Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Salwa Diva Az Zahra

NIM : 1205030204

KELAS : 2E

MATKUL : Sastra Budaya Indonesia

PERIODESASI SASTRA ANGKATAN 1966-1970

Pada karya sastra angkatan 66 ini lebih bersifar mengkritik pemerintah maupun
politik. Pada angkatan ini sastrawan sudah mulai mengkritisi keadaan pemerintah maupun
politik yang terjadi pada masa itu. Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah
sastra) pimpinan Mochtar lubis. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam
dalam segi aliran sastranya, munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran,
arketip, dan absurd. Penerbi Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan
karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan1950-an yang juga termsuk dalam
kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djami Suherman, Sapardi
Djoko Damono dan termasuk paus sastra Indonesia HB. Jassan. Beberapa sastrawan yang
mulai dari angkatan ini antara lain, Umar Kayam, Ikranegara Leon Agusta, Darmanta Jatman,
Arief Budiman, Putu Wi Jaya, Taufik Ismail dan lain-lain.

Munculnya sastra angkatan 66 ini didahului dengan adanya mulut kemulut di segala
bidang kehidupan di Indonesia yang disebabkan oleh aksi teror politik G30S/PKI dan ormas-
ormas yang bernaung dibawahnya. Angkatan 66 memounyai harapan akan adanya pemurnian
pelaksanaan Pancasila dan melaksanakan ide-ide yang terkandung di dalam Manifest
Kebudayaan. Tumbuhnya sastra angkatan ini sejalan dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial
politik di awal angkatan 66 yang dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan
Tritura. Sebelum nama angkatan 66 diresmikan ada yang memberi nama angkatan ini sebagai
angkatan Manifest Kebudayaan, alasan penamaan ini karena Manifest Kebudayaan yang
telah dicetuskan pada tahun 1963 itu merupakan pernyataan tegas perumusan perlawanan dan
perusakan kebudayaan oleh Lekra/PKI.

Beberapa sastrawan merasa keberatan dengan nama ini, mereka berpandangan bahwa
sastrawan yang tidak ikut menandatangani atau mendukung Manifest Kebudayaan akan
merasa tidak tercakup di dalamnya, meskipun hasil ciptaannya menunjukan ketegasan dalam
menolak ideologi yang dibawa oleh PKI dalam lapangan politik dan kebudayaan. Istilah
angkatan 66 pertama kali diperkenalkan oleh HB. Jassin dalam sebuah karangannya dalam
majalah Horison (Agustus 1966) yang bertajuk “Angkatan 66 : Bangkitnya Satu Generasi”.
Yang termasuk angkatan 66, menurut HB. Jassin ialah mereka yang kira-kira berumur 25
tahun yang telah giat menulis dalam majalah-majalah sastra dan kebudayaan sekotar tahun
55-an, seperti Kisah Siasat, Mimbar Indonesia, Budaya Indonesia, Konfrontasi, Cerita Prosa,
dan lain-lain

Karya sastra pada angkatan ini dikelompokan menjadi dua yaitu kelompok tahun 60-
sebelum 66 dan kelompok tahun 66-70. Pada kelompok tahun 60-an sampai sebelum tahun
66 merupakan masa kejayaan bagi para pengarang Lekra, puisi yang dihasilkan kebanyakan
bercorak keagamaan. Untuk kelompok tahun 66-70 didominasi oleh karya-karya yang
beraliran realisme sosial kanan, termasuk di dalamnya puisi-puisi demonstrasi atau protes
sosial karya Taufik Ismil dan sastrawan lainya. . Ciri-ciri karya sastra pada angkatan ini
adalah mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada). Puisinya
menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita, prosanya menggambarkan
masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan
kemiskinan, cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam
politik pemerintahan lebih banyak mengemuka, banyak terdapat penggunaan gayaretorik dan
slogan dalam puisi,  muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun
1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum
lemah.

Anda mungkin juga menyukai