dialog tersebut terlihat
Kalangan ketika mereka sedang asik bermain, Aki dan Nini langsung
Kalangan …Yo nganggo leren barang podho mreneo Nang bagus, Nok ayu
…”. Rasa sayang Aki tidak hanya ditunjukan kepada Bulan, Padang,
Jembar, dan Kalangan saja tetapi juga kepada Nini dengan bukti kutipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
dialog nomor empat puluh dua (42) “Ya ya ya … Untuk purnama kali ini
hari ini tepat weton-nya Nini.”. Melalui kutipan dialog tersebut dalam
Kalangan. Selain itu, Aki juga merupakan sosok yang bijaksana dengan
bukti adegan ketika Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan saling berebut
Lugu. Dalam ceritanya, Aki menjelaskan detail-detail apa saja yang ada di
kota melalui dongeng seperti yang tertera dalam kutipan dialog nomor
empat puluh enam (46). Dengan begitu, karakter bijaksana Aki tidak hanya
terlihat pada saat menegur dan menasehati Bulan, Padang, Jembar, dan
Nini muncul pada awal adegan dua bersama dengan Aki yang keluar
nenek tua dengan tampilan fisik memiliki kriput dan tidak bisa pergi jauh.
Melalui dimensi sosiologis memiliki latar belakang yang sama seperti Aki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dengan Aki. Melalui dimensi psikologis karakter yang dimiliki Nini ialah
perhatian dan penyayang. Selain itu, Nini juga berperan ganda menjadi Ibu
Lugu dalam dongeng Aki. Karakter yang dimiliki Ibu Lugu tidak berbeda
seperti karakter Nini tetapi, Ibu Lugu terlihat memiliki karakter pasrah
bukti kutipan dialog nomor dua puluh lima (25) “Hei cucu-cucuku! Istirahat
dulu. Ini ada klenyem anget bikinan Simah. Ayo. Semua ke sini …”. Melalui
istirahat. Selain itu, Nini juga memiliki karakter yang bijaksana dengan
bukti adegan ketika menegur Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan yang
Tokoh Nini dalam dongeng Aki berperan menjadi Ibu Lugu yang
juga memiliki karakter penyayang seperti terlihat pada adegan empat ketika
ditunjukan kepada Lugu melalui bukti kutipan dialog nomor tujuh puluh tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
pasrah melalui kutipan dialog nomor sembilan puluh delapan (98). Melalui
kutipan dialog tersebut kenyataan tentang kampung halaman Lugu dan Nini
yang berubah menjadi kota terlihat Nini hanya bisa pasrah saja tanpa bisa
melakukan perlawanan.
4.3.2.7 Lugu
anak yang sebaya dengan Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan dengan
pakaian yang lusuh dan dekil. Melalui dimensi sosiologis latar belakang
tokoh Lugu memiliki karakter yang ngotot, percaya diri, dan semberono.
kota, Lugu terperangah kagum dengan semua hal yang dia lihat dimulai dari
Karakter Lugu terlihat ngotot melalui kutipan dialog nomor lima puluh
enam (56), lima puluh delapan (58), tujuh puluh enam (76), dan delapan
puluh dua (82). Melalui beberapa kutipan dialog tersebut, Lugu terlihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
menangkapnya maupun ketika ngeyel dan tidak percaya dengan apa yang
disampaikan oleh Nini dalam dongeng Aki dengan salah satu kutipan dialog
Lugu ““Saya bukan gelandangan! Saya Lugu!”. Selain itu, Lugu juga
nomor empat puluh enam (46). Melalui kutipan monolog Aki tersebut, Lugu
terlihat pecaya diri untuk pergi ke kota namun juga semberono karena tidak
4.3.2.8 Boss
dan Pejabat Kota untuk menggambarkan situasi yang terjadi dalam cerita
dan menjadi gambaran orang kota yang egois. Karakter Boss dalam dimensi
kemeja, jas, dasi, celana kain, dan mengenakan sepatu pantofel. Melalui
Kota. Karakter culas yang dimiliki Boss terlihat melalui kutipan dialog
nomor empat puluh delapan (48), liam puluh (50), dan lima puluh dua (52).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
“Sekali lagi ini bukan suap Pak / Bu … Yah, sekedar silaturahmi untuk
dewan kota”. Tokoh Boss melalui kutipan dialog tersebut terlihat pandai
Dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta, tokoh Politikus
dan Pejabat Kota mengucapkan dialog yang sama ketika menjawab Boss.
seperti kemeja, jas, dasi, celana kain, dan sepatu pantofel, sedangkan Pejabat
bisa digambarkan dengan mengenakan pakaian dinas atau baju batik, celana
kain, dan sepatu pantofel. Melalui dimensi sosiologis tokoh Politikus dan
untung.
91
dengan bujuk rayu Boss yang berusaha untuk menyuap. Politikus dan
diri sendiri dengan bukti kutipan dialog nomor empat puluh sembilan (49),
lima puluh satu (51), dan lima puluh empat (54). Melalui kutipan dialog
apa yang disampaikan oleh Boss. Dengan begitu keuntungan juga bisa
diperoleh Politikus dan Pejabat Kota karena menerima uang suap yang
diberikan oleh Boss. Selain itu, Politikus dan Pejabat Kota terlihat egois
4.3.2.10 Kamtib
keamanan yang mengawasi kota dari hal-hal yang merusak kota. Melalui
pelatihan terlebih dahulu sebelum dirasa layak dan menjadikan pribadi yang
yaitu tegas.
dialog nomor lima puluh sembilan (59). Melalui kutipan dialog “Heh …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Ngelawan kamu, ha?! Tak seret sisan kowe!”, adegan yang terjadi ialah
Lugu yang ngeyel karena tidak mau ikut dibawa kemudian Kamtib
benar Nini adalah Ibu Lugu untuk memastikan kembali Lugu bukanlah
gelandangan seperti yang diduga melalui kutipan dialog nomor enam puluh
Ucok Klasta adalah mengenai kritik sosial. Kritik sosial yang dialami tokoh
utama yaitu tentang arus modernisasi yang terus berkembang dan perlahan
mengikis kebudayaan yang sudah ada sejak zaman dahulu. Permasalah yang
terjadi dalam naskah Drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta ialah
sosialisasi dan lebih mementingkan diri sendiri. Boss, Politikus, dan Pejabat
93
tetap bisa saling menghargai. Pada adegan tiga yang mengisahkan cerita
karakter yang egois dan serakah karena terpengaruh arus modernisasi dan
Selain itu, pada adegan lima memperlihatkan bahwa arus modernisasi dapat
dan petak umpet. Selain permainan tradisional, ada lagu anak-anak yang
meski zaman sudah modern namun budaya tetap harus dilestarikan agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
tetap dikenal oleh generasi penerus. Amanat lain yang ingin disampaikan
BAB V
5.1 Simpulan
Dasar pada penelitian ini adalah naskah drama yang dianalisis untuk
mendeskripsikan temuan stuktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan
lebih paham dan bisa dimengerti oleh penonton saat pentas di atas panggung.
Naskah drama berisi tentang nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang
diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang diperlukan. Dengan begitu,
kita bisa mengetahui alur, karakter, dan tema yang terdapat pada naskah. Selain
itu, untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama yang ditulis secara
lengkap tidak hanya berisi percakapan antar tokoh melainkan keterangan atau
petujuk. Keterangan dan petunjuk pada naskah membantu pembaca untuk lebih
tokoh, latar tempat, dan situasi yang terjadi pada bagian awal. Konflik terjadi
ketika Lugu pergi ke kota untuk melihat kemajuan yang banyak dikatakan oleh
adalah kampung halaman Lugu yang telah dirubah menjadi kota. Klimaks
terjadi pada saat Padang, Jembar, dan Kalangan berubah menjadi peralatan
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
seperti semula. Bukti pada naskah drama ini memiliki subplot ialah pada
dongeng Aki kepada Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan dalam rangka
belas yang terdiri dari Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki, Nini, Ibu Lugu,
Lugu, Politikus, Pejabat Kota, Boss, dan Kamtib. Karakter tiap tokoh dianalisis
melalui tida dimensi yakni dimensi fisiologis, dimensi sosiologis, dan dimensi
dilihat melalui dialog yang diucapkan para tokoh dan bagaimana tokoh lain
lingkungan hidup tokoh tersebut dengan melihat petunjuk yang tertera dalam
Tokoh protaginis terdiri dari Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki, Nini/Ibu
Lugu, dan Lugu, sedangkan tokoh antagosnis terdiri dari Boss, Pejabat Kota,
dan Kamtib.
Tema besar yang diangkat ke dalam naskah ini ialah mengenai kritik
sosial yang terjadi saat arus moderninasi menggerus kebudayaan yang sudah
97
tebakan dan jilumpet. Selain itu, beberapa lagu tradisional juga dimasukan ke
dalam naskah oleh Ucok seperti mentog-mentog dan Padang Bulan. Gedung-
gedung yang terus dibangun menjadi gambaran dalam naskah bahwa arus
sehingga rasa empati terhadap sesama perlahan memudar dan yang ada hanya
sebagai tema sosial yang berhubungan dengan masalah politik, pendidikan, dan
propaganda.
5.2 Saran
drama :
98
tertera pada naskah. Alur dan tema juga tercantum di dalam naskah
drama yang dianalisis agar tidak melenceng dari gagasan awal saat
akan dipentaskan.
dan tema mampu digunakan baik mengajar dalam kelas atau di luar
kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
DAFTAR PUSTAKA
100
BIODATA
pada tahun 2011. Setelah itu, melanjutkan studi di Universitas Sanata Dharma
akhir dengan judul skripsi “Analisis Struktur dan Tekstur Naskah Drama “Padang
101
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lakon Remaja
Tentang yang semestinya tetap ada namun melenyap dan sebaliknya
PADANG
BULAN
Drama sederhana buat belia
Karya Ucok Klasta
Nominator
Lomba Penulisan Naskah Remaja
Jawa Timur 2006
TOKOH – TOKOH
PADANG,
BULAN,
JEMBAR,
KALANGAN,
AKI,
NINI / (SEKALIGUS)
IBU LUGU,
LUGU,
PEJABAT PEMERINTAH KOTA,
POLITIKUS (ANGGOTA DEWAN KOTA),
BOSS (PENGUSAHA),
PETUGAS KAMTIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
ADEGAN I
LAGU TEMA PADANG BULAN.
LAMPU HIDUP.
PEKARANGAN DEPAN RUMAH AKI-NINI.
BULAN MASUK PANGGUNG, BERTERIAK MEMANGGILI TEMAN-
TEMANNYA.
BULAN
Hoooiii …Teman-temaaan …! Padaaang …! Jembaaar …! Kalangan …! Ayo
kumpuuul … ! Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan di rumah saja
…! Mari kemari …! Bermain bersama di sini …!
KOOR
Aduhaaai …Betapa …! Bulan purnama …Ooo indahnya …!
PADANG MASUK.
PADANG
Mana yang lain ?
BULAN, PADANG
Jembaaar …! Kalangaaan!
JEMBAR MASUK.
BULAN
Kamu tak bersama kalangan, Jembar ?
JEMBAR
Tidak.
KALANGAN
HEI !!!
128
SEMUANYA TERTAWA.
PADANG
Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan ? Tebak-
tebakan?
JEMBAR
Tebak-tebakan saja deh.
KALANGAN
Ya, setuju. Tebak-tebakan.
PADANG
Yang tak bisa menebak, apa hukumnya?
BULAN
Mmm … Di suruh menari saja.
JEMBAR
Usul. Bagaimana kalau menirukan gerak binatang.
KALANGAN
Menirukan gerak binatang dengan tarian?
KALANGAN
Setuju?
BULAN
Nama apa? Buah ya?
129
(URUT)
A, B, C, D, E, F …
JEMBAR (Gelagapan)
G…
BERSAMA (Bersahutan)
Haa …Jembar berdiri Ayo …Ayo …
JEMBAR BERDIRI.
KOOR LAGU ‘ MENTHOG-MENTOG’ TAPI DENGAN KATA ‘MENTHOG’
DIGANTI NAMA BINATANG LAIN DAN GERAKANNYA HARUS
DITIRUKAN YANG KENA HUKUMAN. LANTAS PERMAINAN MULAI
LAGI SAMPAI BEBERAPA KALI (FLEKSIBEL)
ADEGAN 2
LAGU TEMA.
AKI-NINI KELUAR RUMAH (MASUK PANGGUNG), BERDIRI DITERAS
MEMANGGIL ANAK-ANAK.
NINI
Hei cucu-cucuku! Istirahat dulu. Ini ada klenyem anget bikinan Simah. Ayo.
Semua ke sini …
AKI
Iyo. Bulan, Padang, Jembar, Kalangan …Yo nganggo leren barang podho mreneo
Nang bagus, Nok ayu …
KOOR
Haa … Klenyem … Woooow … keren …
AKI
Ingat … Tidak usah re …?
KOOR
Butaaan …
AKI
Yang ada dibagi me …?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
KOOR
Rataaa …
NINI
Maka tak ada yang tak keba …?
KOOR
Giaaan …
AKI
Sebab tak ada kesera …?
KOOR
Kahaaan …
BULAN
Inilah saudara-saudara tercinta, para penonton sekalian, indahnya …
KOOR
Kebersamaaan ….
AKI-NINI
Wis … Wis …
PADANG
Ayo Simbah … Seperti biasanya …
JEMBAR
Iya … Cerita.
KALANGAN
Biar tambah nikmat klenyemnya.
AKI
Ya ya ya … Untuk purnama kali ini Simbah sudah menyiapkan sebuah dongeng
istimewa. Sebab apa ? Sebab hari ini tepat weton-nya Nini.
KOOR
Ooo …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
AKI
Nah, dengarkan ya … Dulu cucu-cucuku …
MUSIK LATAR.
AKI
Di sebuah desa tersebutlah seorang pemuda bernama Lugu …
LAMPU MATI.
AKI DAN ANAK-ANAK KELUAR PANGGUNG.
PERGANTIAN ‘ SETTING’.
ADEGAN 3
LAMPU HIDUP.
LUGU MASUK PANGGUNG.
NARASI AKI DARI LUAR PANGGUNG.
LUGU MEMPERAGAKAN CERITA AKI.
AKI
Syahdan di sebuah desa, tersebutlah seorang anak bernama Lugu. Ia mendengar
cerita-cerita bahwa di kota alangkah majunya. Apa-apa ada, tak seperti desanya.
Maka di suatu siang yang sunyi, nyeyet, tak ada orang, diiringi lagu dari suara
keresek daun bambu digoyang sepoi angin lalu, berangkatlah ia ke kota. Ternyata
nun di sana, memang benar apa yang ia dengar. Kota, ruaaarrr biasaaa … Gedung-
gedung bagus tinggi menjulang-laaang … bagai menjolok awan. Mobil-motor
war-wer-war-wer berseliweran, bagai tak berkesudahan. Supermarket bertaburan
menggoda, seolah semua keinginan kita tersedia di sana. Tempat hiburan sungguh
aneka ragam, seolah tak ada kesedihan everything just for fun. Dan pabrik-pabrik
di pinggir-pinggirnya, laksana benteng gagah perkasa. Di tengah kota. Istana raja
diraja walikota, kokoh megah mencerminkan kekuasaan berwibawa. Di
sebelahnya. Istana satria-satria diraja dewan kota, elok anggun mencerminkan
kebijaksanaan penghuninya. Di sana-sini, istana saudagar-saudagar, mewah
kencar-kencar mencerminkan kesuksesan bisnisnya. Alun-alunnya? Ada tugu
tertinggi sedunia, entah habis berapa membangunnya, yang penting jadilah
lambang ; kemakmuran kota. Kota, ruaaarrr biasaaa …
lugu terus berjalan-jalan dengan takjub, terpesona buaian kota. Sampai akhirnya ia
pun merasa lapar. Lugu bingung jadinya. Bangaimana bisa mendapatkan makanan
ya? Kerja? Kerja apa ya? Minta? Minta siapa ya? Mem-bedhol ketela? Tegalnya
mana ya? Lugu tambah dan tambah dan tambah bingung … Keringat dingin
mengalir … Lemas sekujur badan … Kelaparan … Jatuhlah ia ndeprok. Dan
tanpa disadarinya tangannya telah terangkat pelan-pelan … Makin terangkat …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
LUGU
Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya … Seikhlasnya Tuan … Seikhlasnya
Nyonya … Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya … Seikhlasnya Tuan …
Seikhlasnya Nyonya …
BOSS
Sekali lagi ini bukan suap Pak / Bu … Yah, sekedar silaturahmi untuk mempererat
hubungan antara kita, kalangan investor, pemerintah kota dan dewan kota.
PEJABAT, POLITIKUS
Harmonis. Ya ya ya …
BOSS
Dengan demikian akan terciptalah kerjasama propesional yang kompak lagi saling
menguntungkan.
PEJABAT, POLITIKUS
Harmonis. Ya ya ya …
BOSS
Dengan demikian kota akan terus membangun, kita-kita untung, dus segenap
warga terse …
SEMUA
Nyuuummm!
PEJABAT, POLITIKUS
Harmonis. Ya ya ya …
BOSS
Dengan demikian bla bla bla bla …
PEJABAT, POLITIKUS
Ya ya ya bla bla bla bla …
KOOR
Bla bla bla bla bla …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
KAMTIB
He! Dilarang Ngemis tahu? Dlarang menggelandang tahu?! Kamu ini
mengganggu pemandangan! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton
kelihatan) ada gelandangannya! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton
kelihatan) ada pengangguranya! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton
kelihatan) ada kemiskinannya Tahu ?! Tahu ?! Tahu?!
LUGU
Saya bukan gelandangan! Saya Lugu!
KAMTIB
Lha iya ! Wong Lugu tur gelandangan! Ayo ikut aku!
LUGU
Tidak mau!
KAMTIB
Heh … Ngelawan kamu, ha?! Tak seret sisan kowe!
LUGU
Tidak mau! Saya bukan gelandangan! Saya Lugu ! Saya manusia! Saya bukan
binatang!
NINI
Paaak … Paaak … Anakku diapakan?! Anakku mau dibawa kemana?!
KAMTIB
Ini anak Ibu?
NINI
Iya.
KAMTIB
Bukan gelandangan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
NINI
Bukan.
KAMTIB
Benar?
NINI
Benar.
KAMTIB
Kamu benar anaknya Ibu ini?
LUGU
Bb, bb, bukan, eh … Benar! Bb, benar Pak …
KAMTIB
Kenapa ngemis? Kenapa menggelandang?
LUGU
Saya ini bukan ngemis! Saya bukan gelandangan?
KAMTIB
Yo wis sekarepmu. Ya sudah Bu … Saya percaya pada Ibu. Sekarang, anak ini
dibawa pulang saja. Nongkrong di pinggir jalan seperti itu merusak pemandangan.
Mengganggu ketertiban. Sudah … Permisi. Selamat siang.
NINI
Ini makanlah … Kamu lapar kan?
LUGU
Ibu siapa sebenarnya?
NINI
Lho … Aku ini ya ibumu tho le …
LUGU
Bukan! Jelas kamu bukan ibuku! Ibuku ya di kampung sana!
NINI
Kamu pikir sekarang ini kita dimana?
LUGU
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Di kota.
NINI
Benar di kota? Bukannya dikampung kita?
LUGU
Benar! Eh … Mmm … Ah, bukan! Ini bukan kampungku! Eh, tapi … Nggg …
NINI
Naaa … Kamu ragu kan?
LUGU
Tidak …Tapiiii … Ah, tidak! Aku yakin. Ini bukan kampungku! Dan kamu,
bukan ibuku! Sudah … Pergi sana! Kamu itu Cuma orang gila!
NINI
Wis? Tetep ngeyel? Jadi aku, ibumu ini kamu suruh pergi saja? Yo wis. Itu nasi
bungkusnya dimakan … Aku pergi sekarang.
LUGU
Eh … Tapi … Tunggu dulu!
LUGU
Kalau ini memang kampungku, lantas mana rumahku hayooo?!
NINI
Rumah kita dan rumah-rumah tetangga sudah jadi gedung-gedung megah itu
anakku.
LUGU
Lha pasar? Pasar Wage?
NINI
Kamu lihat supermarket itu? Itulah pasar kita.
LUGU
Lha tegal, sawah …?
NINI
Yah … Sebutlah itu sekarang jalan tol.
LUGU
Lha yang hilir-mudik di jalan ini? Pasa ngebut ini …?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
NINI
Ya, itu pedati kita, gerobak kit, gledheganmu …
LUGU
Kampungku jadi macam ini?! O ya, o ya … Bagaimana dengan lapangan? Jadi
apa tempat bocah-bocah berkumpul kalau malam padhang mbulan?
NINI
Jadi … Jadi ‘ dufan’ Le …
LUGU
Haaa … Tapi … Tapi kan ini semua … Milik kita? Kan kampung kita?
NINI
Sayangnya … Ini semua bukan milik kita.
LUGU
Lantas orang-orang kampung pada dimana?
NINI
Mereka di gedung-gedung itu … Tapi bukan pemiliknya … Klining serpis-nya.
Mereka di supermarket-supermarket itu … Tapi bukan pemiliknya … Kuli
gudangnya. Mereka di rumah-rumah mewah itu … Tapi bukan pemiliknya …
Babu-nya. Mereka di jalan-jalan itu … Tapi bukan pemiliknya … Kakilimanya.
Mereka di pabrik-parik itu … Tapi bukan pemiliknya …Buruhnya. Mereka
dimana-mana … Tapi tak punya apa-apa … Tak ada tempatnya … Merana …
LUGU
Cukup! Cukuuup ! Cukuuuuuuup! Ini gila … Ini gila … Gila! Aku mau
kampungku … Kembalikan kampungku! Kembalikan kampungku! Kampungku
!!!
NINI
He! Bangun Lugu! Ayo bangun! Kerjanya molor saja ! Bangun!
LAMPU MATI.
ADEGAN 4
LAGU TEMA.
LAMPU HIDUP.
PEKARANGAN DEPAN RUMAH AKI-NINI.
BULAN MASUK PANGGUNG, BERTERIAK MEMANGGIL TEMAN-
TEMAN.
BULAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
KOOR
Aduhaaai …! Bulan purnama ooo indahnya …
Padang masuk.
PADANG
Mana yang lain?
BULAN, PADANG
Jembaaar …! Kalangaaan!
Jembar masuk.
BULAN
Kamu tak bersama Kalangan, Jembar?
JEMBAR
Tidak.
KALANGAN
HEI!!!
SEMUA TERTAWA.
BULAN
Aduuuh … Sedih ya … Aki-Nini sudah setahun ini tiada … Tiba-tiba aku
terkenang-kenang mereka …
PADANG
Iya. Lagi mereka tak meninggalkan siapa-siapa …
JEMBAR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Dulu saja mereka sudah sepi … Cuma berdua saban hari … Tak ada anak, cucu
apalagi …
KALANGAN
Tapi tetap ada kita semua … Kita kan sudah jadi cucu-cucu mereka? Seperti
mereka pun sudah jadi kakek-nenek kita …
BULAN
Benar. Pokoknya semoga semoga Aki-Nini bahagia selamanya. Pokoknya kita
semua janji tak akan sekali-kali melupakan mereka. Setuju?
KOOR
Oh Aki … Oh Nini … Sekali kami janji, pantang Nyulayani. Swer!
JEMBAR
Katanya rumah itu dibeli sama orang kota ya ?
KALANGAN
Iya. Belum lama.
BULAN
Baik hati juga enggak ya? Seperti Aki-Nini enggak ya?
PADANG
Katanya, pemilik baru itu orangnya sombong. Tak kenal tetangga.
JEMBAR
Dan tak bakal menunggui kita bermain ya …
KALANGAN
Tak bakal juga mendongengi kita …
JEMBAR
Apalagi berharap keluarnya klenyem manis-gurih-anget ya …
BULAN,
Padang, Kalangan Huuuuu!
PADANG
Sudah sudah … Ayuk, bermain apa kita sekarang? Kejar-kejaran? Betengan?
Gaprakan? Tebak-tebakan?
JEMBAR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
KALANGAN
Sekarang kita hompimpah …
BULAN
Lainnya deh, jangan hompimpah terus …
PADANG
Terus piye?
JEMBAR
Pingsut? Itu kalo dua orang …
BULAN
Gini … Dengar! Gini …
BULAN
Jelas enggak?
PADANG
Yuk atur posisi. Baris.
Anak-anak berbaris menyamping menghadap ke kanan dan menghitung bersama.
KOOR
Tu Wa Ga Pat!
MUSIK.
TERNYATA YANG ‘JADI’ BULAN.
JEMBAR
Ayo, tutup mata!
BULAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
BULAN MENGHITUNG.
LAINNYA BERLARIAN MENCARI TEMPAT SEMBUNYI (KELUAR
PANGGUNG).
BULAN
Sepuluh!
BULAN
Padang! Jembar! Kalangan! Jangan jauh-jauh kalian sembunyi! Oooiii! Kalian tu
dimana?
BULAN
Oooiii! Kalian mengerjai aku yaaa ?!
BULAN
Padang … Jembar … Kalangan … Kalian mbook jangan keterlaluan … Aku
agak-agak merinding ini … Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan … Kalian
mbok nongol … Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan …
ADEGAN 5
LAMPU HIDUP.
PADANG MASUK PANGGUNG, MENGAMBIL ‘BLOCKING’ DAN ‘POSE’
TERTENTU. DISUSUL JEMBAR. DISUSUL KALANGAN.
KOMPOSISI DIAM. SEJURUS KEMUDIAN BULAN MASUK PANGGUNG,
BERJALAN DENGAN LANGKAH TERTAHAN-TAHAN.
BULAN
He! Padang! Jembar … Kalangan …
141
BULAN
Kalian dari mana saja tadi? Kalian sembunyi dimana sih? Kalian sudah rencana
ngerjai aku ya? Awas ya?
BULAN
He! Kok pada diam?! Padang! Padang …(Suara melunak).
PADANG
Aku bukan Padang. Aku PLEIII … STESIEEEN …
BULAN
Play station?!
BULAN
Jembar … Heh! Jembar! Jembar …
JEMBAR
Aku bukan Jembar. Aku HENPOOON …
BULAN
Handpone?!
BULAN
Kalangan … Kamu apa lagi? Kalangan …
KALANGAN
Aku bukan Kalangan. Aku BULDOZERRR …
BULAN
Buldoser?!
142
SELESAI
Penghormatan untuk tanah kelahiran-kampung halaman, teruntuk adik-adik
tersayang, tumbuh-kembang-mekar dalam karya, melangkah-mengalir sebagai
jalan-kali-mu sendiri, ada di kancah bumi, mengoda bersama berbagai hasrat,
impian, cita umat manusia, tanpa sekali-kali lupa hulunya, tanpa kehilangan
sejarahnya, tanpa menyangkali gua garbanya
Jagalan, februari 2006