Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 87–94 87

ANALISIS KARAKTER TOKOH UTAMA WANITA DALAM CERPEN


MENDIANG KARYA S.N. RATMANA

F.A. Milawasri
Universitas Tridinanti Palembang
mila_plg@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini membahas tentang analisis karakter tokoh utama wanita dalam cerpen Mendiang karya
S.N. Ratmana. Masalah penelitian ini yaitu bagaimanakah karakter tokoh utama wanita dalam Cerpen
Mendiang Karya S.N.Ratmana. Tujuan penelitan ini adalah mendeskripsikan karakter tokoh utama wanita
yang ada dalam cerpen Mendiang Karya S.N. Ratmana baik secara langsung maupun tidak langsung
digambarkan oleh pengarang dari kehidupan tokoh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat terlihat karakter tokoh pada cerpen
Mendiang karya S.N. Ratmana. Pelukisan karakter tokoh utama wanita yang bernama Wati dapat di
analisis dengan cara analitik dan cara dramatik. Dengan cara analitik, Wati dilukiskan pengarang sebagai
sosok seorang wanita yang mempunyai fisik seperti laki-laki. Sedangkan dengan cara dramatik, pelukisan
karakter tokoh Wati dilakukan dengan empat cara yaitu: (1) dengan cara melukiskan reaksi tokoh lain
terhadap tokoh utama. Wati bertabiat kurang terpuji. Wati kurang bisa menempatkan diri. (2) dengan cara
melukiskan keadaan sekitar tempat tokoh itu tinggal. Sebagai anak bungsu, tabiat Wati bisa dibayangkan,
apalagi keluargannya cukup mampu. Hal seperti ini kadang memang tak dapat dipungkiri membuat
seseorang menjadi manja. (3) dengan cara melukiskan jalan pikiran dan perasaan tokoh-tokoh dalam
cerita. Tokoh Wati merintis perombakan cara-cara bercinta. Tokoh Wati muncul dengan gagasan baru,
jika kita membutuhkan sesuatu katakanlah bahwa kita memang butuh. (4) dengan cara melukiskan
perbuatan tokoh. Wati mempunyai akhlak yang kurang baik. Tingkah lakunya yang lincah membuat ia
kurang disenangi gurunya.

Kata kunci: karakter, cerpen, analisis, analitik dan dramatik.


.
Abstract
This study discusses the character analysis of main characters in the short stories of revered works of
S.N. Ratmana. Research issues include how the characters are main characters in the short stories of
revered works of S.N. Ratmana. The purpose of this study is to describe the main character woman
character who exists in the works of the late short story S.N. Ratmana either directly or indirectly
represented by the author of the life of the character. The methods used in this research is qualitative,
descriptive methods. Based on the results of the research, it can be seen on figure characters of the short
stories of revered works of S.N. Ratmana. Delineation of character the main protagonist named women
Religious can be analysis by means of analytic and how dramatically. Analytic way, Wati depicted the
author as the figure of a woman who had such physical man. Whereas by means of dramatic
representations of Religious figures, performed with the four ways: (1) by way of a reaction against other
figures depicting the main character. Religious temper less commendable. Wati less could put myself. (2)
by way of depicting the circumstances surrounding that character's place of residence. As the youngest,
Religious habits imaginable, let alone keluargannya quite capable. Things like this sometimes is not able
to make a person be denied spoiled. (3) by way of depicting the path of thoughts and feelings of the
characters in the story. Religious figures pioneering the reshuffle means to fuck. Religious figures came
up with a new idea, if we need something to say that we do need. (4) by way of depicting the deeds of the
characters. Wati has morals. A fiercely energetic demeanor make it less acceptable to his teacher.

Keywords:: characters, short stories, analysis, analytic and dramatic.

©Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Palembang


p–ISSN : 2549-5305
e–ISSN: 2579-7379
88 F.A. Milawasri, Analisis Karakter Tokoh

Pendahuluan Istilah tokoh merujuk pada orangnya


Karya sastra merupakan cerminan, dan pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan
gambaran atau refleksi kehidupan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para
masyarakat. Melalui karya sastra pengarang tokoh seperti yang ditafsirkan oleh
berusaha mengungkapkan suka duka pembaca. Penokohan lebih merujuk pada
kehidupan masyarakat yang mereka rasakan kualitas pribadi seorang tokoh. Abrams
atau mereka alami. Selain itu, karya sastra dalam Nurgiyantoro (2012:165),
menyuguhkan potret kehidupan yang mengungkapkan bahwa tokoh cerita
menyangkut persoalan sosial dalam (karakter) adalah orang-orang yang
masyarakat. Setelah mengalami ditampilkan dalam suatu karya naratif atau
pengendapan secara intensif dalam drama yang ditafsirkan oleh pembaca
imajinasi pengarang, maka lahirlah memiliki kualitas moral dan kecenderungan
pengalaman kehidupan sosial tersebut tertentu yang diekspresikan dalam ucapan
dalam bentuk karya sastra. Menurut dan apa yang diakukan dalam tindakan.
Kosasih (2012:1), “Sastra atau kesusastraan Kehadiran tokoh-tokoh berperan dalam
adalah tulisan atau karangan yang menghidupkan jalannya cerita. Sulit
mengandung nilai-nilai kebaikan yang dibayangkan sesuatu peristiwa akan terjadi
ditulis dalam bahasa yang indah”. Karya tanpa kehadiran tokoh-tokoh. Sumardjo dan
sastra dalam perkembangannya terbagi atas Saini K.M.(1986:64) mengatakan mutu
beberapa jenis, di antaranya adalah cerpen. sebuah cerpen banyak ditentukan oleh
Cerpen adalah salah satu jenis karya kepandaian si penulis menghidupkan watak
sastra yang merupakan tempat penuangan tokoh-tokohnya. Kalau karakter tokoh
renungan pengarang terhadap hakikat hidup lemah, maka lemahlah seluruh cerita.
dan kehidupan (Pradopo, 2012:8). Cerita Pada penelitian ini penulis akan
pendek adalah cerita yang ditulis pendek, meneliti karakter tokoh utama antagonis
sebagai patokan atau pedoman umum yang terdapat dalam cerpen Mendiang
cerpen terdiri atas 2.000 kata sampai Karya S.N.Ratmana . Alasan penulis
dengan 10.000 kata (Pranoto, 2015:4). memilih cerpen Mendiang Karya
Cerita pendek adalah jenis karya sastra S.N.Ratmana dikarenakan cerpen
yang memaparkan kisah atau cerita tentang mengisahkan tentang tokoh antagonis yang
manusia dan seluk beluknya lewat tulisan bernama Wati sebagai tokoh wanita yang
pendek (Kosasih, 2012:34). Jadi, dapat membuat hidup suasana cerita. Pengarang
disimpulkan cerita pendek, jenis karya mampu melukiskan tokoh dengan karakter
sastra yang memaparkan kisah ataupun yang unik dan menarik dari berbagai teknik
cerita tentang manusia beserta seluk penceritaan.
beluknya lewat tulisan pendek. Masalah penelitian ini yaitu
Pada sebuah cerpen dibangun oleh bagaimanakah karakter tokoh utama wanita
dua unsur yaitu unsur ekstrinsik dan unsur dalam Cerpen Mendiang Karya
intrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur- S.N.Ratmana? Tujuan penelitan ini adalah
unsur yang berada di luar karya sastra itu, mendeskripsikan karakter tokoh utama
tetapi secara tidak langsung mempengaruhi wanita yang ada dalam cerpen Mendiang
bangunan atau struktur karya sastra. Atau Karya S.N. Ratmana baik secara langsung
secara lebih khusus dapat dikatakan sebagai maupun tidak langsung digambarkan oleh
unsur penunjang sebuah cerita karya sastra, pengarang dari kehidupan tokoh.
namun tidak ikut menjadi bagian di
dalamnya. Adapun unsur intrinsik adalah Pengertian Cerpen
unsur-unsur yang membangun karya sastra Cerpen adalah cerita yang
itu sendiri (Nurgiyantoro, 2012: 23). Unsur- ditulis pendek yang mengandung elemen,
unsur ini yang secara faktual akan dijumpai plot, sudut pandang, tokoh/pelaku, dialog,
jika orang menbaca karya sastra. Unsur- konflik. Setting dan suasana hati
unsur intrinsik yang terdapat dalam sebuah (mood/atmosphere) (Pranoto, 2015:4-5).
novel antara lain tema, tokoh dan Kosasih (2014:60) mengemukakan cerpen
penokohan, alur, latar, sudut pandang, adalah karangan pendek yang berbentuk
amanat, gaya bahasa.
Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 87–94 89

prosa, dikisahkan sepenggal kehidupan persoalan dalam cerita atau rekaan sehingga
tokoh, yang penuh pertikaian peristiwa peristiwa itu dapat menjadi suatu cerita
yang mengharukan dan menyenangkan, dan yang menarik.
mengandung kesan yang tidak mudah
dilupakan. Dikemukan Joe (dalam Jenis-jenis Tokoh
Nurgiyantoro, 2010:10). Cerpen adalah Menurut Nurgiantoro (2012:176),
sebuah cerita yang selesai dibaca dalam tokoh dalam sebuah karya fiksi dapat
sekali duduk, kira-kira berkisar antara dibedakan menjadi lima jenis yaitu dilhat
setengah sampai dua jam. dari segi peranan atau tingkat pentingnya
Berdasarkan tiga pendapat di atas tokoh yaitu tokoh utama dan tokoh
dapat disimpulkan cerpen adalah cerita tambahan, berdasarkan fungsi penampilan
yang ditulis pendek, dikisahkan sepenggal tokoh yaitu tokoh protagonis dan tokoh
kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian antagonis, berdasarkan perwatakan yaitu
peristiwa yang mengharukan dan tokoh sederhana dan tokoh bulat,
menyenangkan, yang selesai dibaca dalam berdasarkan kriteria berkembang dan
sekali duduk. tidaknya karakter tokoh yaitu tokoh statis
dan tokoh berkembang, dan berdasarkan
Pengertian Tokoh pencerminan tokoh yaitu tokoh tipikal dan
Dalam sebuah cerita fiksi biasanya tokoh netral.
terdapat tokoh atau pelaku cerita. Tokoh Menurut Aminuddin (2002:79)
dapat terdiri dari satu orang atau lebih. “Para tokoh yang terdapat dalam suatu
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa cerita memiliki peran yang berbeda-beda.
Indonesia (2014:1476), tokoh adalah Seorang yang memiliki peran penting
pemegang peran (peran utama) dalam dalam sebuah cerita disebut dengan tokoh
roman atau drama, sedangkan menurut utama. Sedangkan tokoh yang tidak
Aminuddin (2002:79), tokoh adalah pelaku berperan penting, karena kehadirannya
yang mengemban peristiwa dalam cerita hanya melengkapi, melayani, mendukung
fiksi (prosa) sehingga peristiwa itu mampu pelaku utama disebut tokoh pembantu”,
menjalin suatu cerita yang utuh. sedangkan menurut Zaidan (2004:206),
Selanjutnya, Aminuddin mengatakan tokoh terbagi menjadi delapann jenis, yaitu
bahwa tokoh-tokoh dalam sebuah karya tokoh utama, tokoh bawahan, tokoh bulat,
sastra biasanya merupakan rekaan, tetapi tokoh datar, tokoh kompleks, tokoh lawan,
tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting tokoh statis, dan tokoh tematik.
dalam sebuah cerita. Peran pentingnya
terdapat pada fungsi tokoh yang Pengertian Karakter Tokoh
memainkan suatu peran tersebut dapat Karakter tokoh dalam karya fiksi
dipahami oleh pembaca. Tokoh adalah juga sering disebut dengan penokohan atau
individu rekaan yang mengalami peristiwa perwatakan. Menurut Kosasih (2012:67),
atau lakuan dalam suatu cerita (Sembodo, karakter tokoh adalah cara pengarang
2009:5). menggambarkan dan mengembangkan
Menurut Zaidan (2004:206), tokoh karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
adalah orang yang memainkan peran dalam Sedangkan menurut Zaidan (2004:206),
karya sastra, sedangkan menurut kerakter tokoh adalah proses penampilan
Nurgiyantoro (2012:165), istilah “tokoh” tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau
menunjuk pada orangnya, pelaku cerita kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita.
misalnya sebagai jawab terhadap Perwatakan atau karakter tokoh adalah
pertanyaan: “siapakah tokoh utama novel pemberian sifat baik lahir maupun batin
itu?”. Kehadiran seorang tokoh dalam pada seorang pelaku atau tokoh yang
sebuah cerita merupakan hal yang sangat terdapat pada cerita (Sugiarti, 2007: 94).
penting karena tanpa tokoh atau pemeran Karakter tokoh adalah pelukisan
maka akan hilang daya geraknya. gambar yang jelas tentang seseorang yang
Berdasarkan pendapat di atas, dapat di tampilkan dalam sebuah cerita
disimpulkan tokoh adalah pelaku atau aktor (Nurgiantoro, 2012:165). Berdasarkan
yang mengalami peristiwa dan persoalan-
90 F.A. Milawasri, Analisis Karakter Tokoh

Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai prosedur pemecahan masalah yang


(2014:1476), karakter tokoh atau diselidiki dengan menggambarkan atau
penokohan adalah penciptaan citra tokoh melukiskan keadaan subjek atau objek
dalam karya sastra, sedangkan menurut penelitian (novel, drama, cerita pendek,
Minderop (2005:2) karakterisasi adalah puisi) pada saat sekarang berdasarkan fakta-
pelukisan watak tokoh yang terdapat dalam fakta yang tampak atau sebagaimana
suatu karya fiksi. adanya (Nawawi dalam Siswanto,
Dari beberapa pendapat di atas 2014:56).
dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh
adalah pelukisan karakter diri seorang Hasil dan Pembahasan
tokoh yang digambarkan oleh pengarang
dalam sebuah karya sastra. Sinopsis Cerpen Mendiang Karya
S.N.Ratmana
Teknik Pelukisan Karakter Tokoh Peti mati terbelo berada di tengah
Menurut Kosasih (2012:68), ada ruangan. Meja pemujaan dengan segala alat
dua cara yang dapat dilakukan pengarang dan sesajian ada di dekat peti itu. Akulah
dalam melukiskan watak tokohnya, yaitu satu-satunya tamu yang tidak
dengan teknik analitik dan teknik dramatik. bersembahyang di depan meja pemujaan.
Nurgiantoro (2012: 194-211) Aku termenung dalam suasana asing dan
berpendapat bahwa teknik pelukisan tokoh berharap bertemu dengan orang yang
terbagi atas dua bagian yaitu teknik dikenal.
ekspositori dan teknik dramatik. Dari ruang belakang muncul
Sedangkan, menurut Zaidan (2004:206), seorang lelaki dalam pakaian sungkawa.
teknik pelukisan karakter tokoh atau Itulah suami almarhumah. Kuulurkan
penokohan terbagi menjadi dua jenis, yaitu tangan dengan ucapan ikut berbela
teknik kisahan dan teknik ragaan. sungkawa. Dia menerima tanganku dengan
Berdasarkan beberapa pendapat di ragu. Aku merasa asing. Aku segera minta
atas dapat disimpulkan bahwa teknik diri. Tidak kuduga Wati akan menemui
pelukisan tokoh dapat dilakukan dengan kematian dalam usia belia.
dua teknik analitik atau ekspositori dan Sepuluh tahun lalu dia masih
teknik dramatik. muridku di kelas dua SMA. Tabiatnya
1. Teknik analitik atau sering disebut ganjil, anaknya tidak bisa digolongkan
dengan teknik ekspositori adalah cantik. Suatu sore Wati datang ke
pelukisan tokoh cerita dilakukan pondokanku. Berbagai cara ditempuhnya
dengan memberikan deskripsi, uraian, untuk mendapatkan cintaku. Singkat cerita
atau penjelasan secara langsung. akhirnya kutulis pada secarik kertas “sore
2. Teknik dramatik adalah pelukisan ini aku perlu istirahat. Pulanglah!”
karakter tokoh secara tidak langsung Sejak itu Wati benar-benar tidak
tetapi melalui gambaran ucapan, pernah datang lagi ke pondokanku.
perbuatan dan komentar atau penilaian Rupanya usaha Wati belum berakhir,
pelaku atau tokoh dalam sebuah cerita. hampir setiap minggu ia berkirim surat.
Teknik dramatik meliputi Isinya semacam pengakuan tentang
penggambaran fisik dan perilaku cintanya juga kisah cintanya pada masa
tokoh, penggambaran lingkungan lalu.
kehidupan tokoh, penggambaran tata Suatu sore aku pergi ke dokter,
kebahasaan tokoh, pengungkapan jalan tanpa kuduga aku bertemu Wati bersama
pikiran atau perasaan tokoh, suaminya Oey HOO Lam. Suaminya begitu
penggambaran oleh tokoh lain, dan tua. Sekarang aku sudah kawin. Kuketahui
teknik arus kesadaran. Wati adalah istri pemilik tokoh sepatu, tapi
pada hari ini tiba-tiba aku melihat di depan
Metode Penelitian tokonya banyak orang. Kuperhatikan
Metode yang digunakan dalam tampak sehelai kain putih terjurai di pintu,
penelitian ini adalah metode deskriptif tanda seseorang telah meninggal. Aku
kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan
Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 87–94 91

kemudian melangkah masuk. Dihadapanku


terbaring jenazah muridku di dalam peti “Aku banyak kerja malam ini. Aku
mati terbelo. mau mengoreksi ulangan.”
“Ah nanti dulu dong, Pak. Saya
Analisis Karakter Tokoh Utama ingin mengobrol dengan Bapak.”
Wanita Pada Cerpen Mendiang “Tidak ada waktu buat ngobrol.”
Karya S.N.Ratmana “Jangan begitu ah, kan belum
terlalu malam. Saya tidak berteman.”
“Wati” bentakku, “di rumah siapa
1. Analisis Karakter dengan Cara kau sekarang berada?”
Analitik “Di rumah Bapak Rat-ma-na.”
“Bukan! Ini rumah ibu Sutanto.
Cerpen Mendiang menonjolkan Patutkah kau berbuat demikian?
tokoh utama wanita bernama Wati. Ayo minggir!”
Karakter tokoh Wati dilukiskan pengarang “Tidak, saya tidak mau di tinggal
secara langsung (analitik). Dapat dilihat sendirian. Ayo temani dong, Pak.”
pada kutipan di bawah ini: (Rahmia, 2013: 2).
“Dia mempunyai tabiat Dalam kutipan cerpen di atas, kita
yang ganjil sehingga sering dapat melukiskan karakter tokoh Wati dari
tidak dimengerti oleh reaksi tokoh yang satu terhadap tokoh yang
kawan-kawan maupun lain. Wati bertabiat kurang terpuji. Wati
gurunya. Termasuk aku kurang bisa menempatkan diri.
sendiri. Anaknya tidak bisa
digolongkan cantik,
b. Dengan Cara Melukiskan
wajahnya berkukul.
Perawakannya yang gemuk
Keadaan Sekitar Tempat Tokoh
tegap menyebabkan dia Itu Tinggal
nampak seperti laki-laki.” Lingkungan sekitar berpengaruh
(Rahmia, 2013: 1). terhadap diri seseorang dan sebaliknya
lingkungan tempat tinggal seseorang itu
Dalam kutipan cerpen di sebenarnya merupakan manifestasi dari
atas jelas sekali pengarang watak orang tersebut. Karakter tokoh Wati
melukiskan karakter tokoh secara tergambar melalui kutipan berikut ini.
langsung. Wati dilukiskan “Yang jelas keluarganya cukup mampu.
pengarang sebagai sosok seorang Orang tuannya pensiunan wedana dan
wanita yang mempunyai fisik kakak-kakaknya banyak yang berpangkat.
seperti laki-laki. Dia anak bungsu (Rahmia, 2013: 3).”
Lingkungan keluarga juga dapat
menyiratkan bagaimana karakter seseorang
2. Analisis Karakter dengan Cara yang berada di dalamnya. Sebagai anak
Dramatik bungsu, tabiat Wati bisa dibayangkan,
Pelukisan karakter tokoh cerita apalagi keluargannya cukup mampu. Hal
melalui cara dramatik akan dideskripsikan seperti ini kadang memang tak dapat
sebagai berikut: dipungkiri membuat seseorang menjadi
manja.
a. Dengan Cara Melukiskan Reaksi
Tokoh Lain Terhadap Tokoh c. Dengan Cara Melukiskan Jalan
Utama Pikiran dan Perasaan Tokoh-
Sebagai mahluk sosial seseorang tokoh dalam Cerita
tak mungkin terlepas berkomunikasi Pelukisan karakter melalui jalan
dengan orang lain. Melalui komunikasi pikiran dan perasaan terhadap tokoh Wati
itulah terkadang karakter seseorang dapat dapat diamati melalui kutipan cerpen
kita ketahui. Karakter tokoh Wati dapat kita berikut ini:
lihat pada kutipan berikut ini:
92 F.A. Milawasri, Analisis Karakter Tokoh

“Saya tidak tahu mengapa terakhir kepadaku. Mungkin


laki-laki acuh tak acuh Oey Hoo Lam itulah laki-laki
terhadap saya. Karena saya kedelapan dalam kamus
tidak cantik? Mungkin. Tetapi cintanya, pikirku. Aku ikut
mengapa banyak gadis lain bersyukur”.
yang lebih jelek daripada saya (Rahmia, 2013: 3).
toh dapat dicintai oleh laki-
laki? Sudah tujuh pria saya Penggambaran karakter tokoh Wati
cintai, tak seorang pun melalui jalan pikiran dan perasaannya
membalasnya dengan wajar. membantu pembaca mengetahui alasan-
Semuanya meremehkan dan alasan tindakan tokoh cerita.
bahkan melukai perasaanku.
Apakah saya harus menunggu d. Dengan Cara Melukiskan
laki-laki yang kedelapan? Perbuatan Tokoh
Tidak. Saya tidak sudi Perbuatan seseorang sesungguhnya
menunggu dan berharap. merupakan manifestasi dari sikap hidup dan
Dalam bercinta saya tidak wataknya. Dalam sebuah cerita, seorang
mau bersikap pasif seperti pengarang sering menggunakan cara ini
gadis-gadis lain. Aku merintis untuk melukiskan keadaan tokoh ceritanya.
perombakan cara-cara Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
bercinta. Kalau saya jatuh “Setiap berangkat sekolah dia
cinta pada seorang pria selalu singgah dulu ke rumah
langsung saja dia saya pondokan guru itu. Pulang
datangi, saya ajak ngobrol, sekolah juga selalu
saya ajak nonton bioskop. menyertainya. Hampir tiap
Malah kalau perlu saya sore Wati datang ke rumah
belikan rokok, sepatu, dan kekasihnya. Bahkan malam
lain-lain. Toh sayalah yang hari pun kadang-kadang
membutuhkannya, mengapa datang juga ke sana. Marman
mesti bersikap pasif lain kewalahan. Dengan segala
halnya kalau saya dicintai daya dia berusaha
seorang laki-laki”. (Rahmia, menghindari pertemuan
2013: 3). dengan Wati. Sebaliknya
segala cara ditempuh oleh
Dalam kutipan cerpen di atas, gadis itu untuk dapat
pelukisan karakter tokoh melalui pikiran berdampingan dengan Pak
dan perasaannya, tokoh Wati merintis Guru yang ganteng itu.
perombakan cara-cara bercinta. Tokoh Wati Sampai-sampai pernah datang
muncul dengan gagasan baru, jika kita ke rumah pondokan Marman
membutuhkan sesuatu katakanlah bahwa siang-siang pada saat guru itu
kita memang butuh, terhadap tokoh aku. sedang tidur.Murid yang
Dapat dilihat pada kutipan cerpen di sedang dimabuk asmara itu
berikut. masuk ke rumah tanpa
permisi dan langsung berdiri
“Aku senang melihat cara di depan kamar tidur
mereka berjalan. Begitu Marman.” (Rahmia, 2013: 3).
rukun. Mungkin berita
tentang Wati jadi pelacur Dalam kutipan di atas, dapat
yang pernah tersiar dahulu dikatakan bahwa Wati mempunyai akhlak
menyebabkan aku terlalu yang kurang baik. Tingkah lakunya yang
berperasangka terhadap bekas lincah membuat ia kurang disenangi
muridku itu. Dan untuk gurunya. Watak seseorang memang sering
kesekian kalinya aku ingat tercermin dengan jelas melalui sikap dan
kembali pada suratnya yang
Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 87–94 93

perbuatan atau tindakannya terutama dalam lain terhadap tokoh utama. Wati bertabiat
situasi kritis karena ia akan bertindak kurang terpuji. Wati kurang bisa
sepontan menurut karakternya. menempatkan diri. (2) dengan cara
melukiskan keadaan sekitar tempat tokoh
Pembahasan itu tinggal. Sebagai anak bungsu, tabiat
Berdasarkan hasil penelitian di atas, Wati bisa dibayangkan, apalagi
maka dapat terlihat karakter tokoh pada keluargannya cukup mampu. Hal seperti ini
cerpen Mendiang karya S.N. Ratmana. kadang memang tak dapat dipungkiri
Pelukisan karakter tokoh utama wanita membuat seseorang menjadi manja. (3)
yang bernama Wati dapat di analisis dengan dengan cara melukiskan jalan pikiran dan
cara analitik dan cara dramatik. Dengan perasaan tokoh-tokoh dalam cerita. Tokoh
cara analitik, Wati dilukiskan pengarang Wati merintis perombakan cara-cara
sebagai sosok seorang wanita yang bercinta. Tokoh Wati muncul dengan
mempunyai fisik seperti laki-laki. gagasan baru, jika kita membutuhkan
Sedangkan dengan cara dramatik, pelukisan sesuatu katakanlah bahwa kita memang
karakter tokoh Wati dilakukan dengan butuh. (4) denga cara melukiskan perbuatan
empat cara yaitu: (1) dengan cara tokoh. Wati mempunyai akhlak yang
melukiskan reaksi tokoh lain terhadap kurang baik. Tingkah lakunya yang lincah
tokoh utama. Wati bertabiat kurang terpuji. membuat ia kurang disenangi gurunya.
Wati kurang bisa menempatkan diri. (2)
dengan cara melukiskan keadaan sekitar Daftar Pustaka
tempat tokoh itu tinggal. Sebagai anak
bungsu, tabiat Wati bisa dibayangkan, Aminudin. (2002). Pengantar Apresiasi
apalagi keluargannya cukup mampu. Hal Karya Sastra. Jakarta: Sinar Baru.
seperti ini kadang memang tak dapat
dipungkiri membuat seseorang menjadi Departemen Pendidikan Nasional. (2014).
manja. (3) dengan cara melukiskan jalan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
pikiran dan perasaan tokoh-tokoh dalam Jakarta: PT Gramedia Pustaka
cerita. Tokoh Wati merintis perombakan Utama.
cara-cara bercinta. Tokoh Wati muncul
dengan gagasan baru, jika kita Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar
membutuhkan sesuatu katakanlah bahwa Keterampilan Sastra. Bandung:
kita memang butuh. (4) dengan cara Yrama Widya.
melukiskan perbuatan tokoh. Wati
Minderop, Albertine. (2005). Metode
mempunyai akhlak yang kurang baik.
Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta:
Tingkah lakunya yang lincah membuat ia
Yayasan Obor Indonesia.
kurang disenangi gurunya.
Nurgiantoro, Burhan. (2012). Teori
Simpulan Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Berdasarkan dari hasil penelitian Gadjah Mada University Press.
dan pembahasan analisis karakter tokoh
utama wanita dalam cerpen Mendiang Pradopo, dkk. (2012). Metodelogi
karya S.N. Ratmana. Menampilkan tokoh Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT.
antagonis yang bernama Wati. Pelukisan Hanindita Graha Widya.
tokoh dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara analitik dan secara dramatik. Pranoto, Naning. (2015). Seni Menulis
Dengan cara analitik, Wati Cerita Pendek. Jakarta: PT Opuss
dilukiskan pengarang sebagai sosok Agrapana Mandiri.
seorang wanita yang mempunyai fisik
seperti laki-laki. Sedangkan dengan Rahmiah. (2013). Mendiang Karya S.N.
cara dramatik, pelukisan karakter tokoh Ratmana. (Rahmia mia-
Wati dilakukan dengan empat cara yaitu: blogspot.com/2013/01/ mendiang-
(1) dengan cara melukiskan reaksi tokoh
94 F.A. Milawasri, Analisis Karakter Tokoh

karya-SN-Ratmana, html diakses 14


November 2017).

Sembodo, Edy. (2009). Contekan Pintar


Sastra Indonesia. Jakarta: Mizan
Publika.

Siswanto. (2014). Metode Penelitian


Sastra. Yogyakarta: Puska Pelajar.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. (1986).


Apresiasi Kesusastraan. Surakarta:
Widya Duta.

Zaidan, Abdul Rozak., Anita K. Rustapa,


dan Hani’ah. (2004). Kamus Istilah
Sastra. Jakarta. Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai