Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANALISIS UNSUR SEMIOTIK DALAM NOVEL GADIS PESISIR


KARYA NUNUK Y. KUSMIANA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Prosa Fiksi Dosen
Pengampu : Miftahul Malik, M.Pd

Disusun Oleh : Eneng Tiara (41032121200056)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Analisis Unsur Semiotik Dalam Novel
Gadis Pesisir Karya Nunuk Y. Kusmiana" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kajian Prosa Fiksi. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan kita sebagai calon guru mengenai unsur semiotik
yang ada pada novel.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Miftahul Malik, M.Pd. Selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Kajian Prosa Fiksi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 19 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Pembelajaran ............................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 4
BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................... 5
A. Pengertian Semiotik ......................................................................................... 5
B. Jenis-jenis Semiotik ......................................................................................... 6
BAB III HASIL ANALISIS ............................................................................... 8
A. Analisis Unsur Semiotik Dalam Novel Gadis Pesisir Nunuk Y.
Kusmiana ............................................................................................................ 8
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra adalah alat yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan hasil
pemikiran dan satu hal yang telah dialaminya. Peranan suatu karya sastra adalah
menjembatani pemikiran pengarang untuk disampaikan kepada penikmat karya sastra. Karya
sastra juga dapat mengarahkan perhatian pengarang terhadap berbagai problematika yang
sedang diawasi disekitar lingkungannya. Kenyataan sosial yang ditampilkan melalui naskah
berupa kata-kata kepada pembaca merupakan tiruan mengenai kejadian ata keadaan sosial
yang telah terjadi di lingkungan masyarakat kemudian diolah lagi oleh pengarang ke dalam
bentuk serta cara yang berbeda, (Sugihastuti, 2007: 81-82).
Karya sastra sesuatu yang dibuat oleh seseorang dengan menyertakan daya pikir atau
gambarannya yang diperoleh dalam diri seorang pengarang itu sendiri. Dengan adanya karya
sastra dalam kehidupan, maka manusia dapat mengisi “kedahagaan jiwa” dikarenakan dengan
membaca suatu karya sastra bukan hanya menyampaikan sebuah hiburan, akan tetapi dapat
pula memberikan pelajaran kehidupan. Karya sastra juga dapat dikatakan memberikan
hiburan dan juga daya guna bagi pembaca. Dengan membaca suatu karya sastra, sejenak
dapat melupakan masalah kehidupan pribadi dan berimajinasi mengikuti alur cerita yang
disampaikan oleh pengarang, (Adam, 2015: 1).
Dalam menganalisa sebuah novel tentu tidak dapat terlepas dari struktur yang
membentuk suatu karya itu sendiri, yakni unsur yang ada didalam teks tersebut. Analisa
terhadap berbagai aspek yang ditemukan juga tidak bisa serta merta dipisahkan dari teks itu
sendiri. Novel tidak hanya merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan untuk dibaca,
namun merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang berpadu. Untuk
mengetahui makna dari unsur-unsur tersebut, novel dapat dianalis. Analisis strukturalisme
harusnya menjadi prioritas utama sebelum diterapkan analisis yang lain. Tanpa analisis
struktural tersebut, kebulatan makna yang hanya dapat digali dari karya tersebut tidak dapat
ditangkap (Teeuw, 1983).
Dengan kata lain sebelum mengkaji makna luar, perlu dikembalikan terlebih dahulu
pada analisis teks itu sendiri. Oleh karena itu, penulis lebih berfokus pada analisa yang masih
ada relevansi dengan strukturalisme, yakni semiotika. Semiotika sendiri tidak dapat
dipisahkan dari strukturalisme karena semiotika merupakan kelanjutannya (Junus, 1981:17).

Dengan menggunakan objek Novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y.Kusmiana,, penulis
mencoba menganalisa makna-makna yang terkandung didalamnya. Novel ini berfokus pada
kehidupan masyarakat di wilayah pesisir Papua. Banyak sekali isu yang dapat diangkat
1
didalamnya. Sekilas jika dilihat dari judulnya, sudah tentu novel ini dapat tebak isinya
berfokus pada pengambaran perempuan pesisir. Namun, peneliti lebih tertarik pada
kehidupan sosial yang diusung pada novel ini. Dimana makna masyarakat pesisir yang kerap
kali berarah ke makna yang bernilai negatif, akan penulis coba analisis melalui pemaknaan
dengan simbolsimbol. Nunuk Y.Kusmiana menggunakan beberapa pilihan kata yang beragam
sehingga dengan menganalisanya dapat dketahui maknanya lebih lanjut. Melalui pilihan kata
tersebut, terdapat berbagai makna kehidupan yang sering terjadi dalam kehidupan sosial
masyarakat dan juga terdapat nilai-bilai yang penting untuk kita ketahui. Oleh karena itu akan
diuraikan tentang simbol-simbol beserta maknanya yang dimunculkan melalui pilihan kata
dalam novel Gadis Pesisir dalam menggambarkan kehidupan masyarakat pesisir di Papua.

Novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana bercerita tentang penguasaan daerah
oleh tokoh utama. Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya dominasi kekuasaan ini sering kali
suatu individu yang dianggap golongan rendah akan dikucilkan oleh golongan yang lebih
tinggi. Alur cerita dalam novel ini tidak terlepas dari kemiskinan yang menimpa sebagian
masyarakat perantauan di tanah Jayapura. Tokoh utama yaitu Mamak Nur melakukan
dominasi dengan mengancam tokoh lain karena tokoh utama memiliki kekuasaan penuh
disuatu wilayah tersebut. Selain itu Mamak Nur juga mendominasi dalam hal perjodohan
anak orang lain karena menurut masyarakat setempat Mamak Nur ahli menjodohkan dan
mampu membaca jodoh atau tidaknya seseorang yang akan dijodohkan.

Dominasi terjadi secara konsentral, yang artinya pihak pendominasi memiliki


kewenangan penuh kepada pihak terdominasi untuk menentukan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kekuasaan. Tokoh utama melakukan dominasi terhadap orang lain agar
dirinya diakui dan dihormati oleh masyarakat setempat. Hal ini berkaitan dengan kedudukan
tokoh utama yang ia peroleh secara sengaja agar dirinya berada diposisi lapisan atas atau
pihak pendominasi. Akibat dominasi ini, mengakibatkan dampak negatif yang akan
berpengaruh dengan tokohtokoh lain.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dominasi kekuasaan menjadi hal yang menarik untuk
diteliti terlebih berkaitan dengan sosok Mamak Nur sebagai tokoh utama. Mamak Nur
sebagai tetua adat yang mampu menyatukan masyarakat dengan pelbagai konflik dalam setiap
tindakanya. Banyak yang dapat dipelajari dari sosok Mamak Nur, terutama dalam pola
kepemimpinannya. Akan tetapi, dominasi kekuasaan yang dimiliki Mamak Nur dapat
menjadikan konflik dan berdampak pada pola pikir masyarakat terhadapnya.

2
Menurut Agusta (2008: 266), bentuk kekuasaan dalam dominasi adalah rupa dari
kekuasaannyang mencakup sesuatu atausseseorang. Kekuasaan mengarah pada rancangan
ruang publik, kewargaan, dan gerakan sosial sebagai perwujudan kekuasaan dalam bentuk
pemberdayaan. Disinilah timbul adanya kekuasaan terhadappsesuatuuatau seseorang yang
bisa dimiliki oleh lapisan masyarakat dasar. Hal ini menunjukkan bahwa ditemukan
sejumlahhgolongan atau seseorang yang mempunyai kedudukannberbeda di dalam sebuah
tingkatan.

Di dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y. Kusmiana menceritakan pendominasian


yang dilakukan oleh tokoh utama. Dengan adanya dominasi ini, menyebabkan penghalang
terdominasi untuk bersosialisasi dengan kelompok individu lainnya bahkan pendominasi.
Setiap tokoh dalam cerita dapat mewakili masyarakat yang ada di kehidupan nyata. Hal ini
memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian karena alur cerita yang mudah dipahami
dan dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan yang dominan pada novel ini adalah tentang dominasi tokoh utama
yakni posisi satu individu yang menduduki posisi teratas. Munculnya dominasi kekuasaan
merupakan akibat yang tidak dapat dihindari dari beberapa faktor antara lain berkaitan
dengan kedudukan atau peran individu di lingkungan masyarakat. Hal ini merupakan gejala
alami yang tidak dapat dihilangkan karena sudah menjadi bagian dari kehidupan. Ditandai
dengan adanya kelompok masyarakat lapisan atas yang bertindak semena-mena terhadap
kelompok lapisan bawah. Maka, lapisan masyarakat bawah akan terus menerus ditindas
karena masyarakat lapisan bawah tidak berani melakukan perlawanan sebab mendapatkan
tekanan. Hal tersebut menjadi bukti bahwa adanya sekat antara pihak pendominasi dengan
pihak yang terdominasi.

Penelitian ini dikaji menggunakan ruang lingkup sosiologi sastra. Menurut Muslimin
(2011: 130), pendekatan sosiologi sastra dan karya sastra dapat ditinjau relasinya dengan
realita, sejauhhmanaakarya sastra tersebut menggambarkan sebuah kenyataann. Kenyataanndi
sini memuat artii yang cukup luas, yaitu segalaasesuatu yang beradaadi luar karyaasastra dan
yang diacuuoleh karyaasastra. Konteksssosial pengarang ialah suatu hal yang berhubungan
dengan posisi sosial masyarakattdan berkaitan dengan pembaca, termasukkfaktor-faktor
sosial yang mempengaruhi isi karya sastranya di samping mempengaruhi diri pengarang
sebagai perseorangan. Sastra sebagai gambaran masyarakat akan mengkaji hingga sejauh apa
sastra dianggappsebagai cerminan keadaannmasyarakat.

3
Dalam hal ini, fungsi sosial sastra telah dikaji sebesar apa arti sastra berhubungan
dengan nilai dalam kehidupan sosial, serta seberapa besar pengaruh sastra agar dapat menjadi
penghibur juga sebagai pengetahuan bagiipembaca. Begitu juga obyekkkarya sastra ialah
kenyataan kehidupan, walaupun dalammmenganalisa realita pengarang tidak memungutnya
secara tidak berpola karena pengarang lebih memilih dan mengelompokkan beberapa bahan
dengan menentukan asas dan tujuan tertentu.

Keunikan novel Gadis Pesisir terlihat dari cara menulis Nunuk Y. Kusmiana
menceritakan pendominasian yang dilakukan oleh tokoh utama yakni Mamak Nur. Alur cerita
novel Gadis Pesisir juga tak lepas dari keadaan sosial yang terjadi di masyarakat. Adanya
perbedaan lapisan masyarakat secara bertingkat menyebabkan tokoh utama menjadi
penguasa. Dalam novel ini pula diceritakan, masyarakat lapisan bawah yang berusaha
memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya dengan berbagai cara, salah satunya yakni
menikahkan anaknya yang berumur 14 tahun dengan seorang polisi yang sudah berumur 30
tahun. Novel ini seolaholah mengajak pembaca berselancar mengarungi dinamika kehidupan
masyarakat perantauan di Jayapura. Dapat dikatakan novel ini tidak hanya memuat hiburan
saja, tetapi ada pula pelajaran yang dapat dipetik yakni tidak saling membedakan antara
masyarakat golongan atas dengan masyarakat golongan bawah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah novel gadis pesisir mengandung unsur-unsur semiotik?
2. Makna apakah yang terkandung dalam novel tersebut?
C. Tujuan
Untuk menganalisis unsur semiotik dalam novel gadis pesisir katya Nunuk Y.
Kusmiana
D. Manfaat
1. Untuk mengetahui unsur-unsur semiotik.
2. Untuk mengetahui makna kehidupan atau pesan yang terkandung dalam novel
tersebut.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Semiotika

Pengertian Semiotika secara umum merupakan suatu kajian ilmu tentang mengkaji
tanda. Dalam kajian semiotika menganggap bahwa fenomena social pada masyarakat dan
kebudayaan itu merupakan tanda-tanda, semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-
aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Kajian semiotika berada pada dua paradigma yakni paradigma konstruktif dan paradigma
kritis.

Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani simeon yang berarti “tanda”.
Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan
luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest (dalam
Sobur, 2001, hlm. 96) mengartika semiotic sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala yang
berhubungan dengan cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan
penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.

Semiotika atau ilmu ketandaan (juga disebut studi semiotik dan dalam tradisi Saussurean
disebut semiologi) adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk studi tentang
tandatanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora,
simbolisme, makna, dan komunikasi. Semiotika berkaitan erat dengan bidang linguistik, yang
untuk sebagian, mempelajari struktur dan makna bahasa yang lebih spesifik. Namun, berbeda
dari linguistik, semiotika juga mempelajari sistem-sistem tanda non-linguistik. Semiotika
dibagi menjadi tiga cabang, yaitu: semantic artinya hubungan antara tanda dan hal-hal yang
mereka lihat denotata mereka, atau makna. Sintaksis yaitu hubungan antara tanda-tanda
dalam struktur formal. Pragmatik yaitu hubungan antara tanda dan tanda-menggunakan agen.

Pengertian Semiotika Menurt Para Ahli :

5
Charles Morris, Semiontika menambahkan bahwa hubungan tanda-tanda untuk designata
mereka dan benda-benda yang memungkinkan atau acara; dan, penawaran pragmatik dengan
aspek biotik dari semiosis, yaitu dengan semua fenomena psikologis, biologis, dan sosiologis
yang terjadi dalam tanda-tanda fungsi.

Menurut Eco di kutip dari buku Alex Sobur , Penelitian ini -peristiwa sederatan Semiontika
macam acara, benda, seluruh budaya sebgai tanda.Tanda didefinisikan sebagai apa pun di
atas konvensi sosial dasar yang sebelumnya masuk, dapat dianggap memiliki sesuatu yang
sangat berbeda.

Menurut alex sobur secara etimologis, Semiotika berasal dari istilah Yunani “Semion” yang
berarti “tanda” .Tanda sendiri didefinisikan sebagai sebuah konvensi sosial atas dasar
dimasukkan sebelumnya, dapat dianggap memiliki sesuatu yang lain.

B. Jenis-jenis Semiotika

Jenis-jenis Semiotika menurut Pateda 92001, hlm. 29) mengungkapkan bahwa jenis semiotika
terdapat 9 macam :

a) Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Pierce menyatakan
bahwa semiotik berobjekan tanda dan penganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna.
Ide dapat dikaitkan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat
dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu.
b) Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita
alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan
sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa hujan tidak lama lagi
akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu. Demikian pula jika
ombak memutih di tengah laut, itu menandakan bahwa laut berombak besar. Namun,
dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, telah banyak tanda yang
diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
c) Semiotik faunal (Zoo Semiotik), yakni semiotik yang khusus memperhatikan sistem
tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk
berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat
ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, seekor ayam betina yang berkotek-kotek
menandakan ayam itu telah bertelur atau ada sesuatu yang ia takuti. Tanda-tanda yang
dihasilkan oleh hewan seperti ini, menjadi perhatian orang yang bergerak dalam
bidang semiotik faunal.

6
d) Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku
dalam kebudayaan tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk
sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun temurun dipertahankan dan
dihormati. Budaya yang terdapat dalam masyakarat yang juga merupakan sistem itu,
menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang
lain.
e) Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang
berwujud mitos dan cerita lisan (Folklore). Telah diketahui bahwa mitos dan cerita
lisan, ada diantaranya memiliki nilai kultural tinggi.
f) Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan
oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan, dan daun
pohonpohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak bersahabat dengan
manusia, misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan tanda kepada
manusia bahwa manusia telah merusak alam.
g) Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat
oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas. Di
ruang kereta api sering dijumpai tanda yang bermakna dilarang merokok.
h) Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan
oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang
berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Buku Halliday (1978) itu sendiri
berjudul Language Social Semiotic. Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah
sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.

7
BAB III
HASIL ANALISIS
A. Hasil Analisis Unsur Semiotik
Semiotika tidak bisa dilepaskan dengan strukturalisme karena memang karya sastra
merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan semiotika, struktur
dalam suatu karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya dengan optimal(Pradopo,
2008:118).

Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure


(19571913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan
ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan
Peirce di Amerika Serika. Latar belakag keilmuan adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat.
Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi. Sedangkan Pierce menyebut
ilmu yang di kembangkannya dengan semiotika (semiotics) (Ratna : 2000) .

Peirce dikenal sebagai seorag filosofis Amerika yang juga dikenal sebagai ahli logika
dengan pemahamannya terhadap manusia dan penalaran (ilmu pasti). Logika yang mengakar
pada manusia ketika berpikir melibatkan tanda sebagai keyakinan manusia. Ia mengatakan
manusia berpikir dalam tanda, yang juga menjadi unsur komunikasi. Bagi Perce tanda
tidaklah sebagai suatu struktur, tetapi proses pemaknaan yang dilakukan dengan tiga tahap
(hoed, 2001: 139-166), yakni pertama, penyerapa representament (R) wajah luar yang
berkaitan dengan manusia secara langsung, tahap kedua yaitu penunjukan representamemt
pada objek (O) sebagai konsep yang dikenal oleh pemakai tanda, berkaitan dengan
representemen tersebut, dan tahap ketiga yaitu penafsiran lanjut oleh pemakai tanda yang
disebut interpretan (i) setelah representamen dikaitkan dengan objek. Skema pemaknaan

8
tanda dapat dipahami sebagai berikut : Dalam kajian semiotik, Pierce menawarkan sistem
tanda yang harus diungkap.

Menurut Pierce ada tiga faktor yang harus di ungkap, yaitu tanda itu sendiri, hal yang
ditandai dan sebuah tanda baru yang terjadi dalam batin penerima tanda. Antara tanda dan
yang ditandai ada kaitan representasi (menghadirkan). Kedua tanda itu akan melahirkan
interpretasi dibenak penerima. Hasil interpretasi ini merupakan tanda baru yang diciptakan
oleh penerima pesan Bagi Pierce ciri dasar penting dari tanda adalah ground (dasar), dan
bagian atas tanda disebut dengan kode yang mengarah pada kode bahasa, tanda dan dasarnya
(ground) terbagi menjadi tiga yaitu, 1) qualisigns sebagai tanda-tanda yang merupakan
berdasarkan perasaan.2) Sinsigns yaitu tada yang merupakan tanda atas dasar tampilnya
dalam kenyataan,dan 3) legsigns yaitu tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasas
peraturan yang berlaku umum(konvensi). (Ambarini & Nazia, 2012).

Dipandang dari sisi hubungan representamen dengan objeknya, yakni hubungan


“menggantikan” atau “standing for” relation, Peirce membaginya menjadi tiga yaitu ikon
(icon), indeks (index) dan simbol (symbol) (Budiman, 2005:56).Pertama, ikon adalah tanda
yang didasarkan atas “keserupaan” atau “kemiripan” di antar representamen dan objeknya.
Misalnya, citra-citra “realistis” seperti pada lukisan , foto, ekspresi-ekspresi semacam
grafikgrafik, skema-skema, bahkan metamofora. Kedua, indeks adalah tanda yang memiliki
kaitan fisik, eksistensial, atau kausal di antara represntamen dan objeknya sehingga seolah-
olah akan kehilangan karakter yang menjadikannya tanda jika objeknya dipindahkan atau
dihilangkan. Indeks biasanya berupa semacam zat atau benda material, gejala alam, gejala
fisik, bunyi ataupun suara., goresan. Sedangkan, yang ketiga adalah simbol. Ini merupakan
tanda yang representamennya merujuk keadaan objek tertentu tanpa motivasi. Simbol
terbentuk melalui konvensi-konvensi atau kaidah-kaidah, tanpa ada kaitan langsung di antara
representamen dan objeknya. Misalnya mata berkedip, tangan melambai (Budiman, 2005:
5659).

Tanda dan intepretantnya oleh Peirce disebut sebagai hal yang muncul pada diri
intepretantry didalam penafsiran, maka tanda melalui proses representasi dan intepretasi,
sehingga menyebabkan perkembangan suatu tanda lain. Pierce membedakan tiga macam
intepretasi antara lain. Pertama, rheme, apabila dapat diinterpretasikan sebagai representasi
disesuatu kemungkinan denotatum. Kedua yakni, decisign menawarkan hubungan yang benar
ada di antara tanda denotatum. Ketiga, argument, tanda yang apabila dapat dikaitkan dengan
kebenaran.

9
BAB IV

KESIMPULAN

Karya sastra sesuatu yang dibuat oleh seseorang dengan menyertakan daya pikir atau
gambarannya yang diperoleh dalam diri seorang pengarang itu sendiri. Dengan adanya karya
sastra dalam kehidupan, maka manusia dapat mengisi “kedahagaan jiwa” dikarenakan dengan
membaca suatu karya sastra bukan hanya menyampaikan sebuah hiburan, akan tetapi dapat
pula memberikan pelajaran kehidupan. Karya sastra juga merupakan suatu karya yang bisa
mengandung pesan baik pesan kehidupan sosial, ekonomi maupun yang lainnya tergantu
yang ada didalam karya sastra tersebut.

Demikian juga dengan yang novel Gadis Pesisir juga tak lepas dari keadaan sosial
yang terjadi di masyarakat. Adanya perbedaan lapisan masyarakat secara bertingkat
menyebabkan tokoh utama menjadi penguasa. Dalam novel ini pula diceritakan, masyarakat
lapisan bawah yang berusaha memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya dengan berbagai
cara, salah satunya yakni menikahkan anaknya yang berumur 14 tahun dengan seorang polisi
yang sudah berumur 30 tahun.

Demikian juga gadis pesisir terdapat unsur semiotik yang terkandung didalam nya
menunjukkan bahwa representasi masyarakat pesisir digambarkan lebih ke arah serba

10
kekurangan atau kemiskinan, susahnya memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga gambaran
keluarga Halijah menjadi sebuah potret betapa pendatang yang tidak mempersiapkan dengan
baik tujuan hidupnya didaerah baru, hidupnya dapat lebih sengsara.Dengan menggunakan
teori dari Charles Sanders Pierce, ditemukan tanda-tanda yang memberi makna kemiskinan.
Jadi, masyarakat Pesisir di Papua pada Novel Gadis Pesisir direpresentasikan terdiri dari
beragam level masyarakat namun cenderung pada posisi yang serba kekurangan seperti yang
tergambar pada keluarga Halijah. Makna Pesisir bukan lagi hanya sebuah tempat, namun
merujuk pada kehidupan sosial dan masyarkatnya yang cukup sulit, khususnya dari segi
ekonomi.

Sebagai saran, diperlukan telaah lebih lanjut untuk lebih memperdalam analisa,
terlebih dengan bantuan pendekatan sosial agar dapat ditemukan penemuan lebih lanjut
terkait dengan represesntasi masyarakat pesisir dalam novel Gadis Pesisir karya Nunuk Y.
Kusmiana Dalam rangka menciptakan diskursus ilmiah yang berkelanjutan terutama di
kalangan akademisi, peneliti juga memberikan saran kepada penelitian selanjutnya agar dapat
menggunakan pendekatan, subjek dan tema yang berbeda agar menghasilkan pengetahuan
yang lebih komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Asriningsari, A. & Umaya, M.N.(2012). Semiotika, Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra.
Semarang: IKIP PGRI Press.

Budiman, Kris. 2005. Ikonisitas ; Semiotika Sastra dan Seni Visual. Yogyakarta : Buku Baik.

Kusmiana, N.Y.(2019). Gadis Pesisir. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Teeuw, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia. Pustaka
Jaya.

Asriningsari, A. & Umaya, M.N.(2012). Semiotika, Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra.
Semarang: IKIP PGRI Press.

Kurniawan, Aria (2022) Pengertian Semiotika – Penelitian, Elemen, Analisis, Teori, Para
Ahli. https://www.gurupendidikan.co.id/semiotika/

11
12

Anda mungkin juga menyukai