Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah Karya sastra adalah suatu bentuk dari hasil pekerjaan seni kreatif, yang

objeknya manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai

medianya. Sebagai seni kreatif ia dapat dihadirkan dengan mengungkapkan

fenomena kejiwaan yang terlihat lewat prilaku tokoh-tokoh di dalamnya. Suwardi

Endraswara (2008: 87) mengungkapkan bahwa “Sastra sebagai “gejala kejiwaan”,

di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan yang tampak lewat prilaku

tokoh-tokohnya”. Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa manusia.

Psikologi dapat juga disebut ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

Dapat disimpulkan bahwa “Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut

tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya” (Ahmad Fauzi 1999: 13). Hubungan

psikologi dan karya sastra yakni sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan

orang lain. Perbedannya terletak pada kejiwaan dalam karya sastra adalah tokoh

imajiner sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia riil. Keduanya saling

melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman terhadap kejiwaan

manusia. Rene Wellek dan Austin Warren dalam Andre Hardjana (1991: 60)

mengungkapkan psikologi masuk ke dalam bidang sastra melalui beberapa cara,

yaitu: pertama pembahasan tentang proses kreatif penciptaan karya sastra, kedua

pembahasan psikologi terhadap pengarangnya (baik sebagai tipe maupun sebagai


seorang pribadi). ketiga pembicaraan tentang ajaran dan kaidah psikologi yang

dapat ditimba dari karya sastra.

Dan keempat pengaruh karya sastra terhadap pembacanya. Satu dari sekian

banyak pengarang sastra yang karya-karyanya sangat menarik adalah Andrei

Aksana. Andrei Aksana lahir di Jakarta, berpendidikan Sarjana Seni Desain

Arsitektur Universitas Udayana, Bali, (tahun 2000). Program S-2 dijalaninya di

salah satu lembaga pengembangan bisnis dan manajemen, di Jakarta, (2005).

Kariernya sejak tahun 1992 sampai sekarang adalah sebagai penulis. Tahun 2000,

Staf Public Relations & Marketing The Body Shop Indonesia, Bali.

Di tahun 2005 sampai sekarang. Andrei Aksana pertama kali menulis novel

tahun 1992, dengan meluncurkan Mengukir Mimpi Terlalu Pagi. Kembalinya ia

sebagai penulis ditandai dengan novel berjudul Abadilah Cinta, yang menjadi

fenomena sejarah pembukuan di Indonesia, karena merupakan novel pertama di

dunia yang berhasil dicetak ulang dalam waktu 5 hari.

Kesuksesan ini langsung disusul dengan novel berikutnya, Cinta Penuh Air

Mata. Novel ini berdasarkan kisah nyata yang dituturkan oleh selebriti terkemuka,

dan sebelumnya belum pernah diungkap atau dipublikasikan di media massa.

Penghargaan yang diraih Andrei Aksana pada tahun 2008 adalah sebagai ikon

sastra mengkampanyekan karya klasik Habis Gelap Terbitlah Terang, Kumpulan

Surat-surat RA Kartini. 11 Dalam berbagi novel Janda-Janda Kosmopolitan karya

Anderi Aksana terdapat gejolak kejiwaan yang direfleksikan melalui tokoh-

tokohnya. Cerita yang disuguhkan sangat menarik, penokohannya juga sangat baik

karena memberikan karakter-karakter yang pasti.


Menceritakan kaum urban yang selalu bergerak, novel ini bergenre pop yang

memotret kehidupan masa kini. Secara psikologis novel Janda-Janda Kosmopolitan

ini memperlihatkan fenomena yang menarik untuk dianalisis. Novel ini

menceritakan kehidupan yang diwarnai dengan kemewahan. Orang tua yang terlalu

sibuk dengan urusan bisnisnya mengakibatkan anak menjadi korban, pergaulan

bebas, hamil di luar nikah dan akhirnya menjadi janda di usia muda.

Dalam statusnya sebagai seorang janda, Rossa banyak mengalami konflik, baik

dengan sahabatnya maupun Marco pacar barunya. Selain itu ada tokoh Nunung

yang berperan sebagai pembantu Rossa yang juga janda. Bagaimana kehidupan

para janda dalam satu atap namun memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda,

dan bagaimana status janda di mata masyarakat? Atas dasar itulah penulis tertarik

ingin melihat bagaimana keadaan psikologi tokoh yang ada pada novel tersebut.

Sepengetahuan penulis, penelitian serupa sudah pernah dilakukan oleh peneliti

terdahulu, di antaranya Nisdieti (FKIP UIR tahun 2006) dengan judul “Kajian

Psikoanalis dalam Roman Hempasan Gelombang karya Taufik Ikram Jamil”.

Dalam penelitian yang dilakukannya,

Nisdieti mengkaji tentang kejiwaan pengarang saat mengarang, perwatakan

tokoh, dan tema. Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan Nisdieti bahwa saat

mengarang roman Hempasan Gelombang ini pengarang memiliki unsur id, yaitu

keinginan untuk membantu 12 masyarakat kecil. Ego yang bisa dilakukan

pengarang yakni hanya bisa menulis, dan superego yang sangat kuat yaitu

pengarang tidak menginginkan adanya penindasan terhadap masyarakat kecil.


Perwatakan tokoh-tokoh dalam roman tersebut pada dasarnya memiliki unsur id,

ego, dan superego.

Tema yang terdapat dalam roman tersebut yakni masyarakat kecil yang ingin

memperjuangkan tanah mereka dari perusahaan besar. Dalam Proses penciptaan

roman tersebut, pengarang telah melakukan pengumpulan data dengan cara

merekam dan mencatat. Julita (FKIP UIR tahun 2008) juga melakukan penalitian

sejenis dengan judul “Kajian Psikoanalis dalam novel Gerhana karya AA Navis”.

Dalam penelitiannya Julita, mengkaji tentang keadaan psikologi tokoh-tokoh yang

ada pada novel tersebut.

Adapun hasil penelitian Julita ialah bahwa tokoh-tokoh yang ada pada novel

Gerhana mempunyai unsur id, ego, dan superego. Sistematika hubungan antar

tokoh, pada awalnya Ana Karina dan Kartini berkenalan dengan laki-laki berjaket

kulit.

Mereka berdua juga berkenalan dengan Ben Virga serta Krisno. Pada akhirnya

perkenalan mereka menimbulkan konflik yang mengakibatkan Ana akan

mengakhiri hidupnya, namun gagal. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan

penelitian ini adalah dari segi judul, objek kajiannya, jalan cerita, dari segi jenis

novel, dan masalah penelitian yang berbeda.

Dengan demikian maka penelitian ini dikatakan sebagai penelitian lanjutan.

Penelitian “Analisis Psikologi Sastra Novel Janda-Janda Kosmopolitan Karya

Andrei Aksana“ dengan mengkaji bagaimana psikologi sastra khususnya

perwatakan dan konflik yang ada pada novel Janda-Janda Kosmopolitan karya

Andrei Aksana. Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah hasilnya dapat

memberikan sumbangan dan wawasan terhadap perkembangan pendekatan yang

digunakan di Indonesia, khususnya terhadap sastra berbentuk novel. Secara praktis

penelitian ini dapat di terapkan oleh guru-guru Sekolah Menengah Umum (SMU)

dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta di Perguruan Tinggi khususnya pada

jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. 1.2 Masalah Penelitian ini berkenaan dengan

psikologi sastra novel Janda-Janda Kosmopolotan karya Andrei Aksana. Masalah

penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah unsur psikologi sastra perwatakan tokoh

novel Janda-Janda 14 perwatakan tokoh dan konflik pada novel Janda-Janda

Kosmopolitan karya Andrei Aksana. 1.4 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah

1.4.1 Ruang Lingkup Penelitian yang berjudul “Analisis Psikologi Sastra Novel

Janda-Janda Kosmopolitan Karya Andrei Aksana” termasuk dalam penelitian ilmu

sastra. Untuk menganalisisnya menggunakan teori psikologi sastra yang telah

dijelaskan pada bagian awal oleh Rene Wellek dan Austin Warren. Psikologi sastra

mencakup empat aspek yaitu: (1) Proses penciptaan suatu karya, (2) Pembahasan

terhadap pengarangnya, (3) Pembicaraan tentang ajaran dan kaidah psikologi yang

dapat ditimba dari karya sastra, (4) Pengaruh karya sastra terhadap pembacanya.

Kemudian M. Atar Semi dalam Endraswara (2008: 68) mengungkapkan bahwa

penelitian psikologi sastra yang berhubungan dengan aspek ketiga terbagi atas

perwatakan, penokohan, tema dan konflik. 1.4.2 Pembatasan Masalah Supaya

penelitian ini terarah, sesuai dengan waktu dan kemampuan penulis maka penelitian

ini penulis batasi. Dari ruang lingkup di atas peneliti hanya mengkaji pada aspek

yang ketiga. Psikologi sastra dari aspek yang ketiga itu, peneliti hanya meneliti
tentang perwatakan tokoh dan konflik, yang terkait dengan 15 keadaan psikologi

tokoh-tokoh dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Andrei Aksana. 1.5

Penjelasan Istilah Untuk menciptakan kesamaan pandangan serta menghindari

salah penafsiran terhadap arah kajian ini, maka perlu dijelaskan istilah yang

digunakan, yaitu: 1.5.1 Analisis psikologi sastra adalah pembahasan suatu karya

sastra dari sudut pandang psikologi yang melingkupi perwatakan serta kaitannya

dengan konflik para tokoh, yang ada pada novel Janda-Janda Kosmopolitan karya

Andrei Aksana. 1.5.2 Perwatakan tokoh adalah kualitas tokoh, nalar, jiwa yang

membedakan dengan tokoh yang lain dalam novel. 1.5.3 Konflik adalah

pertentangan, percekcokan, perselisihan, ketidak-samaan pendapat atau pandangan

tokoh dalam novel. 1.5.4 Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara

seorang tokoh dengan sesuatu di luar dirinya yang terdapat pada novel. 1.5.5

Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati atau jiwa seorang tokoh

yang terdapat pada novel. 1.5.5 Novel Janda-Janda Kosmopolitan adalah Novel

karya Anderi Aksana yang menceritakan tentang kehidupan metropolitan,

mengisahkan kehidupan dunia yang semuanya bisa dibeli dengan uang. Orang tua

yang terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya, sehingga anaknya menjadi korban

harus menjadi 16 janda diusia muda. Konflik yang mengisahkan kehidupan yang

dialami oleh tokoh Rosa dan Nunung pembantu Rossa yang juga mengalami nasib

janda. Novel ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama cetakan kedua Januari

2010 dengan jumlah halaman 464. 1.6 Kerangka Teoretis Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan beberapa pendapat para ahli baik dari sastrawan, budayawan,

maupun para kritikus, sebagai dasar dan kerangka teoritis yang akan dipakai untuk
menganalisis masalah penelitian ini. Adapun teori-teori itu antara lain: 1.6.1 Teori

Psikologi Sastra Rene Wellek dan Austin Warren dalam Puja Santosa, dkk (2010:

42) menyatakan bahwa psikologi memasuki bidang kritik sastra melalui beberapa

cara yaitu: 1. Pembahasan tentang proses kreatif penciptaan karya sastra 2.

Pembahasan psikologi terhadap pengarangnya baik sebagai tipe maupun sebagai

pribadi 3. Pembicaraan tentang ajaran dan kaidah-kaidah psikologi yang dapat

ditimba dari karya sastra 4. Pengaruh karya sastra terhadap pembacanya. Hartoko

dalam Endraswara (2008: 71) menjelaskan bahwa “Psikologi sastra adalah cabang

ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi. Perhatian dapat

diarahkan kepada pengarang, pembaca atau kepada teks sastra”. Andre Hardjana

(1991: 65, 66) mengungkapkan : “Ada kalanya pembahasan sastra yang menganut

aliran psikologi, selain mencoba menganalisis jiwa pengarang lewat karya

sastranya, juga menggunakan pengetahuannya tentang persoalan-persoalan dan

lingkungan 17 psikologik untuk menafsirkan sutu karya sastra tanpa

menghubungkannya dengan biografi pengarangnya. Orang dapat mengamati

tingkah laku tokohtokoh dalam sebuah roman atau drama dengan memanfaatkan

pertolongan pengetahuan psikologi. Dalam sastra Indonesia, pendekatan psikologi

macam ini juga sudah dicobakan sejak awal tahun enam puluhan, antara lain oleh

Hutagalung dan Omarjati dalam buku pembahasan masing-masing atas Jalan Tak

Ada Ujung dan Atheis”. Suwardi Endraswara (2008: 73) menyatakan: “Psikologi

sastra adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu karya yang

memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh

imajiner yang ada di dalamnya atau mungkin juga diperankan oleh tokoh-tokoh
faktual”. M. Atar Semi dalam Endraswara (2008: 68) menggambarkan metode atau

langkah kerja psikologi sastra sebagai berikut: 1. Pendekatan psikologis

menekankan analisis terhadap keseluruhan karya sastra, baik segi instrinsik maupun

segi ekstrinsik. 2. Segi ekstrinsik yang dipentingkan untuk dibahas adalah mengenai

pengarang, cita-cita, aspirasi, keinginan, falsafah hidup, obsesi dan lainlain. 3.

Disamping penokohan dan perwatakan analisis selanjutnya adalah tema utama

karya sastra. Pada masalah perwatakan dan tema ini pula pendekatan psikologi

sangat tepat diterapkan. 4. Di dalam menganalisis perwatakan harus dicari nalar

tentang prilaku tokoh. Apakah prilaku tersebut dapat diterima apabila ditinjau dari

psikologi. Selain itu harus dijelaskan motif dan niat yang mendukung tindakan

tersebut. 5. Proses penciptaan merupakan hal lain yang mesti mendapat perhatian.

Harus diketahui apa motif penciptaan. Harus dilihat apakah penciptaan disebabkan

endapan pengalaman batin atau ada pengalaman atau keinginan-keinginan yang

tidak terpenuhi. 6. Konflik serta kaitannya dengan perwatakan dan alur cerita.

Dalam menganalisis konflik harus dilihat apakah konflik itu terjadi dalam diri tokoh

atau konflik dengan tokoh lain atau situasi yang berada di luar dirinya. 1.6.2

Perwatakan Tokoh Jakob Sumardjo (1991: 65, 66) mengungkapkan untuk

menentukan perwatakan dapat diketahui melalui, apa yang diperbuatnya, tindakan-

18 tindakannya, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis. Melalui

ucapan-ucapannya, melalui penggambaran fisik tokoh, melalui pikiran-pikiran,

melalui penerangan langsung. Panuti Sudjiman (1991: 16) menyatakan “yang

dimaksud dengan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

kelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita”. Jones dalam Nurgiantoro (2009 : 165)
mengatakan: “Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang

yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya,

pelaku cerita misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: Siapakah tokoh utama

novel itu? atau ada berapa orang jumlah tokoh itu?” atau Siapakah tokoh protagonis

dan antagonis dalam novel itu”. Jadi penokohan atau perwatakan itu merupakan

gambaran watak dari setiap tokoh-tokoh yang terdapat di dalam sebuah cerita atau

novel. Penokohan ini juga dapat dikatakan tokoh yang ada pada sebuah novel atau

cerpen dan dapat juga dikatakan watak dari setiap tokoh-tokoh yang ada. Oleh

karena itu istilah penokohan tidak hanya sebatas tokoh-tokoh yang ada pada suatu

karya, tetapi juga wataknya. Pada umumnya fiksi mempunyai tokoh utama dan

tokoh pembantu. Pengarang ingin kita memahami tokoh atau perwatakan tokoh-

tokoh yang ditampilkannya. Seperti yang kita ketahui, pengarang dalam

menyampaikan perwatakan terdapat dua macam cara yakni teknik analitik dan

dramatik. Berikut penjelasan mengenai kedua teknik tersebut oleh Altenbeard &

Lewis dalam Nurgiantoro (2009: 195, 210) 19 a. Teknik analitis yaitu pelukisan

tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara

langsung. Maksudnya tokoh cerita hadir secara langsung tidak berbelit-belit.

Pengarang langsung menyebutkan bahwa tokoh tersebut marah, keras hati,

panyayang dan sebagainya. b. Teknik dramatis yaitu pengarang tidak

mendeskripsikan secara exsplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Tetapi

dapat disampaikan dengan beberapa teknik yaitu: 1) Teknik cakapan . 2) Teknik

tingkah laku. 3) Teknik pikiran dan tingkah laku. 4) Teknik arus kesadaran. 5)

Teknik reaksi tokoh. 6) Teknik reaksi tokoh lain. 7) Teknik pelukisan latar. 8)
Teknik pelukisan fisik. Perwatakan baik dan perwatakan buruk juga dikenal dengan

istilah protagonis dan antagonis. Perwatakan baik adalah pelaku cerita yang

mempunyai watak yang disenangi pembaca, sedangkan perwatakan buruk adalah

pelaku yang memiliki watak yang tidak disenangi oleh pembaca karena memiliki

watak yang tidak baik. Baik adalah sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan

norma-norma serta bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain. Buruk adalah

sesuatu yang dianggap tidak baik, tidak sesuai dengan norma-norma atau

pandangan kita. Ali (2008:355) mengatakan : “Yang baik menurut akhlak adalah

segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan norma agama, nilai, serta norma

yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang

buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan

norma agama serta norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri”. 20

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perwatakan yang bersifat baik

adalah perwatakan yang disenangi oleh pembaca. Contoh perbuatan baik dapat

berupa bekerja keras, jujur, periang, penyayang, suka menolong, pemaaf, sabar,

pengertian dan sebagainya. Sedangkan perwatakan buruk adalah perwatakan yang

tidak disenangi pembaca. Contoh perbuatan yang tidak baik adalah berkhianat,

pemarah, glamor, royal, egois, nakal, galak, suka berprasangka yang tidak baik

terhadap sesama dan sebagianya. 1.6.3 Konflik Konflik dapat terjadi bila ada dua

atau lebih tujuan yang ingin dicapai sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

Konflik juga terjadi akibat perbedaan yang tidak dapat diatasi antara kebutuhan

individu dan kemampuan yang ada pada diri kita. Konflik dapat diselesaikan

apabila kita sudah merasa puas dengan apa yang kita inginkan. Rene Wellek dan
Austin Werren dalam Nurgiantoro (2009: 122) mengemukakan “Konflik adalah

sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang

seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan”. Sulchan Yasin (1997:

297) “Konflik adalah pertentangan, percekcokan, perselisihan, ketidak-samaan

pendapat atau pandangan”. Meredith dan Fitzgerald dalam Nurgiantoro (2009: 122)

“Konflik menyaran pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi

dan atau yang dialami oleh tokoh (-tokoh) cerita, jika tokoh (-tokoh) itu mempunyai

kebebasan untuk memilih, ia (mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa

dirinya”. 21 Jones dalam Nurgiantoro (2009: 124) menyatakan bahwa konflik

eksternal adalah konflik yang terjadi antara seseorang tokoh dengan sesuatu di luar

dirinya, mungkin dengan lingkungan alam mungkin lingkungan manusia. Konflik

eksternal ini terbagi menjadi dua yaitu konflik elemental dan sosial. Konflik

internal atau konflik kejiwaan adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang

tokoh (atau tokoh-tokoh cerita). Effendi dan Praja, dalam Agus Suhanto

(http://www. Psikologi Sastra.com) mengemukakan bahwa konflik- konflik dapat

dibagi menjadi empat macam, yaitu: 1. Approach-approach conflict, yaitu konflik-

konflik psikis yang dialami oleh individu karena individu tersebut mengalami dua

atau lebih motif yang positif dan sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa pergi

kuliah atau menemui temannya karena sudah berjanji. 2. Approach avoidance

conflict, yaitu konflik psikis yang dialami karena dalam waktu yang bersamaan

menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama

kuat. Misalnya, mahasiswa diangkat menjadi pegawai negeri (positif) di daerah

terpencil (negatif). 3. Avoidance-avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang


dialami individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif dan

samasama kuat. Misalnya, seorang penjahat yang tertangkap dan harus membuka

rahasia kelompoknya dan apabila ia melakukan akan mendapat ancaman dari

kelompoknya. 4. Double approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang

dialami individu karena menghadapi dua situasi yang masing-masing mengandung

motif negatif dan motif positif yang sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa harus

menikah dengan orang yang tidak disukai (negatif) atau melanjutkan studi (positif).

Pada umumnya peristiwa dan konflik berkaitan erat, dapat saling menyebabkan

terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pun pada dasarnya merupakan

peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan terjadinya konflik.

Sebaliknya, karena terjadinya konflik peristiwa-peristiwa lain pun 22 bermunculan,

misalnya muncul sebagai akibatnya. Konflik-konflik yang disusul oleh peristiwa-

peristiwa akan menyebabkan konflik menjadi semakin meningkat. Konflik yang

semakin meningkat disebut dengan klimaks. Konflik yang memuncak akan ada

penyelesaianya, penyelesaian dalam sebuah konflik dapat berupa jalan keluar dari

suatu permasalahan. 1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1 Pendekatan, jenis dan metode

penelitian 1.7.1.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan

pendekatan tekstual yaitu pendekatan yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam

karya sastra, di dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Andrei Aksana.

1.7.1.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

research). Penelitian perpustakaan artinya penulis memperoleh data penelitian dari

kepustakaan, seperti buku sastra, buku psikologi serta buku-buku atau informasi

yang relevan lainnya. 1.7.1.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini memaparkan,

menguraikan setiap satuan keseluruhan data yang diperlukan secara sistematis

sesuai dengan tujuan dan permasalahan penelitian. 23 1.7.2 Sumber Data Sumber

data merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi

syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian berupa unsur-unsur

psikologi sastra yang terdapat pada novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Andrei

Aksana. Novel ini berjumlah 464 halaman diterbitkan tahun 2010 oleh PT.

Gramedia Pustaka Utama dan ini merupakan cetakan ke-2 Januari 2010. 1.7.3

Teknik Penelitian 1.7.3.1 Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data

penelitian ini, penulis menggunakan teknik hermeneutik. Teknik ini merupakan

teknik baca, catat dan simpulkan. Teknik ini biasanya mempelajari naskah, maupun

kajian sastra yang menelaah roman, novel, dan cerpen (Hamidy, 2003: 24). 1.7.3.2

Teknik Analisis Data Teknik yang penulis gunakan untuk menganalisis data

penelitian ini sesuai dengan langkah-langkah kerja sebagai berikut: 1.7.3.2.1 Data

yang terkumpul diolah dengan menggunakan teori-teori yang tercantum pada teori

di atas. 1.7.3.2.2 Data yang sudah diolah dikelompokan dan disajikan sesuai dengan

urutan masalah penelitian.

Anda mungkin juga menyukai