Anda di halaman 1dari 10

PERBANDINGAN CERPEN “GODLOB” KARYA DANARTO

DENGAN CERPEN “RADIO MASYARAKAT” KARYA


ROSIHAN ANWAR: KAJIAN PENDEKATAN STRUKTURAL
Oleh: Elvira Rizky Fitriana
viraftrn27@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis cerpen “Godlob” menggunakan pendekatan
struktural, (2) menganalisis cerpen “Radio Masyarakat” dengan menggunakan pendekatan
struktural, (3) membandingkan kedua cerpen dengan pendekatan yang sama. Peneliti
melakukan langkah-langkah dalam pengumpulan data; (1) menbaca cerpen “Godlob” dan
“Radio Masyarakat” secara intensif, (2) menganalisis empat unsur intrinsik cerpen, yaitu tema,
latar, tokoh/penokohan, dan amanat. Peneliti akan mengkaji cerpen realis dan cerpen surealis.
Cerpen realisme adalah aliran karya sastra yang berusaha menggambarkan/ memaparkan/
menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya. Peneliti menggunakan cerpen “Godlob”
karya Danarto untuk dikaji. Cerpen Surealisme adalah aliran yang menghadirkan kontradiksi
antara mimpi dan realita menjadi nyata dalam gambar yang memperlihatkan objek nyata dalam
keadaan yang tidak mungkin terjadi, seperti dalam mimpi atau alam bawah sadar manusia.
Salah satu cerpen surealis yang akan dikaji oleh peneliti ialah cerpen “Radio Masyarakat” karya
Rosihan Anwar. Menganalisis sebuah cerpen memerlukan pengkajian, salah satunya
kajian pendekatan struktural. Dalam pendekatan struktural, peneliti menganggap Danarto
dan Rosihan Anwar berhasil memadukan keempat unsur intrinsik tersebut. Empat unsur
intrinsiknya yaitu tema, latar, tokoh/penokohan, dan amanat saling mendukung satu sama lain.
Kata Kunci: Cerpen, Realis, Surealis, Struktural

PENDAHULUAN

Cerita pendek atau disingkat cerpen merupakan salah satu karya sastra fiksi non
faktual. Dikategorikan sebagai fiksi non faktual, karena berupa hasil imajinasi seorang
penulis. Non faktual juga berarti bahwa cerpen tidak membutuhkan data dan fakta yang
menunjang kebenaran isinya. Akan tetapi, cerpen juga tidak hanya bersifat khayalan
yang dibuat begitu saja. Nurgiyantoro (2012: 3) mengatakan bahwa tidak benar jika
fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka seorang penulis, melainkan
penghayatan dan perenungan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.
Menganalisis sebuah cerpen memerlukan pengkajian, salah satunya kajian struktural.
Nurgiyantoro (2012: 36) menjelaskan mengenai struktur karya sastra adalah sebagai
susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang nantinya akan
menjadi sebuah komponen yang utuh. Nofiyanti (2014: 114) juga mengungkapkan
bahwa melalui karya sastra, pembaca akan memperoleh pemikiran dan pengalaman-
pengalaman yang sangat bermanfaat untuk kehidupannya.
Aliran-aliran dalam kesusastraan memiliki kesamaan dengan aliran dalam kesenian
yang lain, misalnya dalam seni lukis, seni drama, bahkan dalam dunia filsafat dan
kehidupan sosial. Aliran dalam kesusastraan berhubungan erat dengan pandangan
hidup dan kejiwaan pengarang dan penyair, serta biasanya terekspresikan dalam karya-
karya mereka. Artinya, kita memasukkan seorang sastrawan/sastrawati ke dalam aliran
tertentu, hendaknya berdasarkan buah cipta mereka.
Cerpen Realisme adalah aliran karya sastra yang berusaha menggambarkan/
memaparkan/ menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya. Aliran ini umumnya
lebih objektif memandang segala sesuatu (tanpa mengikutsertakan perasaan).
Sebagaimana kita tahu, Plato dalam teori mimetiknya pernah menyatakan bahwa sastra
adalah tiruan kenyataan/ realitas. Berangkat dari inilah kemudian berkembang aliran-
aliran, seperti: naturalisme, dan determinisme. Aliran ini mengutamakan realitas
kehidupan. Apa yang diungkapkan para pengarang realis adalah hal-hal yang nyata,
yang pernah terjadi, bukan imajinatif belaka. Sebagai karya sastra, ia pun dihidupkan
oleh pijar imajinasi dan plastis bahasa yang memikat.
M.H. Abrams (1999) menyebutkan bahwa realisme digunakan dalam dua pengertian :
1. Untuk mengidentifikasi gerakan sastra pada abad XIX, khususnya prosa fiksi.
2. Menunjukkan cara penggambaran kehidupan di dalam sastra. Fiksi realistik
sering dioposisikan dengan fiksi romantik. Di dalam romantik disajikan
kehidupan yang lebih indah, lebih berani mengambil resiko, dan lebih heroik,
dari pada yang nyata.
Cerita pendek berjudul “Godlob” karya Danarto merupakan salah satu cerpen realis
yang diambil oleh peneliti untuk menganalisi. Cerpen ini memiliki dimensi bahasa
yang dapat dicerna sedemekian mungkin. Akan tetapi, bukan berarti bahwa maksud
pengarang juga sedemikian cepat ditangkap oleh pembaca. Peneliti sengaja memilih
cerpen “Godlob” karena cerpen tersebut menarik untuk dikaji, isi ceritanya memiliki
maksud yang tersirat dengan penggunaan bahasa tak lazim seperti yang tertuang dalam
judul cerita pendek ini.
Cerpen Surealisme adalah aliran yang menghadirkan kontradiksi antara mimpi dan
realita menjadi nyata dalam gambar yang memperlihatkan objek nyata dalam keadaan
yang tidak mungkin terjadi, seperti dalam mimpi atau alam bawah sadar manusia.
Surealisme menggunakan pendekatan teori psikologi Freud yang mengeksplorasi alam
bawah sadar dan citra mimpi manusia sebagai salah satu penggambaran dari hasrat
manusia. Karya sastra bercorak surealis umumnya susah dipahami karena gaya
pengucapannya yang melompat-lompat dan kadang terasa agak kacau. Aliran
Surealisme adalah salah satu gerakan yang paling besar di abad ke-20. Aliran ini
diproklamirkan oleh Andre Breton, seorang Sastrawan Dada dalam tulisan Manifesto
Surealisnya pada tahun 1924. Aliran ini bermula dari dunia sastra, dan berujung
menular ke dunia seni rupa. Contoh karya sastra aliran ini misalnya ”Radio
Masyarakat” karya Rosihan Anwar, Merahnya Merah karya Iwan Simatupang,
dan Tumbang karya Trisno Sumardjo.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menggunakan cerpen “Radio Masyarakat”
karya Rosihan Anwar karena cerpen ini merupakan cerpen surealis dan ingin
membandingkan cerpen yang isi ceritanya berdasarkan peristiwa kenyataan dengan
cerpen yang berdasarkan mimpi atau alam bawah sadar. Selain itu, cerpen tersebut
mengulas tentang sejarah bangsa Indonesia.
METODE
Peneliti menganalisis cerpen “Godlob” dan “Radio Masyarakat” menggunakan kajian
pendekatan struktural. Pendekatan struktural ini memandang dan memahami karya
sastra dari segi struktur karya sastra itu sendiri. Karya sastra dipandang sebagai sesuatu
yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas maupun pembaca (Teeuw,
1984). Menurut Wellek dan Werren, yang dimaksud dengan struktur adalah isi
(content) dan bentuk (form). Isi berkaitan dengan gagasan yang dikspresikan
pengarang, sedangkan bentuk adalah cara pengarang menulis. Senada dengan hal
tersebut, Pradopo (1997:118),mengatakan yang dimaksud dengan struktur karya sastra
adalah susunan unsur-unsur yang bersistem, yang diantara unsur-unsurnya terjadi
hubungan timbal balik yang saling menentukan.
Kajian ini menitik beratkan pada kesatuan antarunsur intrinsik cerpen. Memiliki
hubungan timbal balik, menentukan, dan memengaruhi satu sama lain sehingga
membentuk cerpen yang untuh antara tema, latar, tokoh/penokohan, dan amanat.

HASIL
Hasil dari penelitian ini, bahwa cerpen “Godlob” karya Danarto dengan menggunakan
pendekatan struktural menunjukkan bahwa cerpen tersebut memiliki hubungan
antarunsur intrinsiknya. Tema, latar, tokoh/penokohan dan amanat saling mendukung
satu sama lain. Danarto berhasil memadukan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan baik,
sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh antarunsur intrinsik.
Sama halnya dengan cerpen “Godlob” karya Danarto, hasil dari penelitian tentang
cerpen “Radio Masyarakat” karya Rosihan Anwar yang menggunakan kajian
pendekatan struktural memiliki hubungan yang terikat antarunsur intrinsiknya.
Sehingga, Rosihan Anwar berhasil memadukan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan
baik.

PEMBAHASAN
 Analisis Cerpen “Godlob” Karya Danarto Menggunakan Pendekatan
Struktural
Dalam pendekatan struktural, cerpen “Godlob” karya Danarto memiliki unsur-unsur
intrinsik yang lengkap. Berikut ini adalah kajian secara lengkap mengenai cerpen
tersebut.
Tema merupakan pokok pikiran dalam karya sastra. Tema merupakan gagasan pokok
atau subjek master yang dikemukakan oleh penyair (Waluyo, 2007:26). Menurut
peneliti, tema yang disampaikan Danarto dalam cerpen ini ialah kemanusiaan yang
tidak memiliki hak untuk saling menghargai dan menjunjung hak orang lain. Tema
tersebut dapat diketahui dari dialog pada tokoh Ayah, ‘’Belum cukup! Aku harus
memutuskan sesuatu yang hebat, biar aku tidak diragukan habis-habisan! ..."
Latar (setting) adalah tempat terjadinya peristiwa dalam cerita atau lingkungan yang
mengelilingi pelaku. Latar dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar
suasana. Latar tempat yang terjadi dalam cerpen ini yaitu (1) Balai kota, terdapat pada
kutipan dalam cerpen tersebut, 'Kemudian para pembesar pada keluar dari balai kota
dan turun mendapatkan orang-orang.' (2) Di atas gerobak, penuh jerami, dapat
diketahui dalam kutipan, 'Gerobak itu bergerak lambat dan karena keadaan jalan yang
tidak rata, ...' (3) Pemakaman, dapat diketahui dalam gambaran cerita yang
menunjukkan tempat tersebut '... pagi harinya iring-iring jenazah yang panjang itu
menuju makam pahlawan dengan kemegahan upacara militer.' (4) Padang gundul,
'Matahari sudah condong, bulat-bulat tidak membara dan membakar padang gundul
yang luas itu, ...' Selain latar tempat, terdapat latar waktu yang mendukung cerpen
karya Danarto ini, yaitu (1) Siang hari, diketahui dalam gambaran cerita yang
dikemukakan oleh penulis, 'Suasana siang terasa sepi. Pintu-pintu rumah tertutup
rapat. Anak-anak tidak bermain-main di halaman seperti biasanya.' (2) Malam hari,
penggalan dari sebuah kalimat menunjukkan waktu malam hari, "malam hari terasa
pengap, seolah-olah mayat-mayat itu ada dalam kaleng." (3) Sore, kutipan berikut
yang terdapat dalam cerpen “Godlob” menunjukkan waktu sore hari, 'Matahari makin
condong, bagai gumpalan emas raksasa yang bagus, membara menggantung di
awang-awang dan pelan-pelan mau menghilang di balik bukit sana.' Latar suasana
juga terdapat dalam cerpen “Godlob” karya Danarto, seperti (1) Mencekam, dapat
diketahui dari kutipan cerpen berikut 'Orang tua itu bangkit dan seandainya ada
cahaya yang menerangi wajahnya, akan tampak betapa tegang urat-uratnya dan
menyerengai merah.' (2) Sepi, suasana tersebut dapat diketahui dari kutipan cerpen
berikut, "Kemudian ia meraih mayat anaknya dan jatuh. Suasana hening. ..." (3) Hiruk-
pikuk, penggambaran suasana dalam cerpen tersebut diketahui dari kutipan berikut
'Orang berduyun-duyun menuju kepadanya, hingga suasana hiuk-pikuk. '
Setelah tema dan latar, unsur intrinsik lainnya yaitu tokoh/penokohan. Tokoh yang
terdapat dalam cerpen karua Danarto ini ada tiga, yaitu seorang ayah, seorang anak,
dan seorang perempuan. Tokoh ayah dalam cerpen ini memiliki sifat ambisius dan haus
akan keadilan. Hal tersebut dapat diketahui dari penggambaran seorang tokoh ayah
yang ingin semua anaknya mati dan menjadi pahlawan dan dialog-dialognya yang
menunjukkan ia seorang ambisius seperti, "Belum cukup! Aku harus memutuskan
sesuatu yang hebat, biar aku tidak diragukan habis-habisan! ...". Lalu tokoh seorang
anak yang memiliki watak kepasrahan diketahui dalam perilakunya yang tidak
berusaha lari ketika ingin dibunuh oleh ayahnya. Akan tetapi, dibalik wataknya yang
pasrah, ia juga memiliki sifat bijaksana seperti penggalan dialog berikut, "Ayah,
cukuplah. Bagiku semuanya memastikan. Tidak ada yang menyangsikan walaupun
keadaanya rutin, rutin belaka. Semuanya kita sudah di atur. ...". Tokoh perempuan
yang terdapat dalam cerpen ini memiliki watak penyayang dan pendendam. Hal
tersebut dapat diketahui dalam dialog berikut, "Perang demi perang berlalu, iseng demi
iseng berpadu." Dalam dialog tersebut si perempuan mengambil pistol para pembesar
dan ditembaknya laki-laki tua.
Unsur intrinsik yang tidak kalah pentingnya yaitu amanat. Amanat dalam cerpen
“Godlob” ini adalah Jangan terlalu berambisi dalam mendapatkan suatu hal yang
menguntungkan diri sendiri, hingga keadilan dan hak-hak seseorang ditelan mentah.
Hal tersebut dapat diketahui dari keseluruhan isi cerita.
 Analisis Cerpen “Radio Masyarakat” Karya Rosihan Anwar Menggunakan
Pendekatan Struktural
Sama halnya dengan cerpen “Godlob” karya Danarto yang memiliki unsur-unsur
intrinsik, sehingga peneliti mengkaji cerpen tersebut menggunakan pendekatan
struktural. Di bawah ini adalah kajian empat unsur intrinsik yang meliputi tema, latar,
tokoh/penokohan, dan amanat.
Tema yang diangkat dalam cerpen karya Rosihan Anwar adalah perjuangan melawan
kekecewaan terhadap keadaan zaman. Hal tersebut dapat diketahui dari keseluruhan
cerita yang menggambarkan tokoh mulai dari saat tokoh berputus asa sampai tokoh
tersebut bangkit, seperti kutipan berikut, 'Nampaknya seakan-akan terkejut ia, tak
dapat ia mencocokkan dirinya dengan keadaan zaman baru. ...'
Unsur intrinsik selanjutnya ialah latar. Berikut akan dijabarkan latar tempat, waktu,
dan suasana dalam cerpen “Radio Masyarakat”.Latar tempat yang pertama ialah kamar
Kuswari, terbukti dalam kutipan cerpen berikut, 'Sementara itu ia berjalan-jalan di
dalam kamar yang sedang besarnya itu.' (hal.107). Latar kedua menunjukkan tempat
berupa pasar, hal tersebut dapat diketahui pada kutipan berikut, 'Ia bersepeda di
Gambir, membelok ke kanan, ditujukan ke arah pasar Senen.' (hal.111). Kota Jakarta
merupakan latar tempat yang terdapat dalam cerpen tersebut, diketahui dalam kutipan
dialog '... sebab dengan meninggalkan Jakarta seolah-olah aku hendak lari ...'
(hal.124). Dalam cerpen ini, latar waktu yang terjadi berupa sore hari, dibuktikan dalam
kutipan berikut, 'Matahari terbenam. Di puncak pohon-pohon kayu masih hinggap
terletak sinar keemasan, ...' (hal.111). Malam hari menunjukkan latar waktu dalam
cerpen ini, yang dapat diketahui dari kutipan berikut, '... acap kali bibirnya mengulang
kata-kata yang diujarkan oleh Kuswari pada malam yang penuh mengandung
peringatan itu. ' (hal.116). Latar suasana dalam cerpen ini ialah sedih pada saat
perpisahan. Dikutip dari dialog seperti berikut, "Sampai bertemu lagi, Kus. Setahun,
dua tahun tidak lama benar. " (hal. 126).
Selain tema dan latar, unsur intrinsik yang tidak kalah pentingnya dalam membentuk
cerpen ini adalah tokoh/penokohan. Tokoh pertama dalam cerpen ini ialah Kuswari, ia
memiliki watak yang tidak berpendirian teguh, hal ini dapat diketahui pada kutipan
berikut 'Ia seorang yang lekas tawar hati. Pendiriannya lekas goncang, kurang teguh.'
(hal. 107). Selain itu, Kuswari juga memiliki watak tidak mudah percaya (skeptis).
Dikutip dalam dialog tokoh berikut, “Dokter, sudah menjadi mode zaman sekarang
berteori banyak. Saya belum percaya, belum bisa. Banyak benar yang menjadi tukang
lowak. Tak satu pun yang diyakini." (hal. 115). Tokoh berikutnya yaitu Dr. Hamzah
yang memiliki watak bertanggung jawab. Diketahui dari perilaku tokoh yang
menggambarkan seperti berikut, 'Ia harus mencari jalan menolong Kus. Baginya
menjadi tabib itu mempunyai arti yang luas sekali.' (hal. 109). Orang tua Kuswari juga
termasuk tokoh dalam cerpen karya Rosihan Anwar ini, watak yang dimiliki adalah
dermawan, diketahui dalam kutipan berikut, 'Dan alangkah tiada disangka-sangkanya,
tatkala orang tuanya dengan segala senang hati menyetujui keputusan-keputusannya,
...' (hal. 125). Tokoh selanjutnya ialah Winarti, ia memiliki watak cuek. Hal tersebut
dapat diketahui dari perilakunya, '... ia berselisih jalan dengan Winarti yang memutar
sepedanya kencang-kencang. Mereka saling menyapa, tapi seperti acuh tak acuh ...'
(hal. 113).
Unsur intrinsik yang terakhir dikaji adalah amanat. Amanat yang dapat diambil dalam
cerpen ini adalah dalam menjalankan hidup ini harus dengan semangat yang besar
sehingga kita dapat menyelesaikan masalah dengan baik tanpa adanya kontak fisik
didalamnya. Hal ini dapat diketahui dari keseluruhan isi cerita dan gambaran dari
penokohan.
 Perbandingan Cerpen Realis ““Godlob” karya Danarto dengan Cerpen
Surealis “Radio Masyarakat” karya Rosihan Anwar
Cerpen realis lebih mudah dipahami karena isi cerita berdasarkan kenyataan dan lebih
objektif memandang segala sesuatu. Akan tetapi, menurut peneliti dalam cerpen
“Godlob” 8truct yang dipakai Danarto sulit dipahami. Peneliti menganggap Danarto
berhasil menyatupadukan antarunsur 8tructura.
Sedangkan cerpen surealis menggambarkan isi cerita antara mimpi dan realita menjadi
nyata dalam gambar yang memperlihatkan objek nyata dalam keadaan yang tidak
mungkin terjadi, seperti di mimpi atau alam bawah sadar manusia. Penggunaan 8truct
dalam cerpen ini lebih mudah dipahami dibandingkan cerpen karya Danarto. Cerpen
yang berjudul “Radio Masyarakat” dikaji menggunakan metode pendekatan 8tructural
juga berhasil disatukan oleh Rosihan Anwar, sehingga antarunsur intrinsiknya saling
mendukung satu sama lain.
KESIMPULAN
Cerpen “Godlob” karya Danarto terdapat empat unsur intrinsik yang saling
berhubungan. Tema yang diangkat dari cerpen ini adalah kemanusiaan yang tidak
memiliki hak untuk saling menghargai dan menjunjung hak orang lain. Tema ini
diperkuat dengan latarnya yaitu balaikota, gerobak penuh jerami, pemakaman, dan
padang gundul. Dengan latar suasana yang beragam seperti mencekam, sepi, dan hiruk-
pikuk. Latar waktu pada cerpen ini ialah siamg hari, malam hari, dan sore hari. Cerpen
ini tidak akan terbentuk jika tidak adanya penokohan. Tokoh-tokoh yang terdapat yaitu,
ayah, seorang anak, dan seorang perempuan yang memiliki watak berbeda-beda.
Terdapat juga amanat dalam cerpen ini, yaitu Amanat dalam cerpen “Godlob” ini
adalah Jangan terlalu berambisi dalam mendapatkan suatu hal yang menguntungkan
diri sendiri, hingga keadilan dan hak-hak seseorang ditelan mentah.
Sama halnya dengan cerpen “Radio Masyarakat”, Rosihan Anwar juga sukses dalam
memadukan keempat unsur intrinsiknya, sehingga memudahkan pembaca dalam
menggambarkan cerita. Empat unsur tersebut diantaranya tema, latar,
tokoh/penokohan, dan amanat. Tema yang diangkat oleh Rosihan ialah perjuangan
melawan kekecewaan terhadap keadaan zaman. Lalu latar tempat yang diambil juga
beragam, seperti pasar, kamar tidur, dan kota Jakarta. Suasana yang terdapat dalam
cerpen ini adalah sedih. Waktu kejadian yang terdapat dalam cerpen berupa sore hari
dan malam hari. Tokoh-tokohnya yaitu Kuswari, Dr. Hamzah, Orang tua Kuswari, dan
Winarti yang memiliki watak berbeda-beda. Amanat yang dapat diambil dari cerpen
ini yaitu dalam menjalankan hidup ini harus dengan semangat yang besar sehingga kita
dapat menyelesaikan masalah dengan baik tanpa adanya kontak fisik didalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Zakky, Pengertian Cerpen (Cerita Pendek) | Arti dan Definisi Cerpen


https://www.zonareferensi.com/pengertian-cerpen/ diakses pada 28 September 2019
Nurgiyantoro, Burhan. (2012). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Nofiyanti. 2014. Pendidikan Karakter Dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami” Karya
A.A Navis. Bandung: STKIP Siliwangi. Vol. 3, No 2: 114-128.
Abrams, M. H. 1999. A Glossary of Literary Terms. Seventh. Edition.USA:
Heinle&Heinle. Hymes, D.H. 1974. Ways of speaking.
A, Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori
Sastra. Jakarta: Dunia. Pustaka Jaya
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1992. Teori Kesusastraan. Diindonesiakan oleh
Melani Budiyanto. Jakarta: PT. Gramedia..
Pradopo, Rachmat Djoko. 1997. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Bambang Setiaji, Pengertian Cerpen : Ciri Ciri, Jenis, Kaidah, Unsur Intrinsik
Ekstrinsik https://jagad.id/cerita-pendek/ diakses pada 28 September 2019
Abednego Tri Gumono, Analisis Cerpen “Godlob” Karya Danarto dengan Pendekatan
Semiotik dalam Perspektif Kristen
https://www.researchgate.net/publication/318879114_Analisis_Cerpen_Godlob_Kary
a_Danarto_Dengan_Pendekatan_Semiotik_dalam_Perspektif_Kristen_A_Semiotic_A
nalysis_from_a_Christian_Perspective_of_Godlob_a_Short_Story_by_Danarto
diakses pada 29 September 2019

Anda mungkin juga menyukai