Anda di halaman 1dari 55

Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Siswa melalui

Teks Cerpen

Disusun oleh

Kelompok Asma Nadia

Fanda Ayu Pradina (X MIPA 2 /12)

Fara Pramushinta (X MIPA 2 /13)

Farid Nur Wijayanto (X MIPA 2 /14)

Fidian Yulianti (X MIPA 2 /15)

Muhamad Diaz A. (X MIPA 2 /25)

Niken Ayu Puspita (X MIPA 2 /26)

Pruedence Aprilia S. (X MIPA 2 /29)

Ummy Rosyidah (X MIPA 2 /32)

Yesi Wulandari (X MIPA 2 /35)

SMA N 1 CAWAS

KLATEN

2018
Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Siswa melalui
Teks Cerpen

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Pelajaran Bahasa


Indonesia Kelas XI Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019 Kompetensi
Dasar Memahami dan Menganalisis Teks Cerpen

Disusun oleh

Kelompok Asma Nadia

Fanda Ayu Pradina (X MIPA 2 /12)

Fara Pramushinta (X MIPA 2 /13)

Farid Nur Wijayanto (X MIPA 2 /14)

Fidian Yulianti (X MIPA 2 /15)

Muhamad Diaz A. (X MIPA 2 /25)

Niken Ayu Puspita (X MIPA 2 /26)

Pruedence Aprilia S. (X MIPA 2 /29)

Ummy Rosyidah (X MIPA 2 /32)

Yesi Wulandari (X MIPA 2 /35)

SMA N 1 CAWAS

KLATEN

2018

i
PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Siswa


melalui Teks Cerpen” telah disetujui dan disahkan untuk Memenuhi Tugas
Kelompok Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2018/2019, pada

hari :
tanggal :

Guru Bahasa Indonesia,

Vina Esti Suryani,S.Pd


NIP.

ii
MOTTO

Cobalah untuk tidak menjadi orang sukses, melainkan cobalah menjadi orang yang
berharga.

-(Albert Einstein)-

iii
PERSEMBAHAN

Makalah berjudul “Meningkatkan


Keterampilan Menulis Kreatif Siswa melalui Teks
Cerpen”, penulis persembahkan kepada.

1. Allah Swt,
2. Orang Tua penulis,
3. Ibu Vina Esti Suryani, S.Pd,
4. Bapak Drs. Sahana,
5. Ibu Suprapti Murni,
6. Teman-teman kelas XI MIPA 2,
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-satu.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullillah atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan nikmat dan rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah “Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Siswa melalui Teks Cerpen
oleh siswa kelas XI MIPA 2 di SMA Negeri 1 Cawas Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2018/2019 dengan baik.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak mengalami kendala. Namun,
berkat bantuan, bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak, Penulisan makalah ini
dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada.
1. Drs. Sahana M.M selaku Kepala SMA N 1 Cawas yang telah menyediakan
sarana dan prasarana;
2. Vina Esti Suryani, S.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI
MIPA 2 SMAN1 Cawas Tahun Pelajaran 2018/2019 yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik;
3. Orang tua penulis selaku pemberi motivasi dan mendukung penulis secara
moral maupun materiil;
4. Teman- teman penulis dan semua pihak yang telah mendukung proses
pembuatan makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis terbuka dengan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.. Terima
kasih.

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN i
MOTTO i
PERSEMBAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 11
B. Rumusan Masalah 12
C. Tujuan Teks Cerpen 12
D. Manfaat 12
BAB II ISI
A. Hakikat Teks Cerpen 14
1. Pengertian Cerpen 14
2. Jenis-Jenis Cerpen 15
3. Ciri-Ciri Cerpen 17
4. Kaidah Kebahasaan Teks Cerpen 18
5. Struktur Teks Cerpen 19
6. Unsur-Unsur Cerpen 20
B. Contoh Cerpen 30
C. Analisis Cerpen 36
1. Struktur Teks Cerpen 36
2. Kaidah Kebahasaan Teks Cerpen 38
3. Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Teks Cerpen 42

vi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 46
B. Saran 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Farid Nur Wijayanto (14) Moderator


Gambar 3.2 Yesi Wulandari (35) Penyaji
Gambar 3.3 Niken Ayu Puspita (26) Notulen
Gambar 3.4 Pruedence Aprilia Sheva (29) Notulen
Gambar 3.5 Fara Pramushinta (13) Notulen
Gambar 3.6 Fidian Yulianti (15) Operator
Gambar 3.7 Muhamad Diaz Ashari (25) Anggota
Gambar 3.8 Fanda Ayu Pradina (12) Anggota
Gambar 3.9 Ummy Rosyidah (32) Anggota
Gambar 3.10 Kelompok Asma Nadia memperkenalkan diri
Gambar 3.11 Penyaji mengarahkan jalanya presentasi
Gambar 3.12 Kelompok Asma Nadia melakukan sesi tanya jawab
Gambar 3.13 Notulis Kelompok Asma Nadia mencatat hasil diskusi
Gambar 3.14 Operator Kelompok Asma Nadia menampilkan presentasi diskusi

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Teks Cerpen “Penyesalan Pahlawan” Karya Zula Muhammad
Tabel 2.2 Kaidah Kebahasaan Teks Cerpen “Penyesalan Pahlawan” Karya Zula
Muhammad
Tabel 2.3 Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Teks Cerpen “Penyesalan Pahlawan”
Karya Zula Muhammad

ix
DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Stuktur Teks Cerpen 19

x
11

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cerita pendek erat hubungannya dengan keterampilan menulis. Dengan
adanya keterampilan tersebut siswa diharapkan mampu mengembangkan
gagasan kreatifnya dalam mengarang sebuah cerita. Pengertian kreativitas
menurut Dreavdahl: Demikian juga dreavdahl (Hurlock, 1978: 325) yang
dikutip dari Ngalimun dkk (2013: 45) mendifinsikan kreativitas
sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru
yang dapat berwujud kreativitas imanjenatif atau sintesis yang mungkin
melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa
lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung
memuat unsur-unsur inti tertentu dari (struktur dramatis: eksposisi (pengantar
setting, situasi dan tokoh utamanya); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang
memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan
bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks
(titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung
aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik
dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau
mungkin pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya
sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang
mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-
cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks,
atau titik balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya
mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan
moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas
dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.
12

Cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang


lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik
balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak
dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau
pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk senimanapun, ciri khas dari sebuah
cerita pendek berbeda-beda menurutpengarangnya.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat diambil suatu perumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana hakikat Cerita Pendek?
2. Bagaimana langkah-langkah menyusun Cerita Pendek?

C. Tujuan Cerita Pendek


Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui hakikat Cerita Pendek.
2. Mengetahui langkah-langkah menyusun Cerita Pendek.

D. Manfaat
Secara umum, sebuah penelitian haruslah dapat memberikan sebuah
manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat yang diharapkan
dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Manfaat Teoritis
Secara praktis, Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
praktis yang berkaitan dengan hal-hal berikut.
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman berharga dan saran
upaya meningkatkan kemampuan Penulis dalam melaksanakan praktik
penelitian di lapangan mengenai laporan dalam pembelajaran
menginterpretasi makna Cerita Pendek.
13

b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca
secara umum mengenai unsur dalam sebuah karya sastra melalui
pendekatan psikologi sastra.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Cerita Pendek


1. Pengertian Cerita Pendek
Pengertian Cerita Pendek adalah teks yang berisikan karangan
pendek yang berbentuk prosa, yang mengisahkan sepenggal kehidupan
tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan dan
menyenangkan, serta mengandung pesan yang tidak mudah dilupakan.
Sedangkan Pengertian Cerita Pendek Menurut Ahli, Jakob Sumardjo
(2004: 10) : Cerita pendek adalah cerita atau narasi (bukan analisa
argumentatif) yang fiktif (tidak benar- benar terjadi tapi bisa terjadi kapan
saja dan di mana saja) serta relatif pendek. Dan cerita fiktif yang pendek
berdasarkan realitas tersebut hanya mengandung satu kejadian untuk satu
efek bagi pembaca.
Menurut wikipedia Cerita pendek atau sering disingkat sebagai
Cerita Pendek adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek
cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya
fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan
novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan
teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih
luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam
berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang
digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel
pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita
pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam
cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.

14
15

2. Jenis-Jenis Cerita Pendek


a. Berdasarkan jumlah katanya Cerita Pendek dibagi menjadi 3 sebagai
berikut.
1) Cerita Pendek mini (flash) adalah Cerita Pendek dengan jumlah kata
antara 750-1.000 kata.
2) Cerita Pendek yang ideal adalah Cerita Pendek dengan jumlah kata
antara 3.000-4000 kata.
3) Cerita Pendek panjang, adalah Cerita Pendek yang jumlah kata 4000
– 10.000 kata.
b. Berdasarkan teknik pengarangannya Cerita Pendek dibagi menjadi 2
sebagai berikut.
1) Cerita Pendek sempurna (well made short-story) adalah teknik
Penulisan Cerita Pendek oleh pengarang dimana Cerita Pendek
yang ditulis hanya terfokus pada satu tema dan memiliki plot yang
sangat jelas, serta ending atau penyelesainya mudah dipahami.
Cerita Pendek jenis ini pada umumnya bersifat konvensional dan
berdasar pada realitas (fakta).
2) Cerita Pendek tak utuh (slice of life short-story) adalah teknik
Penulisan Cerita Pendek dimana pengarang menulis Cerita Pendek
dengan tidak terfokus pada satu tema atau berpencar, susunan plot
atau alurnya tidak tertata, serta endingnya mengambang . Cerita
Pendek jenis ini umumnya bersifat kontemporer dan ceritanya ditulis
berdasarkan gagasan atau ide yang orisinil.
3) Berdasarkan jenisnya Cerita Pendek dibagi menjadi 3 sebagai
berikut.
a) Cerita Pendek Kedaerahan
Contoh :
(1) Rumah untuk Kemenakan
(2) Gampong
(3) Orang kaya baru, dll.
16

b) Cerita Pendek Nasional


Ciri-ciri Cerita Pendek nasional sebagai berikut.
(1) Menggunakan bahasa baku.
(2) Gaya bertutur yang enak, lincah walau kadang-kadang
penuh kejutan.
(3) Kata-kata yang bertenaga, sederhana tapi menusuk dalam,
Teks Cerpen sastra tidak selamanya berat-berat kecuali
yang aliran surealisme/abstrak.
(4) Tema yang diangkat biasanya masalah humanisme yang
beragam dan sering memasukan kritik sosial. Bisa tentang
lokalitas atau isu masyarakat urban.
(5) Bisa diterima oleh semua kalangan.
(6) Tokoh cerita tidak dibatasi, bisa anak-anak, remaja, wanita,
laki-laki dewasa, nenek-nenek atau kakek-kakek pun bisa
masuk cerita.
Contoh : Jalan Soeprapto, Jiwa yang Terguncang, Senyuman
Terakhir, dll.
c) Teks Cerpen Pop
Ciri-ciri Teks Cerpen pop sebagai berikut.
(1) Menggunakan bahasa yang encer bahkan cenderung forkem
(bahasa gaul).
(2) Gaya bercerita yang ringan dengan alur dan plot mudah
ditebak.
(3) Kurang memperhatikan kaidah bahasa baku sesuai EYD.
(4) Segmentasi khusus pembaca remaja, sehingga tema yang
diangkat selalu tentang dinamika dan permasalahan remaja.
(5) Belum tentu cocok dibaca semua kalangan.
(6) Tokoh utama adalah remaja.
Contoh : Perempuan disimpang Tiga, Roda Kehidupan,
Pelabuhan Makin Jauh, Anggap Auk Bulan, Kisah
dikantor Pos, dll.
17

3. Ciri-Ciri Teks Cerpen

Untuk membedakan Cerita Pendek (Teks Cerpen) dengan novel atau


teks lainnya maka kita perlu mengetahui ciri-cirinya, sehingga
berdasarkan ciri-ciri tersebut maka kita akan lebih mudah menganalisa
sebuah teks untuk membedakan apakah teks itu Teks Cerpen atau bukan,
bahkan kita juga akan lebih mudah memproduksi teks cerita pendek,
yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat.
Adapun ciri-ciri dari Teks Cerpen secara umum adalah sebagai berikut.
a. Kata dalam cerita tidak lebih dari 10.000 kata.
b. Tulisannya lebih singkat jika dibandingkan dengan novel.
c. Isi kebanyakan mencerminkan kisah sehari-hari.
d. Tokoh Teks Cerpen itu sederhana dan karakternya tidak mendetail.
e. Ceritanya fiktif dan rekaan.
f. Habis dibaca sekali duduk.
g. Kata-kata mudah sekali untuk dipahami oleh pembacanya.
h. Pesan dan kesan yang diberikan dalam cerita sangat mendalam
sehingga pembaca juga ikut serta merasakan kesan dari cerita itu.
i. Tokoh-tokohnya mengalami konflik sampai pada penyelesaian.
j. Penggunaan kata-katanya (khas) dan mudah dikenal masyarakat.
k. Meninggalkan kesan mendalam dan efek terhadap perasaan pembaca.
l. Menceritakan satu kejadian dari terjadinya perkembangan jiwa dan
krisis.
m. Beralur tunggal dan lurus.
18

4. Kaidah KebahasaanTeks Cerpen

Teks Cerpen juga karakteristiknya dapat dikenal dari bahasa yang


digunakan di dalamnya, ciri bahasa dari Teks Cerpen adalah sebagai
berikut.
a. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh
fungsi-fungsi keterangan yang bermakna kelampauan, seperti ketika
itu, beberapa tahun yang lalu, telah terjadi.
b. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu
(konjungsi kronologis). Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula,
kemudian.
c. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu
peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, membersihkan, menawari,
melompat, menghindar.
d. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak
langsung sebagai cara menceritakan tuturan seseorang tokoh oleh
pengarang. Contoh: mengatakan bahwa, menceritakan tentang,
mengungkapkan, menyatakan, menanyakan, menuturkan.
e. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang
dirasakan atau dipikirkan oleh tokoh. Contoh: merasakan
mengingginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
f. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukan oleh penggunaan
tanda petik ganda (“...”) dan kata kerja yang menunjukan tuturan
langsung.
Contoh : 1) Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang
itu!”
2) “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” tanya Ani
pada temannya.
3) “Tidak, sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani.
g. Memuat kata sifat yang mendeskripsikan pelaku seperti penampilan
fisik juga kepribadian tokoh yang diceritakan dalam Teks Cerpen.
19

Contoh: Sosoknya tinggi atau perawakannya gagah, rambutnya


beruban dan sifat tokoh lainnya.
h. Memuat kata keterangan untuk mendeskripsikan latar waktu tempat
dan suasana.
Contoh: di pagi hari yang cerah, di kebun bambu yang rimbun dengan
dedaunan dan lain sebagainya.
i. Bisa menggunakan gaya bahasa yang bersifat konotasi.
Contoh: pucuk langit, memanggang bus, bajing loncat dan mulut
terminal.
j. Bahasa yang digunakan tidak baku dan tidak formal.
k. Bisa menggunakan gaya bahasa (majas) Perbandingan, pertentangan,
pertautan maupun perulangan.
1) Gaya bahasa perbandingan seperti metafora, personifikasi
2) Gaya bahasa pertentangan seperti hiperbola, litotes, ironi,
3) Gaya bahasa pertautan seperti metonimis,
4) Gaya bahasa perulangan seperti aliterasi.
l. Bisa mengandung kalimat retorik atau retoris.
m. Menggunakan kalimat interogatif dan kalimat deklaratif

5. Struktur Teks Cerpen


Untuk lebih memahami isi sebuah Teks Cerpen maka kita perlu
mengetahui struktur isi yang biasa dilibatkan dalam sebuah Teks Cerpen,
sebagai berikut.
Abstrak

Orientas
i

Komplikas
Struktur Teks i
Cerpen
Evaluasi

Resolusi
Koda

Grafik 2.1 Struktur Teks Cerpen


20

Keterangan.
a. Abstrak adalah ringkasan/inti cerita, dalam Teks Cerpen abstrak ini
sifatnya opsional boleh di libatkan atau tidak, tidak jadi masalah.
b. Orientasi adalah pengenalan latar cerita atau bagian pendahuluan
dalam sebuah cerita, baik pengenalan sifat tokoh tempat terjadinya
peristiwa dalam cerita, maupun pengenalan suasana dalam cerita.
c. Komplikasi adalah bagian yang memuat masalah konflik dalam
cerita, masalah mulai timbul karena sebab-akibat rangkaian peistiwa,
kemudian sampai pada klimaks.
d. Evaluasi/ penurunan masalah yaitu struktur konflik yang terjadi yang
mengarah pada klimaks mulai mendapatkan penyelesaian dari konflik
tersebut.
e. Resolusi adalah penyelesaian masalah yaitu struktur teks yang
mengungkapkan solusi yang dialami tokoh atau pelaku.
Koda adalah pelajaran yang bisa dipetik dari cerita oleh si pembaca,
koda ini sifatnya opsional boleh dilibatkan atau pun tidak.

6. Unsur - Unsur Teks Cerpen


Unsur-unsur Teks Cerpen terdiri dari dua macam, dua macam itu
adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dibawah ini adalah penjelasan
lengkap mengenai unsur-unsur itu.
a. Unsur Intrinsik Teks Cerpen
1) Tema
Tema adalah suatu pokok masalah yang mendasari sebuah
cerita (gagasan pokok dasar cerita). Tema biasanya terlihat jelas
dalam cerita, namun tidak dalam keadaan langsung, yang mana
pembaca itu harus menyimpulkan terlebih dahulu untuk
menentukan tema dari sebuah cerita itu. Biasanya tema
dirumuskan dalam bentuk sebuah kalimat pernyataan.
21

2) Alur atau Plot


Alur atau plot ialah sebuah langkah atau jalan dari sebuah
cerita. Urutan cerita biasanya bisa terjalin atas urutan waktu,
kejadian atau hubungan dari sebab dan akibat.
Alur dibagi menjadi 3 sebagai berikut.
a) Alur maju ialah susunan peristiwa yang urutannya sesuai
dengan waktu kejadian atau cerita yang bergerak maju.
b) Alur mundur ialah susunan peristiwa yang urutannya tidak
sesuai dengan waktu kejadian atau cerita yang bergerak
mundur atau flashback.
c) Alur campuran ialah rangkaian cerita yang merupakan
gabungan antara alur maju dan alur mundur.
(1) Alur meliputi beberapa tahap.
(a) Eksposition atau Orientasi
Adalah tahapan pertama dalam alur cerita. Dalam
tahap ini, unsur-unsur dasar cerita seperti tokoh, latar,
tempat, waktu, dan suasana dihadirkan dalam tahap ini.
(b) Rising action
Merupakan tahap munculnya konflik dalam cerita.
Konflik biasanya muncul dari pertentangan antar
tokoh, atau si tokoh utama mengalami masalah yang
tidak diduga.
(c) Turning point atau klimaks
Permasalahan yang sudah diperkenalkan ditahap
sebelumnya kemudian memuncak ditahap ini. Hal itu
membuat si tokoh mengalami ketegangan dan
kesulitan dalam menghadapi konflik yang dia alami.
(d) Anti klimaks
Permasalahan yang memuncak didalam suatu cerita
mulai menurun ditahap ini. Dalam tahap ini, sang
22

tokoh mulai mengetahui cara mengatasi konflik yang


dia hadapi.
(e) Resolution
Ditahap ini, semua masalah yang tersaji di dalam cerita
sudah terselesaikan. Tidak ada konflik lanjutan karena
semua konflik sudah terselesaikan oleh sang tokoh di
dalam cerita.
(2) Kaidah Alur
(a) Plausabilitas
Sifat Plausabilitas adalah suatu sifat bahwa sebuah
cerita dapat dipercaya sesuai dengan logika cerita.
(b) Suspense
Suspense timbul karena pembaca menyadari adanya
sesuatu yang pasti sedang menimpa tokoh atau adanya
harapan pembaca yang belum terpuaskan. Salah satu
teknik yang dipakai untuk menimbulkan suspense
adalah foreshadowing. Foreshadowing adalah teknik
menampilkan peristiwa-peristiwa masa depan pada
saat ini secara tidak langsung.
(c) Surprise
Jika Penulis dapat menampilkan kejadian-kejadian
yang menyimpang dari dugaan pembaca, maka Penulis
tadi dapat dikatakan telah membuat surprise untuk
pembaca.
(d) Unity
Menjaga agar semua unsur saling terkait dan
mendukung didalam cerita. Penulis dituntut
memepunyai pengetahuan dan intelegensi.
3) Penokohan atau Perwatakan
Penokohan adalah pemberian suatu watak atau sifat
(karakter) pada tokoh cerita. Pemberian sifat tersebut akan
23

tercermin dalam fikiran, tingkah laku, ucapan atau pandangan


tokoh terhadap sesuatu hal.
Penampilan tokoh dibagi menjadi 3 jenis sebagai berikut.
a) Tokoh Protagonis adalah tokoh yang memerankan atau
memiliki watak baik, jujur, dapat dipercaya, cepat tanggap
dan lain-lain (lebih jelas tokoh ini berwatak baik-baik).
b) Tokoh Antagonis adalah tokoh yang memerankan /memiliki
watak jelek ( pendendam jahat, sombong dan lain- lain.)
c) Tokoh Tritagonis adalah tokoh penengah dari tokoh utama
dan tokoh lawan (watak tokoh ini lebih netral dari kedua
tokoh diatas).
(1) Metode penokohan tokoh ada 2 jenis sebagai berikut.
(a) Metode analitik adalah metode penokohan yang
dicerminkan atau dipaparkan secara langsung.
Contoh.
Alam termasuk siswa yang paling rajin di antara
teman-temannya. Ia pun tidak merasa sombong
walaupun berkali-kali dia mendapat juara bela diri.
Sifatnya itulah yang menyebabkan ia banyak
disenangi teman-temannya.
(2) Metode dramatik adalah metode penokohan yang
dicerminkan atau dipaparkan secara tidak langsung .
(a) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh.
Seperti sedang berkampanye, orang-orang desa
itu serempak berteriak-teriak! Mereka menyuruh
camat agar secepatnya keluar kantor. Tak lupa mereka
mengacung-acungkan tangannya, walaupun dengan
perasaan yang masih juga ragu-ragu. Malah ada
diantara mereka sibuk sendiri menyeragamkan
acungan tangannya, agar tidak kelihatan berbeda
dengan orang lain. Sudah barang tentu, suasana
24

disekitar kecamatan menjadi riuh. Bukan hanya oleh


demonstran- demonstran dari desa itu, tapi juga oleh
orang-orang yang kebetulan lewat dan ada di sana.
(b) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh.
Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik.
Padahal kampung- kampung tetangganya sudah
terang semua.
(c) Penggambaran tata kebahasaan tokoh.
Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan
provoasi. Tapi ada yang diucapkannya benar-benar
membuat orang sedesa marah.
(d) Pengungkapan jalan pikiran tokoh.
Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa
ketakutan. Ingin ia mendekapnya, mencium bau
keringatnya. Dalam pikirannya, cuma anak gadisnya
yang mau menyambutnya dirinya. Dan mungkin
ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, masih
berlapang dada menerima kepulangannya.
(e) Penggambaran oleh tokoh lain.
Ia paling pandai bercerita, menyanyi dan menari.
Tak jarang ia bertandang ke rumah sambil membawa
aneka brosur barang-barang promosi. Yang
menjengkelkan saya, seluruh keluargaku jadi
menaruh perhatian kepadanya.
4) Setting atau Latar
Setting atau latar adalah tempat peristiwa, waktu dan suasana
Teks Cerpen itu dilakukan. Atau lebih jelasnya latar atau setting
itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
a) Latar Tempat (Berkaitan dengan dimana peristiwa
dalamTeks Cerpen itu terjadi).
Contoh : di sekolah
25

b) Latar Waktu (Berkaitan dengan kapan peristiwa dalam Teks


Cerpen terjadi).
Contoh : sore hari, siang hari
c) Latar Suasana (Berkaitan dengan perasaan atau suasana
kejadian peristiwa dalam Teks Cerpen itu terjadi).
Contoh : tegang
5) Sudut Pandang atau Point of view
Sudut pandang adalah cara bercerita atau cara pandang visi
seorang pengarang pada suatu peristiwa dalam Teks Cerpen.
Sudut pandang dibagi menjadi beberapa yang diantaranya yaitu,
sudut pandang orang pertama atau dengan gaya bahasa "aku" dll.,
sudut pandang peninjau atau orang ke-3, sudut pandang
campuran (bisa orang pertama atau ketiga).
Dalam sudut pandang, kata ganti orang dibagi menjadi 3 sebagai
berikut.
a) Sudut pandang orang pertama, yaitu orang yang berbicara.
Kedudukan pengarang dikategorikan menjadi 3 macam
sebagai berikut.
(1) Pengarang sebagai tokoh utama.
Dalam sudut pandang teknik ini, si “aku” mengisahkan
berbsgai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya,
baik yang bersifat batiniah dalam diri sendiri, maupun
fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya.
(2) Pengarang sebagai tokoh sampingan.
Dalam sudut pandang ini, tokoh “aku” muncul bukan
sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan
(first personal peripheral).
Contohnya : aku, saya, gue (untuk tunggal), seperti kami,
kita, (untuk jamak ).
26

b) Sudut pandang orang ketiga, yaitu orang yang dibicarakan.


Secara eksplisit memakai kata ganti dia, ia atau nama orang.
Dalam pola ini pengarang dapat diibaratkan sebagai dalang,
orang yang bercerita tetapi tanpa harus terlibat dalam
peristiwa yang dialami tokoh-tokoh yang diceritakannya.
Pola ini dibedakan menjadi 2 tipe sebagai berikut.
(1) Sudut pandang serba tahu.
Penulis mengetahui segala hal tentang tokoh,
peristiwa, tindakan, termasuk motif. Bahkan bebas
mengungkapkan apa yang ada dipikiran serta perasaan
para tokohnya.
(2) Sudut pandang terbatas.
Penulis melukiskan segala apa yang dialami tokoh
hanya terbatas pada satu orang atau dalam jumlah yang
sangat terbatas. Penukis tak leluasa berpindah dari satu
tokoh ke tokoh lainnya. Melainkan terikat hanya pada
satu atau dua tokoh saja.
Contohnya seperti ia, dia ( untuk tunggal), seperti
mereka (untuk jamak).
6) Amanat
Amanat adalah sebuah pesan atau harapan seorang Penulis
cerita kepada pembaca agar pembaca mau bertindak atau
melakukan sesuatu.
7) Gaya Penceritaan
Gaya penceritaan itu dapat dilihat dari segi bahasa dan
nada. Dari segi bahasa, kalian bisa mencermati adakah kekhasan
dari sebuah Teks Cerpen itu dalam pemilihan sebuah gaya bahasa
(majas), ungkapan yang digunakan. Jika dari segi nada, kalian
dapat mencermati apakah ada kesan nada yang menimbulkan rasa
romantis, simpatik dan sebagainya dalam Teks Cerpen tersebut.
27

b. Unsur Ekstrinsik Teks Cerpen


Selain unsur intrinsik di dalam sebuah Teks Cerpen juga
terdapat unsur ektrinsik atau unsur -unsur yang berada diluar karya
sastra yang dapat dijadikan pembentuk sebuah karya sastra,
biasanya selalu menyangkut sebuah latar belakang, meliputi latar
belakang masyarakat, latar belakang Penulis dan juga nilai-nilai
yang terkandung di dalam Teks Cerpen itu sendiri.
Untur ektrinsik sebuah Teks Cerpen secara lengkap adalah sebagai
berikut.
1) Latar belakang masyarakat
Latar belakang masyarakat merupakan unsur yang
mempengaruhi Teks Cerpen berupa faktor-faktor di dalam
lingkungan masyarakat dimana Penulis berada sehingga
berpengaruh terhadap Penulis itu sendiri.
Diantara latar belakang yang mempengaruhi Penulis dalam
menulis Teks Cerpen adalah.
a) Ideologi suatu negara, konsisi ideologi suatu negara sangat
mempengarui hasil karya sastra, diantaranya Teks Cerpen.
Setiap negara yang mempunyai ideologi yang berbeda akan
melahirkan hasil karya sastra yang berbeda pula.
b) Kondisi politik suatu negara, konsisi politik suatu negara
atau wilayah akan sangat mempengaruhi hasil sebuah karya
sastra, semisal Teks Cerpen. Misalnya, pergolakan konsisi
polikit dalam suatu waktu akan mempengaruhi hasil sebuah
karya sastra.
c) Kondisi ekonomi suatu negara, kondisi perekonomian
sebuah bangsa atau negara juga akan ikut berpengaruh
terhadap hasil dari sebuah karya sastra termasuk karya sastra
Cerita Pendek.
28

d) Konsisi sosial suatu negara, Selain kondisi ideologi, politik


dan perekonomian suatu negara, kondisi sosial juga akan
mempengaruhi hasil sebuah karya sastra.
2) Biografi pengarang atau latar belakang Penulis
Latar belakang Penulis adalah faktor-faktor yang terdapat
dari dalam diri pengarang itu sendiri yang memotivasi atau
mempengaruhi Penulis dalam menulis sebuah Teks Cerpen.
Latar belakang Penulis terdiri dari beberapa faktor, antara lain:
a) Aliran sastra Penulis, aliran sastra merupakan agama bagi
seorang Penulis dan setiap Penulis memiliki aliran sastra
yng berbeda-beda. Hal ini sangat berpengaruh jug terhadap
gayaPenulisan dan genre cerita yang biasa diusung oleh
sang Penulis di dalam karya-karyanya.
b) Riwayat hidup sang Penulis, Riwayat hidup sang Penulis
berisi tentang biografi sang Penulis secara keseluruhan.
Faktor ini akan mempengaruhi jalan pikir Penulis atau sudut
pandang mereka tentang suatu Teks Cerpen yang dihasilkan
dari pengalaman-pengalaman hidup mereka. Kadang-
kadang faktor ini mempengaruhi gaya bahasa dan genre
khusus seorang Penulis Teks Cerpen.
c) Kondisi psikologis, Kondisi psikologis merupakan mood
atau motivasi seorang Penulis ketika menulis cerita. Mood
atau psikologis seorang Penulis ikut mempengaruhi apa
yang ada di dalam cerita mereka, misalnya jika mereka
sedang sedih atau gembira mereka akan membuat suatu
cerita sedih atau gembira pula.
3) Nilai-Nilai Yang Terkandung Di Dalam Teks Cerpen
Unsur ektrinsik yang ke 3 yang terdapat di dalam sebuah
Teks Cerpen adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam Teks
Cerpen itu sendiri yang meliputi.
29

a) Nilai moral, Nilai moral adalah nilai-nilai yang terkandung


di dalam cerita dan berkaitan dengan akhlak atau etika yang
berlaku di dalam masyarakat. Di dalam suatu Teks Cerpen,
nilai moral bisa menjadi suatu nilai yang baik maupun nilai
yang buruk.
b) Nilai budaya, Nilai budaya adalah nilai-nilai yang
berkenaan dengan nilai-nilai kebiasaan, tradisi, adat istiadat
yang berlaku.
c) Nilai agama, Nilai agama adalah hal-hal yang bisa dijadikan
pelajaran yang terkandung di dalam Teks Cerpen yang
berkaitan dengan ajaran agama.
d) Nilai sosial, Nilai sosial adalah nilai yang bisa dipetik dari
interaksi-interaksi tokoh-tokoh yang ada di dalam Teks
Cerpen dengan tokoh lain, lingkungan dan masyarakat
sekitar tokoh.

7. Langkah-Langkah Menulis Teks Cerpen


Agar anda mampu memproduksi sebuah Teks Cerpen maka
anda harus menggunakan pendekatan khusus berupa langkah-langkah
dalam menulis Teks Cerpen, sebagai berikut.
a. Observasi (pengamatan) dan menentukan tema
Melakukan observasi (pengamatan, penelitian, mengungkap
pengalaman) dapat memunculkan tema tertentu. Rumusan tema
kadang-kadang membutuhkan penjabaran melalui observasi. Jadi
observasi dan tema bisa saling melengkapi. Observasi dapat
dilakukan dengan melihat suatu peristiwa, mendengar cerita orang
lain, atau pengalaman pribadi.
b. Menentukan latar , tokoh ,sudut pandang, dan konflik
Menentukan latar,tokoh,konflik dan sudut pandang dalam Teks
Cerpen yang akan ditulis berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan.
30

c. Menyusun peristiwa-peristiwa Menyusun peristiwa-peristiwa yang


akan diceritakan dalam rangkaian alur yang dimainkan dalam latar
tertentu. Peristiwa-peristiwa tersebut memuat konflik yang dialami
oleh tokoh dalam Teks Cerpen.

d. Memilih kata-kata
Mengembangkan peristiwa menjadi Teks Cerpen dengan pilihan
kata yang menarik. Pilihan kata yang digunakan dapat menggunakan
kata-kata dari bahasa daerah, bahasa asing , dan bahasa gaya remaja.

B. Contoh Teks Cerpen

Penyesalan Pahlawan
Karya Zula muhammad

Waktu bergulir. Matahari kembali ke peraduanya. Bintang mulai


berserakan di langit luas. Bulan sedikit menampakan dirinya, malu-malu
tertutup gumpalan mega hitam. Aku pandangi sekelilingku, sepi, sunyi. Sangat
berbeda dengan beberapa jam yang lalu. Kini bunyi senapan yang
memuntahkan isinya tak lagi terdengar. Hanya jangkrik dan binatang lain yang
bersuara, mendominasi malam gulita. Aku bersyukur masih bisa selamat.
Aku duduk di bawah pohon beringin yang berusia ratusan tahun. Usia
yang cukup untuk menyaksikan bangsaku dijajah oleh orang-orang biadab.
Aku letakkan senapan di pangkuan. Aku bersihkan dia, aku lap. Inilah
nyawaku.
Tiba-tiba ada tangan menepuk pundaku. Aku kaget bukan kepalang. Aku
tenggok dengan ragu. Joko rupanya. Nyaris saja dia menjadi santapan
senapanku.
“ada apa?” tanyaku kesal
“komandan menyuruh kita berkumpul”
Aku bergegas bangkit. Kepalaku pusing, tapi aku biarkan. Kaki,
tangan, badanku terasa pegal, tapi aku acuhkan. Tubuhku pedih penuh luka,
31

aku hiraukan. Semua itu tidak penting, yang lebih penting adalah
memerdekakan bangsaku.
Aku berlari menuju tempat berkumpul. Api unggun dinyalakan. Aku
dan para pejuang lain mengitari api itu. Kupandangi wajah mereka satu-
persatu. Nyaris tidak ada keceriaan yang terlihat. Apa yang aku rasakan
mungkin juga dirasakan mereka, atau bahkan lebih.
“Besok, kita selesaikan semua ini, kita selesaikan tugas kita. Tepat pukul empat
pagi, kita semua berkumpul di sini, bersiap menyerang. Ini komando dari
markas pusat. ”Kita hancurkan kamp-kamp mereka!!” kami terdiam, mencoba
menerka apa yang akan terjadi esok hari.
“kita bagi tim ini menjadi empat kelompok. Kelompok pertama akan dipimpin
Mayor Joko, menyerang dari arah depan. Kelompok kedua dipimpin oleh
Mayor Amir mencari jalan alternatif menyerang dari arah kiri. Kelompok
ketiga saya langsung yang pimpin, juga mencari jalan alternatif meyeberang
sungai menyerang dari sektor kanan. Dan kelompok yang terakhir, kelompok
empat dipimpin oleh Mayor Hasan, membantu kelompok satu. Biar kelompok
satu yang menjadi tim penggedor, setelah itu kelompok empat langsung
menyerang. Kita kejutkan mereka dengan serangan mendadak. Kita tumpas
habis orang-orang biadab itu. Merdeka atau mati!!”
Aku tertegun, namaku disebut. Apakah aku bisa memimpin kelompok
empat? Apakah aku bisa, diumurku yang baru seumuran jagung ini?
“sekarang istirahat. Kumpulkan tenaga. Tenangkan pikiran. Ingat, jam empat
tepat”
Aku matikan api unggun. Semua kembali ke tempat masing-masing.
Aku kembali ke pohon beringinku. Aku lihat arloji. Pukul sepuluh lebih tujuh
menit. Masih ada waktu sekitar enam jam untuk rehat, untuk merasakan hidup
yang mungkin esok tak bisa kurasakan lagi. Aku letakkan senapan. Perlahan
aku rebahkan tubuh penuh lukaku. Terasa sakit, amat sakit. Tapi, akan lebih
sakit lagi jika terus-terusan bangsaku diinjak-injak oleh an*ing-an*ing
Belanda itu.
32

Berkali-kali aku mencoba tidur, aku picingkan mata berkali-kali,


namun sulit rasanya. Banyak pikiran menghantuiku. Aku bangun, kulihat
sekeliling. Aku lihat kawan-kawanku, ada yang terlelap dalam tidur,
menikmati mimpi yang mungkin ini mimpi terakhir mereka. Ada yang menulis
surat, padahal mereka tahu surat itu mungkin tidak akan pernah sampai.
Pandanganku tertuju pada Joko. Ia termenung aku dekati ia.
“kenapa belum tidur?” tanyaku sembari duduk di sampingnya.
“apakah kita bisa merdeka San?” matanya masih tertuju kedepan. Tatapan
kosong. Badanya belum bergerak.
“kenapa kau tanya seperti itu?”
Ia terdiam sejenak, kemudian menghela nafas panjang.
“lebih dari 300 tahun kita dijajah. Lebih dari 300 tahun pula kita berjuang,
namun apa hasilnya? Nihil. Tidak pernah ada hasil” kini tatapannya diarahkan
kepadaku.
Begitu tajam.
“ini yang terakhir. Dahulu kita berjuang di masing-masing daerah tanpa ada
persatuan. Esok semua pelosok di negeri ini akan bangkit dan menyerang
bersama. Kita akan merdeka”
“apa kau yakin? Lantas setelah merdeka apa, apa yang akan kau lakukan?
Bukankah nanti pada akhirnya kita kembali akan dijajah?”
Aku kaget mendengar pertanyaan Joko. Aku tidak mengerti apa yang
dimaksudnya dengan ‘dijajah kembali’
“apa maksudmu?”
“kita sekarang dijajah, kita lawan, lalu merdeka. Setelah itu ada penjajahan
lagi, kita lawan, merdeka dan seterusnya. Semua ini tidak akan ada akhirnya.
Sama halnya dengan hari. Setiap hari matahari datang lalu pergi, lalu datang
lagi. Hanya saja setiap hari berikutnya tidak akan sama dengan hari
sebelumnya. Penjajahan juga seperti itu. Penjajahan selanjutnya akan berbeda
dengan penjajahan sekarang ini. Beda yang menjajah, beda sistem
penjajahanya. Mungkin di masa depan penjajahan akan lebih mengerikan dari
sekarang ini. Bisa jadi penjajah itu berasal dari saudara sebangsa sendiri”
33

“maksudmu akan ada anak cucu kita yang saling menjajah?” tanyaku semakin
keheranan. Sorot matanya tetap tajam. Seakan ikut membenarkan argumenya.
“begitulah. Apakah itu tidak lebih menyakitkan?” aku terdiam. Ada benarnya
juga omongan Joko. Pasti akan sangat menyakitkan jika sesama saudara
sebangsa akan saling menjajah. Musuh dalam selimut akan lebih sulit
dikalahkan ketimbang musuh yang nampak di depan mata.
“lalu apa yang harus kita lakukan?”
“kita tidak usah ikut dalam pertempuran”
“maksudmu kita lari? Kita bersembunyi? Tidak” jawabanku tegas.
“apa yang kau cari dari pertempuran kali ini. Mustahil kita menang. Mati, itu
yang akan kau dapat”
“walaupun aku mati, aku akan mati dengan terhormat. Mati atau tidak itu
urusan belakang. Aku tidak takut mati. Roda kehidupan biar tetap berjalan.
Kalau setelah ini ada penjajah lagi, itu bukan urusanku. Ini zamanku, biar aku
yang kali ini mengentaskan bangsa dari an*ing-an*ing Belanda. Untuk masa
yang akan datang, itu bukan tanggung jawabku, itu tanggung jawab generasi
mendatang” suaraku meninggi. Aku naik pitam. Darahku mendidih oleh
ocehan-ocehan tak berguna Joko.
“apa kau yakin bangsa ini akan benar-benar merdeka? Dan akan diridhai yang
maha kuasa?” tanyanya tenang.
“merdeka atau tidak itu bukan urusanku. Urusanku hanya terus berjuang dan
berjuang sampai titik darah penghabisan. Diridhai atau tidak tinggal kita lihat
nanti kedepanya”
Aku beranjak pergi, meninggalkannya. Aku tidak ingin terus-terusan terbawa
emosi. Aku tidak ingin termakan omongan tak bergunanya.
Tepat jam empat pagi, kami para pejuang bangsa mulai menyerbu
kamp-kamp musuh. Sesuai rencana. Aku akan menjadi kelompok pembantu
untuk kelompoknya Joko. Jeritan senapan terdengar di mana-mana. Musuh
tidak mengira akan diserang pagi-pagi buta. Dengan sekejap mereka membalas
serangan kami dengan senjata yang tentunya lebih mutakhir.
34

Hujan peluru mulai mendera. Korban berjatuhan di kedua pihak. Satu,


dua, tiga, sepuluh, seratus, bahkan tak terhingga jumlahnya. Bau anyir darah
mulai menusuk hidung. Suara jeritan senapan makin menggila, diiringi jeritan
manusia yang tak berdaya.
“dorrr!!!” kakiku tertembus peluru musuh, aku terkapar. Aku menjerit. Aku
mencoba terus bertempur, aku tidak ingin menyurutkan semangat merdekaku.
Aku tembaki an*ing-an*ing itu dengan semampuku.
Dari kejauhan aku lihat Joko berlari menuju kamp musuh sendirian
dengan pistol di tanganya. Ia lihai menghindari timah-timah panas yang siap
menghujam dirinya. Aku tidak habis pikir dengan apa yang sedang ia
rencanakan. Ia terus melaju, ia nampaknya kehabisan amunisi. Ia buang
pistolnya. Di tanganya kini tergenggam dua granat jagung. Aku alihkan
pandanganku ke musuh yang membidiknya. Sebelum an*ing itu menarik
pelatuknya, kepalanya bolong tertembus timah panasku, menjadi santapan
senapanku. Sesaat kemudian.
“bummmm!!!” suara ledakan dari kamp musuh. Api membumbung tinggi di
angkasa. Semua memekikkan kata “Merdeka!!!”.
“dasar bodoh!!!” teriakku. Aku benar-benar tidak habis pikir. Joko
mengorbankan dirinya untuk meledakkan kamp musuh. Kepalaku pusing,
dunia berputar. Semua gelap, hitam pekat. Beberapa saat kemudian aku lihat
ada cahaya putih menyala, aku dekati. Semakin dekat, semakin besar
cahayanya.
Ada orang memanggilku.
“kakek bangun!” aku kenal jelas suara itu. Suara cucuku, Zahra. Aku terkejut,
Zahra sudah berada di depanku.
“kakek mengigau lagi ya” aku hanya tersenyum. Ternyata tadi hanya mimpi,
mimpi yang benar-benar pernah terjadi tujuh puluh tahun lalu.
“kau benar Joko. Sekarang bangsa ini telah dijajah lagi. Kini penjajah
menjelma jadi tuan-tuan berdasi. Dasar biadab. Kemiskinan tak teratasi walau
sudah tujuh puluh tahun lamanya. Kesenjangan sosial sangat terpampang.
Banyak orang yang terjajah di atas kemerdekaan. Dan yang lebih mengerikan,
35

sekarang ini banyak generasi muda kita yang bobrok moralnya. Tidak punya
sopan santun. Miras, nark*ba, po*nografi, tawuran telah meraja-lela. Bukan
tidak mungkin para generasi inilah yang akan menjajah kita masa depan.
Sungguh mengerikan.
Dahulu aku menghadapi penjajah dengan angkat senjata, tapi sekarang
aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat untuk mengusir penjajah ini.
Mungkin kau di sana tertawa puas atas kebenaran prediksikmu. Tapi, aku di
sini sungguh tersakiti dengan kondisi ini.
Di umurku yang sudah renta ini aku sangat tidak kuat melihat
kekacauan di mana-mana. Aku meyesal telah memperjuangkan Republik ini,
Joko. Kalau aku tahu akan jadi sehancur ini, aku tidak akan mau bertempur
waktu itu. Jika para pejuang masih hidup, niscaya mereka juga akan menyesal.
Mereka akan menangis dengan keadaan sekarang.
Jika para generasi muda mau mendengarkan aku, niscaya aku akan
suruh mereka mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif, bukan dengan
Miras, nark*ba, po*nografi, tawuran dan hal negatif lainya, agar dapat
memutus roda ‘penjajahan-merdeka-penjajahan’. Mereka akan aku suruh
merenungkan perjuangan pahlawan waktu itu. Bagaimana seorang pahlawan
yang mau mengorbankan segalanya untuk Republik ini, harta bahkan jiwa,
semua di korbankan. Kalau dipikir rasional, pahlawan berjuang bukan untuk
diri mereka sendiri. Namun untuk para generasinya. Agar generasinya tidak
merasakan pahitnya penjajahan waktu itu. Tapi sekarang apa yang terjadi. Aku
menyesal, Joko. Semoga penyesalanku akan hilang bersama hilangnya roda
‘penjajahan-merdeka-penjajahan’
36

C. Analisis Teks Cerpen


1. Struktur Teks Cerpen
Tabel 2.1 Struktur Teks Cerpen “Penyesalan Pahlawan” Karya Zula
Muhammad

No. Struktur Teks Bukti Kutipan


1. Abstrak -

2. Orientasi Waktu bergulir. Matahari kembali ke


peraduanya. Bintang mulai berserakan di
langit luas. Bulan sedikit menampakan
dirinya, malu-malu tertutup gumpalan
mega hitam. Aku pandangi sekelilingku,
sepi, sunyi.
Aku duduk di bawah pohon beringin yang
berusia ratusan tahun. Usia yang cukup untuk
menyaksikan bangsaku dijajah oleh orang-
orang biadab. Aku letakkan senapan di
pangkuan. Aku bersihkan dia, aku lap. Inilah
nyawaku.
3. Komplikasi Tepat jam empat pagi, kami para pejuang
bangsa mulai menyerbu kamp-kamp
musuh. Sesuai rencana. Aku akan menjadi
kelompok pembantu untuk kelompoknya
Joko. Jeritan senapan terdengar di mana-
mana. Musuh tidak mengira akan diserang
pagi-pagi buta. Dengan sekejap mereka
membalas serangan kami dengan senjata
yang tentunya lebihmutakhir.
Hujan peluru mulai mendera. Korban
berjatuhan di kedua pihak. Satu, dua, tiga,
sepuluh, seratus, bahkan tak terhingga
37

jumlahnya. Bau anyir darah mulai


menusuk hidung. Suara jeritan senapan
makin menggila, diiringi jeritan manusia
yang tak berdaya.
4. Evaluasi Ada orang memanggilku.“kakek bangun!”
aku kenal jelas suara itu. Suara cucuku,
Zahra. Aku terkejut, Zahra sudah berada di
depanku.“kakek mengigau lagi ya” aku
hanya tersenyum. Ternyata tadi hanya
mimpi, mimpi yang benar-benar pernah
terjadi tujuh puluh tahun lalu.
5. Resolusi Di umurku yang sudah renta ini aku sangat
tidak kuat melihat kekacauan di mana-
mana. Aku meyesal telah
memperjuangkan Republik ini, Joko.
Kalau aku tahu akan jadi sehancur ini, aku
tidak akan mau bertempur waktu itu. Jika
para pejuang masih hidup, niscaya mereka
juga akan menyesal. Mereka akan
menangis dengan keadaan sekarang.
38

2. Kaidah Kebahasaan Teks Cerpen


Tabel 2.2 Kaidah Kebahasaan Teks Cerpen “Penyesalan Pahlawan” Karya
Zula Muhammad

No Kaidah Kebahasaan Bukti Kutipan


1. Kalimat bermakna lampau a. Waktu bergulir. Matahari
kembali ke peraduanya.
b. Dahulu kita berjuang di
masing-masing daerah tanpa
ada persatuan.
2. Kata yang menyatakan a. Ia terdiam sejenak, kemudian
urutan waktu (konjungsi menghela nafas panjang.
kronologis) b. Setelah itu ada penjajahan lagi,
kita lawan, merdeka dan
seterusnya.
c. Penjajahan selanjutnya akan
berbeda dengan penjajahan
sekarang ini.
d. Sesaat
kemudian.“bummmm!!!” suara
ledakan dari kamp musuh
3. Kata kerja yang a. Tiba-tiba ada tangan menepuk
menggambarkan suatu pundaku.
peristiwa yang terjadi b. Aku dan para pejuang lain
mengitari api itu.
c. Aku berlari menuju tempat
berkumpul.
d. Urusanku hanya terus
berjuang dan berjuang sampai
titik darah penghabisan.
39

Kata kerja yang


menunjukkan kalimat tak
4. langsung
5. Kata kerja yang a. kami terdiam, mencoba
menyatakan sesuatu yang menerka apa yang akan terjadi
dirasakan atau dipikirkan esok hari.
oleh tokoh b. Masih ada waktu sekitar enam
jam untuk rehat, untuk
merasakan hidup yang
mungkin esok tak bisa
kurasakan lagi.
c. Ia termenung aku dekati ia.
d. Jika para pejuang masih hidup,
niscaya mereka juga akan
menyesal.
e. Mereka akan menangis dengan
keadaan sekarang.
6. Menggunakan banyak a. “komandan menyuruh kita
dialog. berkumpul”
b. ”Kita hancurkan kamp-kamp
mereka!!”
7. Kata sifat yang
mendeskripsikan pelaku
8. Kata keterangan untuk a. Latar Tempat
mendeskripsikan latar 1) Aku duduk di bawah pohon
waktu tempat dan suasana. beringin yang berusia ratusan
tahun.
b. Latar Waktu
40

1) Tepat pukul empat pagi, kita


semua berkumpul di sini,
bersiap menyerang.
c. Latar Suasana
a. Aku pandangi sekelilingku,
sepi, sunyi.
9. Gaya bahasa yang bersifat a. akupicingkan mata berkali-
konotasi. kali, namun sulit rasanya.
b. Banyak pikiran menghantuiku.
(Banyak hal yang sedang
dipikirkan).
c. Aku naik pitam.
d. Darahku mendidih oleh
ocehan-ocehan tak berguna
Joko. (marah)
10. Bahasa yang a. Ada benarnya juga omongan
digunakan tidak baku dan Joko.
tidak formal. b. Musuh dalam selimut akan
lebih sulit dikalahkan
ketimbang musuh yang
nampak di depan mata.
11. Bisa menggunakan gaya a. Matahari kembali ke
bahasa (majas) peraduanya.
b. Bintang mulai berserakan di
langit luas.
c. Bulan sedikit menampakan
dirinya, malu-malu tertutup
gumpalan mega hitam.
41

d. Kini bunyi senapan yang


memuntahkan isinya tak lagi
terdengar.
e. Nyaris saja dia menjadi
santapan senapanku.
(Majas Personifikasi)
Hujan peluru mulai mendera.
Bau anyir darah mulai
menusuk hidung.
bolong tertembus timah
panasku, menjadi santapan
senapanku
12. Bisa mengandung kalimat a. “Apakah aku bisa memimpin
retorik kelompok empat?
b. “Apakah aku bisa, diumurku
yang baru seumuran jagung
ini?
c. “Bukankah nanti pada
akhirnya kita kembali akan
dijajah?”
d. Apakah itu tidak lebih
menyakitkan?”
13. Menggunakan kalimat a. Kalimat imperatif
imperatif, interogatif, dan 1) “Kita hancurkan kamp-
kalimat deklaratif kamp mereka!!”
b. Kalimat interogatif
1) Apakah aku bisa memimpin
kelompok empat?
42

2) Apakah aku bisa, diumurku


yang baru seumuran jagung
ini?
c. Kalimat deklaratif
1) Masih ada waktu sekitar
enam jam untuk rehat,
untuk merasakan hidup
yang mungkin esok tak bisa
kurasakan lagi.

3. Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Teks Cerpen


Tabel 1.3 Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Teks Cerpen “Penyesalan
Pahlawan” Karya Zula Muhammad

Unsur Intrinsik
No Unsur Intrinsik Kutipan
1. Tema Nasionalisme
Bukti :“lebih dari 300 tahun kita dijajah.
Lebih dari 300 tahun pula kita berjuang,
namun apa hasilnya? Nihil. Tidak pernah
ada hasil” kini tatapannya diarahkan
kepadaku. Begitu tajam. “ini yang terakhir.
Dahulu kita berjuang di masing-masing
daerah tanpa ada persatuan. Esok semua
pelosok di negeri ini akan bangkit dan
menyerang bersama. Kita akan merdeka”
2. Alur/ Plot Alur Campuran (Mundur- Maju)
3. Penokohan dan Penokohan
Perwatakan Bukti : Metode Dramatik
4. Setting/ Latar 1. Latar Tempat
a. Di pohon beringin
43

Bukti :Aku duduk di bawah pohon beringin


yang berusia ratusan tahun.
b. Camp musuh
Bukti :Dari kejauhan aku lihat Joko
berlari menuju kamp musuh sendirian
dengan pistol di tanganya.
2. Latar Waktu
a. Malam
Bukti :Bintang mulai berserakan di
langit luas. Bulan sedikit menampakan
dirinya.
b. Dini hari
bukti :Tepat jam empat pagi, kami para
pejuang bangsa mulai menyerbu kamp-
kamp musuh.
3. Latar Suasana
a. sunyi, sepi
Bukti :Aku pandangi sekelilingku,
sepi, sunyi.
b. Gaduh menegangkan
Bukti :Jeritan senapan terdengar di
mana-mana. Musuh tidak mengira
akan diserang pagi-pagi buta. Dengan
sekejap mereka membalas serangan
kami dengan senjata yang tentunya
lebih mutakhir.
Hujan peluru mulai mendera. Korban
berjatuhan di kedua pihak. Satu, dua,
tiga, sepuluh, seratus, bahkan tak
terhingga jumlahnya. Bau anyir darah
mulai menusuk hidung. Suara jeritan
44

senapan makin menggila, diiringi


jeritan manusia yang tak berdaya.
c. Emosi
Bukti :suaraku meninggi. Aku naik
pitam. Darahku mendidih oleh
ocehan-ocehan tak berguna Joko.
5. Sudut pandang/ 1. Sudut pandang orang pertama
point of view Bukti :
a. Aku bersyukur masih bisa selamat.
b. Besok, kita selesaikan semua ini, kita
selesaikan tugas kita.
c. kami terdiam, mencoba menerka apa
yang akan terjadi esokhari.
d. Kelompok ketiga saya langsung yang
pimpin
2. Sudut pandang orang kedua
Bukti : -
3.Sudut pandang orang ketiga
Bukti :
a. Kelompok pertama akan dipimpin Mayor
Joko, menyerang dari arah depan.
b. Ia terus melaju, ia nampaknya kehabisan
amunisi.
6. Amanat Bertindak dan gunakan waktu dengan
sebaik mungkin, agar tidak menyesal
dikemudian hari.
Bukti :Aku meyesal telah memperjuangkan
Republik ini, Joko. Kalau aku tahu akan jadi
sehancur ini, aku tidak akan mau bertempur
waktu itu. Jika para pejuang masih hidup,
45

niscaya mereka juga akan menyesal.


Mereka akan menangis dengan keadaan
sekarang.
Aku menyesal, Joko. Semoga penyesalanku
akan hilang bersama hilangnya roda
‘penjajahan-merdeka-penjajahan
7. Gaya penceritaan Menggunakan majas personifikasi
Bukti :Waktu bergulir. Matahari kembali ke
peraduanya. Bintang mulai berserakan di
langit luas. Bulan sedikit menampakan
dirinya, malu-malu tertutup gumpalan mega
hitam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas maka penulis menyimpulkan
bahwa.
1. Teks Cerpen merupakan jenis karya sastra modern yang dihasilkan dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat modern. Teks Cerpen (cerita
pendek) ialah karangan pendek yang berbentuk naratif. Teks Cerpen
mengisahkan sepenggal kehidupan manusia, yang penuh pertikaian,
mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak
mudah dilupakan. Selain itu Teks Cerpen memiliki unsur intrinsik dan
juga unsur ekstrinsik.
2. Langkah menulis cerpen sebenarnya hampir sama ketika kita menulis
novel. Hanya saja perbedaannya jika menulis novel, cerita dibuat panjang
dan masing-masing plot cerita biasanya dibagi menjadi beberapa
bab.Sedangkan ketika menulis cerpen cerita dibuat pendek, tidak terlalu
banyak plot-plot cerita. Hanya menyuguhkan alur cerita dari mulai awal,
konflik, hingga ending atau akhir cerita. Langkah-langkah menulis Teks
Cerpen dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut.
Menetukan tema cerpen, membuat alur cerita, membuat
penokohan yang mendetail dengan penggambaran watak yang
jelas, menentukan setting tempat dan waktu, serta memperindah
gaya bahasa dengan teknik yang benar dan menggunakan
imajinasi agar Cerita Pendek yang tercipta indah dan penuh
kreatifitas.

46
B. Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Saran bagi guru
a. Guru hendaknya dapat membiasakan penggunaan metode yang
menuntut siswa agar aktif dalam pembelajaran untuk meluaskan
pengetahuan melalui penelitian.
b. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi harus terus
ditingkatkan agar dapat menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa.
c. Guru diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga keaktifan siswa dapat lebih
ditingkatkan agar dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih menjalin
komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa ataupun antara guru
dengan siswa.
2. Saran bagi sekolah
a. Sarana dan prasarana serta fasilitas pembelajaran harus dioptimalkan
agar tidak menghambat proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
3. Saran bagi penulis
a. Penelitian mengenai keterampilan menulis kreatif siswa melalui teks
cerpen penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran matematika
hendaknya lebih dikembangkan dengan penggunaan metode-metode
lain yang dapat menunjang kegiatan menulis cerpen yang lebih kreatif.

47
Daftar Pustaka

Tridayanti, Rina. 2014. Struktur Teks Cerpen.


https://blogsuletik.wordpress.com/2014/09/07/struktur-teks-Teks Cerpen/
Puput. 2011. Perbedaan Cerpen Sastra Dengan Cerpen Pop/Remaja
http://turisqoh-futicha.blogspot.com/2011/07/perbedaaneda-Teks Cerpen-
sastra-dengan.html
Kurnaini, Nia. 2013. Makalah Bahasa Indonesia Cerpen
https://kurnaininia.wordpress.com/2013/11/06/makalah-bahasa-indonesia-
Teks Cerpen/
Gate, Altair's. 2018. Teks Cerpen
http://www.altairsgate.com/2018/02/teks-cerpen-pengertian-ciri-ciri.html
Khasanah, Anisatun. 2017. Kaidah Kebahasaan Teks Cerpen.
http://anishatunkhasanah.blogspot.com/2017/04/pengertian-ciri-ciri-
kaidah-kebahasaan.html
Zakky. 2018. 13+ Ciri-Ciri Cerpen Beserta Karakteristik dan Penjelasannya
[Lengkap].
https://www.zonareferensi.com/ciri-ciri-cerpen/
Hastin. 2012. Proses Kreatif Menulis Cerpen.
http://hadindabastra.blogspot.com/2012/05/proses-kreatif-menulis-cerpen
berikut.html
LAMPIRAN I
Anggota Kelompok

Gambar 1.1 Gambar 1.2


Farid Nur Yesi
Wijayanto Wulandari
sebaga se
i ba
Moder gai
ator Pe
Gambar 1.3 Gambar 1.4ny
Niken Ayu Pruedence aji
Puspita Aprilia S
sebagai sebagai
S Notulen
Notulen

Gambar 1.5 Gambar 1.6


Fara Fidian
Pramushinta Yulianti
sebagai sebagai
Gambar 1.9
Notulen Operator
Ummy
Rosyidah
seb
aga
i
An
ggo
ta
Gambar 1.7 Gambar 1.8
Muh Fanda Ayu
ama Pradina
d seba
Diaz gai
Asha Ang
ri gota
seba
gai
Ang
gota
LAMPIRAN II

Foto Kegiatan Diskusi

Gambar Gambar 2.2


2.1K Peny
elom aji
pok meng
Asm arahk
a an
Nadi jalan
a ya
mem prese
Gambar 2.3 perke Gambar 2.4 ntasi
Kelo
nalka Notul
nmpo
diri is
k Kelo
Asm mpok
a Asma
Nadi Nadia
a menc
mela atat
kuka Gambar hasil
n sesi 2.5Op disku
Tany erator si
a Kelom
jawa pok
b Asma
Nadia
mena

Anda mungkin juga menyukai