Penyusun:
Muhammad Gani Qodratul Ihsan
1606829440
2
melakukan penelitian mengenai naskah tersebut, kita dapat mempelajari banyak
informasi yang terkandung dalam teks di naskah tersebut.
3
Penulis akan menyajikan penelitian ini dalam lima bab yang terdiri dari
sistem penyajian sebagai berikut. Bab pertama merupakan bagian pendahuluan
yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penyajian. Bab kedua merupakan bagian tinjauan teks
yang menyajikan inventarisasi naskah, deskripsi naskah, dan metode edisi teks.
Bab ketiga merupakan bagian edisi teks yang menyajikan ringkasan isi teks,
pertanggungjawaban transliterasi, transliterasi naskah, dan daftar kata sukar. Bab
keempat merupakan bagian analisis teks Pralambang. Bab kelima merupakan bab
terakhir yang akan menyajikan kesimpulan dari penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN TEKS
2.1. Inventarisasi Naskah Pralambang
Naskah Pralambang yang tersimpan di Indonesia berjumlah hanya satu
buah naskah. Penjelasan tentang naskah tersebut dapat ditemui pada dua katalog
yang terdapat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Naskah
Pralambang dapat ditemukan pada katalog Katalogus Koleksi Naskah Melayu
Museum Pusat dan Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Naskah Pralambang yang ditemukan dalam Katalogus Koleksi Naskah
Melayu Museum Pusat hanya berjumlah satu. Naskah yang berada di dalam
katalog tersebut memiliki kode Ml. 850. Katalog ini menjelaskan deskripsi singkat
tentang naskah Pralambang Ml. 850. Katalog tersebut menyebutkan bahwa
naskah berisi ramalan-ramalan Jayabaya. Isi dari ramalan Jayabaya tersebut
mengenai wali sanga (9), alam wahyu, alam ruhiyah, alam hidayah, masa
kelaparan yang menggoncangkan, peperangan dan pembinasaan, alam alamat,
Dajal, dan masa adab Ketuhanan sampai tahun 1246. Naskah ini merupakan
naskah yang dipinjam dari seorang jaksa di Bekasi yang bernama Raden
Jayaputra.
Naskah Pralambang Ml 850 ini telah berganti kode. Kode naskah yang
awalnya Ml 850 telah digantikan menjadi Br 34. Naskah Pralambang Br 34
tersebut masih tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Menurut
hasil wawancara saya dengan salah satu petugas PNRI, pergantian kode naskah
4
tersebut disebabkan karena koleksi naskah Melayu yang memiliki kode diatas
angka 500 telah mengalami perubahan.
Berdasarkan data deskripsi yang saya temukan pada Katalogus Koleksi
Naskah Melayu Museum Pusat bahwa naskah tersebut sama dengan Naskah
Pralambang dengan kode Br. 34. Berarti naskah Pralambang Ml. 850 telah
mengalami pergantian kode naskah menjadi Pralambang Br. 34. Hal tersebut juga
dibuktikan dengan keberadaan naskah Pralambang dengan kode Br 34.
Naskah Pralambang Br. 34 saya temukan di dalam Katalog Induk Naskah-
naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Naskah ini
merupakan naskah yang berisikan teks-teks ramalan dan yang konon diucapkan
oleh Jayabaya. Ramalan yang diucapkan Jayabaya tersebut berisi tentang wali
sanga (9), alam wahyu, alam ruhiyah, alam hidayah, masa kelaparan yang
menggoncangkan, peperangan dan pembinasaan, alam alamat, Dajal, dan masa
adab Ketuhanan dan sampai tahun 1246. Menurut catatan Brandes, naskah ini
disalin dari babon (naskah asli) yang dipinjam dari R. Jayaseputra, seorang jaksa
di Bekasi. Data penyalinan naskah ini berada pada halaman ke 10. Data tersebut
menerangkan bahwa naskah disalin oleh Encik Muairun di Kampung Bogor, pada
tanggal 15 Jumadilakir tahun masehi 1885. Namun, yang dimaksudkan adalah
tahun penyalinan naskah Br 34 ini disalin pada tahun 1890 oleh seorang staf
Brandes.
Dari kedua deskripsi yang ditemukan dalam kedua katalog tersebut
berisikan deskripsi yang sama persis. Hal ini mendorong bukti bahwa naskah Ml.
850 telah diganti nomornya menjadi Br. 34. Beberapa deskripsi yang disebutkan
pun sangat mirip. Halaman Pralambang Br 34 yang disebutkan pada Katalog
Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia berjumlah 11 halaman, dan pada Katalogus Koleksi Naskah Melayu
Museum Pusat menyebutkan jumlah halaman yang terdiri atas 10 halaman. Hal
tersebut dapat berbeda karena sebenarnya terdapat 1 halaman kosong pada naskah
yang tetap dihitung pada Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Selain itu, ukuran naskah juga
disebutkan berbeda sedikit. Pada Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia disebutkan bahwa ukuran naskah
adalah 16,5cm × 20cm dan pada Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum
5
Pusat berukuran 21cm × 17cm. Hal tersebut berbeda karena dapat disebabkan
oleh bagian-bagian naskah yang telah robek atau rusak, sehingga ukuran pada
setiap katalog menyebutkan ukuran yang berbeda. Selain perbedaan tersebut,
kedua katalog menyebutkan huruf atau aksara yang digunakan adalah aksara Arab
dan baris yang dimiliki setiap halamannya berjumlah 14 baris.
Berdasarkan beberapa pemaparan sebelumnya, saya hanya akan
mendeskripsikan 1 naskah Pralambang yang masih tersimpan di Indonesia.
Naskah tersebut memiliki nomor panggil Br 34.
6
pelindung pada awal naskah dan 1 lembar pelindung pada akhir naskah. Urutan
pada isi naskah tersebut dimulai dengan lembar pelindung, halaman yang berisi
judul serta keterangan dari mana naskah ini disalin, halaman isi yang berjumlah 1-
10, sebuah halaman kosong, dan lembar pelindung kembali.
Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, naskah ini memiliki 2 buah
lembar pelindung yang berada di awal dan di akhir naskah. Pada lembaran
pelindung yang awal terdapat sebuah cap kertas atau watermark dengan
countermark “COUDNELO”. Cap kertas yang tergambar pada lembaran
pelindung tersebut seperti gambar seseorang yang sedang menghadap ke samping
dan memiliki sebuah kuping yang besar. Namun, keberadaan watermark dan
countermark tersebut hanya ditemukan lempar pelindung pada awal naskah
Pada halaman awal di isi dengan penulisan judul naskah, dan juga dari
mana asal salinan naskah ini. Menurut catatan Brendes, naskah ini disalin dari
babon (naskah asli) yang dipinjam dari seorang jaksa di Bekasih, bernama R.
Jayaseputra. Naskah ini disalin oleh seorang staf Brandes yang bernama Erick
Muairun. Naskah ini disalin pada tahun 1890.
Naskah ini memiliki ukuran 16,5× 20 cm . Naskah Pralambang Br 34
ini memiliki 11 halaman. 10 halaman berisi isi naskah, sedangkan 1 halaman
sisanya kosong. Setiap halaman terdiri dari 14 baris, yang setiap baris memiliki
panjang sekitar 11,5cm. Jarak yang dimiliki antara baris pertama hingga baris
terakhir adalah 15 cm. Jarak spasi yang dimiliki antar baris adalah 0,5 cm ,Naskah
ini ditulis diatas sebuah kertas eropa. Isi yang dimiliki dari naskah ini cukup
singkat.
Kondisi kertas pada pinggirannya sudah mulai lapuk dan terdapat
beberapa bagian kertas yang sudah mulai rusak. Warna pada kertas pun telah
berubah menjadi putih kekuning-kuningan. Namun, kondisi naskah kini telah
direstorasi sehingga keadaan naskah sudah cukup baik. Benang yang digunakan
untuk menjahit kuras telah diperbaharui. Kondisi kertas memang terlihat beberapa
yang telah berlubang. Lubang-lubang tersebut disebabkan oleh kutu buku atau
hewan-hewan yang merusak kertas tersebut. Namun, kondisi kertas yang terlihat
sudah lapuk, kini sudah dilapis seluruhnya menggunakan tisu Jepang. Hal tersebut
telah membuat kondisi naskah sudah jauh lebih layak. Tulisan pada naskah
tersebut pun masih jelas terbaca. Tulisan yang digunakan pada naskah ini adalah
7
aksara jawi (Arab) dan berbahasa melayu. Restorasi yang telah dilakukan tersebut
membuat kondisi naskah menjadi bagus kembali.
Naskah ini juga memiliki Catchword atau kata alihan setiap halaman
ganjilnya. Catchword digunakan sebagai penanda kata pertama yang akan
pembaca temukan di halaman selanjutnya. Pada halaman pertama kata yang
ditemukan adalah “matahari”. Halaman selanjutnya pun pada kata pertamanya
juga sama dengan catchword yang ditemukan. Catchword ditemukan pada bagian
kiri bawah naskah.
8
2.3. Metode Edisi Teks
Naskah Pralambang Br 34 merupakan naskah tunggal (codex unicus) dan
hanya terletak pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Naskah
tunggal dapat diteliti dengan menggunakan dua metode, yang terdiri atas metode
diplomatik dan metode edisi biasa atau kritik.
9
Dalam menganalisis naskah Pralambang, penulis memilih metode edisi
biasa. Pemilihan metode tersebut dilandasi oleh tujuan yang ingin dicapai, yaitu
dapat membantu pembaca dalam memahami isi dari teks Pralambang.
BAB III
EDISI TEKS
10
Dua golongan tersebut telah masuk kepada agama yang kafir, karena tergoda oleh
harta yang membuat tertutup keimanannya terhadap Allah SWT.
Ilang – (h)ilang
4. Jika terdapat huruf yang kelebihan dalam ejaan, akan disesuaikan dengan
pedoman EYD, yaitu mengurangi satu huruf atau satu kata dalam tanda
kurung kurawal []
Contoh: loba[n]
[Panata] Panatagama
5. Pergantian baris ditandai dengan tanda garis miring (/)
6. Pergantian halaman ditandai dengan tanda garis miring ganda (//)
7. Penulisan nomor halaman akan ditulis di antara garing miring ganda sebagai
pergantian halaman (//1//)
8. Kata-kata pada naskah yang ditulis menggunakan tinta merah, dalam
transliterasi ditulis dengan menggunakan garis bawah.
9. Kata-kata yang dianggap tidak lazim terdapat dalam bahasa Indonesia saat ini
atau kata-kata yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan pemahaman
dicetak tebal dan disertakan dalam daftar kata sukar.
11
Dalam mendaftar kata sukar, penulis akan menyusunnya secara abjad. Dalam
proses penyusunan tersebut penulis akan menggunakan beberapa kamus,
yaitu:
a. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (KLBI, 2005) yang disusun oleh
Budiono, MA
b. Bausastra Jawa-Indonesia (BJI, 1998) yang disusun oleh Prawiroatmodjo
12
Nahkoda itu mengikut / kumawasa di negeri tanah Jawi selamanya ada mungsuh
di dalam //3// kurungan kerajaanya di negeri Kartasura.
Adapun lamanya / seratus dua puluh tahun sampai kerajaannya Kanjeng
Su[su]nan / Prabu’Jaka Mangkubuwana [Panata] Panatagama, kerajaanya di
negeri / Solokarta. Adapun hamba Allah umat nabi salallahu alaihi wasalam itu /
masih ditetapkan dengan Allah subhanahu wa taala imannya dan / derajatnya raja
itu tetap adilnya, pandita tetap sabarnya, / dan mukmin tetap tertibnya, dan bumi
tetap berkatnya, dan orang / bersanak saudara tetap asihnya, dan orang berguru
tetap hormatnya / kepada gurunya tiada mungkir akan janjiannya, dan orang /
perempuan banyak malunya, dan mereka itu pada suka menziarah kubur / nenek
moyangnya. Dan pekuburan nabi masih mutah mujizatnya, / perkuburan wali
Allah masih mutah keramatnya, dan pekuburan / mukmin masih mutah
maunahnya. Dan kebuka alamnya Allah / subhanahu wa taala. Dan orang
berkampung pada mufakat budi //4// bicaranya, mengisbatkan rukun iman dan
islam.
Adapun perjanjiannya / hijrahnya al nabi salallahu alaihi wasalam di
dalam alam ruhiyah itu hamba Allah / umat nabi salallahu alaihi wasalam ayatnya
dan marifatnya mengenal / kepada dirinya dan mengenal kepada Tuhannya,
samar-samar kaya seperti terangnya / cahaya bulan. Sebab mereka itu ayatnya dan
marifatnya berbagi dua. / Satu bagi ayatnya berkehendak kepada dinaya dan satu
bagi ayatnya berkehendak / kepada hayat dan menjadi keluputan mereka itu
ayatnya dan marifatnya, sebab / kelindungan dengan dinaya berhala.
Adapun lamanya alam ruhiyah seratus / dua puluh tahun. Maka
kesampaian alam ruhiyah itu di dalam gaibnya / Allah subhanahu wa taala. Maka
keganti dengan alam hidayah. Adapun / lamanya tiga puluh tahun.
Adapun daripada janjinya hijrah al nabi / salallahu alaihi wasalam itu
berdirinya kerajaan ke negeri susunan Bagus / di negeri Solokarta tiga puluh tahun
lamanya.
Adapun hamba Allah dan / umat nabi salallahu alaihi wasalam itu
di(h)apuskan dengan Allah subhanahu wa taala //5// imannya dan derajatnya raja
kurang adilnya, dan pandita kurang / sabarnya, dan mukmin kurang tertibnya, dan
orang bersanak saudara (h)ilang / asihnya, dan bumi kurang berkatnya dan banyak
laki yang manutan / dengan perempuan sebab perempuan banyak yang (h)ilang
malunya.
13
Adapun / hingganya alam hidayah itu enam belas tahun. Maka adalah ia
gara-gara, / lindu, dan (h)ujan abu, dan gerhana bulan, dan gerhana matahari, yaitu
/ alamatnya hamba Allah umat nabi salallahu alaihi wasalam itu banyaklah ia /
yang susah hatinya. Orang yang kaya banyak yang menjadi miskin. / Orang yang
miskin banyak yang menjadi kaya. Dan tiada (h)ujan, kutika /itu segala yang
ditanam pada mati dan banyak orang yang kelaparan / itu tidak makan. Dan
banyak orang yang pada mapurik dengan sanak / saudara tanpa dosa. Dan banyak
orang yang alim-alim memancarkan / yang dusta-dusta diteguh dengan sirik. Dan
pada mapurik dengan sama- / samanya alim tanpa dosa.
Adapun daripada janjinya hijrah al nabi //6// salallahu alaihi wasalam itu
di dalam alam hidayah hingganya dua puluh / enam tahun. Maka adalah ia perang
besar dan banyak orang yang pada mati, / yaitu alamatnya segala raja (h)ilang
kerajaannya. Negeri Banten /rusak lebur, negeri Cirebon rusak lebur, negeri Yogya
rusak / lebur, negeri Solokarta yang rusak utuh.
Adapun rusaknya / itu tiada mempunyai kuasa. Adapun utuhnya itu sebab
masih / berdirinya kerajaan.
Adapun hamba Allah umat nabi salallahu / alaihi wasalam ayatnya dan
marifatnya itu sudah ketutupan dengan hawa / nafsunya mengenal kepada dirinya
dan mengenal kepada Tuhannya. / Mereka itu galaunya kaya seperti cahaya
bintang. Sebabnya yang dipikir / mereka itu siang dan malam ayatnya membawa
loba[n] dengan tamak, sebab / tiada percaya mereka itu dengan martabatnya.
Adapun alam hidayah / itu lamanya tiga pulug tahun maka nawala saran
alam hidayah itu / kesampaian di dalam gaibnya allah subhanahu wa taala.
Maka //7// keganti dengan alam alamat. Adapun lamanya alam alamat itu dua
puluh / tahun.
Adapun daripada janjinya hijrah al nabi salallahu alaihi wasalam / yaitu
alamatnya raja kafir—ia dajal laknat Allah yang kuasa--. / Di negeri tanah Jawi
yaitu tinggalnya istiharahnya kitab / Taurat, Zabur, dan Injil, yaitu yang dinamai
(h)uru (h)ara. Matahari keluarnya dari magrib surupnya ke masyrik. / Dan orang
islam itu banyak pada taklukan dengan si kafir. Disuruhnya / masuk kepada
agamanya dengan (h)artanya jua yang dibuat menggoda dengan / segala islam itu.
Adapun janjinya hijrah al nabi salallahu alaihi / wasalam di dalam alam
alamat itu hamba Allah umat nabi salallahu alaihi / wasalam, yang bengis Islam
itu dibagi tiga bagian.
14
Adapun / yang dua bagian mereka itu masuk kepada agamanya si kafir,
sebab / kegoda dengan (h)artanya menjadi ketutup mereka itu ayatnya dan
marifatnya. / Tidak mengenal kepada dirinya dan tidak mengenal kepada
Tuhannya, //8// sehingga terangnya mereka itu ayatnya dan marifatnya kaya
seperti / cahaya damar, tiada mempunyai kiblat mereka itu.
Adapun yang dituankan / mereka itu siang dan malam melainkan hamajuja
mereka itu kepada dajal / laknat Allah iblis l-f-t-n-m-w-y1. Sebab tiada mereka itu
percaya / kepada asalnya rukun iman dan asalnya rukun islam. Dan / munafikun
mereka itu akan syahadatnya.
Adapun yang satu bagian / mereka itu masih pada tetap mengisbatkan
agamanya nabi kita Muhammad / salallahu alaihi wasalam. Tetapi mereka itu pada
kemiskinan daripada makan / dan pakaiannya. Dan disiksa siang dan malam suruh
mengangkat / pekerjaan si kafir, tiada dikasi(h) tempat lagi.
Adapun alam / alamat itu hingganya empat tahun lamanya. Maka raja
kita / Islam itu yang di negeri Solokartta wafat pulang ke rahmat Allah.
/ Adapun maka anak raja itu yang bakal menjadi gantinya kerajaan / itu
menglolos daripada negerinya membuang diri.
Adapun //9// di dalam alam alamat itu hingganya tujuh belas tahun. Maka
ada anak / raja dari negeri wetan mengulon. Maka di air yang dengan segala /
pesantri memakai pakaian haji, yaitu alamatnya gara-garanya anak raja / yang
menglolos.
Adapun anak raja yang menglolos itu mati / di air dengan segala peratu
siluman.
Adapun Wira Brahma itu / Ratu Siluman yang ada di Roban. Dan Raden
Karta Bujangga itu / Ratu Siluman yang ada di Tanjung Bunga[h]. Dan Raden
Banyak Serantang / itu Ratu Siluman yang ada di Gua Upus. Dan Raden
Banaksida / itu Ratu Siluman yang ada di Sungai. Dan Raden Daramaskita itu /
Ratu Siluman yang ada di Pajajaran. Maka segala peratu siluman itu / disuru(h)
balik di Gunung Surandila.
Adapun anak raja itu / lakunya menyuruh. Adapun dengan takdir Allah
subhanahu wa taala itu, / maka menaklukkan agama alam hak ruhiyah, alam
kewalian yang pusaka //10// dari Kanjeng Su[su]nan Kalijaga. Adapun mana yang
(h)alus mereka itu / pikirnya, maka ditetapkan dengan kedudukannya. Dan mana
15
yang kasar / mereka itu pikirnya, maka dibinasakan dengan segala pera(tu)
siluman.
/ Adapun Ibnu Sakir itu Ratu Siluman yang dari Atas Angin, / yaitu yang
bakal membinasakan dengan segala kafir dajal laknat Allah.
/ Adapun janjinya hijrah al nabi salallahu alaihi wasalam itu hingganya
tahun / seribu dua ratus empat puluh enam. Maka ia turun azab Allah / subhanahu
wa taala tiada terkira-kira, yaitu alamatnya tanggalnya / Imam Mahdi dan
tanggalnya Ratu Adil yang bakal berdiri di Tegal Luar. / Maka hamba Allah umat
nabi salallahu alaihi wasalam menanggung azab Allah subhanahu / wa taala itu
lima tahun lamanya. Wallahu alam bisawab.
/ Adapun tamatnya sahaya menulis di bulan Jumadil Akhir, tanggal 15, [di]
waktu gerhana, / [kepada] hari Salasa, kira-kira [jam] pukul tiga siang.
Encik Amirun yang menulis menantunya Encik Serena, / tinggal di
kampong Bogor Jawarasa 1885.
16
segala ciptaan-Nya (KIA, 1991:205)
7. Maunah Perkara-perkara yang luar biasa yang diberikan
Allah kepada manusia biasa, dan merupakan
pertolongan khusus yang dikaruniakan Allah
kepada manusia biasa itu (KIA, 1991:208)
8. Mungsuh Musuh; lawan (BJI, 1988:385)
BAB IV
ANALISIS AMANAT YANG TERKANDUNG DALAM NASKAH
PRALAMBANG
17
sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudijman,
1988:57).
18
umatnya. Ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh beliau pun tak akan lekang oleh
waktu. Pada kehidupan saat ini, memang sulit sekali menemukan orang yang
memiliki sifat sama persis seperti seorang nabi. Namun, tidak menutup
kemungkinan salah satu sifat nabi dapat dimiliki, seperti amanah dalam
menjalankan tugasnya.
Selain mengajari tentang kepemimpinan, naskah Pralambang juga
mengajari kita mengenai iman. Umat islam pada masa alam wahyu tidak pernah
lupa untuk menjalankan ajaran-ajaran agama Islam dengan sepenuh hati. Oleh
karena itu, umat islam mendapatkan balasan dari Allah SWT berupa limpahan
rahmat yang sangat banyak dan mereka juga tidak menjadi lupa diri dan selalu
beriman kepada Allah SWT. Perbuatan-perbuatan seperti itu yang mestinya
sampai saat ini masih dipegang teguh oleh seluruh umat Islam di Indonesia.
Namun, saat ini mulai banyak yang terpengaruh oleh godaan setan.
Naskah Pralambang juga memberi pengajaran untuk saling mengasihi.
Saling mengasihi tersebut bukan hanya kepada sesama manusia saja. Namun,
juga saling mengasihi terhadap lingkungan hidupnya. Dalam isi naskah
Pralambang dijelaskan kita harus salinng mengasihi sesama sanak saudara. Saling
mengasihi terhadap sesama saudara tersebut bukan hanya terhadap saudara
sekandung saja. Namun, juga terhadap saudara seiman atau sesama muslim.
Dalam Islam, sesama muslim merupakan saudara juga. Salah wujud cara yang
bisa kita lakukan untuk mengasihi sesama sanak saudara adalah dengan mengasihi
orang-orang yang kurang mampu serta menyantuni anak yatim serta piatu.
Berziarah kubur merupakan hal yang sudah tidak asing bagi masyarakat
Indonesia. Namun, di zaman yang serba cepat ini, banyak masyarakat yang salah
cara dalam berziarah kubur. Pada isi naskah Pralambang juga dijelaskan
mengenai kebaikan berziarah kubur. Berziarah kubur bukanlah kegiatan
memintakan sesuatu kepada orang yang telah meninggal karena orang yang sudah
meninggal tidak dapat mendengar apa yang kita minta. Makna dari berziarah
kubur yang benar adalah untuk mengingatkan kepada kita bahwa semua yang
hidup akan mengalami kematian dan kembali kepada penciptanya. Maka dari itu
sebelum waktunya tiba, kita sebagai umat Islam harus memiliki bekal yang cukup
yaitu bekal berupa iman serta ketaqwaan kepada Allah SWT.
19
Pada masa alam hidayah banyak umat manusia yang mulai lupa diri dan
tidak lagi mengenal tuhannya dengan baik. Banyak umat muslim yang tidak
peduli lagi atas ajaran-ajaran yang telah diterimanya. Bahkan mereka sudah tidak
peduli dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Pada naskah Pralambang juga menceritakan akan hadirnya hari kiamat
nanti. Dalam naskah digambarkan bagaimana kiamat tersebut akan terjadi. Dalam
naskah Pralambang, kiamat digambarkan sebagai sebuah pristiwa alam yang
sangat tidak wajar, serta banyaknya orang Islam yang meninggalkan agamanya
karena godaan harta benda. Naskah ini hanya menggambarkan bagaimana
keadaan saat kiamat nanti, tetapi naskah ini tidak menyebutkan kapan hari kiamat
itu akan datang. Hal tersebut hanyalah Allah SWT semata yang mengetahuinya.
Amanat yang dapat selalu kita temui dari naskah Pralambang ini memang
selalu berkaitan dengan ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran yang dapat dipelajari
melalui naskah ini memang tidak secara menyeluruh. Ajaran-ajaran yang telah
dipelajari melalui naskah ini diantaranya adalah kepemimpinan, keimanan, dan
tanda-tanda hari kiamat. Setelah mengetahui beberapa pesan moral yang telah
dipaparkan di atas, semoga dapat membimbing kita sebagai umat muslim selalu
berada dijalan Allah SWT.
BAB V
SIMPULAN
Dari Pemabahasan di atas naskah Pralambang merupakan salah satu
bentuk karya sastra lama melayu. Naskah Pralambang hanya berjumlah satu.
Naskah tersebut tersimpan rapi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan
memiliki kode naskah Br. 34. Naskah tersebut masih dapat dibaca dengan jelas.
Terdapat dua cara untuk mengakses naskah tersebut. Pertama, dengan mendatangi
langsung PNRI. Kedua, dengan cara membukanya melalui situs PNRI. Tulisan
dari naskah tersebut juga masih jelas terbaca.
Analisis yang dilakukan terhadap naskah Pralambang ini adalah melihat
amanat yang terkandung di dalamnya. Dari analisis yang telah dilakukan tersebut
dapat diharapkan berguna bagi yang membacanya. Selain itu, kita juga dapat
20
mengambil informasi dan pelajaran yang dapat berguna bagi kehidupan sehari-
hari.
DAFTAR PUSTAKA
Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan
Penelitian dan Publikasi Fakultas, Seksi Filologi, Fakultas Sastra,
Universitas Gadjah Mada.
21
Shodiq, M. 1991. Kamus Istilah Agama. Jakarta: Bonaciptama.
Sutaarga, Amir, dkk. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat.
Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Nasional
Departemen Pendidikan.
22