Anda di halaman 1dari 3

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Selain ditentukan oleh Allah, perjalanan manusia juga sering dipengaruhi oleh orang lain.
Bahkan sudah menjadi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh bantuan pihak lain Karena
kebutuhan setiap orang sesungguhnya lebih banyak daripada potensi dan waktu yang tersedia
untuknya. Semua kita berada di bawah kendali dan kuasa Allah Manusia adalah makhluk
individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, ia memiliki karakter yang unik
berbeda satu dengan yang lain,  sebagai makhluk sosial ia membutuhkan manusia lain,
Manusia membutuhkan kebersamaan dalam kehidupannya. Semua itu adalah dalam rangka
saling memberi dan saling mengambil manfaat
Dengan adanya saling butuh, maka manusia tidak dapat mengelak dari kerja sama. Semakin
banyak kebutuhan manusia, semakin sedikit pula kemampuan untuk memenuhinya dan kita
kian tidak bisa mengelak dari kebutuhan pada tangan atau bantuan orang lain. Maka, seiring
tingginya kebutuhan, semakin seseorang tergantung kepada sesamanya, demikian pula
sebaliknya

Allah SWT berfirman yang artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu?
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan.”(Az-Zukhruf: 32).
Dalam pandangan islam untuk menjalin hubungan sosial ada tiga konseptual yang perlu
diperhatikan
Pertama, Ta’aruf. Ta’aruf (saling mengenal) : Ta’aruf perlu dilakukan dari lingkungan yang
terdekat dengan kita; keluarga, lingkungan sekolah atau tempat bekerja, hingga berta’aruf
dalam komunitas yang lebih luas.
Allah sendiri, sebagai pencipta manusia sebagai makhluk sosial itu, menyeru mereka semua
dengan firman-Nya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah yang paling bertakwa dia antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
Lagi Maha Mengenal” (QS. al-Hujurat ayat: 13).
Kedua pada tahap Tafahum atau saling memahami, kita tidak sekedar mengenal saudara kita
untuk menjalin hubungan sosial tapi juga tahap saling memahami, terlebih kita harus
berusaha untuk memahaminya, Perlu diperhatikan juga bahwa tafahum ini merupakan
aktivitas dua arah dimana bukan hanya orang lain yang harus memahami kita, tetapi sebagai
makhluk sosial kita juga harus bisa memahami dan berusaha menerima setiap sifat dari
individu yang berbeda
Ketiga, tahap Ta’awun. Ta’awun (tolong-menolong) merupakan aktivitas yang sebenarnya
secara naluriah sering ingin kita lakukan sebagi makhluk sosial, Dalam surat Al Maidah,
Allah berfirman, yang artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al Maidah:2)

Dalam hakikatnya tahap-tahap dalam menjalin hubungan diatas dengan sesama makhluk
merupakan hal-hal yang harus tetap di jaga keberlangsungannya agar kehidupan bersosial
antar sesama manusia tetap terjaga sebagai seorang manusia yang beradab ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dan diterapkan :
Pertama, Silaturrahim, silaturrahim merupakan kegiatan yang harus tetap di jaga kepada,
teman, keluarga, sekalipun kerabat jauh, perbuatan memutus hubungan silaturahim
merupakan perbuatan yang dibilang tercela terutamanya kita adalah seorang muslim.
Silatrurrahim juga menjadi amalam bagi seorang Muslim untuk menjalin tali persaudaraan
“Tidak masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturahim” (HR. Bukhari, Muslim).
Kedua, Memuliakan tamu. Menghormati tamu termasuk dalam indikasi orang beriman,
dalam Islam, memuliakan tamu juga merupakan sebuah amal shalih yang pahalanya bukan
saja akan dibalas oleh Allah Swt di akhirat, tetapi juga akan mendapatkan balasan secara
langsung di dunia yang akan segera dirasakan oleh pelakunya. Rasulullah Saw juga pernah
bersabda, yaitu. ”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
memuliakan tamunya” (HR. Bukhari, Muslim)
Ketiga, Menghormati tetangga.
Hal ini juga merupakan indikator apakah seseorang itu beriman atau belum. “Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya” (HR.
Bukhari, Muslim)
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin” (Al Ma’un: 1-3). Dari uraian-uraian
di atas jelaslah bahwa Islam menuntut umatnya untuk menyadari kodratnya sebagai makhluk
sosial. Untuk lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa wujud nyata atau buah dari seorang
mukmin yang rukuk, sujud, dan ibadah kepada Allah SWT adalah dengan melakukan
aktivitas kebaikan sosial.

Anda mungkin juga menyukai