Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Salwa Diva Az Zahra

NIM : 1205030204

KELAS : 2E

PERIODE BALAI PUSTAKA

Periode Balai Pustaka dimulai pada 1920 sampai 1930. Balai Pustaka sendiri
merupakan nama sebuah penerbit yang didirikan pemerintah Belanda. Balai pustaka dibentuk
ketika pemerintahan kolonial belanda berdiri pada tanggal 14 september 1908 deNgan nama
awal yaitu commissie voor de inlandsche school en volkslectuur atau Komisi Bacaan Rakyat
dan Pendidikan Pribumi yang diketuai oleh Dr. G.A.J. Harzeu. Tujuan didirikannya Balai
Pustaka adalah untuk meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa, untuk mencegah
pengaruh buruk dari bacaan yang bersifat vulgar dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu
Rendah, mengembangkan bahasa-bahasa daerah seperti bahasa sunda, bahasa melayu tinggi
dan bahasa madura, juga menjadikan rakyat indonesia buta terhadap informaasi di negaranya
sendiri.

Komisi bacaan rakyat dibentuk sebagai salah sartu wujud kebujakan politik etis, tugas
komisi ini memberikan masukan kepada direktur pendidikan pada masa itu dalam memilih
buku yang baik untuk bacaan di sekolah dan bacaan rakyat pada umumnya. Komisi Bacaan
Rakyat sebelumnya hanya merupakan bagian dari Komisi Volkslectuur, jenis cerita yang
diterbitkan mencakup cerita rakyat, cerita wayang, ringkasan hikayat, dan buku pengetahuan
umum. Tujuan dari Komisi Bacaan Rakyat yaitu menerjemahkan atau menyadur hasil sastra
Eropa, hal ini juga bertujuan agar rakyat Indonesia buta terhadap informasi yang berkembang
di negaranya sendiri.

Usaha-usaha yang dilakukan KBR adalah dengan mengadakan perpustakaan di tiap-


tiap sekolah, mengadakan peminjaman buku-buku dengan tarif murah secara teratur,
memberikan bantuan kepada usaha-usaha swasta untuk menyelenggarakan taman baccaan,
menerbitkan majalah-majalah Sari Pustaka dan Panji Pustaka dalam bahasa melayu kejawen,
jawa dan majalah parahiangan dalam bahasa sunda, dan juga menerbitkan majalah anak
dalam bahasa melayu dan jawa. Satra Balai Pustaka sebenarnya bukan hanya satra dalam
bahasa Melayu, tetapi juga dalam bahasa Jawa, dan Sunda. Bahkan mungkin lebih banyak
dengan bahasa Jawa karena banyaknya satsra dengan bahasa Jawa. pada saat itu sastra
Melayu, Jawa, dan Sunda di urus oleh bagian perpustakaan Balai pustaka, yaitu taman
pustaka yang terdiri dari tiga bahasa tersebut.

Perkembangan sastra melayu Balai Pustaka mulanya didominasi oleh sastrawan asal
sumatera barat, Sastrawan tersebut antara lain Hans Bague Jassin, Marah Rusli, Merari
Siregar, Amir Hamzah, Armijn Pane, Asrul Sani, M Kasim, dan Nur Sutan Iskandar.
Sementara itu hasil-hasil sastra Melayu yang ditulis dalam bahasa melayu tinggi juga sangat
banyak. Banyak Hikayat-hikayat, syair, pantun, dan karya sastra lainnya dengan usia yang
sudah berabad-abad, contohnya Sitti Nurbaya yang terbit pada periode Balai Pustaka.

Ciri-ciri karya sastra Balai Pustaka yang membedakan dengan periode lainnya yaitu
karya sastra pada periode ini menggunakan bahasa Melayu tinggi. Sebagian besar beralur
maju. Menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Mengangkat tema romantisisme.
Latar dan permasalahan berangkat dari kedaerahan, budaya, dan adat istiadat. Berisi
pertentangan paham antara kaum tua dengan kaum muda. Cerita yang diangkat sesuai yang
terjadi pada zamannya. Didaktis: memuat pesan moral yang mendidik. Pesan moral tersebut
dapat berupa adat-istiadat dan hak asasi manusia.

Anda mungkin juga menyukai