Tema : Kegigihan dan Keikhlasan untuk Menjadi yang Lebih Baik
Latar waktu : ~ pagi hari hingga jam 2 siang, Ayah belum makan
Alur : dalam cerpen ini alur yang digunakan adalah alur maju mundur
(campuran)
bersyukur atas takdirnya, sosok Ayah yang sangat saying pada
anaknya, dan perhatian sarta pengertian.
~ Teman Ayah: Awalnya dia sosok yang gigih, penuh
semangat, tapi keadaan membuat dia putus asa dan bahkan bunuh diri
(bdk. Lembaran kedua sampai ketiga pada cerpen)
~ Redaktur: Pada lembar pertama jelas disebutkan bahwa
sifat dari Redaktur tempat Ayah mengirimkan karangan sangat
baik hati
~ Anak: Anak dalam cerpen ini tidak digambarkan bahkan
tidak ikut berperan, karena cerpen ini menceritakan suatu
pengalaman Ayah yang ingin diceritakan kepasa sang Anak
ini maka sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama
pelaku utama
~ Jangan mudah berputus asa, lakukanlah apa yang
ingin kau kerjakan dengan kesungguhan hati
~ Pilihlah pilihan hidup ini sesuai dengan kemampuan
pikiran dan tenaga kita, asalkan pilihan itu adalah pilihan yang benar, tidak
merugikan masa depan mu dan masa depan banyak orang
gedung, mobil-mobil, orang-orang dari tingkat dan pangkat apapun juga”. Ayah
menulis dalam buku hariannya yang padahal sebenarnya takut
untuk mengunngkapkannya
Cerita ini meceritakan awal dimana sang ayah bercerita masa-masa ketika ia
menjalani hidup sebagai seorang penulis bersama temannya. Ketika itu gejolak sosial
nyata dalam hidup ayah dan temannya. Kemerosotan status hidup dan gejolak sosial
banyak terjadi yang menyebapkan hidup masyarakan semakin jatuh, bahkan lebih
untuk seorang penulis.
Terus ayah berusaha menuliskan dalam buku hariannya suatu ceita hidup
yang menggambarkan kehidupan perjalannya. Kehidupan yang begitu menyulitkan
bahkan karena kehidupan menjadi seorang penulis ini menyebapkan teman ayah
bergumul keras dalam hidupnya dan memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan
bunuh diri.
Ayah terus berpesan kepada sang anak untuk menjadi yang lebih baik dari
dirinya, jadilah seorang yang lebih itulah yang ayah harapkan untuk seorang anaknya.
Jangan menjadi penulis! Itulah keinginan ayah untuk anaknya, anaknya harus menjadi
orang yang bisa menghasilkan sesuatu untuk mencukupi kehidupannya kelak.
Akhir cerita pun ayah terus berpesan kepada anaknya “Engkau memilih
pilihan hidup ini sesuai dengan kemampuan pikiran dan tenaga mu, asal saja pilihan
itu adalah pilihan yang benar, tidak merugikan masa depanmu dan masa depan
banyak manusia”