Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KARAKTERISTIK AQIDAH ISLAM

Dosen Pengampu: Robin Sirait M,Pd


Mata Kuliah: Tauhid
Prodi/Semester: PAI 1-B Ekslusif

Disusun oleh: Kelompok 4

1. Khairunnisa : 900.22.077

2. Muhammad shafiq : 900.22.335

3. Nabila : 900.22.243

4. Nabila riska : 900.22.244

5. Nurul jannah : 900.22.125

6. Nurma : 900.22.121

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

SYEKH H.A HALIM HASAN AL-ISLAHIYAH

KOTA BINJAI

T.A 2022
DAFTAR ISI
BAB I

KAJIAN PUSTAKA

KARAKTERISKTIK AQIDAH ISLAM

PengertianAqidahIslam

Secaraharfiah,“aqidah”berasaldarikata“aqada”yangberartiperjanjian.Kata

aqidah juga diambildarikata dasaral-aqd

yaitu al-Rabith (ikatan),al-Ibram

(pengesahan),al-Ahkam (penguatan),al-Tawuts (menjadikokoh,kuat),al-syadd bi

quwwah(pengikatandengankuat),danal-Itsbat(penetapan).Aqidahartinyaketetapan

yangtidakadakeraguanpadaorangyangmengambilkeputusan.Sedangkanpengertian

aqidahdalam agamamaksudnyaadalahberkaitandengankeyakinanbukanperbuatan.

SepertiaqidahdenganadanyaAllahdandiutusnyapararasul.

Sedangkanmenurutistilahaqidahadalahperkarayangwajibdibenarkanolehhati
danjiwamenjaditentramkarenanya,sehinggamenjadisuatukenyataanyangteguhdan

kokohyangtidaktercampuridengankeraguandankebimbangan.Sementaramenurut

AbuBakarJabiral-jazairy:Aqidahadalahsejumlahkebenaranyangdapatditerima

secara umum oleh manusia berdasarkan akal,Wahyu dan fitrah.Kebenaran itu

dipastikanolehmanusiadidalam hatisertadiyakinikeshahihandankeberadaannya

secarapastidanditolaksegalasesuatuyangbertentangandengankebenaranitu.

Dalam pengertian lain aqidah berartipemikiran menyeluruh tentang alam,

manusia,kehidupandantentangapa-apayangadasebelum dansesudahkehidupan

dunia.Pemikiranyangmenyeluruhinilahyangdapatmenyebabkanuqdahal-kubra

(permasalahanbesar)padadirimanusia,yangmunculdaripertanyaan-pertanyaan;

siapayangmenciptakanalam semestadariketiadaannya?Untukapasemuaitu

diciptakan?dankemanasemuaituakankembali(berakhir)?.AqidahIslam yangtelah

memecahkanuqdahal-kubra(permasalahanbesar)padamanusia.AqidahIslam juga
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan manusia,sebab Islam telah

menjelaskanbahwaalam semesta,manusia,dankehidupanadalahciptaan(makhluk)

bagipencipta(al-kahliq)yaituAllahSWT.danbahwasanyasetelahkehidupaniniakan

adaharikiamat.

A. Tauqifiyah
Aqidah yang bersifat tauqifiyah ( terbatas pada wahyu ), tidak ada tempat untuk pendapat dan
hijtihad di dalamnya. Dalam beraqidah dan memahami Ilmu aqidah Islam, kita wajib berhenti
dan membatasi diri pada batas-batas ketepatan wahyu , Al qur'an dan sunnah yang shahih saja.
Oleh karena itu, kita tidak di benarkan untuk mendominasikan peran penalaran akal dan logika
dalam berqidah dan memahami aqidah Islam.

Hal itu karena aqidah yang benar harus lah terdapat keyakinan yang pasti di dalamnya,
karena rujukan dan asalkan juga harus sesuatu yang bisa di pastikan kebenaran nya, dan sifat
seperti inj (di pastikan kebenaran ) tidak bisa di temukan kecuali pada kitab Allah dan sunnah
Rasul-Nya yang shahih.

Allah ta'ala berfirman:

"Kalau kelak datang kepada kalian hidayah dari-Ku, maka barang siapa yang mengikuti
hidayah-Ku niscaya dia tidak akan dan tidak pula celaka. Maka Allah menjadikan keselamatan
dan kebahagian dalam aqidah dan selain nya hanya pada apa yang dia datangkan berupa Al-kitab
dan As-sunnah. Dan barang siapa yang mengikuti selain keduanya maka bagi nya kecelakaan
yang nyata".

Karena semua perkara yang bersifat dengan kias, akal, dan anggapan baik tidak bisa di
jadikan rujukan dalam aqidah, apalagi kalau itu hanyalah khayalan seperti mimpi-mimpi dan
ucapan seseorang yang jahil.
Akal bukan lah sumber aqidah bahkan dia adalah sesuatu yang di paksa untuk
memahami, sumber aqidah sebenarnya yaitu Al-kitab dan As-sunnah yang shahih. Karenanya
akal yang sehat lagi bersih dari semua kotoran akan mungkin bertentangan dengan wahyu.

B. Ghaibiyah
Aqidah ghaibiyah ( berkenaan dengan masalah ghaib ). Kata ghaib yaitu yang tidak bisa
ditangkap oleh pancaindra. Ghaib disini meliputi semua yang ada dibalik alam nyata,yang tidak
bisa ditangkap oleh kemampuan alami indra manusia, dan bahkan tidak mampu dijangkau oleh
penalaran akal dan logika nya. Karena pancaindra adalah jendela akal dari memperoleh
pengetahuan . Allah SWT berfirman dalam (Q.S Al-Mu’minun : ayat 78).

َ ‫َوهُ َو الَّ ِذ ۤيْ اَ ْن َشا َ لَـ ُك ُم ال َّس ْم َع َوا اْل َ ْب‬


‫صا َر َوا اْل َ ْفِئ َدةَ ۗ قَلِ ْياًل َّما تَ ْش ُكرُوْ ن‬

"Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, tetapi
sedikit sekali kamu bersyukur."

Karena itu apa yang tidak bisa ditangkap oleh pancaindra tidak dapat dinalar akal kecuali
hanya secara umum dengan menganalogikan yang ghaib dengan yang tampak oleh pancaindra.
Dengan cara ini kita dapat melakukan penalaran spasial( memahami secara abstrak ) , kemudian
penalaran spasial ini disinkronisasi kan untuk menetapkan hukum-hukum rasional kolektif.
Sebab tanpa itu, kita hanya bisa menalar , misalnya rasa sakit yang menimpanya.

Ketika kita mengatakan bahwa salah satu spesifikasi aqidah Islam adalah keghaiban, itu
sama sekali tidak berarti bahwa semua muatan aqidah bersifat ghaib dan tidak dapat ditangkap
oleh pancaindra dan akal . Tetapi maksudnya adalah bahwa salah satu spesifikasi aqidah Islam
yaitu percaya kepada apa yang ghaib seperti di firmankan oleh Allah SWT dalam (Q.S Al-
Baqarah : 1-3).

‫ ا ٓل ّٓم‬

َ ‫ٰذلِكَ ْال ِك ٰتبُ اَل َري‬


‫ْب ۛ  فِ ْي ۛ ِه هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِيْن‬

َ‫ب َو يُقِ ْي ُموْ نَ الص َّٰلوةَ َو ِم َّما َرزَ ْق ٰنهُ ْم يُ ْنفِقُوْ ن‬


ِ ‫ الَّ ِذ ْينَ يُْؤ ِمنُوْ نَ بِا ْل َغ ْي‬
“Alif Lam Mim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan
menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka”.

Di sini Allah menyatakan bahwa salah satu sifat yang paling menonjol pada orang-orang
yang beriman yang dijadikan sebagai pembuka kitabnya yang mulia adalah beriman kepada yang
ghaib.

Beriman kepada yang ghaib merupakan spesifikasi fitrah manusia. Penalaran terhadap
realitas fisik merupakan kemampuan yang dimiliki secara bersama oleh manusia dan binatang.
Bahkan penalaran metafisika sudah merupakan insting yang tertanam dalam fitrah manusia.
Inilah yang disebut dengan dorongan keingintahuan.

C. Syumuliyah
Pengertian Aqidah Syumuliyah Syumuliyah adalah berasal dari kata syamill yang artinya
sempurna atau menyeluruh. Aqidah Syumuliyah, yakni aqidah yang lengkap, sempurna,
menyeluruh, komprehensif dan integral, yaitu dengan makna yang mencakup dan meliputi
keseluruhan pokok, prinsip-prinsip dan rukun-rukun keimanan dengan segala konsekuensinya
sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama lain. Syumuliatul Islam berarti
kesempurnaan Islam mencakup semua secara menyeluruh. Artinya ajaran ini mencakup seluruh
dimensi, kehidupan manusia dari pribadi, keluarga, masyarakat hingga negaradari sosial, politik
hukum keamanan, lingkungan,pendidikan hingga kebudayaan seluruh etnis manusia, dari
kepercayaan, system hingga akhlak, dari adam hingga manusia terakhir dari sejak kita bangun
hingga kita tidur kembali, dari kehidupan dunia hingga kehidupan akhirat.

Syumuliyatul Islam meliputi :

1. Dimensi waktu Yang dinamakan dimensi waktu adalah bahwa Islam telah diturunkan
Allah SWT sejak nabi Adam hingga mata rantai kenabian ditutup pada masa Rosuliloh
saw. Dan Islam bukanlah Agama yang hanya diturunkan semasa hidup Rosulluloh saw,
tetapi untuk hidup seluruh umat manusia di alamsemesta ini.

2. Dimensi Demografis Yang dimaksud dengan dimensi demografis adalah bahwa Islam
diturunkan untuk seluruh umat manusia dan seluruh etnisnya, dam bahwa mereka semua
sama dimata Allah SWT sebagai ciptaanya dan dibedakan satu sama lain.

3. Dimensi Geografis Yang dimaksud dengan dimensi geografis adalah bahwa ajaran islam
diturunkan untuk diterapkan diseluruh penjuru bumi. Maka Islam tidak dapat di
identikkan dengan kawasan Arab ( Arabisme ), Karena itu hanya tempat lahirnya. Islam
tidak mengenal sekat-sekat tanah air sama seperti ia tidak mengenal Batasan Batasan
etnis. 4. Dimensi Kehidupan Yang dimaksud dengan dimensi kehidupan adalah bahwa
Islam membawa ajaran ajaran yang terkait dengan seluruh dimensi kehidupan manusia,
social, ekonomi, politik, hukum, keamanan Pendidikan, lingkungan dan kebudayaan.

Untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang syumuliyatul Islam, maka perlu


melihat makan syumuliyah itu dari berbagaia hal, yaitu:

1.       Syumuliyah Az.Zaman (Sepanjang Waktu) – Wihdah Ar-Risaalah (Satu Risalah) -


Khaatam AI-Anbiyaa, (Penutup Nabi);

Syumuliyah az-zaman atau sepanjang masa berarti bahwa Islam sebagai sebuah risalah dibawa
oleh nabi penutup yaitu Nabi Muhammad SAW itu sebagai satu-satunya panduan hidup manusia.
Islam pun agama sepanjang masa dari Nabi Adam. hingga Nabi Muhammad SAW dan
pengikutnya hingga hari kiamat. Nabi Muhammad SAW sebagai penutup nabi berarti tiada lagi
nabi clan rasul setelahnya sehingga hanya risalah yang dibawa Nabi Muhammad saja yang
diterima dan dibawa serta diikuti. Sifat risalah ini (Islam) adalah sepaniang masa hingga hari
kiamat. Islam sebagai aturan hidup sepanjang masa juga menunjukkan bahwa Islam
diperuntukkan kepada semuaAlam semesta tidak terkecuali. Manusia sebagai khalifah bertugas
menjaga, membangun dan memeliharanya.
Dalil

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberiperingatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. Qs.
Saba’, 34:28

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Qs.
Al Anbiya’, 21:107

Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Qs. Al Ahzab, 33:42

Hadits. Abu Daud Ath-Thayalusi meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah RA dia berkata
Rasulullah SAW bersabda, perumparnaan diriku dan para nabi seperti seorang yang membangun
sebuah rumah. Dia menyelesaikannya dan memperindahnya kecuali tersisa pemasangan sebuah
bata. Lalu orang yang masuk ke dalamnya dan melihatnya berkata , ‘Alangkah bagusnya rumah
ini. Sayang bata ini belum dipasang.’ Akulah pemasang bata tersebut. Aku dijadikan penutup
bagi seluruh nabi.”

2.       Syumuliyah AI-Minhaj (Kesempurnaan Pedoman)

Islam sebagai minhaj yang syumul didasari kepada asas akidah, dibina dari akhlak dan ibadah
kemudian didukung oleh dakwah dan jihad.
Ø  AI-Asaas (Dasar) : AI-Aqiidah (Akidah) ; Asas dari Islam adalah akidah. Ini
merupakan  dasar dari bangunan Islam.Tanpa akidah maka tidak akan kuat, bagaikan rumah
tidak ada pondasinya. Kekuatan rumah dan bangunan di atasnya sangat dipengaruhi oleh
kekuatan pondasi itu sendiri. Semakin kukuh dasamya maka semakin kuat bangunan di atasnya.
Begitu juga dengan Islam yang sangat dipengaruhi oleh dasar pondasi. Bentuk bangunan juga
dipengaruhi oleh pondasi dan kedalamannya.

Ø  AI-Binaa (Bangunan) yaitu  AI-Akhlaq (Akhlak) – Al ibaadah (Ibadah); Di atas pondasi


bangunan Islam berdiri bangunan berupa akhlak dan ibadah. Kedua hal inilah yang nampak di
permukaan dan kedua perkara ini yang menghiasi bangunan Islam. Bagus tidaknya bangunan
Islam sangat bergantung kepada akhlak dan ibadah. Islam dikenal oleh masyarakat dan
berinteraksi dengan lingkungannya melalui ibadah dan akhlak. Ibadah berarti hubungan manusia
kepada Allah.

Ø  AI-Mu’ayyidaat (Pendukung) : Al Jihad (Jihad) – Ad Da’wah (Dakwah) ; Untuk menjaga


bangunan Islam agar hiasan Islam tetap terpelihara baik, pondasi tetap kuat dan kukuh serta
dapat dimanfaatkan secara optimal maka perlu penjagaan dan dukungan. Dukungan ini adalah
dalam bentuk dakwah dan jihad. Tanpa dakwah dan jihad maka bangunan Islam akan runtuh.
Bagaikan rumah tidak ada atap maka rumah tidak akan berfungsi, rumah pun tidak dapat
dimanfaatkan. Rumah tanpa atap akan menghancurkan hiasan rumah dan isinya. Tanpa dakwah
dan jihad maka secara bertahap dan pasti akan melenyapkan Islam. Kerusakan didapati di semua
tempat begitupun kehancuran yang lebih dahsyat akan dirasakan. Jihad dan dakwah adalah
masalah yang penting di dalam Islam. Keduanya menunjukkan kesyumulan Islam itu sendiri.

Dalil

Hadits. Syahadatain (akidah) adalah rukun Islam yang pertama. Rukun Iman sebagai inti akidah.
Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. Qs.
Al Ankabut, 29:6

3. Syumuliyah AI-Makaan (Seluruh Tempat) – Wihdah AI-khaliq (Satu Pencipta) -


Wihdah Al kaun (Satu Alam)

Semua tempat di muka bumi ini adalah tempat yang sesuai dengan Islam. Demikian pula siapa
pun orangnya dan dari mana asalnya tetap di bawah naungan Islam. Sernuanya itu adalah ciptaan
Allah yang satu, sehingga semua ciptaannya diketahui oleh sang Pencipta. Ciptaan tersebut sama
dari segi bahan dasarnya, misalnya manusia berasal dari “tanah”, perbedaannya hanya dari segi
penampilan. Mobil Toyota mempunyai mesin yang sama tetapi penampilannya dibuat lain
dengan model yang berbeda-beda, mengikuti tahun pembuatan atau keperluannya. Satunya
Pencipta berarti satunya makhluk atau alam, maka Islam sesuai bagi sernua ciptaanNya.

Dalil

(Yaitu) orang,orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar,
kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada
menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan
biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di
dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang
menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Qs. Al
Hajj, 22:40
D. Ibadah

1. Definisi ibadah

Secara etimologi merendahkan diri serta tunduk di dalam ilmu Syara' definisi Ibadah yaitu:

a) Ibadah itu taat dengan perintah Allah dan melaksanakan perintah Rasul dengan
lisan yang baik

b) Ibadah ialah merendahkan diri kepada Allah SWT.

c) Ibadah ialah sebutan yang mencakup semua yang dicintai dan diridhai oleh Allah,
baik berupa perkataan dan perbuatan secara zhahir dan batin.

Selanjutnya ibadah terbagi menjadi beberapa yaitu ibadah hati, lisan dan anggota badan.
Ibadah hati sendiri berkenaan rasa takut (Khauf), mengharap (Raja), Cinta (mahabbah),
ketergantungan (tawakkal), senang (raghbah) dan takut (rahbah). Berbeda lagi dengan shalat
termasuk ibadah fisik dan hati seperti contohnya zakat,hati dan jihad dan berbagai hal banyak
lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati,lisan, dan badan.

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah adz-Dazariyat bahwa ibadah inilah yang
menjadi tujuan penciptaan manusia.

ُ‫ق ُذو ْالقُ َّو ِة ْال َمتِين‬ ْ ‫ق َو َما ُأ ِري ُد َأ ْن ي‬


ُ ‫﴾ ِإ َّن هَّللا َ ه َُو ال َّر َّزا‬٥٧﴿ ‫ُط ِع ُمو ِن‬ ٍ ‫﴾ َما ُأ ِري ُد ِم ْنهُ ْم ِم ْن ِر ْز‬٥٦﴿ ‫ُون‬ َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬
ِ ‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُد‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku
tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai
Kekuatan lagi Sangat Kokoh. [Adz-Dazariyat/51 : 56-58]

Dengan firman Allah SWT ini secara tersirat memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan
manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Dan Allah Maha kuasa
tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya karena
ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembahNya sesuai dengan aturan
syari’atNya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang
menyembahNya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkanNya maka ia adalah mubtadi’
(pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari’atNya, maka dia adalah
mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).

E. Syarat-syarat Diterimanya Ibadah

Tidak semua tindakan manusia dianggap ibadah kecuali jika memenuhi dua syarat berikut ini.

a. Niat yang ikhlas,

suatu perbuatan dinilai ibadah kalau diniatkan sebagai ibadah. Rasulullah saw bersabda. "Suatu
suatu amal hanya (akan dinilai sebagai ibadah) sesuai dengan niatnya, dan masing-masing orang
akan meraih sesuatu sesuai dengan niatnya." (HR Bukhari dan Muslim). Hussein Ateshin, pakar
Islam asal Turki, mengatakan, "Suatu tindakan dianggap ibadah hanya jika dimulai dengan niat,
yakni secara mental kita harus menyadari bahwa apa yang akan kita lakukan itu demi dan dalam
kerangka kepatuhan serta ketaatan kepada kehendak Allah Yang Mahakuasa."

b. Tidak bertentangan dengan syariat.

Bila bertentangan dengan syariat, suatu tindakan tidak akan dianggap ibadah meskipun dilandasi
dengan niat ibadah, misalnya memperkosa, mencuri, merampok, korupsi dan sebagainya. Semua
itu tidak dianggap ibadah meskipun hasil dari tindakan itu dipergunakan untuk kebaikan,
misalnya bersedekah dengan harta hasil korupsi. Allah berfirman, "Janganlah kamu campurkan
yang hak dengan yang batik... (al-Baqarah [2]: 42)

c. Taubat

Syarat utama diterimanya ibadah adalah bertaubat. Sebagaimana firman Allah:

۲۲۲ ‫إن هللا يحث التوبين ويحب المتطهرين‬

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri (QS. Al-Baqarah: 222)
Taubat adalah kembali taat kepada Allah dan menyesal dengan bersungguh-sungguh terhadap
dosa yang telah dilakukan serta memohon ampunan dari Allah. Hukum taubat adalah wajib. Baik
itu dosa terhadap Allah maupun dosa terhadap sesama manusia. Jika dosa itu berkaitan dengan
manusia, henfaklah ia meminta maaf.

d. Tidak Riya

Riya adalah sifat kebalikan dari ikhlas. Riya' adalah melakukan amal kebajikan namun tidak
untuk mencari keridhaan Allah, melainkan untuk mencari pujian atau kemasyhuran dari
masyarakat. Selama roh masih bersemayam dalam tubuh tidak ada jaminan manusia aman dari
perbuatan riya'. Riya dapat selalu menjangkiti siapapun. Tidak peduli itu orang yang berilmu
atau tidak, orang kaya atau miskin, berpangkat tinggi atau rendah. Semua bisa terkena sifat riya".

Allah Swt dengan tegas mengancam para pelaku amal kebaikan yang didasari atas sifat riya".
Allah memperingatkan agar kita berhati-hati terhadap godaan dan tipuan nafsu yang dapat
menyebabkan kita terjebak dalam perbuatan riya".

Allah berfirman:

‫ ويمنعون‬6 ‫ الدين في برامون‬5 ‫ الذين هم عن صالتهم سافون‬: ‫فويل للمصلين‬

7 ‫ الدافون‬Artinya: "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (vaitu) orang-orang yang
lalai dari shalamya, orang-orang yang berbuat riva dan enggan (menolong dengan) barang
berguna." (QS. Al-Maun:4-7)

F. Macam-Macam Ibadah dan Cakupannya

Ibadah itu berbagai banyak macam. Ia mencakup semua macam ketaatan yang nampak pada
lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-
Qur’an lalu shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada
kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil . Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya,
khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar
terhadap hukumNya, ridha dengan qadha’Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari
siksaNya.
Jadi dapat kami simpulkan ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika
diniatkan mendekatkan diri kepada Allah (qurbah) atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan
adat kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat
kepadaNya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan
sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai
ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada
syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal saja.
BAB II

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Tauqifiyyah adalah aqidah yang terbatas pada wahyu. Maksudnya aqidah yang benar haruslah
berdasarkan dengan Al-Qur’an dan terdapat keyakinan yang pasti di dalamnya.

Ghaibiyyah merupakan aqidah yang berkenaan dengan masalah ghaib. Yang di maksud adalah
ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera.

Syumuliyah adalah aqidah yang mengembangkan apa yang sudah ada di bumi atau yang sudah
kita ketahui atau memanfaatkan apa yang sudah di ciptakan oleh Allah untuk kehidupan
manusia. Seperti contoh mngembangkan alam dengan cara membuat kayu menjadi meja.

Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah
SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi
dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.

ibadah memiliki syarat agar ibadah tersebut diterima di sisi Allah sebagai amal sholeh dan bukan
amal yang salah. Syarat diterima nya ibadah yaitu: niat yang ikhlas, tidak bertentangan dengan
syariat, taubat, dan tidak riya.

Jadi dapat kita simpulkan ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan
mendekatkan diri kepada Allah (qurbah) atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan adat
kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepadaNya.
Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai
kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak
mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi’ar-syi’ar yang biasa
dikenal saja.
DAFTAR PUSTAKA

Ayuna, Hermawan. Nov. 2016. Karakteristik Aqidah Islam. Universitas Sunan Gunung Djati.
Bandung

Rahman, Taufik, Ilmu Tauhid Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2013

Anda mungkin juga menyukai