DI SUSUN OLEH:
-SUSI ADELAWATI
-ANGGITA NURAMALIA
-SILMA NADIA UTAMI
-AJENG DWIRAHMAWATI
-SILVI ADRIYANI
-SISKA FAUZIAH
-FICKY FEBRIADI
-WASSISA BAIT
LATAR BELAKANG ANGKATAN ‘70
• Lahirnya angkatan ini di karenakan adanya pergeseran sikap berfikir
dan bertindak dalam menghasilakn wawasan estetik dalam
menghasilkan karya sastra bercorak baru baik dibidang puisi, prosa,
maupun drama. oleh anggapan sastrawan angkatan 70 terhadap
karya-karya angkatan 66 yang tidak maju atau hanya berbasis untuk
melawan pemerintahan.
Peristiwa-Peristiwa Besar
Pada periode ini tercatat beberapa peristiwa penting, antara lain:
• Pada tahun 1970, H. B. Jassin diadili. Majalah yang dipimpinnya dituduh memuat
cerita pendek yang menghina agama Islam.
• Tahun 1973, Sutardji Calzoum Bachri mengumumkan kredo puisinya
• Masih pada tahun ini muncul istilah “aliran’ Rawamangun dan M. S. Hutagalung.
• Pada 8 September tahun 1974 diselenggarakan “pengadilan” di Bandung
Puisi Muktahir Indonesia diadili karena dianggap telah melakukan berbagai
pelanggaran, antara lain bersikap anti inovasi serta pemandulan nilai.
• Pada tahun 1975 diselenggarakan Diskusi Besar Cerita Pendek Indonesia yang
diadakan di Bandung.
• Tahun 1977 muncul istilah angkatan 70, dilontarkan oleh Dami N. Toda.
• Tahun 1980 novel Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa karya Pramoedya
Ananta Toer dilarang oleh pemerintah
• Pada bulan Agustus tahun 1982 diadakan seminar Peranan Sastra dalam
Perubahan Masyarakat yang diselenggarakan di Jakarta.
• Pada tahun 1984 muncul masalah “sastra kontekstual”, serta jadi topic diskusi.
Media yang Digunakan Pada Angkatan
‘70
• Majalah Horison adalah tempat dimana para sastrawan
menuangkan tulisannya kepada media.
• Pada tahun-tahun tersebut, majalah Horison mendapatkan banyak
karya. Tetapi, karena pembaharuan dalam sastra pada angkatan 70,
banyak penyair atau penulis-penulis baru yang mengirimkan
karyanya,
• majalah Horison membatasi penerimaan karya dari berbagai
kalangan. Dengan pembatasan penerimaan karya dalam majalah
Horison,
• timbullah media-media baru yang menerima karya-karya yang tidak
dapat ditampung oleh majalah Horison seperti koran-koran yang
diandalkan kewibawaannya adalah Kompas, Media Indonesia, dan
Republika di Jakarta, Pikiran Rakyat di Bandung, Kedaulatan Rakyat
di Yogyakarta, Suara Merdeka di Semarang, dan Jawa Pos di
Surabaya.
Ciri-ciri Karya Sastra Angkatan ‘70
1. Puisi
Struktur Fisik
• Puisi begaya bahasa mantera menggunakan sarana kepuitisan
berupa ulangan kata, frasa, atau kalimat. Gaya bahasa paralelisme
dikombinasikan dengan gayahiperbola untuk memperoleh efek
yang sebesar-besarnya, serta menonjolkan tipografi.
• Puisi konkret sebagai eksperimen.
• Banyak menggunakan kata-kata daerah untuk memberikan kesan
ekspresif.
• Banyak menggunakan permainan bunyi.
• Gaya penulian yang prosaik.
• Menggunakan kata yang sebelumnya tabu.
Struktur Tematik
• Protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi;
• Besadaran bahwa aspek manusia merupakan subjek dan bukan
objek pembangunan;
• Banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung
mistis.
• Cerita dan pelukisnya bersifat alegoris atau parable;
• Perjuangan hak-hak azasi manusia; kebebasan, persamaan,
pemerataan, dan terhindar dari pencemaran teknologi modern;
• Kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewenang-wenang
terhadap mereka yang lemah, dan kritik tentang penyelewengan.
1. Prosa dan Drama
Struktur Fisik
• Melepaskan ciri konvensional, menggunakan pola sastra “asurd”
dalam tema, alur, tokoh, maupun latar;
• Menampakkan ciri latar kedaerahan“warna lokal”.
Struktur Tematik
• Sosial: politik, kemiskinan, dan lain-lain;
• Kejiwaan
• Metafisik.
Sastrawan-Sastrawan Angkatan ‘70
Putu Wijaya
• Ia lahir di Tabanan Bali, tanggal 11 April 1944 dikenal sebagai
pengarang yang produktif dan sering mendapat hadiah sayembara
mengarang. Kepengarangannya telah dibahas Th Sri Rahayu
Prihatmi dalam disertasi di UI (1993) dan dalam buku. Novelnya,
telegram (1972) dianggap menampilkan corak baru dalam penulisan
novel Indonesia tahun 70-an
Diantara karya-karya Putu Wijaya, yaitu:
• Orang-orang Mandiri (drama)
• Lautan Bernyanyi (drama)
• Telegram (novel)
• Aduh (drama)
• Pabrik (novel)
• Stasiun (novel)
• Hah (novel)
• Keok (novel)
• Anu (drama)
• MS (novel)
• Sobat (novel)
• Tak Cukup Sedih (novel)
• Dadaku adalah perisaiku (kumupulan sajak)
• Ratu (novel)
• Edan (novel)
• Bom (kumpulan cerpen)
Sutardji Calzoum Bachri
• Taufik Ismail
• Puisi-puisi Sepi (kumpulan sajak);
• Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (kumpulan sajak);
• Sajak Ladang Jagung (kumpulan sajak).
Arswendo Atmowiloto
• Arswendo Atmowiloto, lahir di Solo 26 November 1948.
• Bukunya yang populer dikalangan pengarang pemula adalah
Mengarang itu Gampang (1982). Novel-novelnya antara lain
Semesra Merapi Merbabu (1977), Senopati Pamungkas (1986), dan
Canting (1986).
Karya-karya lainnya, antara lain:
• Lawan Jadi Kawan (cerita anak);
• Bayang-bayang Baur (novel);
• Teu Cireus (novel);
• Surat dengan Sampul Putih (kumpulan cerpen);
• Saat Kau Berbaring di dadaku (novel);
• 2 x cinta.
Abdul Hadi WM
Y.B Mangunwijaya
• Karyanya yang terkenal yaitu Burung-Burung Manyar (1981), Roro
Mendut (1983), Genduk Duku (1985), Lusi Lindri (1987), Burung-
Burung Rantau (1992), dan kumpulan esai sastra dan religeositas.
Kuntowijoyo
• Karyanya antara lain Khotbah di Atas Bukit (1976) dan Mantera
Penjinak Ular (2000).
Remy Sylado
• a. Gali Lobang Gila Lobang (roman);
• b. Kita Hidup Hanya Sekali (roman);
• c. Belajar Menghargai Hak asasi Kawan (sajak).
Latar Belakang Lahirnya Angkatan
2000
Setelah terjadi reformasi ruang gerak masyarakat yang pada
awanya terganjaloleh pemerintah orde baru yang represif, tiba-tiba
merasa memperoleh nafas kebebasan dalam mengekspresikan
apresiasinya. Karyabsastra yang muncul pada periode ini berlandaskan
perubahan. Kemajuan teknologi seolah telah mencapai klimaksnya
sehingga pelaku seni secara terang-terangan memanfaatkan kemajuan
teknologi sebagai landasan berkarya.
Karakteristik Karya Sastra Angkatan
2000-an
• Menggunakan kata-kata maupun frase yang bermakna kontatif
(makna yang mempunyai hubungan/kaitan)
• Banyak menyindir keadaan sekitar baik sosial, budaya, politik, atau
lingkungan
• Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan
kecenderungan ke puisi kongkret yang di sebut antromofisme
• Kritik sosial sering muncul lebih keras
• Penggunaan estetika baru
• Karya cenderung vular,
• Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami
• Munculnya cyber sastra di Internet
• Ciri-ciri bahasa diambil dari bahasa sehari-hari yaitu kerayatjelataan,
• Karya satra pada angkatan ini mulai berani memunculkan karya
sastra yang cenderung berbau vulgar dan kebanyakan mengadopsi
begitu saja moral pergaulan bebas ala amerika