Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KAJIAN PROSA

“PENOKOHAN”

Dosen Pengampu:

Dr. Linggua Sanjaya Usop, M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 6

Tutwuri Handayani (AAB 117

Veni Debora Nababan (AAB 117 039)

Wati (AAB 117 068)

Whydia Amelia Putri (AAB 117 043)

Willy Agustinus (AAB 117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERISTAS PALANGKA RAYA


2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahas Esa karena atas rahmat-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penokohan” . Dalam menyelesaikan makalah
ini alhamdulillah penulis tidak menemukan hambatan. Dalam proses  penyusunan makalah
ini penulis dibantu oleh rekan-rekan. Bantuan rekan-rekan sangat membantu dalam setiap
menghadapi permasalahan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu menfasilitasi bahan pendukung dalam penyusunan makalah ini.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Kajian Prosa” Dosen pengampu mata kuliah Dr. Linggua Sanjaya Usop, M.Si. pada bidang
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang penokohan yang terdapat pada karangan fiksi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Palangka Raya, 24 April 2020

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................1

Daftar Isi............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUANLUAN......................................................................................3

A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4

A. Penokohan............................................................................................................4

BAB III PENUTUP.........................................................................................................10

A. Kesimpulan..........................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................10

DAFTRA PUSTAKA......................................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang paling penting dalam cerita fiksi.
Penokohan merupakan Watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap
para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca lebih menunjuk pada kualitas pribadi
seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering disamakan artinya dengan
karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-
watak tertentu dalam sebuah cerita. Tokoh cerita (character), menurut Abrams (1981: 20),
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan yang dilakukan dengan tindakan.
Menurut Jones (dalam Nurgiantoro, 1995; 165) penokohan adalah penggambaran yang
jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan mengenai pengertian hakikat dan penokohan?
2. Jelaskan mengenai penokoh dan unsur cerita?
3. Jelaskan mengenai pembedaan tokoh?
4. Jelaskan bagaimana teknik pelukisan tokoh?
5. Apakah terdapat usaha pengidentifikasi tokoh?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hakikat penokohan.
2. Untuk mengetahui pengertian mengenai penokohan, pemplotan, dan relevansi tokoh.
3. Untuk mengetahui macam-macam tokoh yang telah dibedakan.
4. Untuk mengetahui teknik pelukisan tokoh seperti, teknik ekspositori, teknik dramatik,
teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik arus kesadaran, teknik reaksi tokoh, teknik
reaksi tokoh lain, teknik penulisan latar, dan teknik pelukisan fisik.
5. Untuk mengetahui Usaha pengidentifikasian tokoh melalui beberapa prinsip, seperti
prinsip pengulangan, prinsip pengumpulan, prinsip kemiripan dan pertentangan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

UNSUR PENOKOHAN DALAM FIKSI


A. Pengertian dan hakikat penokohan
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan dan
karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca
lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi-
karakterisasi sering disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada
penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
Tokoh cerita (character), menurut Abrams (1981: 20), adalah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dan yang dilakukan dengan tindakan.
Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan sebab is
mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana
penempatan dan pelukisan dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran
yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan
pengembangan tokoh dalam suatu cerita. 
a). Kewajaran
Fiksi adalah suatu karya kreatif, maka bagaimana pengarang mewujudkan dan
mengembangkan tokoh-tokoh ceritanya pun tidak lepas dari kebebasan kreativitasnya.
Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia haruslah
merupakan tokoh yang hidup secara wajar sesuai dengn kehidupan manusia yang
terdiri dari darah daging, yang mempunyai pikiran dan perasaan.
Tokoh cerita menempati posisi yang strategis sebagai pembawa pesan,amanat, moral,
atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.
b). Kesepertihidupan.
Masalah kewajaran tokoh cerita sering dikaitkan dengan kenyataan
kehidupan manusia sehari-hari. Seorang tokoh cerita dikatakan wajar , relavan jika
mencerminkan dan mempunyai kemiripan dengan kehidupan manusia sesungguhnya
(lifelike). Tokoh cerita hendaknya mempunyai sifat alami, memiliki sifat
(lifelikeness), paling tidak itulah harapan pembaca. Pengertian lifelikeness itu
sendiri merupakan suatu bentuk penyederhanaan yang berlebihan
(oversimplification). Tokoh cerita haruslah mempunyai dimensi yang lain disamping

4
kesepertihidupan. Kriteria kesepertihidupan itu sendiri tidak terlalu menolong untuk
memahami tokoh fiksi, bahkan ia dapat menyesatkan kea rah pemahaman literer
(Kenny, 1996:24-5).
c). Tokoh Rekaan versus Tokoh nyata.
 Tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dalam fiksi, sesuai dengan namanya,
adalah tokoh rekaan, tokoh yang tidak akan pernah ada di dunia nyata. Pengangkatan
tokoh nyata, atau hanya berupa bentuk personifikasinya, dapat mengesani pembaca
seolah-olah peristiwa yang diceritakan bukan peristiwa imajinatif, melainkan
peristiwa factual.
B. Penokohan dan Unsur Cerita yang Lain:
 a). Penokohan dan Pemplotan.
Plot merupakan sesuatu yang bersifat artificial. Penokohan dan pemplotan
merupakan dua fakta cerita yang saling mempengaruhi dan menggantungkan satu
dengan yang lain. Plot adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan apa yang
menimpanya. Adanya kejadian demi kejadian, ketegangan konflik, dan sampai
klimaks yang notabene kesemuanya merupakan hal yang esensial dalam plot hanya
mungkin terjadi jika ada pelakunya.
Penokohan dan Tema. Tema merupakan dasar cerita, gagasan sentral atau 
makna cerita. Dengan demikian dalam sebuah fiksi tema bersifat mengikat dan
menyatukan keseluruhan unsure fiksi tersebut. Sebagai unsure utama fiksi, penokohan
erat hubungannya dengan tema. Dalam kebanyakan fiksi, tema umumnya tidak
dinyatakan secara eksplisit. Hal itu berarti pembacalah yang bertugas menafsirkannya.
b). Relevansi Tokoh
Berhadapan dengan tokoh fiksi, pembaca sering memberikan reaksi emotif
tertentu seperti merasa akrap, simpati, empati, benci, antipati, atau berbagai reaksi
afektif lainnya. Ada beberapa bentuk relevansi seorang tokoh cerita seseorang
tokoh cerita. Seorang tokoh cerita, yang diciptakan pengarang itu,jika disukai
banyak orang dalam kehidupan nyata, apalagi sampai dipuja dan digandrungi,
berarti merupakan tokoh fiksi yang mempunyai relevansi (Kenny, 1966:27). Salah
satu bentuk kerelevansian tokoh sering dihubungkan dengan 
kesepertihidupan, lifelikeness.Seorang tokoh cerita dianggap relevan bagi
pembaca, kita, dan atau relevan dengan pengalaman  kehidupan kita, jika ia seperti
kita, atau orang lain yang kita ketahui.
C. Pembedaan Tokoh
a). Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita,
ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga merasa

5
mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh-tokoh yang hanya
dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin dalam porsi
penceritaan yang relative pendek. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan
penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama paling banyak
diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan. Di pihak lain pemunculan tokoh tambahan
dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya
jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung.
b). Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh
protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi,
yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero tokoh yang merupakan
pengejawantahan norna-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis,
1966: 59). Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan
kita, harapan-harapan kita pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang
dibenci pembaca.
c). Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh
sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex
atau round character). Tokoh sederhana. Tokoh sederhana dalam bentuknya yang asli
adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang
tertentu saja. Tokoh sederhana dapat saja melakukan berbagai tindakan, namun semua
tindakannya itu akan dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang
telah diformulakan itu. Tokoh Bulat. Tokoh bulat, kompleks adalah tokoh yang
memiliki dan diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian
dan jati dirinya. Dengan demikian tokoh kompleks lebih sulit dipahami, terasa kurang
familiar karena yang ditampilkan adalah tokoh-tokoh yang kurang akrap dan kurang
dikenal sebelumnya.
d). Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang
Berdasarkan  criteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh cerita
dalam sebuah novel, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis, tidak berkembang
(static character) dan tokoh berkembang (developing character). Tokoh statis adalah
tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan
perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi (Altenbernd
&Lewis, 1966: 58). Sedangkan tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang
mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan
dan perubahan peristiwa dan plot yang dikisahkan.

6
e). Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral
Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok
manusia dari kehidupan nyata, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh tipikal
(typical character) dan tokoh netral (netral character). Tokoh tipical adalah tokoh
yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak
ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya. Tokoh netral adalah tokoh cerita
yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar tokoh imajiner yang hanya
hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
D. Teknik Pelukisan Tokoh
a). Teknik Ekspositori
Teknik ini sering disebut sebagai teknik analitis, pelukisan tokoh cerita
dilakukan dengan memberikan deskropsi, uraian, atau penjelasan secara langsung.
Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang tidak berbelit-belit, melainkan
begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya yang mungkin berupa sikap,
watak, tingkah laku, atau bahkan juga cirri fisiknya. Kelemahan teknik analitik
antara lain adalah penuturannya yang bersifat mekanis dan kurang alami. Artinya,
dalam realitas kehidupan tidak akan ditemui deskripsi kedirian seseorang yang
sedemikian lengkap dan pasti.
b). Teknik Dramatik
Teknik dramati adalah teknik penampilan tokoh cerita, mirip dengan yang
ditampilkan pada drama, dilakukan secara tidak langsung. Artinya pengarang tidak
mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku
tokoh.ceritauntuk menunjukkan kemandiriannya sendiri melalui berbagai aktivitas
yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat tindakan
atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Kelebihan teknik
dramatic adalah sifatnya yang lebih sesuai dengan kehidupan nyata. Sedangkan
kelemahannya adalah sifatnya yang tidak ekonomis. Wujud Penggambaran Teknik
Dramatik. Penampilan tokoh secara dramatic dapat dilakukan dengan beberapa
teknik,
c). Teknik Cakapan
Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga
dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Tidak
semua percakapan, memang mencerminkan kemandirian tokoh, atau paling tidak,
tidak mudah untuk menafsirkan sebagai demikian. Namun percakapan yang
baik,efektif, yang lebih fungsional, adalah yang menunjukkan perkembangan plot
dan sekaligus mencerminkan sifat kemandirian tokoh pelakunya.

7
d). Teknik Tingkah Laku
Teknik ini dimaksudkan untuk menunjuk tingkah laku verbal yang
berwujud kata-kata para tokoh, teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang
bersifat non verbal, fisik.
e) Teknik Pikiran dan Perasaan
Bagaimana keadaan dan jalan pikiran serta perasaan, apa yang melintas di
dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang (sering) dipikir dan dirasakan oleh
tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya jua.
f) Teknik Arus Kesadaran
Teknik arus kesadaran (stream of consciousness) berkaitan erat dengan
teknik pikiran dan perasaan. Keduanya tidak dapat dibedakan secara pilah bahkan
mungkin dianggap sama-sama menggambarkan tingkah laku batin tokoh. Arus
kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan
dan aliran proses mental tokoh, di mana tanggapan indera bercampur dengan
kasadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-
asosiasi acak.
g) Teknik Reaksi Tokoh
Teknik reksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu
kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap tingkahlaku orang lain dan sebagainya
yang berupa rangsang dari luar tokoh yang bersangkutan.
h) Teknik Reaksi Tokoh Lain
Reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh
lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa
pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lain-lain.
i) Teknik Penulisan latar
Pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan sifat kedirian tokoh
seperti yang telah diungkapkan dengan berbagai teknik yang lain.
j) Teknik Pelukisan Fisik
Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau
paling tidak, pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya
keterkaitan itu.
E. Usaha pengidentifikasian tokoh melalui beberapa prinsip antara lain:
a) Prinsip Pengulangan
Prinsip pengulangan ini digunakan untuk menekankan dan
mengintensifkan sifat sifat yang menonjol sehingga pembaca dapat memahami
dengan jelas.

8
b). Prinsip Pengumpulan
Seluruh kedirian tokoh diungkapkan sedikit demi sedikit dalam seluruh cerita.
Usaha pengidentifikasian tokoh, dengan demikian, dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data-data kedirian yang tercecer diseluruh cerita tersebut, sehingga
akhirnya diperoleh data yang lengkap.
c). Prinsip Kemiripan dan Pertentangan
Identifikasi tokoh yang mempergunakan prinsip kemiripan dan pertentangan
dilakukan dengan memperbandingkan antara seorang tokoh dengan tokoh lain dari
cerita fiksi yang bersangkutan

9
BAB III
PENUTUP
A). Kesimpulan
Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering disamakan artinya dengan
karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan
watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Tokoh cerita (character), menurut Abrams
(1981: 20), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu
seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan yang dilakukan dengan tindakan.
Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan sebab ia
mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana
penempatan dan pelukisan dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran
yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan
pengembangan tokoh dalam suatu cerita. 
B). Saran

Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. sebagai manusia biasa penulis tidak luput dari kesalahan
dan Saat menulis makalah penulis memasukan beberapa pendapat para ahli. Jika dari
pembaca mendapatkan kesalahan dalam makalah ini penulis mohon maaf. Penulis masih
dalam tahap belajar sehingga masih banyak yang harus diperbaiki. Saran yang dapat
mendukung perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Univercity
press.

11

Anda mungkin juga menyukai