Dosen Pengampu
Oleh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang bejudul
“Nilai Sosial Budaya Dalam Cerpen Rokat Kandung Kembar Karya Muna
Masyari”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Adapun penyusunan makalah ini diajukan sebagai
pemenuhan tugas kelompok persentasi.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak dan beberapa sumber buku, sehingga dipermudah dan dapat
berjalan dengan lancar dalam pembuatannya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat para penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi para
pembaca pada umumnya.
P
enyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.3 Nilai Sosial Budaya Dalam Cerpen “Rokat Kandung Kembar” Karya
Muna Masyari.....................................................................................5
2.3.1 Sinopsis.....................................................................................5
BAB 3. PENUTUP................................................................................................13
3.1 Simpulan...........................................................................................13
3.2 Saran.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1
Alasan penyusun memilih untuk menganalisis cerpen Rokat Kandung
Kembar karya Muna Masyari, banyak pelajaran berharga dari tiap peristiwa yang
dialami oleh tokoh utama. Segala bentuk perbuatan atau tindakan sehari-hari
manusia selalu terikat oleh tradisi yang berlaku di dalam masyarakat banyak
memuat pelajaran berharga. Oleh karena itu, proses kehidupan tokoh utama
dengan tokoh-tokoh lainnya yang digambarkan dalam cerpen Rokat Kandung
Kembar karya Muna Masyari menarik untuk dibahas malalui analisis nilai-nilai
sosial budaya yang terkadung didalamnya.
Melalui analisis nilai-nilai sosial budaya dalam cerpen ini, diharapkan
akan memberikan masukan, contoh dan teladan bagi pembaca yang dapat
diadaptasi dalam kehidupan masing-masing. Karena itulah, menjadi penting untuk
menganalisis bagaimana sebuah karya sastra memberikan gambaran tentang nilai-
nilai sosial budaya kepada para pembaca serta bagaimana pembaca dapat menarik
pelajaran dari sebuah karya yang dibacanya.
2
BAB 2. PEMBAHASAN
Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-
kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tidak
mungkin dilakukan dalam sebuah novel (Poe dalam Burhan, 2012:10). Cerpen,
sesuai dengan namanya adalah cerita yang pendek. Panjang cerpen itu sendiri
bervariasi. Ada cerpen yang pendek, ada yang panjangnya cukupan, serta ada
cerpen yang panjang (Burhan, 2012:10). Cerpen adalah fiksi pendek yang selesai
dibaca dalam “sekali duduk‟. Cerita pendek hanya memiliki satu arti, satu krisis
dan satu efek untuk pembacanya. Pengarang cerpen hanya ingin mengemukakan
suatu hal secara tajam (Jacob, 2001:184).
Cerpen yang baik adalah cerpen yang merupakan suatu kesatuan bentuk,
utuh, manunggal, tak ada bagian-bagian yang tak perlu, tetapi juga tak ada sesuatu
yang terlalu banyak, semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti (Jacob,
2001:91). Cerpen haruslah berbentuk padat, di dalamnya pengarang menciptakan
karakter-karakter, semesta mereka, dan tindakan-tindakannya sekaligus secara
bersamaan (Stanton, 2012:76). Menurut The Liang dan A. Widyamartaya cerpen
adalah cerita khayal berbentuk prosa yang pendek, biasanya di bawah 10.000 kata,
bertujuan menghasilkan kesan kuat dan mengandung unsur-unsur drama: oleh
sebab itu alirnya pun disebut konflik dramatik (dalam Korrie, 1995:10).
3
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah cerita
yang selesai dibaca dalam sekali duduk, cerpen dibentuk oleh unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik. Cerita pendek hanya memiliki satu arti, satu krisis dan satu efek
untuk pembacanya, sehingga bertujuan menghasilkan kesan kuat yang di
dalamnya terdapat dialog antar pelaku.
4
2.3 Nilai Sosial Budaya Dalam Cerpen “Rokat Kandung Kembar” Karya
Muna Masyari
2.3.1 Sinopsis
Rokat Kandung Kembar merupakan cerita pendek yang ditulis oleh
Muna Masyari, penulis atau sastrawan yang berasal dari Pamekasan, Madura.
Cerpen ini diterbitkan oleh Kompas pada 20 Oktober 2019.
Cerpen “Rokat Kandung Kembar” menceritakan tentang seorang
perempuan terpelajar yang tidak terlalu memercayai tradisi yang berlaku di
kalangan masyarakat Madura. Perempuan itu belum juga memiliki keturunan,
padahal sudah menikah selama delapan tahun. Orang-orang di sekitar, baik
teman, tetangga, maupun keluarga menghakimi dan sering meledeknya
dengan sang suami. Suatu hari, si perempuan akhirnya dinyatakan hamil.
Sebagai bentuk rasa syukur, ibu mertuanya membeli nangka dan membuat
kolak nangka untuk dibagi-bagikan ke tetangga. Selain itu, ibu mertuanya
menyisihkan sembilan biji nangka yang digunakan sebagai penanda usia
kehamilan perempuan itu.
Tak berapa lama, kabar bahagia datang dari kedua adik ipar si
perempuan. Mereka dinyatakan hamil hampir bersamaan. Oleh karena itu,
harus diadakan tradisi rokat kandung kembar sebelum kenduri pelet betteng.
Tradisi tersebut dilaksanakan agar si janin selalu sehat, lahir dengan selamat,
dan tidak ada yang ‘kalah’ salah satunya. Sebenarnya, perempuan itu (tokoh
“kamu”) tidak terlalu memercayai segala sesuatu yang berbau tradisi atau
takhayul. Menurutnya, itu adalah cara jahiliah yang diturunkan oleh orang-
orang terdahulu kepada anak-cucu. Maka dari itu, saat prosesi atau ritual
rokat kandung kembar, si perempuan mencoba berontak. Dia tetap memakai
sepatu hak tinggi, padahal dalam ritual rokat kandung kembar tidak
diperbolehkan memakai sandal.
Sang ibu mertua sudah mengingatkan. Namun, perempuan itu tetap
kukuh pada pendiriannya dan mengancam tidak akan mengikuti ritual rokat
kandung kembar kalau dipaksa melepas sepatu hak tingginya. Nahas, sifat
keras kepalanya mendatangkan bala yang akan disesali perempuan itu
selama-lamanya.
5
Perempuan itu tergelincir karena sepatu hak tinggi yang dia pakai.
Perutnya tertusuk runcing pedal sepeda yang tinggal besi. Rahim si
perempuan pun sobek dan janinnya tak bisa diselamatkan. Dokter
menyarankan untuk melakukan operasi pengangkatan rahim. Artinya, si
perempuan tidak akan bisa mempunyai anak.
Suami dan keluarga perempuan itu menyalahkan dirinya karena terlalu
teledor. Namun, si perempuan berusaha menampik kenyataan tersebut dan
mengatakan kalau semua itu terjadi karena kecelakaan. Karena hal itu,
kondisi psikologis si perempuan terganggu. Sang suami sering melihat
dirinya berbicara sambil menatap cangkir berisi biji-biji nangka, kemudian
membuang cangkir tersebut dan berteriak tak keruan.
6
Aspek sosial tergambar sangat jelas melalui tokoh-tokoh di dalam Cerpen
“Rokat Kandung Kembar” seperti kutipan berikut ini.
Tentu kau tidak bisa diserang dengan tuduhan
mandul lagi setelah menjalani pemeriksaan ke sana
kemari dan dinyatakan ladangmu subur untuk
ditanami dan dibuahi. Padahal sebelumnya, tak
hanya suami, keluarganya pun, terutama ibu
mertuamu, ikut menghakimi (Masyari, 2019).
7
Saat kandungan memasuki usia tujuh bulan, masyarakat Madura juga
mengadakan sebuah tradisi bernama pelet betteng. Namun, sebelum
pelaksanaan pelet betteng, terlebih dahulu dilaksanakan tradisi lain, yaitu
rokat kandung kembar. Sebab, di dalam cerpen disebutkan bahwa tokoh
utama “kamu” hamil bersamaan dengan dua adik iparnya. Hal ini
digambarkan dalam kutipan berikut.
Ketika kau keluar, kedua adik iparmu sudah
membalut tubuh sedada dengan kain putih yang
sama. Dua ujung kerudung panjang berwarna senada
disampirkan ke pundak hingga tubuh bagian atas
cukup terlindungi. Ibu mertuamu menampah
seperiuk nasi bertumpang tiga butir telur yang sudah
tidak mengepulkan asap. Nasi dan telur matang itu
siap dibawa ke tengah-tengah halaman untuk kalian
makan bersama, selaku tiga bersaudara yang sama-
sama hamil. Tidak ada lauk, sayur, atau sekadar
sambal. Hanya telur matang tanpa bumbu (Masyari,
2019).
2) Aspek Religius
Aspek religius adalah segala hal yang berkaitan dengan kepercayaan
pada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun aspek religius dalam Cerpen “Rokat
Kandung Kembar” dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Menatap kain itu, kau seakan melihat kenaifa orang-
orang terdahulu, yang kemudian diwariskan pada
anak-putu.
“Padahal, perempuan hamil justru dianjurkan
perbanyak membaca ayat-ayat suci. Berperilaku baik
agar kelak diteladani si jabang bayi. Bukan tunduk
pada tradisi dengan keyakinan yang mengada-ada,”
sungutmu (Masyari, 2019).
8
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh “kamu” yang merupakan
perempuan berpendidikan tidak terlalu memercayai tradisi rokat dan
menganggap tradisi tersebut sebagai cara jahiliah. Padahal, tradisi rokat
memiliki makna tertentu, seperti yang dijelaskan pada kutipan berikut.
Seharusnya kau memahami bagaimana orang
terdahulu berdoa. Berdoa hagi mereka tak cukup
sekadar menadah tangan atau merapal potongan
ayat-ayat Al-Qur’an. Mengenakan kain putih bersih
adalah simbol doa agar disucikan dari segala yang
buruk. Dijauhi dari perkara pengundang petaka.
Bertelanjang kaki juga demi mengecilkan diri di
hadapan Gusti Yang Mahatinggi.
Memakan nasi bersama dalam satu periuk
merupakan bentuk permohonan sekaligus pesan agar
senantiasa hidup rukun, damai, dan tenteram. Satu
rasa mencecap kehidupan dalam kesederhanaan.
Ketika si ibu hidup rukun, hatinya tenang bahagia,
janin di perutnya ikut senang. Demikian sebaliknya
(Masyari, 2019).
3) Aspek Pendidikan
Aspek pendidikan adalah segala tindakan yang sifatnya memberikan
pengajaran kepada manusia. Seperti yang kita ketahui, pendidikan adalah
sesuatu yang sangat krusial dalam kehidupan manusia. Sebab, tanpa adanya
pendidikan, setiap orang tidak akan mampu membedakan hal baik dengan hal
buruk. Pendidikan tidak hanya didapat melalui pendidikan formal, tetapi juga
bisa melalui pendidikan nonformal, seperti pelatihan, kursus, dan sebagainya.
Adapun aspek pendidikan dalam Cerpen “Rokat Kandung Kembar” karya
Muna Masyari dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Peraturan ketat ini-itu dari mertuamu pun mulai
diterapkan. Salah satu yang paling kau benci, kau
dilarang memakai sandal tinggi dan dikasih sandal
jepit seharga sepuluh ribuan. Padahal, dengan sandal
mahal bertumit tujuh sentimeter itulah statusmu
9
sebagai satu-satunya perempuan terpelajar di
keluarga itu merasa sedikit terselamatkan, dan
posturmu yang pendek-bulat tidak berkhianat
dengan mengundang keminderan (Masyari, 2019).
4) Aspek Moral
Aspek moral berhubungan dengan segala sesuatu yang menyangkut
baik atau buruknya suatu tindakan. Dalam hal ini, yaitu sikap, akhlak, budi
pekerti, dan susila. Adapun aspek moral dalam Cerpen “Rokat Kandung
Kembar” dapat dilihat pada kutipan berikut.
Para undangan sudah memenuhi langgar. Sanak
famili turut hadir untuk menyaksikan. Ada yang
sedang sibuk di dapur menyiapkan jamuan untuk
para undangan. Anak-anak berlarian, bercanda ria di
halaman bermandi cahaya bulan.
Melepas sandal di hadapan banyak orang sama
artinya membiarkan postur tubuhmu berkhianat dan
kau tak lebih dari seekor ayam katai.
“Tidak! Saya tidak terbiasa berjalan tanpa sandal!”
kau menolak tegas.
“Hanya sementara!”
“Kalau kalian memaksa, saya tidak akan mengikuti
acara ini!” kau berkeras hati.
Ketiganya saling tatap. Kau melempar pandang ke
halaman. Bagimu, sudah untung kau bersedia
mengikuti tradisi yang kau anggap konyol itu
(Masyari, 2019).
10
Akhirnya, karena sifat keras kepalanya, tokoh “kamu” terkena karma.
Dia terpeleset saat masih menggunakan sepatu berhak tinggi dan mengalami
keguguran. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
Malam itu, ketika sandalmu tergelincir, kau jatuh
dan perutmu tertusuk runcing pedal sepeda yang
tinggal besinya. Seorang anak yang sedang bermain
di halaman menggeletakkan sepeda tanpa penyangga
itu dengan sembarangan, di dekat tangga. Dinding
rahimmu robek, dan disarankan agar histerektomi
dilakukan (Masyari, 2019).
5) Aspek Kebiasaan
Aspek kebiasaan adalah segala hal yang berkaitan dengan perbuatan
atau tindakan yang dilakukan secara terus-menerus atau turun-temurun.
Dalam Cerpen “Rokat Kandung Kembar”, aspek kebiasaan yang paling
ditonjolkan adalah kebiasaan-kebiasaan masyarakat Madura, seperti tradisi
pelet betteng, rokat kandung kembar, dan sebagainya. Aspek kebiasaan dalam
Cerpen “Rokat Kandung Kembar” ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
Esok paginya, ibu mertuamu bergegas ke pasar dan
pulang menyunggi buah nangka besar yang sudah
matang. Peluh meleleh di pelipis dan leher,
membasahi kebayanya. Buah beraroma menyengat
dan membuatmu muntah-muntah itu dibelah hingga
menjadi delapan hagian. Hanya sembilan biji yang
diminta kau simpan baik-baik setelah dicuci hersih.
Selebihnya, daging nangka dibuat kolak bergula
merah campur serai, lalu dibagi-bagikan ke tetangga
sebagai rasa syukur (Masyari, 2019).
11
Kutipan di atas menggambarkan kebiasaan masyarakat Madura yang
membagi-bagikan kolak nangka sebagai rasa syukur jika ada salah satu
anggota keluarga yang hamil. Nangka dipilih karena buah beraroma
menyengat tersebut akan diambil bijinya sejumlah sembilan biji. Biji-biji
tersebut digunakan untuk menandai usia kehamilan. Jika kehamilan
memasuki usia satu bulan, maka satu biji dimasukkan ke dalam sebuah
cangkir. Begitu pun seterusnya hingga bulan kesembilan. Hal tersebut
ditunjukkan pada kutipan berikut.
Tepat ketika purnama menyembul kemerahan dari
balik pelepah-pelepah janur, ibu mertuamu datang
ke kamar meminta satu biji nangka (diambil dari
sembilan yang kausimpan) dan diletakkan di tadah
cangkir.
“Untuk apa?” tanyamu.
“Sebagai penanda usia kandunganmu menapak satu
bulan.” (Masyari, 2019)
12
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-
kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tidak
mungkin dilakukan dalam sebuah novel (Poe dalam Burhan, 2012:10). Cerpen
yang baik adalah cerpen yang merupakan suatu kesatuan bentuk, utuh,
manunggal, tak ada bagian-bagian yang tak perlu, tetapi juga tak ada sesuatu yang
terlalu banyak, semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti (Jacob,
2001:91). Karya sastra cerpen dapat dianalisis dengan berbagai macam
pendekatan salah satunya adalah pendekatan sosiologi sastra, pendekatan ini pada
dasarnya tidak berbeda dengan pengertian sosiologi sastra yakni ilmu sosial
kemasyarakatan yang menelaah suatu karya sastra. Begitu juga nilai sosial budaya
yang terdapat dalam Cerpen “Rokat Kandung Kembar” karya Muna Masyari
dengan pendekatan sosiologi sastra dapat dianalisis dengan beberapa aspek,
seperti aspek sosial budaya, aspek religius, aspek psikologis, aspek pendidikan,
aspek moral, dan aspek kebiasaan.
3.2 Saran
Pembaca karya sastra dalam cerpen ini, diharapkan tidak hanya menikmati dan
ikut merasakan jalan cerita yang menarik, tetapi melalui makalah ini diharapkan
dapat memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai analisis nilai sosial
budaya dalam sebuah karya sastra khusunya cerpen. Sehingga dapat menjadi
inspirasi dan motivasi pada pembaca di semua kalangan terutama bagi mahasiswa
jurusan sastra.
13
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. (2002: 57). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Algensindo.
Korrie. 1995. Dasar-Dasar Penulisan Cerita Pendek. Jakarta: Nusa Indah Jakarta
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/42881/MTQ3MDI3/Kritik-sosial-
dalam-cerkak-Irul-S-Budianto-tinjauan-sosiologi-sastra-abstrak.pdf (diakses pada
17 Desember 2020)
14